• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA

5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Pada analisis shift share, pertumbuhan suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga

komponen, yaitu komponen pertumbuhan regional, komponen pertumbuhan proporsional, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Pada Tabel 5.7

memperlihatkan hasil perhitungan shift share berdasarkan komponen

pertumbuhan regional. Nilai PR menggambarkan perubahan kontribusi penyerapan tenaga kerja disuatu wilayah akibat dari adanya kebijakan regional mengenai ketenagakerjaan. Bila ditinjau secara keseluruhan, kebijakan regional mengenai ketenagakerjaan telah mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Bogor, yaitu terjadinya penurunan nilai kesempatan kerjanya sebesar 27.396 jiwa

atau sebesar 2,00 persen dan juga adanya nilai negatif pada setiap sektor usaha yang terdapat di Kabupaten Bogor.

Keseluruhan nilai negatif dari nilai komponen pertumbuhan regional (PR) mengindikasikan bahwa kebijakan nasional mengenai ketenagakerjaan memberikan pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bogor. Sektor usaha yang sangat merasakan pengaruh negatif dari kebijakan regional mengenai kebijakan upah minimum adalah sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran yaitu terjadi penurunan sebesar 7.574 jiwa, posisi kedua diduduki oleh sektor usaha jasa-jasa yang mengalami penurunan sebesar 5.647 jiwa, sedangkan posisi ketiga diduduki oleh sektor usaha industri pengolahan dengan nilai penurunan sebesar 4.991 jiwa, dan seterusnya.

Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 1998 dan 2004

No Sektor Usaha PRij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian -3.483 -2,00

2 Pertambangan dan Penggalian -178 -2,00

3 Industri Pengolahan -4.991 -2,00

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -159 -2,00

5 Bangunan -2.460 -2,00

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -7.574 -2,00

7 Transportasi dan Komunikasi -2.320 -2,00

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -583 -2,00

9 Jasa-jasa -5.647 -2,00

Total -27.396 -2,00

Sumber : BPS (Data diolah)

Sektor usaha yang mengalami pengaruh terkecil dari kebijakan nasional adalah sektor gas, listrik, dan air bersih dengan kontribusi sebesar 159 jiwa, disusul dengan sektor usaha pertambangan dan penggalian sebesar 178 jiwa. Nilai tersebut sangatlah kecil jika dibandingkan dengan total penurunan pertumbuhan regionalnya yang sebesar 27.396 jiwa.

Tabel 5.8 mengidentifikasi komponen pertumbuhan regional sebelum kebijakan upah minimum dilakukan oleh pemerintah. Keadaan tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan sesudah kebijakan upah minimum, dimana nilai komponen pertumbuhan regional dari semua sektor bernilai positif.

Tabel 5.8. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 1992 dan 1997

No Lapangan Usaha PRij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian 25.855 9,00

2 Pertambangan dan Penggalian 1.699 9,00

3 Industri Pengolahan 22.158 9,00

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 382 9,00

5 Bangunan 6.355 9,00

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 28.554 9,00

7 Transportasi dan Komunikasi 5.753 9,00

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 1.047 9,00

9 Jasa-jasa 15.766 9,00

Total 107.571 9,00

Sumber : BPS (Data diolah)

Sektor usaha yang paling berpengaruh adalah perdagangan, hotel, dan restoran (28.554 jiwa), sedangkan yang berpengaruh paling kecil adalah sektor usaha listrik, gas, dan air bersih (382 jiwa). Bila ditinjau dari keseluruhan, pertumbuhan kesempatan kerja Kabupaten Bogor telah dipengaruhi oleh pertumbuhan kesempatan kerja regional sebelum adanya kebijakan upah minimum adalah sebesar 107.571 jiwa (Tabel 5.8).

Tabel 5.9. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1998 -2004

No Sektor Usaha PPij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian -15.673 -8,99

2 Pertambangan dan Penggalian -3.287 -36,99

3 Industri Pengolahan 7.487 3,00

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -3.574 -45,00

5 Bangunan -7.382 -5,99

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.574 1,99

7 Transportasi dan Komunikasi 33.643 28,99

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 22.441 77,00

9 Jasa-jasa -25.410 -8,99

Total 15.819 1,15

Sumber : BPS (Data diolah)

Tabel 5.9 menggambarkan komponen pertumbuhan proporsional yang

merupakan pengaruh kedua dari pertumbuhan kesempatan kerja regional, nilai PP ini menjelaskan mengenai perbedaan kenaikan kesempatan kerja regional dan kenaikan kesempatan kerja sektor usaha secara keseluruhan. PP yang bernilai positif mengindikasikan bahwa sektor usaha tersebut di Kabupaten Bogor memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian sebaliknya jika PP bernilai negatif berarti memiliki pertumbuhan yang lambat.

