• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Analisis Ketidakefisienan BMT

Berikut akan dibahas tentang ketidakefisienan variabel yang terjadi pada BMT Kota Surakarta.

Tabel 4.20

Target Capaian Input dan Output BMT

No Nama BMT

Tingkat Efisiensi

INPUT OUTPUT

MODAL BIAYA TK PENDAPATAN PEMBIAYAAN

To

Gain Achieved

To

Gain Achieved

To

Gain Achieved To Gain Achieved To Gain Achieved

1 Pedagang Pasar Surakarta 37,69% 62,3% 37,7% 62,3% 37,7% 74,1% 25,9% 155,8% 39,1% 0,0% 100% 2 Mawaddah Aisyiyah 90,47% 91,1% 8,9% 9,5% 90,5% 75,9% 24,1% 0,0% 100% 2,9% 97,2% 3 Rindang Rizky 66,49% 83,1% 16,9% 33,5% 66,5% 33,5% 66,5% 0,0% 100% 460,7% 17,8% 4 Surya Buana 66,9% 33,1% 66,9% 33,1% 66,9% 59,9% 40,1% 0,0% 100% 128,3% 43,8% 5 Wanita Melati Harapan 97,46% 93,8% 6,2% 2,5% 97,5% 2,5% 97,5% 0,0% 100% 9,4% 91,4%

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui BMT yang belum efisien dengan capaian yang sudah dicapai serta target yang harus dicapai oleh masing-masing BMT. Tabel tersebut menunujukkan variabel dengan tingkat ketidakefisienan masing- masing. Dari data yang ada terlihat yang paling membuat tidak efisien adalah pada variabel inputnya, dari ke 5 BMT menunjukkan variabel inputnya paling rendah capaiannya atau paling membuat tidak efisien. BMT Pedagang Pasar Surakarta yang membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel input tenaga kerja, BMT Surya Buana yang membuat paling tidak efisien juga terdapat pada variabel input tenaga kerja BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Rindang Rizky dan BMT Wanita Melati Harapan yang membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel inputmodal.

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat pula diketahui dari setiap variabel , BMT manakah yang variabelnya paling kecil capaiannya di antara BMT yang lain, yaitu untuk variabel input modal adalah BMT Wanita Melati Harapan, untuk variabel input biaya adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta, untuk variabel input tenaga kerja adalah BMT Mawaddah Aisyiyah, sedangkan untuk variabel output pendapatan adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta dan untuk variabel output pembiayaan adalah BMT Rindang Rizky.

Selanjutnya agar memudahkan penilaian efisiensi setiap variabel seluruh BMT, akan dibahas kriteria peringkat efisiensi seluruh BMT.

commit to user Tabel 4.21

Kriteria Efisiensi Variabel Input Modal

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik -

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Surya Buana

5 <50% Kurang Baik Wanita Melati

Harapan, Mawaddah Aisyiyah, Rindang Rizky, Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.21, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input modal berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input modal berkriteria cukup baik adalah BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input modal berkriteria kurang baik adalah BMT Wanita Melati Harapan, BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Rindang Rizky, BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input modal menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan variabel modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien yang baik.

commit to user Tabel 4.22

Kriteria Efisiensi Variabel Input Biaya

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik Wanita Melati

Harapan, Mawaddah Aisyiyah

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Rindang Rizky, Surya

Buana

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.22, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input biaya berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input biaya berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan dan BMT Mawaddah Aisyiyah. Untuk variabel input biaya berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang Rizky dan BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input biaya berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan

One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input biaya menunjukkan rata- rata tingkat efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

commit to user Tabel 4.23

Kriteria Efisiensi Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik Wanita Melati

Harapan,

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Rindang Rizky,

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta, Mawaddah Aisyiyah, Surya Buana

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.23, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel input tenaga kerja berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input tenaga kerja berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan. Untuk variabel input tenaga kerja berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang Rizky. Sedangkan untuk variabel input tenaga kerja berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta, BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Surya Buana. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input tenaga kerja menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 72,67%, sehingga secara keseluruhan variabel tenaga kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

commit to user Tabel 4.24

Kriteria Efisiensi Variabel Output Pendapatan

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera Banjarsari, Mawaddah Aisyiyah, Surya Buana,

Wanita Melati Harapan, Rindang Rizky 2 90%-99,9% Sangat Baik - 3 70%-89,9% Baik - 4 50%-69,9% Cukup Baik -

