OLEH JUNAEDI H14103081
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Oleh JUNAEDI H14103081
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Tekstil (TPT) Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output) (dibimbing oleh Wiwiek Rindayati).
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia merupakan sektor andalan yang terus berkembang, kontribusi sektor industri tekstil dan prodok tekstil (TPT) dalam pembentukan PDB rata-rata dari tahun 2001 hingga 2005 sekitar 3,2 persen per tahun yang menempati posisi ke dua setelah industri makanan, minuman, dan tembakau di dalam lingkup industri pengolahan. Selain industri ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini juga memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan devisa negara.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis peran sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia, menganalisis keterkaitan antara sektor industri tekstil dan produk tekstil dengan sektor-sektor perekonomian lainnya dan dampak penyebarannya, menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri tekstil dan produk tekstil berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan kesempatan kerja. Dan menganalisis dampak peningkatan ekspor yang ditimbulkan oleh sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja.
Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak peningkatan ekspor di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Peranmgkat lunak Grimp 7.2 dan Microsoft Excel.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS pusat. Data yang akan diolah merupakan data Input-Output Indonesia tahun 2003. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menjadi 15 sektor.
Dalam penelitian ini dilakukan simulasi berupa shock pada bagian ekspor sektor industri TPT sebesar Rp. 5,6 triliun atau 7,77 persen dari total ekspor industri TPT. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak paling besar terhadap peningkatan ekspor di sektor TPT. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata ekspor di sektor TPT dari tahun 2002-2005 yaitu sebesar 7,77%.
sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT dari sisi output adalah sektor industri TPT itu sendiri, industri pengolahan lainnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dari sisi pendapatan sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT adalah sektor industri TPT itu sendiri, industri pengolahan lainnya, dan sektor tanaman perkebunan. Dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT adalah sektor industri TPT itu sendiri, sektor tanaman perkebunan, dan sektor industri pengolahan lainnya. Sedangkan yang pengaruhnya paling kecil baik dari sisi output pendapatan dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor perikanan.
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Penulis bernama Junaedi lahir pada 10 Januari 1985 di Jakarta, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan M. Sholeh dan Zuhriah. Jenjang pendidikan penulis dilampaui tanpa kendala, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Rawa Barat 05 pagi Jakarta pada tahun 1997 kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 56 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Nugeri 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
Halaman
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Manfaat Penelitian ... 14
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1. Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian ... 16
2.2. Defenisi Industri... 20
2.3. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) ... 23
2.4. Prospek Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ... 27
2.5. Teori Analisis Input-Output (I-O)... 29
2.5.1. Struktur Tabel Input-Output (I-O) ... 30
2.5.2. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 33
2.5.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 34
2.5.4. Analisis Keterkaitan ... 34
2.5.5. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 35
2.6. Penelitian Terdahulu ... 36
2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 38
III. METODE PENELITIAN ... 41
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 41
3.2. Lingkup dan Waktu Penelitian... 41
3.3. Metode Analisis ... 41
3.3.2. Analisis Keterkaitan (Lingkage) ... 43
3.3.3.Analisis Dampak Penyebaran ... 45
3.3.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 46
3.3.5. Koefisien Pendapatan ... 50
3.3.6. Koefisien Tenaga Kerja ... 50
3.4. Analisis Ekspor ... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1. Peranan Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Perekonomian Indonesia ... 53
4.2. Analisis Keterkitan ... 56
4.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 56
4.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 58
4.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 59
4.3.1. Koefisien Penyebaran ... 60
4.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 61
4.4. Analisis Multiplier ... 61
4.4.1. Multiplier output ... 62
4.4.2. Multiplier Pendapatan ... 63
4.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 64
4.5. Dampak Peningkatan Ekpor Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Terhadap Perekonomian Indonesia ... 65
4.5.1. Dampak Terhadap Output ... 65
4.5.2. Dampak Terhadap Pendapatan ... 67
4.5.3. Dampak Terhadap Tenaga Kerja ... 68
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1. Kesimpulan ... 71
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 75
Nomor Halaman 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2005 ... 2
1.2. Peranan Sektor Perekonomian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia tahun 2003-2005 (Ribu Orang) ... 3
1.3. Nilai ekspor non migas Indonesia (menurut sektor) tahun 2001–2005 (juta US$)... 4
1.4. Persentase Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut sektor tahun 2001-2005 ... 5
1.5. Nilai Ekspor Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005 (dalam juta US$) ... 6
1.6. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005... 7
1.7. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Dari Rep. Rakyat China ... 8
1.8. Impor Serat (Fiber) Indonesia Dari Rep. Rakyat China ... 8
2.1. Klasifikasi Industri TPT menurut Harmonized System... 23
2.2. Klasifikasi Industri TPT menurut BPS Mulai Tahun 1998-2002 ... 25
2.3. Ilustrasi Tebel I-O ... 32
3.1. Nilai Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2002–2005 (dalam juta US$) ... 51
4.1. Nilai Permintaan Akhir, Permintaan Antara dan Jumlah Permintaan di Indonesia Tahun 2003 (milyar rupiah) ... 54
4.2. Alokasi Permintaan Sektor Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia (juta rupiah) ... 55
4.3. Stuktur Input Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia Tahun 2003 (juta rupiah) ... 56
4.4. Keterkaitan ke Depan Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003 ... 57
4.5. Keterkaitan ke Belakang Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 58
Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 62 4.8. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan Output (juta Rupiah) ... 66 4.9. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan Pendapatan (juta Rupiah) ... 67 4.10. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan tenaga kerja (orang). ... 69 4.11. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
OLEH JUNAEDI H14103081
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Oleh JUNAEDI H14103081
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Tekstil (TPT) Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output) (dibimbing oleh Wiwiek Rindayati).
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia merupakan sektor andalan yang terus berkembang, kontribusi sektor industri tekstil dan prodok tekstil (TPT) dalam pembentukan PDB rata-rata dari tahun 2001 hingga 2005 sekitar 3,2 persen per tahun yang menempati posisi ke dua setelah industri makanan, minuman, dan tembakau di dalam lingkup industri pengolahan. Selain industri ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini juga memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan devisa negara.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis peran sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia, menganalisis keterkaitan antara sektor industri tekstil dan produk tekstil dengan sektor-sektor perekonomian lainnya dan dampak penyebarannya, menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri tekstil dan produk tekstil berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan, dan kesempatan kerja. Dan menganalisis dampak peningkatan ekspor yang ditimbulkan oleh sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja.
Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak peningkatan ekspor di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Sisi Permintaan. Peranmgkat lunak Grimp 7.2 dan Microsoft Excel.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS pusat. Data yang akan diolah merupakan data Input-Output Indonesia tahun 2003. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menjadi 15 sektor.