Sektor usaha dengan nilai pertumbuhan kesempatan kerja terbesar adalah

sektor usaha transportasi dan komunikasi yaitu sebesar 33.643 jiwa (28,99 persen) nilai ini sekaligus menjadikan sektor usaha ini sebagai sektor usaha dengan laju pertumbuhan tercepat. Tingginya pertumbuhan pada sub sektor usaha komunikasi ditandai dengan banyaknya operator atau profider telepon seluler baru yang masuk sehingga perang tarif sering terjadi, sedangkan pada sub sektor usaha transportasi ditandai dengan banyaknya angkutan umum yang beroperasional di wilayah Kabupaten Bogor.

Sektor usaha lain yang tergolong memiliki pertumbuhan cepat antara lain sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan sebesar 22.441 jiwa (77,00 persen); sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7.574 jiwa (1,99 persen); sektor usaha industri pengolahan 7.487 jiwa (3,00 persen), untuk sektor usaha ini walaupun mengalami peningkatan presentase rendah tetapi nilai kontribusinya cukup besar jika dibandingkan dengan keseluruhan kesempatan kerja.

Terlihat pada Tabel 5.9 terdapat lima sektor usaha yang tergolong

memiliki pertumbuhan lambat antara lain sektor usaha jasa-jasa (8,99 persen); sektor usaha pertanian (8,99 persen); sektor usaha bangunan (5,99 persen); sektor usaha listrik, gas dan air bersih (45,00 persen); sektor usaha pertambangan dan penggalian (36,99 persen). Apabila dilihat dari keseluruhan nilai komponen pertumbuhan proporsional di Kabupaten Bogor maka terlihat terjadi pergeseran pertumbuhan dari sebelum kebijakan upah minimum dilakukan yaitu sebesar 66.428 jiwa (5,56 persen) menjadi 15.819 jiwa (1,15 persen) setelah dilakukan kebijakan upah minimum.

Berdasarkan Tabel 5.10 sektor usaha yang memiliki nilai komponen pertumbuhan proporsional tertinggi pra kebijakan upah minimum di Kabupaten Bogor adalah sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar 60.281 jiwa (19,00 persen). Hal tersebut sekaligus mengindikasikan bahwa sektor usaha memiliki pertumbuhan yang paling cepat jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Sedangkan sektor usaha yang memiliki tingkat pertumbuhan paling lamban adalah sektor usaha pertanian.

Tabel 5.10. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1992- 1997

No Lapangan Usaha PPij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian -25.855 -9,00

2 Pertambangan dan Penggalian -3.586 -18,99

3 Industri Pengolahan -2.462 -0,99

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -552 -13,00

5 Bangunan 32.482 46,00

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 60.281 19,00

7 Transportasi dan Komunikasi 14.064 21,99

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 815 6,99

9 Jasa-jasa -8.759 -5,00

Total 66.428 5,56

Sumber : BPS (Data diolah)

Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) menunjukkan kemampuan daya saing suatu sektor usaha disuatu wilayah dibandingkan dengan sektor usaha di wilayah lain. Apabila nilai PPW positif maka dapat dikatakan bahwa sektor usaha tersebut berdaya saing baik, sebaliknya apabila nilai PPW negatif berarti sektor usaha tersebut tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain. Pengaruh daya saing merupakan komponen ketiga dari perubahan kesempatan kerja di Kabupaten Bogor yang setara dengan perubahan nasional, menyebabkan secara keseluruhan kesempatan kerja di Kabupaten Bogor menurun sebesar 18.345 jiwa atau sebesar 1,34 persen.

Tabel 5.11 mengidentifikasikan bahwa sektor usaha pertanian mampu berdaya saing dengan baik dengan sektor usaha yang sama di wilayah lainnya karena terjadinya peningkatan kontribusi sebesar 116.679 jiwa (66,99 persen). Hal ini terjadi karena dalam sektor usaha pertanian tenaga kerja yang terlibat tidak diharuskan berpendidikan tinggi, sehingga banyak orang dengan mudah bekerja dalam sektor usaha pertanian. Sedangkan sektor usaha jasa-jasa tidak dapat

berdaya saing dengan baik dengan sektor usaha yang sama di wilayah lainnya, ini diperlihatkan dengan angka yang bernilai negatif dengan menunjukkan terjadinya penurunan kontribusi sebesar 53.644 jiwa ( 19,00 persen).

