• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

C. Analisis Konteks sosial Laporan Utama Majalah GATRA

Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah

bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti

teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana

tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi dalam masyarakat. Analisis sosial

(konteks sosial) berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa,

dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi

sosial yang sedang terjadi saat itu.

Seperti dalam pemberitaan laporan utama majalah Gatra ini, untuk

mengetahui bagaimana wacana pemberitaan media tentang Israel ini adalah

dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi

mengenai keberadaan Israel, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, hubungan

politik, dan sebagainya.

Penilaian negatif bangsa Indonesia terhadap Israel telah dibangun

berpuluh-puluh tahun yang lalu ketika Israel mulai melebarkan ekspansi ke wilayah

Palestina. Israel yang merupakan negara republik demokrasi dengan sistem

dan memiliki luas wilayah sekitar 21.596 km persegi (sekitar 8338 mil persegi).15

Sampai dengan tahun 2009, populasi Israel adalah sebesar 7,5 juta jiwa. Israel

memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Arab. Agama

mayoritas di Israel ini adalah agamaYahudi. Afiliasi keagamaan penduduk Yahudi

Israel bervariasi: 55%-nya mengaku sebagai "tradisional", sedangkan 20%-nya

menganggap dirinya sendiri sebagai "Yahudi sekuler", 17% mengaku sebagai

"Yahudi Ortodoks"; sisa 8%-nya mengaku sebagai "Yahudi Haredi". Sedangkan

Agama Islam mencapai 16% total populasi Israel dan merupakan agama minoritas

terbesar di Israel. Sekitar 2% populasi beragama Kristen dan 1,5%-nya beragama

Druze. Terdapat pula sebagian kecil kelompok agama seperti agama Buddha dan

Hindu.16

Seperti diketahui bahwa pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan

diplomatik dengan Israel. Alasan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel

ini memiliki sejumlah alasan salah satunya terkait dengan kultur keagamaan

Indonesia yang dikenal dekat dengan negara di Timur Tengah yang berasaskan

Islam. Sedangkan kondisi di negara Timur Tengah menunjukkan suasana yang

menegangkan antara dunia Arab dan Israel. Konflik Israel dan Palestina itu yang

membuat Indonesia tidak membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel,

karena populasi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentu

mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Jumlah populasi penduduk yang beragama Islam di Indonesia pada tahun

2011 seperti data yang dlihat dari Kementerian Agama berjumlah 209.286.151

penduduk atau 88,10 % dari jumlah penduduk Indonesia keseluruhan. Jumlah ini

15Israel Gen Web, Artikel diakses pada 9 Mei 2013 dari http://www.israelgenealogy.com/ 16 Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari

tentu berimplikasi terhadap tidak dibukanya hubungan diplomatik Indonesia

dengan Israel, mengingat kebijakan Pemerintah yang mengikuti mayoritas suara

rakyat umat Muslim keseluruhan yang menentang keras dibukanya hubungan

diplomatik terhadap Israel.

Pasang surut hubungan Indonesia dengan Israel ini telah berlangsung lama

sejak zaman orde lama hingga saat ini. Pada zaman orde baru, yakni pada

pemerintahan presiden Soeharto, pemerintah pada pendiriannya untuk tidak

memiliki hubungan bilateral dengan Israel jika dinamika politik di Timur Tengah

belum tercipta karena ekspansi wilayah yang dilakukan Israel terhadap negara

Arab dan Palestina.

Namun pada zaman orde baru juga tidak terlepas dari isu pembukaan

hubungan diplomatik dengan Israel. Pada tahun 1993 seperti diberitakan media di

Indonesia bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas dan Shimon Peres

dalam konferensi tentang HAM di Wina. Sebulan kemudian, koran berita

terkemuka Israel, Haaretz (edisi 22 Juli 1993) memberitakan bahwa sejumlah

pengusaha Israel berkunjung ke Indonesia guna menjalin kontak bisnis dengan

Jakarta. Selain itu, diberitakan bahwa Duta Besar Israel di Singapura, Daniel

Megiddo telah melalukan pembicaraan dengan para pejabat Departemen Luar

Negeri (Deplu) RI guna menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik

Jakarta-Tel Aviv.17

Berlanjut pada pemerintahan setelah Orde baru, yakni era reformasi, zaman

Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4. Pada zaman ini wacana

pembukaan hubungan diplomatik kencang disuarakan. Rencana Presiden

17Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel,”

artikel diakses 3 Mei 2012 dari http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursus-pembukaan-hubungan.html

Abdurrahman Wahid atau Gusdur tersebut untuk membuka hubungan bilateral

dengan Israel sudah diwacanakan pada tahun 1994 ketika Gusdur yang saat itu

menjabat sebagai salah satu ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama diundang oleh

Israel. Namun, sekali lagi wacana pembukaan hubungan bilateral dengan Israel ini

urung dilakukan karena tidak mendapatkan dukungan oleh rakyat Indonesia

khusunya umat Muslim di Indonesia.