Dalam penelitian ini dilakukan simulasi berupa shock pada bagian ekspor sektor industri TPT sebesar Rp. 5,6 triliun atau 7,77 persen dari total ekspor industri TPT. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak paling besar terhadap peningkatan ekspor di sektor TPT. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata ekspor di sektor TPT dari tahun 2002-2005 yaitu sebesar 7,77%.
sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT dari sisi output adalah sektor industri TPT itu sendiri, industri pengolahan lainnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dari sisi pendapatan sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT adalah sektor industri TPT itu sendiri, industri pengolahan lainnya, dan sektor tanaman perkebunan. Dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan ekspor di sektor industri TPT adalah sektor industri TPT itu sendiri, sektor tanaman perkebunan, dan sektor industri pengolahan lainnya. Sedangkan yang pengaruhnya paling kecil baik dari sisi output pendapatan dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor perikanan.
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Penulis bernama Junaedi lahir pada 10 Januari 1985 di Jakarta, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan M. Sholeh dan Zuhriah. Jenjang pendidikan penulis dilampaui tanpa kendala, penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri Rawa Barat 05 pagi Jakarta pada tahun 1997 kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 56 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Nugeri 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
Halaman
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Manfaat Penelitian ... 14
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1. Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian ... 16
2.2. Defenisi Industri... 20
2.3. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) ... 23
2.4. Prospek Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ... 27
2.5. Teori Analisis Input-Output (I-O)... 29
2.5.1. Struktur Tabel Input-Output (I-O) ... 30
2.5.2. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output ... 33
2.5.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 34
2.5.4. Analisis Keterkaitan ... 34
2.5.5. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 35
2.6. Penelitian Terdahulu ... 36
2.7. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 38
III. METODE PENELITIAN ... 41
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 41
3.2. Lingkup dan Waktu Penelitian... 41
3.3. Metode Analisis ... 41
3.3.2. Analisis Keterkaitan (Lingkage) ... 43
3.3.3.Analisis Dampak Penyebaran ... 45
3.3.4. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 46
3.3.5. Koefisien Pendapatan ... 50
3.3.6. Koefisien Tenaga Kerja ... 50
3.4. Analisis Ekspor ... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1. Peranan Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Perekonomian Indonesia ... 53
4.2. Analisis Keterkitan ... 56
4.2.1. Keterkaitan ke Depan ... 56
4.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 58
4.3. Analisis Dampak Penyebaran ... 59
4.3.1. Koefisien Penyebaran ... 60
4.3.2. Kepekaan Penyebaran ... 61
4.4. Analisis Multiplier ... 61
4.4.1. Multiplier output ... 62
4.4.2. Multiplier Pendapatan ... 63
4.4.3. Multiplier Tenaga Kerja ... 64
4.5. Dampak Peningkatan Ekpor Sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Terhadap Perekonomian Indonesia ... 65
4.5.1. Dampak Terhadap Output ... 65
4.5.2. Dampak Terhadap Pendapatan ... 67
4.5.3. Dampak Terhadap Tenaga Kerja ... 68
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1. Kesimpulan ... 71
5.2. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 75
Nomor Halaman 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2001-2005 ... 2
1.2. Peranan Sektor Perekonomian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia tahun 2003-2005 (Ribu Orang) ... 3
1.3. Nilai ekspor non migas Indonesia (menurut sektor) tahun 2001–2005 (juta US$)... 4
1.4. Persentase Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut sektor tahun 2001-2005 ... 5
1.5. Nilai Ekspor Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005 (dalam juta US$) ... 6
1.6. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005... 7
1.7. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Dari Rep. Rakyat China ... 8
1.8. Impor Serat (Fiber) Indonesia Dari Rep. Rakyat China ... 8
2.1. Klasifikasi Industri TPT menurut Harmonized System... 23
2.2. Klasifikasi Industri TPT menurut BPS Mulai Tahun 1998-2002 ... 25
2.3. Ilustrasi Tebel I-O ... 32
3.1. Nilai Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2002–2005 (dalam juta US$) ... 51
4.1. Nilai Permintaan Akhir, Permintaan Antara dan Jumlah Permintaan di Indonesia Tahun 2003 (milyar rupiah) ... 54
4.2. Alokasi Permintaan Sektor Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia (juta rupiah) ... 55
4.3. Stuktur Input Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia Tahun 2003 (juta rupiah) ... 56
4.4. Keterkaitan ke Depan Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003 ... 57
4.5. Keterkaitan ke Belakang Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 58
Perekonomian Indonesia Tahun 2003... 62 4.8. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan Output (juta Rupiah) ... 66 4.9. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan Pendapatan (juta Rupiah) ... 67 4.10. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Terhadap Perubahan tenaga kerja (orang). ... 69 4.11. Dampak Peningkatan Ekspor Industri Tekstil dan Produk Tekstil
1.1. Ekspor Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001-2005 ... 9 1.2. Nilai Ekspor Bersih Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Indonesia Tahun 2001-2005... 10 2.1. Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan
Pengeluaran ... 17 2.2. Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Dampak Peningkatan Ekspor di Sektor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Terhadap Perekonomian Indonesia dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan selama penelitian skripsi ini, antara lain:
1. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari pembuatan proposal sampai dengan akhir penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak, ibu serta adik-adikku tercinta, dan tak lupa juga untuk HoneyKu Fenny yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang serta doa dan dukungannya.
3. M. Yusuf H.S selaku pembahas dan para peserta seminar hasil penelitian skripsi atas saran dan kritiknya yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Rio, Reni, Dio, Rizal, Nova, Rizki, Kristian, Ryan, Berri, Beni, Sri, dan Angga atas bantuannya selama penyusunan skripsi ini.
5. Teman- teman Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Juli 2007
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang mempunyai luas
lahan dan jumlah penduduk yang besar, yang didalamnya terkandung kekayaan
alam melimpah, Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mensejahterakan
rakyatnya dengan pembangunan yang merata. Kekayaan alam yang berlimpah dan
jumlah penduduk yang besar merupakan modal bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mewujudkan tujuan pembangunan. Pembangunan yang lebih baik selalu
diupayakan guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang selama ini menjadi
penghambat pertumbuhan ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan dan lain
sebagainya. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan.
Sektor industri mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia
dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB). Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa,
kontribusi sektor industri dalam pembentukan PDB dari tahun ke tahun terus
meningkat. Kontribusi sektor industri rata-rata dari tahun 2001 hingga 2005
sekitar 29.14 persen per tahun yang menempati posisi pertama. Angka ini
menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor pembentuk PDB terbesar
dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Namun pada tahun
2005 terjadi penurunan PDB yang cukup signifikan. Penurunan yang besar ini
dikarenakan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan
tahun 2005 juga terjadi penurunan drastis pada penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) yang berdampak pula terhadap
berkurangnya output yang dihasilkan oleh industri pengolahan (kompas, 2005).
Hal yang patut diperhatikan adalah bagaimana caranya mengembangkan sektor
industri, agar sektor ini dapat menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang makmur
dan sejahtera.
Table 1.1. Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005.
Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian, Peternakan, Kehutanan,
dan Perikanan
15,64 15,38 16,91 16,47 14,54 Pertambangan dan Penggalian 11,66 11,29 11,79 10,63 9,30 Industri Pengolahan 27,60 27,79 31,08 31,12 28,10 Listrik, Gas dan Air Minum 0,63 0,66 0,73 0,72 0,92
Bangunan 5,55 5,61 6,30 6,39 5,91
Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,24 16,16 18,05 17,99 16,83 Pengangkutan dan Komunikasi 4,59 5,06 6,01 6,43 6,26 Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
8,02 8,74 9,88 10,03 9,26
Jasa-jasa 9,04 9,23 10,21 10,10 9,14
Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Kontribusi sektor industri juga dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja
yang tersaji pada Tabel 1.2. Tabel ini menunjukkan bahwa sektor industri
pengolahan pada tahun 2003 menyerap tenaga kerja sebesar 11.495.900 orang,
turun menjadi 11.070.500 orang pada tahun 2004 dan meningkat kembali menjadi
11.652.400 orang pada tahun 2005. Meskipun daya serap sektor industri
pengolahan mengalami penurunan pada tahun 2004 dari tahun sebelumnya
sebesar 425.400 orang, namun pada tahun 2005 mengalami peningkatan dengan
Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan
tenaga kerja yaitu urutan ke 3 setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor ini perlu diperhatikan pemerintah karena sektor industri merupakan sektor
padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar sehingga dapat
mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia Oleh karena itu, industri
pengolahan merupakan industri yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia.
Tabel 1.2. Peranan Sektor Perekonomian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2003-2005 (Ribu Orang).
Penyerapan Tenaga Kerja
Lapangan Usaha 2003 2004 2005
Pertanian, Peternakan , Kehutanan dan Perikanan
43.042,1 40.608,0 41.814,2 Pertambangan dan Penggalian 732,8 1.034,7 808,8
Industri pengolahan 11.495,9 11.070,5 11.652,4
Listrik Gas, dan Air bersih 151,8 230,8 186,8
Bangunan 4.054,7 4.540,1 4.147,1
Perdagangan, Hotel dan Restoran 17.249,5 19.119,2 18.896,9 Pengangkutan dan Komunikasi 4.939,7 5.480,5 5.552,5 Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
1.306,5 1.125,1 1.042,8
Jasa-jasa 9.837,8 10.513,1 10.576,6
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Selain dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan
tenaga kerja, sektor industri juga memberikan kontribusi yang besar dalam
pendapatan devisa negara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 yang menunjukkan
besarnya ekspor sektor industri pengolahan. Jumlah ekspor non migas yang paling
besar selama periode tahun 2001 hingga tahun 2005 adalah pada sektor industri.
Sektor industri memberikan kontribusi terhadap pembentukan ekspor rata-rata
memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan ekspor dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya. Ini memberikan arti bahwa kontribusi pertumbuhan
nasional dari sektor industri masih sangat besar, sehingga apabila kinerja pada
sektor industi ini mengalami gangguan, maka secara tidak langsung perekonomian
nasional juga ikut terganggu. Produk-produk industri dinilai selalu memiliki nilai
tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang
lebih besar dibandingkan dengan produk-produk sektor lain.
Tabel 1.3. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia (menurut sektor) Tahun 2001–2005 (juta US$)
NO SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005
2.438,5 2.568,3 2.526,1 2.496,2 2.880,2 1. Sektor Pertanian
(5,58) (5,70) (5,33) (4,46) (4,34) 3.569,6 3.743,7 3.995,6 4.761,4 7.946,8 2. Sektor Pertambangan
(8,17) (8,31) (8,43) (8,51) (11,96) 37.671,1 38.729,6 40.879,9 48.677,3 55.593,6 3. Sektor Industri
(86,24) (85,98) (86,23) (87,02) (83,69)
5,4 4,5 5,2 4,4 7,8
4. Komoditi Sektor Lainnya
(0,01) (0,01) (0,01) (0,01) (0,01) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Industri yang selama ini cukup menjadi andalan bagi Indonesia adalah
industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Kompetensi industri TPT nasional
selama kurang lebih 35 tahun menjadikan Indonesia dikenal dan diperhitungkan
sebagai negara Produsen & Eksportir TPT dunia. Fundamental industri TPT
Indonesia kuat karena terintegrasi dari sub-sektor industri hulu dan hilir. Dari
industri man made fiber sampai industri garment. Keunggulan TPT Indonesia yaitu setiap sub-sektor memiliki skala kapasitas produksi besar dengan tingkat
Bila dilihat dari sisi ekonomi makro, kontribusi industri TPT mempunyai
peranan penting bagi perekonomian Indonesia dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB). Dari Tabel 1.4 terlihat bahwa, kontribusi sektor industri
TPT dalam pembentukan PDB rata-rata dari tahun 2001 hingga 2005 sekitar 3,2
persen per tahun yang menempati posisi ke dua setelah industri makanan,
minuman, dan tembakau di dalam lingkup industri pengolahan. Angka ini
menunjukkan bahwa sektor industri TPT merupakan sektor pembentuk PDB yang
yang cukup besar.
Tabel 1.4. Persentase Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2001-2005.
SEKTOR 2002 2003 2004 2005
BUKAN INDUSTRI 72,14 71,99 71,64 71,09
INDUSTRI
Industri Pengolahan 27,86 28,01 28,36 28,10
1. Industri Migas 3,47 3,34 3,12 2,79
a. Kilang Minyak 1,45 1,42 1,35 1,21
b. Gas Alam dan Cair 2,02 1,92 1,77 1,58
2. Industri Pengolahan Bukan Migas 24,39 24,67 25,24 25,31 a. Makanan, minuman, dan tembakau 7,55 7,38 7,13 6,94 b. Tekstil, pakaian jadi dan kulit 3,22 3,26 3,23 3,10 c. Kayu, bambu dan rotan 1,36 1,32 1,23 1,15 d. Kertas dan barang cetakan 1,33 1,38 1,41 1,37 e. Pupuk, kimia, dan barang dari karet 3,00 3,17 3,29 3,39 f. Semen dan barang galian bukan logam 0,85 0,87 0,91 0,89 g. Logam dasar besi dan dan baja 0,59 0,52 0,48 0,44 h. Alat angkutan mesin dan peralatannya 6,31 6,56 7,34 7,81
i. Lainnya 0,18 0,21 0,22 0,22
PDB 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Kontribusi industri TPT juga terlihat pada penyerapan tenaga kerja, tahun
2001 sektor ini mampu menyerap sebesar 1.219.325 tenaga kerja, tahun 2002
tahun 2004 menyerap sebanyak 1.184.079 tenaga kerja dan pada tahun 2005
meningkat sebesar 1,84 juta tenaga kerja. Jumlah tersebut membuktikan bahwa
sektor industri TPT bersifat padat karya dan akan sangat membantu pemerintah
dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Industri TPT merupakan salah satu industri andalan bagi Indonesia dalam
peningkatan devisa negara. Tabel 1.5 menyajikan besarnya ekspor maupun impor
serta nilai ekspor bersih industri TPT. Apabila perbandingkan dengan Tabel 1.3
kita dapat melihat bahwa industri TPT menyumbang rata-rata sebesar 15,5 persen
per tahunnya terhadap pembentukan ekspor pada sektor industri. Ekspor industri
TPT tahun 2001 adalah sebesar 7.675,41 juta US$ dan terjadi penurunan ekspor
pada tahun 2002 menjadi 6.888,56 juta US$ atau terjadi penurunan sebesar 10,25
persen. Namun tahun 2003 hingga 2005 ekspor industri TPT berhasil meningkat
dengan rata-rata 7,77 persen per tahunnya. Bila dilihat dari selisih ekspor dan
impornya, pada sektor industri TPT mendapatkan surplus yang setiap tahun terus
meningkat. Angka yang tertera pada tahun 2005 yaitu industri TPT surplus
sebesar 6.997,35 juta US$ dari sinilah industri TPT dapat disebut sebagai salah
satu industri andalan bagi Indonesia dalam peningkatan devisa negara.