Tabel 5.11. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Komponen Pangsa Wilayah, Tahun 1998 dan 2004

No Sektor Usaha PPWij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian 116.679 66,99

2 Pertambangan dan Penggalian 4.708 52,99

3 Industri Pengolahan 47.417 18,99

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.429 17,99

5 Bangunan -24.607 -19,99

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -45.445 -11,99

7 Transportasi dan Komunikasi -26.703 -23,00

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -38.179 -131,00

9 Jasa-jasa -53.644 -19,00

Total -18.345 -1,34

Sumber : BPS (Data diolah)

Nilai PPW pada masa sebelum kebijakan upah minimum dilakukan, terjadi peningkatan kontribusi dengan nilai peningkatan tertinggi dipegang oleh sektor usaha jasa-jasa dengan nilai peningkatan 127.881 jiwa (72,99 persen). Sedangkan penurunan kontribusi terbesar terjadi pada sektor usaha pertanian sebesar 106.294 jiwa (37,00 persen), nilai ini sekaligus mengidentifikasikan bahwa sektor usaha ini tidak dapat berdaya saing dengan baik bila dibandingkan dengan sektor usaha lain di wilayah lainnya (Tabel 5.12).

Tabel 5.12. Analisis Shift Share Menurut Sektor Usaha di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Komponen Pangsa Wilayah, Tahun 1992 dan 1997

No Lapangan Usaha PPWij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian -106.294 -37,00

2 Pertambangan dan Penggalian 1.321 6,99

3 Industri Pengolahan 34.468 13,96

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 127 2,99

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 22.209 7,00

7 Transportasi dan Komunikasi 25.572 40,00

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 20.957 179,99

9 Jasa-jasa 127.881 72,99

Total 119.886 10,03

Sumber : BPS (Data diolah)

Nilai Pergeseran Bersih (PB) menunjukkan penjumlahan antara PP dan PPW. Apabila hasil penjumlahan tersebut bernilai positif, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor usaha tersebut di Kabupaten Bogor tergolong kedalam

kelompok progresif. Sektor usaha yang tergolong progresif adalah pertanian;

pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; bangunan; transportasi dan komunikasi (Tabel 5.13).

Tabel 5.13. Pergeseran Bersih Kabupaten Bogor Tahun 1998 dan 2004

No Sektor Usaha PBij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian 101.006 58,00

2 Pertambangan dan Penggalian 1.421 15,99

3 Industri Pengolahan 54.904 21,99

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -2.145 -27,00

5 Bangunan 31.989 25,99

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran -37.871 9,99

7 Transportasi dan Komunikasi 6.940 5,98

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan -15.738 -54,00

9 Jasa-jasa -79.054 27,99

Total 61.452 4,48

Sumber : BPS (Data diolah)

Nilai PB yang negatif mengidentifikasikan bahwa pertumbuhan sektor usaha tersebut pada wilayah Kabupaten Bogor termasuk lamban. Terdapat empat sektor usaha yang tergolong pertumbuhannya lamban di Kabupaten Bogor, yaitu listrik, gas, dan air bersih; perdagangan, hotel, dan restoran; keuangan, perbankan,

dan jasa perusahaan; jasa-jasa. Sedangkan secara keseluruhan, PB menyebabkan

Masa sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan, nilai peningkatan kontribusi PB tertinggi dipegang oleh sektor usaha jasa-jasa yaitu sebesar 119.122 jiwa (67,99 persen). Nilai penurunan kontribusi PB terbesar dipegang oleh sektor usaha pertanian yaitu sebesar 132.149 jiwa (46,00 persen), sekaligus menggambarkan bahwa sektor usaha tersebut berdaya saing lamban bila dibandingkan dengan sektor usaha lain (lihat Tabel 5.14). Sedangkan secara keseluruhan kontribusi nilai PB pada masa sebelum kebijakan upah minimum lebih besar dari pada setelah kebijakan upah minimum.

Tabel 5.14. Pergeseran Bersih Kabupaten Bogor Tahun 1992 dan 1997

No Sektor Usaha PBij

(jiwa) (persen)

1 Pertanian -132.149 -46,00

2 Pertambangan dan Penggalian -2.265 -12,00

3 Industri Pengolahan 32.006 12,99

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -425 -10,00

5 Bangunan 26.127 37,00

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 82.490 26,00

7 Transportasi dan Komunikasi 39.636 62,00

8 Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan 21.772 186,99

9 Jasa-jasa 119.122 67,99

Total 186.314 15,58

Sumber : BPS (Data diolah)

Gambar 5.1 dibawah, merupakan gambar profil pertumbuhan sektor usaha di Kabupaten Bogor yang terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I terletak disebelah kanan atas, apabila terdapat sektor usaha di wilayah ini, maka dapat disimpulkan bahwa sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dengan daya saing yang baik bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain

karena wilayah ini tergolong wilayah progresif (maju).