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.24, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel output pendapatan berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Surya Buana, BMT Wanita Melati Harapan, BMT Rindang Rizky. Sedangkan untuk variabel output pendapatan berkriteria kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel output pendapatan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93,23%, sehingga secara keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik.

commit to user Tabel 4.25

Kriteria Efisiensi Variabel Output Pembiayaan

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera Banjarsari, Pedagang

Pasar Surakarta

2 90%-99,9% Sangat Baik Mawaddah Aisyiyah,

Wanita Melati Harapan

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik -

5 <50% Kurang Baik Surya Buana, Rindang

Rizky

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.25, dapat diketahui bahwa BMT yang mempunyai variabel output pembiayaan berkriteria sempurna adalah BMT At- Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Pedagang Pasar Surakarta. Untuk variabel output pembiayaan berkriteria sangat baik adalah BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Wanita Melati Harapan. Sedangkan untuk variabel output pembiayaan berkriteria kurang baik adalah BMT Surya Buana dan

BMT Rindang Rizky. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil

bahwa pada variabel output pembiayaan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

Berikut akan dibahas secara garis besar tentang BMT yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%. Pertama, ketidakefisienan penggunaan input modal oleh

commit to user

BMT adalah jumlah modal yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menunjukkan perannya sebagai input yang tidak maksimal untuk mengahsilkan output. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input modal ke bagian input lain ataupun dialokasikan ke output yang ada, dapat dilakukan dengan cara peningkatan jumlah pembiayaan atau penyaluran dana kepada masyarakat. Hal ini berarti sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan.

Kedua, ketidakefisienan penggunaan input biaya oleh BMT adalah jumlah biaya operasional yang masih lebih besar dibandingkan target yang dikeluarkan. Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki pengelolaan pengeluaran yang menjadi kebutuhan BMT. Kelebihan penggunaan input biaya operasional tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pengelolaannya dapat diubah dengan memperbesar pengalokasian porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional yang tersisa bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat juga dialihkan ke penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar terjadi peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan jasa dari BMT tersebut.

Ketiga, ketidakefisienan input jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan terlalu berlebih dari target yang seharusnya. Terdapat beberapa kasus yang sering dijumpai pada BMT, di mana peningkatan jumlah tenaga kerja

commit to user

BMT mengalami penurunan produktivitas (Adrian dan Etty, 2009). Kondisi tersebut sesuai dengan teori the law of diminishing return, di mana penambahan tenaga kerja akan menurunkan marjinal tenaga kerja (secara kuantitas). Alternatif solusinya adalah dengan mengikutkansertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan serta seminar motivasi agar menunjang keterampilan dan kemampuan personal maupun secara tim, sehingga diharapkan BMT akan mengalami penambahan produktivitas yang dilakukan oleh karyawan.

Ketidakefisienan output terjadi pada variabel pendapatan dan pembiayaan.

Pertama, jumlah pendapatan operasional masih dapat dimaksimalkan potensinya. Perbaikan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya dengan peningkatan jumlah pembiayaan (inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa yang terkait, serta perbaikan kualitas SDM guna peningkatan pendapatan operasional, karena hal ini berkaitan dengan produktvitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk menghasilkan output yang maksimal.

Kedua, jumlah pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan target yang ditentukan pada BMT-BMT yang mengalami inefisiensi. Hal ini salah satunya disebabkan adanya prinsip kehati-hatian yang diberlakukan BMT tersebut. Solusinya adalah dengan adanya prinsip kehati-hatian agar jumlah pembiayaan tidak terhambat, serta perlu adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya moral hazard), misalnya dengan adanya pendampingan atas usaha yang sedang berjalan, sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Selain itu dapat menambah variasi

commit to user

bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsip- prinsip syariah yang ada.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ihwan Susila (2007) yang menyebutkan bahwa untuk melakukan optimalisasi output Badan Kredit Desa (BKD) dilakukan dengan mengatasi permasalahan yang ada, yakni masalah SDM, keuangan, pemasaran, operasional, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan peningkatan SDM, peningkatan modal, perbaikan pemasaran, dan optimalisasi bidang operasional.