Tabel 1.5. Nilai Ekspor Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005 (dalam juta US$).
Tahun Nilai Ekspor % Perubahan Nilai Impor % Perubahan Ekspor Bersih
2001 7.675,41 - 2.440,11 - 5.235,30
2002 6.888,56 -10,25 1.824,57 -25,23 5.063,99
2003 7.033,49 2,10 1.673,12 -8,30 5.360,37
2004 7.647,44 8,73 1.720,56 2,84 5.926,88
2005 8.602,87 12,49 1.605,53 -6,67 6.997,35
Nilai impor TPT secara total mengalami penurunan sebesar 6,69%, akan
tetapi apabila dilihat sektor per sektor terdapat kenaikan impor yang cukup besar
baik dalam volume maupun nilai, khususnya pada impor produk pakaian jadi
(garmen) yang mengalami kenaikan cukup besar. Secara lengkap data mengenai
impor industri TPT Indonesia tercantum pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001–2005.
Sub-sektor Satuan 2001 2002 2003 2004 2005 Ribu Ton 977,59 807,45 672,55 642,24 598,26 Serat Juta US$ 1336,12 922,48 838,01 956,26 801,77 Ribu Ton 84,59 83,21 87,63 109,43 108,53 Benang Juta US$ 260,70 219,53 196,79 244,89 267,04 Ribu Ton 154,25 116,16 83,29 98,76 99,41 Kain Juta US$ 755,05 588,65 403,04 433,51 405,99 Ribu Ton 11,95 11,65 3,65 3,23 11,08 Pakaian Jadi Juta US$ 17,56 27,64 15,08 28,24 53,24 Ribu Ton 37,62 30,30 24,17 27,24 33,35 Prod. tekstil
jadi lainnya Juta US$ 73,04 69,94 61,59 57,66 77,49 Ribu Ton 1266,01 1048,76 871,28 880,89 850,63 Total Juta US$ 2442,46 1828,24 1514,52 1720,56 1605,53 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Depperin, 2005 (diolah ).
Impor bahan baku industri TPT sebagian besar berasal dari china berupa
produk pakaian jadi (garmen), dalam volume maupun nilai, disamping garmen
juga terdapat kenaikan impor yang besar juga berasal dari China berupa jenis
Tabel 1.7. Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Dari Rep. Rakyat China.
2004 2005 % Share 2005
Produk 1000 Ton Juta US$ 1000 Ton Juta US$ Ton US $
Serat 6,51 9,17 3,85 6,48 -40,79 -29,32
Benang 13,44 32,66 20,33 46,29 51,26 41,74
Kain 33,12 115,35 43,42 144,28 31,08 25,08
Pakaian Jadi 0,93 3,21 7,15 19,67 666,69 513,07 Prod. Tekstil
Jadi Lainnya 2,87 4,26 3,87 6,18 34,80 45,11
Total 56,88 164,64 78,63 222,90 38,24 35,38
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Depperin, 2005 (diolah).
Tabel 1.8. Impor Serat (Fiber) Indonesia Dari Rep. Rakyat China.
2004 2005 % Share 2005
Serat Ton Ribu US$ Ton Ribu US$ Ton US $ Serat Alam 465.017 702.387 469.990 589.499 1,07 -16,07
Sutra 194 235 312 821 61,02 249,55
Wol 1.884 10.23 1.298 6.156 -29,59 -39,83
Kapas 458.914 390.064 464.963 580.582 1,32 -15,87 Serat Alam
Lainnya 4.065 1.857 3.416 1.94 -15,96 4,46
Serat Buatan 177.222 253.874 128.275 212.274 -27,62 -16,39
Total 642.239 956.26 598.265 801.773 -6,85 -16,16
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Depperin, 2005 (diolah).
Perkembangan sektor industri TPT di Indonesia menjadikan industri ini
sebagai salah satu industri terpenting meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Industri tekstil dan produk tekstil memberikan efek multiplier dalam kehidupan
masyarakatnya baik dari sisi tenaga kerja, pendapatan maupun terhadap output
industri itu sendiri. Selain itu perlu juga dilihat bagaimana dampak penyebaran
industri ini dan keterkaitan terhadap sektor-sektor industri lainnya. Hal tersebut
yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri tekstil di
1.2. Perumusan Masalah
Industri TPT memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukkan PDB dan penyerapan tenaga kerja. Semakin berkembangnya sektor
industri TPT dari tahun ke tahun diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah
pengangguran dan pemerataan pendapatan yang terjadi di Indonesia. Yang lebih
diperhatikan di sini adalah kontribusi sektor industri TPT dalam pembentukan
devisa negara. Saat ini Indonesia menduduki posisi ke-11 untuk jenis kain dan
benang dan posisi ke-8 untuk jenis produk pakaian jadi (Asosiasi Pertekstilan
Indonesia, 2007).
Gambar 1.1. Ekspor Impor Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001-2005
Ekspor Impor TPT
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Jut
a
US$
Ekspor TPT Impor TPT
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005 (diolah).
Seperti yang sudah di bahas sebelumnya, sektor industri TPT berhasil
meningatkan nilai ekspor dan menurunkan impornya yang berarti juga industri ini
impor sektor industri TPT dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pada gambar tersebut
sangat jelas memperlihatkan tren nilai ekspor yang meningkat dan impor yang
menurun. Pada Gambar 1.2 memperlihatkan besarnya devisa yang dihasilkan oleh
sektor ini meningkat dari tahun ke tahun.
Gambar 1.2. Nilai Ekspor Bersih Industri Tekstil dan Produk Pekstil (TPT) Indonesia Tahun 2001-2005
5235.3 5063.99 5360.37
5926.88
6997.35
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Juta US$
2001 2002 2003 2004 2005
Tahun Nilai Ekspor Bersih
Nilai Ekspor Bersih
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005 (diolah).
Peningkatan yang terjadi disetiap tahunnya, bukan berarti pula industri
TPT tidak mengalami hambatan. Pada tahun 2002 penurunan ekspor TPT sebesar
10,25 persen ini disebabkan oleh relokasi pabrik tekstil ke Cina dan Vietnam, hal
ini terjadi sejak iklim bisnis Indonesia yang kurang mendukung berkaitan dengan
masalah domestik struktural yang belum dapat dipecahkan. Ekspor TPT juga
menurun pada tahun 2003 karena masalah-masalah yang dihadapi dihadapi
perusahaan seperti mesin-mesin yang sudah tua, keterbatasan sumber pembiayaan
TPT yang selama ini menjadi unggulan ekspor nonmigas dan menyerap sekitar
1,84 juta pekerja terancam hancur akibat kalah bersaing di era pasar bebas.