Sedangkan pada era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudoyono ini,

wacana hubungan Indonesia-Israel kembali muncul ketika sekelompok

masyarakat yang menamakan dirinya Komunitas Yahudi Indonesia dan lembaga

yang berafiliasi dengan Israel, yakni IIPAC (The Indonesia-Israel Public Affairs

Committee) berencana merayakan hari kemerdekaan Israel di Jakarta yang

bertepatan dengan tanggal 14 Mei 2011. Namun hal tersebut urung dilakukan

setelah mendapat protes yang kencang dari sebagian besar masyarakat Indonesia,

umat Islam khususnya, Setelah peristiwa tersebut, pro-kontra mengenai wacana

pembukaan hubungan Indonesia-Israel muncul kembali dalam ruang publik

Indonesia.

Menghadapi pro-kontra tersebut, melalui kementerian luar negeri Indonesia

(kemenlu RI) sebagai perwakilan resmi pemerintah dalam urusan hubungan luar

negeri Indonesia, menegaskan posisi hubungan Indonesia dengan Israel

sebagaimana kenyataan yang terlihat hingga kini Indonesia belum memiliki

hubungan diplomatik dengan Israel. Di dunia saat ini, Indonesia termasuk ke

dalam kelompok negara Gerakan Non Blok yang mendukung kemerdekaan

mendukung kebijakan pemerintah dalam menolak segala bentuk hubungan dengan

Israel.

Kebijakan yang dilakukan setiap pemerintahan diatas juga merupakan hasil

suara mayoritas rakyatnya. Demikian yang terjadi pada masyarakat Indonesia,

Muslim khususnya. Ekspansi wilayah Israel terhadap tanah Palestina melanggar

perjanjian pembagian wilayah tahun 1947. Israel terus memperluas wilayahnya

dan melakukan pendudukan tanah rakyat Palestina tanpa memperhatikan hak asasi

kemanusiaan. Hal ini yang membuat penilaian masyarakat dunia terhadap Israel

memburuk khususnya umat muslim. Hal itu pun yang terjadi pada masyarakat di

Indonesia.

Seperti yang dikutip pada pemberitaan Arrahmah mengenai seruan boikot

Israel yang berjudul “Serukan boikot produk Israel, Menlu dianggap bagaikan

little Soekarno” pada Sabtu, 29 September 2012.

Pernyataan Menlu Marty Natalegawa tentang dukungan terhadap Palestina dan tidak membeli produk Israel sungguh dinilai sebagai langkah berani yang luar biasa. Langkah berani Marty menggambarkan sikap kongkrit pemerintah Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka dan diakui sebagai anggota penuh di PBB. “Pernyataan Menlu Marty bisa menjadikan dirinya Soekarno kecil (little Soekarno) di mana Soekarno secara konsisten memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang terjajah meski harus berhadapan dengan negara-negara besar,” ujar Guru Besar Hukum Internasional FHUI, Hikmahanto, dalam keterangan persnya seperti dilansir detikcom, Sabtu (29/9).

Sedangkan pemberitaan lainnya yakni laporan khusus media Eramuslim

berjudul “Jangan Bedakan Suriah dengan Palestina” pada Selasa, 8 Januari 2013 :

Persekutuan Barat kemudian menyerahkan negeri-negeri kecil baru itu kepada para boneka lokalnya. Suriah diserahkan pada minoritas Nushairi Alawi. Sementara Palestina diserahkan pada Yahudi Zionis yang didatangkan dari berbagai negeri, menambah jumlah Yahudi lokal yang tadinya minoritas. Jadi, Suriah adalah bagian tak terpisahkan dari Syam dan Palestina. Keduanya sama-sama dizhalimi. Yang satu dijajah Zionis, yang satunya dihancurkan kota-kota dan dibantai penduduknya oleh rezim

Nushairi yang sesat. Maka, Anda -Muslim yang peduli dan cinta Palestina- seharusnya juga peduli dan cinta pada Suriah. Dan saat ini, mereka betul-betul menderita. Muslim di sana digempur setiap hari di tengah musim dingin yang menggigit tulang.