Berdasarkan nilai efisiensi relatif dengan metode Data Envelopment Analysis

(DEA) dengan menggunakan model orientasi maksimalisasi output menghasilkan

referensi BMT yang efisien untuk dijadikan acuan bagi BMT yang inefisien. BMT

yang dapat dijadikan referensi adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT

Sejahtera dan BMT Sejahtera Banjarsari. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Heri Pratikto (2011), yang mendukung bahwa penggunaan software DEA mampu menunjukkan adanya benchmarking, yakni beberapa perbankan syariah yang efisien menjadi acuan bagi sebagian bank syariah yang berada dalam kondisi inefisien. Bank yang menjadi benchmarking secara berkelanjutan pada saat sebelum dan sesudah krisis adalah Bank Syariah Mandiri dan Permata. Dari kondisi tersebut mencerminkan bahwa ketika sebelum dan sesudah krisis global Bank Syariah Mandiri dan Bank Permata memiliki nilai efisiensi yang optimal.

commit to user BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian mengenai efisiensi BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari BMT di Kota Surakarta yang telah diteliti tidak semuanya mencapai

efisiensi 100%. Dari 9 BMT yang diteliti, terdapat 4 BMT yang sudah mencapai efisiensi 100%, yaitu BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Diketahui pula jumlah BMT yang belum mencapai efisiensi 100% atau dapat dikatakan belum efisien terdapat 5 BMT, yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta sebesar 37,69%, BMT Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang Rizky sebesar 66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90%, dan BMT Wanita Melati Harapan sebesar 97,46%.

2. Sesuai hasil pengujian dengan menggunakan One Sample T Test dalam menguji hipotesis, menunjukkan bahwa ternyata Ho diterima sedangkan Ha ditolak, sehingga dalam penelitian ini secara keseluruhan BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011 belum memiliki tingkat skala efisien 100 persen.

commit to user

3. Berdasarkan analisis dari masing-masing variabel dalam penelitian didapat hasil bahwa pada variabel input modal menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan variabel modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien yang baik. Pada variabel input biaya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik. Pada variabel input tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 72,67%, sehingga secara keseluruhan variabel tenaga kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik. Sedangkan pada variabel output pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93,23%, sehingga secara keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik. Pada variabel output pembiayaan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

commit to user B. SARAN

Berdasarkan uraian dari kesimpulan hasil penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. BMT-BMT yang belum efisien 100% dapat melakukan perbaikan

kebijakan untuk pencapaian efisiensi. Kebijakan yang dapat diupayakan tersebut diantaranya:

a. Kebijakan yang dapat dilakukan oleh BMT-BMT berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input modal yaitu dengan cara mengalokasikan kelebihan input modal kebagian input lain ataupun dialokasikan ke output yang ada, yaitu dengan peningkatan jumlah pembiayaan atau penyaluran dana (seperti pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil dan lain sebagainya) kepada masyarakat. Hal ini berarti menunjukkan bahwa sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan.

b. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input biaya operasional adalah kelebihan dari penggunaan input biaya operasional tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pengelolaannya dapat diubah dengan memperbesar pengalokasian porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional yang tersisa bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat

commit to user

juga dialihkan ke penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar terjadi peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan jasa dari BMT tersebut.

c. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengikutkan sertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan agar menunjang keterampilan dan kemampuan personal maupun secara tim, sehingga diharapkan BMT akan mengalami penambahan produktivitas yang dilakukan oleh karyawan.

d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan output

pendapatan dapat dilakukan dengan cara peningkatan jumlah pembiayaan (melalui inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa yang terkait, serta perbaikan kualitas SDM guna peningkatan pendapatan operasional, karena hal ini berkaitan dengan produktvitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk dapat menghasilkan output yang maksimal.

e. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output yang terjadi pada pembiayaan adalah dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang diberlakukan BMT tersebut. Dengan adanya prinsipkehati-hatian tersebut tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun perlu adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya

commit to user

yang sedang berjalan, sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Selain itu juga dapat menambah variasi bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsip- prinsip syariah yang ada.

2. BMT yang telah efisien atau telah mencapai efisiensi 100% diharapkan dapat memperbesar kapasitas, tingkat produktivitas dan memperluas jangkaun BMT, yaitu dengan strategi pemasaran (marketing) dengan promosi atau iklan lewat media massa maupun media cetak agar lebih menarik minat masyarakat dan semakin mengenalkan konsep dari Lembaga Keuangan Mikro yang berbasis syariah islam kepada masyarakat luas.

Dokumen terkait