Ancaman itu begitu serius karena sebagian besar mesin-mesin tekstil sudah
berumur di atas 15 tahun sehingga produktivitasnya kian merosot, sementara
konsumsi energi makin boros. Sebaliknya China, India, Pakistan dan Vietnam
terus memperbarui mesin produksi dengan teknologi terkini yang jauh lebih
efisien, sehingga kian mengancam pasar lokal. Sedangkan pabrik lokal justru
mulai tutup satu per satu. Revitalisasi yang sejak lima tahun terakhir dicanangkan
pemerintah sulit direalisasikan karena perbankan tidak bersedia membiayai.
Menurut perkiraan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), kebutuhan dana
restrukturisasi mesin tekstil membutuhkan dana US$3,5 miliar, untuk
meningkatkan kinerja industri dan menggenjot ekspor. International Finance
Corporation dan Japan Bank for International Cooperation sebenarnya sanggup
membiayai program itu. Namun, pemerintah tidak bersedia memberikan
jaminan.Akibatnya, kinerja ekspor TPT cenderung menurun. Pada 2000 ekspor
TPT mencapai US$8,2 miliar, tetapi sejak itu tidak pernah lagi menyentuh US$8
miliar, kecuali tahun 2005 senilai US$8,6 miliar.
Upaya peningkatan industri TPT nasional masih dan selalu saja menemui
berbagai permasalahan baik eksternal maupun internal. Dari permasalahan
eksternal seperti terbentuknya blok-blok perdagangan maupun perdagangan antar
kawasan/regional yang baru, khususnya di negara-negara yang selama ini menjadi
tujuan utama ekspor TPT Indonesia, dengan segala proteksi, preferensi, dan
bagi eksistensi kinerja ekspor TPT nasional. Selain itu tumbuhnya kompetitor–
kompetitor baru juga telah menambah berat persaingan dalam menghadapi era
pasar global yang semakin terbuka dan pasti.
Disamping permasalahan eksternal, yang menjadi sumber dari segala
permasalahan adalah permasalahan internal yang kerap kali menjadi penghambat
bagi peningkatan kinerja industri TPT nasional yang secara langsung dapat
dirasakan pengaruhnya pada aktifitas produksi maupun pemasaran perusahaan
mulai dari adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), kenaikan Tarif Dasar
Listrik (TDL), suku bunga yang relatif tinggi, naiknya biaya-biaya administrasi
yang tergolong penerimaan negara bukan pajak, naiknya biaya transportasi baik
darat maupun laut, sistem pengupahan, maraknya impor TPT ilegal ditambah lagi
dengan pungutan-pungutan resmi maupun tidak resmi. Dengan kata lain bahwa
adanya kenaikan-kenaikan biaya tersebut ditambah dengan permasalahan
eksternal dan internal belum sepenuhnya diimbangi oleh adanya suatu kebijakan
yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha khususnya industri TPT untuk
dapat berkembang (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2007).
Meningkatnya kinerja dari sektor-sektor perekonomian yang menjadi
prioritas utama dalam pembangunan negara Indonesia memerlukan suatu kondisi
yang dapat mendukung sektor-sektor perekonomian tersebut mulai hal yang
paling mendasar sampai langkah akhir dalam pengelolaan outpunya serta
diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan
jumlah ekspor sehingga memberikan peningkatan dalam pembentukan nilai
kedudukan sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam perekonomian
Indonesia serta peluang dan potensi yang dimilikinya, maka beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Berapa besar peranan sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap
perekonomian Indonesia?
2. Bagaimana keterkaitan antara sektor industri tekstil dan produk tekstil
dengan sektor-sektor perekonomian lainnya dan dampak penyebarannya?
3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri
tekstil dan produk tekstil berdasarkan efek multiplier terhadap output,
pendapatan, dan kesempatan kerja?
4. Berapa besar peningkatan ekspor yang ditimbulkan oleh sektor industri
tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari
pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antar
sektor serta dampak ekspor sektor industri tekstil dan produk tekstil dalam
perekonomian Indonesia. Sesuai dengan penjelasan latar belakang dan perumusan
masalah di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis peran sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap
perekonomian Indonesia.
2. Menganalisis keterkaitan antara sektor industri tekstil dan produk tekstil
3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri
tekstil dan produk tekstil berdasarkan efek multiplier terhadap output,
pendapatan, dan kesempatan kerja.
4. Menganalisis dampak peningkatan ekspor yang ditimbulkan oleh sektor
industri tekstil dan produk tekstil terhadap perekonomian Indonesia dilihat
dari pembentukan output, pendapatan dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Hal-hal yang diperoleh dengan dan dari penelitian tentang analisis peranan
serta dampak investasi sektor industri tekstil dan produk tekstil terhadap
perekonomian Indonesia diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait dengan permasalahan yang telah diteliti ini. Secara ringkas, manfaat yang
penulis harapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Indonesia dan pihak
terkait lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
ekonomi, terutama terkait dengan sektor-sektor industri tekstil dan produk
tekstil.
2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang lain sebagai
bahan pelengkap penelitian yang relevan dengan permasalahan skripsi ini.
3. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
mahasiswa jurusan ilmu ekonomi pada umumnya dalam memahami
permasalahan mengenai peranan serta dampak peningkatan ekspor di
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas dampak kenaikan ekspor di sektor industri tekstil
dan produk tekstil terhadap sektor-sektor perekonomian lainnya mengenai
pengaruh, keterkaitan, dampak penyebaran dalam perekonomian Indonesia.
Dalam penelitian ini tidak membahas pengaruh peningkatan impor yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekspor sektor industri tekstil dan produk
tekstil melainkan jumlah impor di penelitian ini diasumsikan tetap. Penelitian ini
juga mengansumsikan koefisien teknologi dalam tabel Input-Output tetap,
sehingga tidak ada perubahan koefisien teknologi dati tahun 2003 hingga tahun
2007. Termasuk dalam penelitian industri TPT ini adalah industri serat, benang,
kain, industri pakaian jadi dan produk tekstil lainnya yang diagregasi menjadi
sektor sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Analisis sektor industri
TPT ini dilakukan dengan menggunakan data pada tabel Input-Output (I-O) Indonesia tahun 2003. Oleh karena itu, penelitian ini tidak melihat wilayah secara
2.1. Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian
Perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada suatu negara pun di dunia
ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk. Kalaupun berbagai kebutuhan tersebut dapat dihasilkan di
dalam negeri, tetapi dalam banyak hal sering lebih murah mengimpor
barang-barang yang diperlukan dari luar negeri daripada harus dihasilkan sendiri di dalam
negeri (Deliarnov,1995).
Manfaat yang dapat diambil dengan adanya perdagangan luar negeri
berupa sumber devisa, dengan mengekspor suatu komoditi maka kita akan
mendapat devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor barang modal dan
konsumsi. Kesempatan kerja akan semakin luas akibat perdagangan luar negeri
terutama kegiatan ekspor. Selain itu, harga barang-barang akan stabil dengan
adanya impor, peralihan teknologi juga akan semakin cepat serta terjadi
peningkatan kualitas konsumsi.