Sektor usaha yang berada di kuadran I adalah sektor usaha industri pengolahan, maka dapat disimpulkan bahwa sektor usaha tersebut memiliki

pertumbuhan yang cepat dengan daya saing yang baik di wilayah Kabupaten Bogor pasca kebijakan upah minimum. Hal ini terjadi karena kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap proses produksi pada sektor industri pengolahan yang cenderung menggunakan teknologi canggih (padat modal).

Kuadran II terletak di sebelah kanan bawah ditempati oleh tiga sektor usaha, yaitu : sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran. Setiap sektor usaha yang berada diwilayah ini tergolong lapangan usaha yang pertumbuhannya cepat tetapi memiliki daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.

Sektor usaha bangunan dan jasa-jasa berada di kuadran III yang terletak di sebelah kiri bawah, ini mengidentifikasi bahwa sektor usaha tersebut tergolong sektor usaha yang memiliki pertumbuhan lamban dan memiliki daya saing yang kurang baik bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain, oleh karena itu Kuadran III disebut wilayah lamban. Sektor usaha yang berada di kuadran III yaitu sektor usaha bangunan dan sektor usaha jasa-jasa.

Profil Pe rtumbuhan Sektor Usaha -80000 -60000 -40000 -20000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 -50000 0 50000 PPW P P P ert anian

P ert ambangan dan P enggalian

Indust ri P engolahan

List rik, Gas, dan Air Bersih

Bangunan

P erdagangan, Hot el, dan Rest oran

T ransport asi dan Komunikasi Keuangan,

P erbankan, dan Jasa P erusahaan

Jasa-jasa

Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 1998 dan 2004

Kuadran IV ditempati oleh tiga sektor usaha yaitu, sektor usaha pertanian; sektor usaha pertambangan dan penggalian; sektor usaha listrik, gas, dan air bersih. Ini mengartikan bahwa tiga sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi berdaya saing baik jika dibandingkan wilayah-wilayah lainnya.

Sebuah garis diagonal 45° membagi kuadran II dan IV menjadi dua bagian, tiap sektor usaha yang berada diatas garis tersebut maka tergolong sektor

usaha progresif, sektor usaha tersebut adalah sektor usaha pertanian; sektor usaha

industri pengolahan; sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan.

Sedangkan sektor usaha yang berada dibawah garis diagonal adalah sektor usaha pertambangan dan penggalian; sektor usaha listrik, gas, dan air bersih; sektor usaha bangunan; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran; sektor

usaha jasa-jasa. Sektor-sektor usaha tersebut tergolong dalam sektor usaha yang lambat.

Gambar 5.2 mengidentifikasi profil pertumbuhan sektor usaha di kabupaten Bogor sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan dengan selang waktu antara tahun 1992-1997. Pada gambar 5.2 sektor usaha yang berada di kuadran I yaitu sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor usaha keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan. Ini menunjukkan sektor-sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing baik.

Gambar 5.2. Profil Pertumbuhan Sektor Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 1992-1997

Sektor usaha yang berada di kuadran II adalah sektor usaha bangunan yang mengartikan bahwa sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan cepat tetapi daya saingnya kurang baik. Sektor usaha yang berada di kuadran III yaitu sektor usaha pertanian, itu berarti sektor usaha tergolong dalam pertumbuhan yang lambat dan

Profil Pertumbuhan Sektor Usaha

-150000 -100000 -50000 0 50000 100000 150000 -50000 0 50000 PPW PP Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Perbankan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

berdaya saing kurang baik. Sektor usaha yang berada di kuadran IV yaitu sektor usaha industri pengolahan, sektor usaha pertambangan dan penggalian, sektor usaha jasa-jasa, yang berarti sektor usaha tersebut tergolong dalam pertumbuhan cepat dan berdaya saing kurang baik.

Sebelum kebijakan upah minimum diberlakukan di Kabupaten Bogor, sebagian besar sektor usaha tergolong dalam sektor usaha progresif, karena letaknya yang berada diatas garis diagonal. Sektor-sektor usaha tersebut yaitu sektor usaha jasa-jasa; sektor usaha industri pengolahan; sektor usaha keuangan, perbankan, dan sektor usaha jasa perusahaan; sektor usaha bangunan; sektor usaha transportasi dan komunikasi; sektor usaha perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor usaha yang tergolong lambat karena letaknya berada dibawah garis diagonal yaitu sektor usaha pertanian; sektor usaha pertambangan dan sektor usaha penggalian, listrik, gas dan air bersih.

Dokumen terkait