Kemudian, pada berita yang ditulis Abu Ikram di situs media Islam Sabili

pada Jumat, 8 Maret 2012 yang berjudul “Israel Makin Terkucil” yang merupakan

kutipan wawancara wartawan Sabili dengan Ketua Grup Kerjasama Bilateral

Parlemen Indonesia dan Palestina, Al Muzammil Yusuf.

Mengapa kita harus peduli Palestina?

Karena sesuai dengan amanat konstitusi kita di Pembukaan UUD alinea 1, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Dari segi HAM, kepedulian pada Palestina adalah penghargaan pada eksistensi dan nyawa manusia, pada kebebasan dan pada kesejahteraan manusia. HAM itu berlaku universal, tidak hanya untuk konstitusi Indonesia saja. Dalam tinjauan keumatan. Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar di dunia dan posisi Indonesia dalam regional menjadi penting. Dalam regional muslim dunia ada: Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan dan Timur Tengah. Nah, di Asia Tenggara itu pusatnya Indonesia. Kaum muslimin Indonesia terbesar di dunia, maka Indonesia menjadi barometer. Jadi Timur Tengah menaruh harapan besar agar Indonesia berbuat sesuatu untuk perdamaian. Apalagi dari historis jangan lupa, pengakuan Mesir pada Indonesia, atas masukan Mufti Palestina. Jadi ada jasa Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan pada media yang bernafaskan Islam terbesar di Indonesia, yakni

Republika. Pemberitaan Republika Online pada Rabu, 9 Juni 2010 mengenai

“Bagaimana Mesin Propaganda Israel dalam Membentuk Opini Dunia” beberapa

kutipan yang penulis ambil sebagai berikut :

Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar.

Sebaliknya, bentuk kedekatan masyarakat Indonesia dengan rakyat Palestina

jauh berbeda dengan Israel. Berbagai sumber menyebutkan bahwa kedekatan

emosional Indonesia dan Palestina berlangsung sejak awal kemerdekaan

Indonesia. Selain Mesir, bangsa Palestina saat itu sangat mendukung

kemerdekaan Indonesia. Faktor lain yang membuat kedekatan Indonesia dan

Palestina erat adalah kedua negara ini memiliki faktor kesamaan sesama bangsa

yang terjajah, sehingga memunculkan semangat agar rakyat Palestina terbebas

dari penjajahan Israel.

Bentuk kedekatan Indonesia dengan Palestina ini juga terus berlangsung

hingga saat ini. Selain mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina dengan

ikut bagian dalam kelompok Komite Pembebasan Palestina, Indonesi juga kerap

memberikan bantuan materil kepada rakyat Palestina. Adanya organisasi seperti

Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) dan Komite Indonesia untuk

Solidaritas Palestina (KISPA), misalnya, yang kerap menggalang bantuan untuk

Palestina. Bentuk kedekatan Indonesia-Palestina pada 2013 ini adalah bersama

dengan Jepang membantu bangsa Palestina melalui Konferensi Negara-Negara

Asia Timur bagi Pembangunan Palestina (CEAPAD) di Tokyo, Jepang.

Seperti dikutip Sindonews.com pada Kamis, 14 Februari 2013 lalu

Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa juga

menekankan sikap masyarakat internasional bagi rakyat Palestina harus lebih dari

sekedar pernyataan simpati melainkan dalam bentuk bantuan konkrit. Termasuk

Indoenesia, dalam 4 tahun terakhir ini, Indonesia telah memfasilitasi 101 program

1.000 warga Palestina hingga 2013 ini. Indonesia juga membantu pembangunan

pusat perawatan kardiologi di RS Al Shifa di Gaza.18

18 “Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina,” berita diakses pada 3

Mei 2013 dari http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesia-jepang-galang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina

77

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial sebagaimana

metode yang dipakai yakni teori wacana Teun A van Dijk pada pemberitaan

Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York”, dapat

disimpulkan bahwa adanya keberpihakan dan strategi wacana yang termanifestasi

ke dalam beberapa wujud kebahasaan, yakni dilihat dari struktur teks, wacana

yang ditampilkan penulis majalah Gatra menjelaskan turut mendukung aksi

pemboikotan terhadap produk Israel. Sedangkan dari struktur makro, tema yang

ditampilkan lebih menekankan upaya dukungan terhadap boikot produk Israel

tersebut. Kemudian dari superstruktur, Gatra mengemas alur berita dengan skema

pemboikotan terhadap produk Israel di berbagai negara di dunia ditambah dengan

pernyataan mengenai tujuan pemboikotan. Kemudian dari struktur mikro,

berdasarkan latar, detil, maksud, dan pra anggapan turut mengecam produk Israel.