Perdagangan luar negeri terjadi dalam perekonomian terbuka, sedangkan
dalam perekonomian tertutup hanya memiliki tiga komponen PDB yaitu
pengeluaran konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintahan (G).
Ekspor bersih (Ekspor – Impor) terjadi pada perekonomian terbuka. Ekspor bersih
dapat bertanda positif maupun negatif. Bila tandanya positif maka jumlah barang
yang diekspor ke luar negeri lebih banyak daripada barang-barang yang diimpor.
banyak daripada jumlah barang yang diekspor (X). Pendapatan nasional dapat
dirumuskan dengan : Y = C + I + G + (X – M).
Gambar 2.1 Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran
Sumber : Mankiw, 2000.
Perdagangan luar negeri terdiri dari ekspor dan impor, dimana ekspor
adalah penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain
sedangkan impor adalah barang yang dikirimkan dari luar negeri karena negara
tersebut tidak dapat memproduksi barang tersebut atau karena produksi negara
kurang untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Ekspor netto adalah selisih
antara ekspor dan impor. Ekspor neto sama dengan selisih antara apa yang
diproduksi dan apa yang diinginkan untuk konsumsi, investasi, dan belanja
Pengeluaran Agregat (AE)
45˚
Pendapatan Nasional Riil (Y) Y = AE
ΔNX
AE2 = C+I+G+(EX1-IM)
AE1 = C+I+G+(EX2-IM)
Y2 Y1
AS
AD2
AD1
Tingkat harga (P)
P1
P2
pemerintah (Mankiw, 2000). Apabila diturunkan ke kurva permintaan agregat
(Agregat Demand/AD) dan penawaran agregat (Agregat Suplay/AS), pada
Gambar 2.1 terlihat bahwa penurunan pada ekspor neto akan menggeser Agregate
Expenditure (AE) ke bawah, selain itu juga akan mengakibatkan permintaan
agregat (Agregate Demand/AD) menurun, hal ini akan mendorong tingkat harga
turun. Dari sisi pendapatan nasional, pendapatan nasional (Y) akan mengalami
penurunan (kontrasionary) dari Y1 menjadi Y2.
Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke
negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke
negara-negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang
dihasilkan oleh negara pengekspor. Ekspor merupakan salah satu komponen atau
bagian dari pengeluaran agregat. Makin banyak jumlah barang yang dapat
diekspor, makin besar pengeluaran agregat, dan makin tinggi juga pendapatan
nasional suatu negara.
Impor merupakan kebalikan dari ekspor. Jika ekspor dikatakan sebagai
faktor injeksi maka impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional.
Artinya, makin besar impor makin banyak uang negara yang pindah ke luar
negeri. Jumlah impor ditentukan oleh kemampuan dalam menghasilkan
barang-barang yang bersaing dengan buatan dalam negeri. Makin tinggi tingkat
pendapatan nasional serta makin rendah kemampuan untuk menghasilkan
barang-barang dan makin tinggi impor, dan pendapatan nasional akan menurun. Ekspor
nasional. Sebab ekspor neto dapat menghasilkan devisa yang selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor dalam negeri.
Pada Gambar 2.2 panel a) terlihat bahwa jumlah ekspor (X) ditentukan
oleh faktor eksogen dan tidak tergantung pada besarnya pendapatan nasional.
Sebaliknya dari panel b) terlihat antara impor (M) dengan pendapatan nasional
terdapat kaitan yang erat. Makin besar pendapatan nasional makin besar impor
ditentulan oleh marginal propencity to import .
a) b)
Gambar 2.2. Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan Nasional
Sumber : Deliarnov, 1995.
Sementara itu Todaro dan Smith (2003) menyatakan peranan perdagangan
luar negeri dalam pembangunan ekonomi terbagi dua yaitu manfaat langsung dan
tidak langsung. Manfaat langsung perdagangan luar negeri adalah :
1) Perdagangan internasional memperluas pasaran dan merangsang investasi,
pendapatan dan tabungan melalui alokasi sumberdaya dengan lebih
efisien.
M + Mo + mY
Mo
0 X
0
M
X
Y Y
Δ Y
2) Sumber-sumber yang ada digunakan lebih produktif dan alokasi
sumber-sumber menjadi lebih efisien berdasarkan fungsi-fungsi produksi tertentu.
3) Membantu mengalihkan sektor pangan subsisten ke sektor uang karena
pasar bagi produk pertanian meningkat dan pendapatan serta standar
kehidupan meningkat dan pendapatan serta standar hidup petani
meningkat.
Sedangkan manfaat tidak langsung dari perdagangan luar negeri adalah :
1) Perdagangan luar negeri membantu mempertukarkan barang-barang yang
mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah dengan barang luar negeri
yang mempunyai kemampuan pertumbuhan tinggi.
2) Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh mendidik, artinya dapat
memberikan sarana dan wahana untuk menyebarluaskan pengetahuan
teknis, pemasukan gagasan, keterampilan, bakat manajer, dan
kewiraswastaan yang dapat menyebabkan kemajuan teknologi.
3) Perdagangan luar negeri memberikan dasar bagi pemasukan modal luar
negeri ke negara-negara berkembang.
4) Perdagangan luar negeri dapat meningkatkan persaingan sehat dan
mengendalikan monopoli yang tidak efisien.
2.2. Defenisi Industri
Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan
barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling
mengganti (Hasibuan, 1993). Sedangkan menurut Dumairi (1995) istilah industri
perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini misalnya sebutan industri tekstil berarti
himpunan atau kelompok perusahaan penghasil tekstil. Kedua, industri dapat pula
merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif
yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Sementara itu industri berbeda dengan perusahaan, menurut Badan Pusat Statistik
(2002) perusahaan merupakan suatu satuan usaha yang melakukan kegiatan
ekonomi dengan tujuan menghasilkan dan atau menjual barang atau jasa.
Perusahaan terletak atau menempati lokasi tersendiri dan bersifat menetap,
mempunyai aktivitas dan catatan administrasi yang dapat dipisahkan dari kegiatan
lain serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab penuh atas resiko
usaha serta dapat menjamin kelangsungan usaha tersebut baik sebagai pemilik
atau pimpinan ataupun pekerja.
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan
perakitan. (BPS, 2003).
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2002, industri pengolahan
dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu:
1. Industri Migas
a. Kilang minyak
2. Industri Pengolahan Bukan Migas
a. Industri makanan, minuman, dan tembakau
b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
c. Industri kayu, bambu dan rotan
d. Industri kertas dan barang cetakan
e. Industri pupuk, kimia, dan barang dari karet
f. Industri semen dan barang galian bukan logam
g. Industri logam dasar besi dan dan baja
h. Industri alat angkutan mesin dan peralatannya
i. Industri barang ainnya
Industri pengolahan dibagi dalam 4 golongan berdasarkan tenaga kerjanya
yaitu sebagai berikut (BPS, 2004):
1. Industri besar. Industri besar merupakan perusahaan industri yang
memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih.
2. Industri sedang. Industri sedang adalah perusahaan industri yang memiliki
tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.
3. Industri kecil. Industri kecil adalah perusahaan industri yang memiliki
tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.
4. Industri kerajinan rumah tangga. Industri kerajinan rumah tangga adalah
2.3. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)
Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Dilihat dari sisi
keuntungan atau benefitnya, tekstil tidak hanya untuk pakaian, tapi juga dapat
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya (kain
kasur, gorden, taplak meja, tas, koper, parasut, kain layer, jok mobil atau kap
mobil, ban pipa atau selang untuk minyak dan pemadam kebakaran, dan lain-lain).
Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil berarti pula:
a. Suatu benda yang dibuat dari benang, dijadikan kain sebagai bahan pakaian.
Tabel 2.1. Klasifikasi Industri TPT menurut Harmonized System
Chapter 50 Silk, mulai dari cocoons suitable for reeling sampai woven
pabrics
Chapter 51 Cotton, mulai not carded dan cotton waste sampai woven fabrics Chapter 52 Wool, mulai unimproved wol sampai woven fabrics
Chapter 53 Other vegetable fibre, mulai processed but not spun sampai
woven fabrics
Chapter 54 Man made stample filaments, mulai yarn & thread sampai woven fabrics
Chapter 55 Man made stample fibres, mulai fiber & tows termasuk waste, sampai woven fabrics (synthetic atau artificial)
Chapter 56 Non-woven, special yarns, ropes, etc.,sampai netting (dari semua jenis fibers)
Chapter 57 Carpets, dari semua jenis fibers
Chapter 58 Special woven fabrics, embroidery dari semua bahan dalam
raschel dikelompokkan Chapter 60 (knitted fabrics)
Chapter 59 Impregnated coated, laminated, and textiles articles suitable for industrial use
Chapter 60 Knitted or crocheted fabrics dari semua bahan
Chapter 61 Apparel and clothing accessories, knitted or crocheted Chapter 62 Apparel and clothing accessories, not knitted or crocheted Chapter 63 Other made up articles, termasuk blanket, bed linen,table linen,
b. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (ditenun) atau
dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk
keperluan lainnya (Djafrie, 2003).
Pengklasifikasian TPT dilakukan bergantung pada tujuan penggunaan TPT
itu sendiri sehingga menimbulkan beberapa cara dalam mengklasifikasinya. Pada
saat ini, masih ada 2 (dua) jenis klasifikasi yang berbeda sekali, yaitu klasifikasi
berdasarkan produk (industri) dan berdasarkan perdagangan. Untuk keperluan
statistik perdagangan dan penggolongan barang dalam tarif pabean, semua
anggota GATT sepakat menggunakan hasil dari Custom Cooperation Council
dalam bentuk The Harmonized Commodity Discription and Coading System
disingkat HS (Harmonized System) pada Tabel 2.1. Kesepakatan anggota GATT
itu telah diterima PBB dengan mengadakan revisi 2 United Nation tentang
Standard International Trade Classification (SITC). Harmonized System terdiri dari 21 Section dan 99 chapters (diantaranya dua chapters cadangan). TPT
termasuk section XI, tetapi beberapa produk dari section lain dalam MFA
dimasukkan ke dalam cakupan section TPT. Dalam rentang waktu penelitian yang dilakukan, yaitu 1983-2002, sektor industri TPT telah mengalami tiga kali
perubahan dalam pembagian golongan pokok industri. Pertama, pada 1983-1989,
statistik industri tekstil, garmen dan produk kulit (ISIC 32) terdiri dari 16 cabang,
mulai batik tradisional dan kerajinan perkakas tenun hingga benang tekstil modern
dan industri tenun. Kemudian pada 1990-1997 terjadi pengembangan
tahun 1998-2002 (Tabel 2.2), industri TPT terpisah menjadi tiga golongan pokok,
yaitu KLUI 17 (industri tekstil) dan KLUI 18 (pakaian jadi).
Tabel 2.2. Klasifikasi Industri TPT menurut BPS Mulai Tahun 1998-2002
17111 Persiapan serat tekstil
17112 Pemintalan benang
17113 Pemintalan benang jahit
17114 Pertenunan (kecuali pertenunan karung goni dan karung lainnya)
17115 Kain tenun ikat
17121 Penyempurnaan benang
17122 Penyempurnaan kain
17123 Percetakan kain
17124 Batik
17211 Barang jadi tekstil, kecuali untuk pakaian jadi 17212 Barang jadi tekstil, untuk keperluan kesehatan
17213 Tekstil jadi untuk keperluan kosmetik
17214 Karung goni
17215 Bagor dan karung lainnya
17220 Permadani 17231 Tali
17232 Barang-barang dari tali
17291 Kain pita
17292 Kain keperluan industri
17293 Border/sulam
17294 Non woven
17295 Kain ban
17299 Tekstil yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
17301 Kain rajut
17302 Pakaian jadi rajutan
17303 Rajutan kaos kaki
17304 Barang jadi rajutan
17400 Kapuk
18101 Pakaian jadi dari tekstil
18102 Pakaian jadi lainnya dari tekstil
18103 Pakaian jadi dari kulit
18104 Pakaian jadi lainnya dari kulit
18201 Bulu tiruan
18202 Pakaian jadi/barang jadi berbulu dan atau aksesoris
18203 Pencelup bulu
Empat sektor penting industri tekstil dan produk tekstil (TPT) adalah serat,
benang, tenunan/kain dan garmen. Secara teknis, struktur industri TPT nasional
dibagi menjadi tiga subsektor, yaitu:
1. Sektor hulu (upstream)
Industri sektor hulu adalah industri pembuat serat (fibre) dan pemintal (spinning), seperti serat kapas, serat sintetik, serat selulosa dan bahan baku serat sintetik. Umumnya, industri pada sektor hulu bersifat padat modal,
full-automotic, berskala besar, jumlah tenaga kerja sedikit dan output pertenaga kerja besar.
2. Sektor Menengah (midstream)
Sektor menengah meliputi industri yang bergerak pada bidang pemintalan
(spinning), pertenunan (weaving) dan pencelupan/penyempurnaan (dyeing/finishing). Sifat dari industri sektor menengah adalah semi padat modal dan teknologi yang dipakai telah berkembang dengan penyerapan
tenaga kerjanya lebih besar dari sektor hulu.
3. Sektor hilir (downstream)
Industri pada sektor hilir adalah pakaian jadi (garment). Sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat
karya. Pembeda sektor hilir dan sektor hulu maupun sektor menengah
adalah pada jumlah tenaga kerjanya, yaitu sebagian besar tenaga kerjanya
Gambar 2.3. Diagram Alur Struktur Industri TPT Indonesia Sumber: Djafrie, 2003.
2.4. Prospek Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Dilihat dari segi
keuntungannya, tekstil tidak hanya untuk pakaian tapi juga dapat digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya (kain kasur, gorden,
taplak meja, tas, koper, parasut, kain layar, jok mobil, ban pipa, selang untuk
minyak dan pemadam kebakaran, dan lain-lain). Tekstil berasal dari bahasa latin
yaitu textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Tekstil berarti pada : (a) suatu benda yang dibuat dari benang kemudian dijadikan kain sebagai bahan pakaian,
(b) suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam dari atau
SERAT ALAM SERAT BUATAN
PENCELUPAN
PEMBUATAN BENANG TEKSTUR
PERAJUTAN
NON WOVEN
BATIK
PEMBORDIRAN
PENCELUPAN/PENCETAKAN
PAKAIAN JADI PEMINTALAN
dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk
keperluan lain (Djafrie, 2003).