Seperti pada kalimat “...tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan

untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina”. Dari keseluruhan teks tersebut, Gatra dikatakan

cenderung berpihak ikut mendukung boikot produk Israel karena menempatkan

dan menekankan Israel sebagai aktor/pelaku tindakan dan Palestina sebagai

sasaran/korban dalam teks berita. Pemilihan kata yang dipakai Gatra cenderung

menggunakan kata berkonotasi negatif seperti negarazionis,aneksasi, yang dapat

Kecenderungan Gatra memposisikan dirinya berpihak terhadap Palestina

tersebut merefleksikan adanya berbagai kemungkinan. Keberpihakan tersebut

berkemungkinan sejalan dengan ideologi tertentu yang diusung Gatra. Secara

ideologis, Gatra menjunjung ideologi humanisme, yakni pendekatan kemanusiaan.

Melalui pendekatan tersebut, Gatra merasa perlu turut membelakemanusiaan

rakyat Palestina atas Israel dengan boikot produk Israel. Namun, untuk

memastikan bahwa ideologi Gatra adalah humanis masih diperlukan penelitian

yang lebih mendalam mengenai latar belakang dan pihak-pihak yang berpengaruh

terhadap proses produksi teks berita dalam institusi media tersebut, seperti

pemilik dan redaktur.

Selain itu, keberpihakan tersebut mencerminkan pandangan sosial

sebagian masyarakat Indonesia yang melihat wacana pemberitaan mengenai Israel

dan Palestina sebagai konflik agama dan kontra terhadap Israel.Seperti pada

pemberitaanseruan boikot produk Israel ini mayoritas penduduk dan pemerintah

Indonesia selalu berada di pihak pro dengan seruan tersebut. Hal itu dikarenakan

karena secara kultur Indonesia yang mayoritas Muslim, memandang bahwa

dengan boikot ini sebagai upaya menekan Israel agar berhenti melakukan

pendudukan atas wilayah Palestina.

B. Saran

Setelah melihat berbagai pemberitaan mengenai Israel dan Palestina,

peneliti melihat tidak ada pembenaran atas apa yang dilakukan Israel terhadap

Palestina. Namun dalam pemberitaan Seruan Boikot Israel ini peneliti memberi

pengecualian. Ideologi yang Gatra usung sebagai media yang memiliki

tidak menyangkut pautkan pemberitaan ini dari sisi agama tetapi berangkat dari

sisi kemanusiaan. Unsur cover both side dalam sebuah pemberitaan media

sebaiknya tetap dikedepankan. Artinya berita mengenai seruan boikot produk

Israel ini seharusnya juga menampilkan suara dari pihak Israel. Karena

kebanyakan di setiap pemberitaan Israel dan Palestina ini tidak memberikan

proporsi yang cukup di pihak Israel.

Selain itu, pemberitaan mengenai masalah Israel dan Palestina ini

hendaknya menjadi saran kepada media massa pada umumnyaberangkat pada hak

kemanusiaan rakyat Palestina bukan lebih menyoroti kepada isu agama antara

Islam dan Yahudi sehingga dalam pemberitaannya tak ada motif propaganda

ix

Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.

Creswell, John W. Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2003.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2001.

Fairclough and Wodak, 1997.

Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007. Maleong, Lexy J, ed 13. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000.

Muhaimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 1994.

Nasuhi, Hamid dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Cet ke-2. Ciputat: CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003

Nurudin, M. Si. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo, 2007.

Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan GATRA. Jakarta: PT Linarasmekar,

1999.

Putra, Dedi Kurnia Syah. Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sobur, Alex, cet. keempat. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2006.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

Summadiria , Drs. AS. Haris. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajagrafindo, 2012. W.Jorgensen , Marianne dan Phillips, Louise J. Analisis Wacana Teori dan Praktik.

Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.

Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina, berita diakses pada

3 Mei 2013 dari

http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesia-jepang-galang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina

x

Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Israel#cite_note-cia-1

Prospek Hubungan Bilateral Indonesia-Israel Dalam Perspektif Ekonomi Politik, artikel ini diakses pada 16 Mei 2013 dari skripsi-ilmiah.blogspot.com/2013/02/prospek-hubungan-bilateral-indonesia.html

Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik

Indonesia-Israel,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari

http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursus-pembukaan-hubungan.html

Teun A van Dijk, artikel diakses pada 16 Mei 2013 dari

xi

Narasumber : Erwin Y Salim

Jabatan : Redaktur Majalah GATRA

Tanya : Kapan, bapak mengawali karir sebagai wartawan?

Jawab : Saya mulai menjadi wartawan pada tahun 1993 dari forum keadilan.

Tanya : Berapa umur bapak pada saat itu?

Jawab : Umur saya waktu itu 34 tahun.

Tanya : Apakah memang berniat menjadi wartawan?

Jawab : Awalnya saya ingin menjadi penulis.

Tanya : Kalau mulai gabung di GATRA sejak kapan, Pak?

Jawab : 2002,sebelumnya saya ada di majalah PATRA, majalah PATRA itu majalah feature.

Tanya : Kalau posisi bapak di GATRA saat ini apa pak?

Jawab : Saya redaktur, bidang saya, salah satunya membidangi ragam, karena dari awal saya memang ke feature.

Tanya : Kalau saya lihat dari susunan Redaksi ini, bapak sebagai sidang redaksi, kewenangan bapak dalam sidang redaksi apa?

Jawab : Redaktur ini membawahi suatu rubrik yang merencanakan, yang menjadi penanggung jawab suatu rubrik, sayalah yang merencanakan konten.

Tanya : Cara menentukan konten tersebut seperti apa pak?

Jawab : oh, melalui rapat. Jadi, ada mekanisme di GATRA itu, melalui rapat perencanaan, lalu rapat checking, jadi pada rapat perencanaan tersebut kita menentukan isi setiap hari Rabu. Lalu ada rapat checking tiap hari jumat untuk mengecek bahan-bahan yang di lapangan atau yang kurang,

checking kita minta, rubrik ragam, misalnya saya minta 10 halaman karena memungkinkan 10 halaman, tetapi rata-rata 9 halaman. (Peneliti menyela) ada batasnya pak? Minimal ragam ini 8 halaman, untuk rubrik lain bisa dikondisikan tergantung berapa item, nah klo untuk laporan utama rata- rata bisa 8 sampai 10 halaman.

Tanya : Dalam laporan utama itu ada beberapa judul ya pak, gak harus satu judul?

Jawab : Oh ya, tentu begitu dalam laporan utama.

Tanya : Kalau untuk sidang redaksi siapa saja yang terlibat pak?

Jawab : Sidang redaksi ini terdiri dari para redaktur, para penanggung jawab rubrik, ada beberapa orang. Tiap orang ini membawakan rubrik-rubrik. Ketika misalnya rubrik internasional dan rubrik ragam, pasti ada redaktur untuk masing-masing untuk seni, kesehatan, ada redaktur ekonomi, nasional politik, ada hukum.

Tanya : Kalau untuk wartawan yang akan ke lapangan itu apakah dia ikut dalam rapat perencanaan?

Jawab : Pada rapat perencanaan wajib hukumnya setiap reporter ke lapangan untuk ikut rapat untuk mengajukan usul atau memberikan usul dan yang memutuskan adalah penanggung jawab rubrik apakah ini layak atau tidak, setelah itu diajukan dalam rapat sidang redaksi, rapat perencanaan.

Tanya : Apakah bapak punya kewenangan dalam sidang redaksi untuk membuat TOR (Term of Reference)?

Jawab : Ya, memang kita yang bikin.

Tanya : Berarti setiap wartawan yang akan turun ke lapangan harus dibekali TOR?

oleh masing-masing redaktur. Istilah kami adalah flow penugasan. Flow penugasan ini berisi semacam apa ya?(agak bingung) Panduan untuk reporter ke lapangan, siapa narasumbernya. Jadi yang menentukan narasumber dan daftar pertanyaan adalah redaktur.

Tanya : Berarti setiap wartawan dibolehkan improvisasi?

Jawab : Ya, harus. Begini ya, sebelum turun ke lapangan, wartawan itu seperti militer harus memiliki amunisi, bahan yang harus dibekali sebelum turun ke lapangan, reporter juga tidak terpaku dengan daftar ini tetapi juga mempunyai referesi dari sumber lain agar lebih enak berbicara dengan narasumber karena telah mengetahui pengetahuan tentang tema tersebut.

Tanya : Lalu, apa yang melatarbelakangi GATRA dalam pengangkatan tema ini sebagai laporan utama?

Jawab : Begini ya, ketika kami mengangkat tema ini, GATRA mempunyai 10 kriteria atau berita yang layak diangkat termasuk dalam laporan utama. Hangat (dalam arti sedang dibicarakan), baru (pertama kali tema itu dimuat), memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut pandang, dramatik, fenomenal, eksklusif (tenar/sangat terkenal), dan unik. Nah dari kriteria ini boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari 10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah

Dokumen terkait