Banyak masalah yang menghambat perkembangan industri nasional saat
ini, seperti masalah infrastruktur yang belum banyak tersedia, tingkat suku bunga
yang tinggi, aturan pajak yang ketat, ketersediaan bahan baku dan juga sistem
perindustriannya (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2007). Hal tersebut akan
semakin menekan pertumbuhan sektor industri. Tekstil dan produk tekstil
termasuk dalam 10 industri yang menjadi prioritas pemerintah selain minyak
kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil), alas kaki, elektronik, industri kertas dan bubur kertas, tembakau, dan lain- lain. Permasalahan yang dihadapi industri TPT
saat ini adalah serbuan tekstil dari India dan Cina dengan daya saing tinggi, krisis
ekonomi tahun 1997 juga ikut mengakibatkan kemunduran industri TPT (Asosiasi
Pertekstilan Indonesia, 2007).
Negara pesaing TPT Indonesia yang utama adalah Cina. Cina sebagai
saingan utama memiliki cukup tenaga kerja disamping memiliki keunggulan lain
yang tidak dimiliki Indonesia yaitu kaya akan kapas. Oleh karena itu dalam
rangka mempertahankan daya saing TPT, Indonesia mengembangkan TPT dari
bahan sintetis yang bahan bakunya cukup tersedia di dalam negeri. Masalah lain
yang menghambat perkembangan TPT adalah rendahnya efisiensi mesin.
Selama ini industri TPT Indonesia memiliki keunggulan komparatif yakni
tersedianya cukup tenaga kerja dengan upah yang murah dibanding dengan negara
pengeksportir lainnya kecuali Cina. Oleh karena itu pada saat upah buruh mahal
ketergantungan terhadap bahan baku impor seperti kapas yang diimpor dari
Amerika Serikat dan pengembangan kreasi produk sendiri. Prospek pasar dunia
untuk TPT masih sangat cerah. Permintaan pasar produk ini tidak akan pernah
berhenti seiring dengan peningkatan kesejahteraan penduduk dunia,
perkembangan kebudayaan, etika dan bertambahnya populasi penduduk.
2.5. Teori Analisis Input-Output (I-O)
Menurut Badan Pusat Statistik (2003), Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu alat analisis yang menyajikan informasi transaksi barang dan jasa serta
saling kerterkaitan antara sektor yang satu dengan sekor lainnya, dalam suatu
wilayah pada periode tertentu dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian
sepanjang baris tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh
suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian pada
baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.
Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan
oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara
maupun input primer.
Alat analisis Input-Output (I-O) pertama kali dikenalkan oleh W. Leontif
pada tahun 1930-an dan telah berkembang untuk keperluan yang lebih luas dalam
analisis ekonomi. Kegunaan dari analisis input-output menurut BPS (2003)
1. Untuk memperkirakan dampak permitaan akhir terhadap output, nilai
tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai
sektor produksi.
2. Untuk melihat komposisi penyediaan barang dan penggunaan barang dan
jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.
3. Untuk analisis perubahan harga yaitu dengan melihat pengaruh secara
langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap
pertumbuhan perekonomian.
5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan
mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.
2.5.1. Struktur Tabel Input-Output (I-O)
Pada umumnya kerangka tabel Input-Output adalah suatu matriks
berukuran “n x n” yang mendeskripsikan suatu hubungan. Isi sepanjang baris ke-i menunjukkan alokasi output yang dihasilkan sektor i untuk memenuhi permintaan
antara sektor-sektor lainnya dan permintaan akhir. Di sepanjang kolom ke-j
1. Kuadaran I (Intermediate Quadran)
Setiap selnya merupakan transaksi antara, memuat transaksi barang dan jasa
yang digunakan dalam proses produksi, kuadran ini memberikan informasi
mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu
perekonomian. Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan
antara sektor ekonomi dalam melakukan proses poduksinya.
2. Kuadaran II (final Demand Quadran)
Kuadran ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Komponen
permintaan akhir terdiri dari output suatu sektor yang langsung digunakan
oleh rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan
ekspor.
3. Kuadaran III (Primary Input Quadran)
Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh
sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah
tangga (upah), pajak tak langung, surplus usaha, dan penyusutan. Jumlah
keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang
dihasilkan oleh wilayah tersebut.
4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran)
Menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan
permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Ilustrasi
Tabel 2.3. Ilustrasi Tebel I-O
Sumber : Tabel I-O Indonesia, BPS, 2003.
Isian angka-angka sepanjang baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana
output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara
(intermediate demand) sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Sedangkan isian angka menurut garis vertikal (kolom)
menunjukkan pemakaian input antara maupun inputprimer yang disediakan oleh
sektor-sektor lain kegiatan produksi suatu sektor.
Persamaan aljabar dari tabel di atas jika dilihat secara baris (horizontal)
adalah sebagai berikut :
Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi :
dimana xijadalah banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh
sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta xi adalah jumlah
output sektor i.
Persamaan aljabar dari tabel di atas jika dilihat dari kolom dapat dituliskan
menjadi :
(2.3)
Secara ringkas dapat ditulis menjadi :
j j
dimana Vjadalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j.
2.5.2. Asumsi-Asumsi Keterbatasan Model Input-Output
Terdapat tiga asumsi atau prinsip dasar dalam menyusun tabel I-O yaitu :
1. Keseragaman (Homogenitas)
Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti
bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan
jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi
otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.
2. Kesebandingan (Proportionality)
Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor
produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output
suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang
digunakan oleh sektor tersebut.
3. Penjumlahan (Additivitas)
Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor
merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan.
2.5.3. Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran terbagi dua yaitu koefisien penyebaran (daya
penyebaran ke belakang) untuk mengetahui distribusi manfaat dari perkembangan
suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme
transaksi pasar input, dan kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) yang
bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan satu sektor terhadap sektor-sekor
lainnya melalui mekanisme pasar output
2.5.4. Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu
keterkaitan kebelakang (backward lingkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam pembelian terhadap total pembelian
input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward
lingkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam penjualan total penjualan output yang dihasilkan.
Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu
sektor yang dapat menstimulir petumbuhan sektor lainnya melalui mekanisme
induksi. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan
penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan
langsung dan tidak langsungnya ditunjukkan dari matrik kebalikan leontif.
2.5.5. Analisis Pengganda (Multiplier)
Analisis mutiplier atau analisis dampak berganda memperlihatkan
rangkaian pengaruh suatu sektor baik secara langsung, tidak langsung atau induksi
tehadap sektor lain dalam perekonomian. Hal ini berbeda dengan analisis
keterkaitan yang tidak dapat memperlihatkan rangkaian pengaruh keterkaitan atar
sektor dalam peekonomian.
Analisis pengganda ini terbagi menjadi pengganda output, pengganda
pendapatan, pengganda tenaga kerja, dan pengganda tipe I dan II. Pengganda
output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial efect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter.
Pengganda pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya