• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB

Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2003-2007

Indikator agregat ekonomi makro yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah hasil penjumlahan dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam batas-batas wilayah pada suatu periode tertentu biasanya satu tahun.

PDRB atas dasar harga berlaku disajikan pada Tabel 5.1 untuk mengamati perubahan struktur ekonomi suatu wilayah. Angka PDRB atas dasar harga berlaku didapatkan dengan menghitung semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan.

Tabel 5.1. Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2003–2007 (Persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

Pertanian 17,02 16,50 15,75 15,55 15,01

Pertambangan dan Penggalian 0,87 0,83 0,78 0,74 0,79 Industri Pengolahan 15,65 15,18 14,16 13,86 13,60 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,18 1,22 1,30 1,28 1,29

Konstruksi 7,40 7,92 8,80 9,75 10,54

Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,21 18,90 19,21 19,03 19,22 Pengangkutan dan Komunikasi 9,71 9,72 10,22 10,37 10,08 Keuangan, Persew. & Jasa Perush. 9,90 9,93 9,95 9,37 9,69

Jasa-jasa 19,06 19,80 19,81 20,05 19,79

Total 100,0

0

100,00 100,00 100,00 100,00

Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2007 antara lain sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang kontribusinya sangat kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih.

Jika diperhatikan lebih cermat, kontribusi sektor pertanian selama periode 2003 – 2007 terus menurun, kondisi ini bisa diartikan telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian lambat laun akan diambil alih sektor yang lain. Kontribusi sektor pertanian dengan sektor industri hampir sama, untuk masa yang akan datang mungkin sektor pertanian akan jauh ditinggalkan oleh sektor industri, karena saat ini sektor industri sedang dikembangkan walaupun pertumbuhannya masih berfluktuasi.

Sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi yang hampir sama juga karena kedua sektor ini memang seiring sejalan, apalagi Provinsi D.I. Yogyakarta yang kaya dengan daerah wisata, tentu kedua sektor ini akan terus berkembang seiring dengan dikembangkannya sektor kepariwisataan di provinsi ini. Sementara itu, kontribusi yang diberikan sektor konstruksi terus meningkat dari tahun 2003 sebesar 7,40 persen, kemudian tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut sebesar 7,92 persen, 8,80 persen, 9,75 persen dan 10,54 persen.

Jika dilihat sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, maka pada tahun 2003 dan 2004 kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan lebih besar daripada kontribusi

sektor sektor pengangkutan dan komunikasi, namun pada tahun 2005 – 2007 keadaannya berbalik, kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi lebih besar daripada kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini didukung oleh kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi berkembang sangat cepat sehingga pertumbuhannya juga cenderung terus meningkat.

Secara sektoral, perekonomian di Provinsi D.I. Yogyakarta disumbang oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) sebesar 32,10 persen, sektor sekunder (sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi) sebesar 20,44 persen dan sisanya sebesar 47,46 persen dari sektor tersier (sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa- jasa).

Tabel 5.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2003-2007 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

Pertanian 2.948,4 3.052,9 3.185,8 3.306,9 3.333,4

Pertambangan dan Penggalian 119,4 120,4 122,3 126,1 138,4 Industri Pengolahan 2.325,2 2.400,8 2.463,2 2.481,2 2.528,0 Listrik, Gas dan Air Bersih 135,4 144,8 153,1 152,9 165,8

Konstruksi 1.178,0 1.284,5 1.395,1 1.580,3 1.732,9

Perdagangan, Hotel & Restoran 3.097,9 3.279,4 3.444,8 3.569,6 3.750,4 Pengangkutan dan Komunikasi 1.437,1 1.582,2 1.673,4 1.761,7 1.875,3 Keuangan, Persew.&Jasa perush 1.408,9 1.500,5 1.623,2 1.591,9 1.695,2

Jasa-jasa 2.710,1 2.780,8 2.850,0 2.965,2 3.072,2

Total 15.360,4 16.146,4 16.910,9 17.535,7 18.291,5

Tinjauan sektor-sektor ekonomi secara jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian adalah salah satu sektor andalan dalam perekonomian D.I. Yogyakarta, karena sebagian besar masyarakat masih bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2007), proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 30,76 persen. Sektor pertanian masih memiliki kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta, namun kontribusi ini cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2003 kontribusinya sebesar 17,02 persen dan cenderung menurun hingga menjadi 15,01 pada tahun 2007.

Salah satu penyebab turunnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah lahan pertanian yang semakin menurun dari tahun ke tahun terutama lahan sawah. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta, lahan pertanian sawah menurun, pada tahun 2000 lahan sawah sekitar 58.858 hektar dan pada tahun 2006 turun menjadi 57.661 hektar. Pembangunan perumahan, perkantoran dan pusat perbelanjaan di Provinsi D.I. Yogyakarta telah mengurangi lahan pertanian.

Ditinjau secara sub sektor, lebih dari 70 persen nilai tambah yang tercipta di sektor pertanian berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan, 15 persen dari sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sekitar 15 persen lainnya dibentuk dari sub sektor tanaman perkebunan, kehutanan dan perikanan.

Dari sisi pertumbuhannya, sektor pertanian memiliki nilai pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun yaitu 0,44 persen pada tahun 2003 dan cenderung menurun hingga pada tahun 2007 menjadi 0,80 persen. Namun, dari sisi nilai produksinya, secara riil produksi pertanian semakin meningkat yaitu Rp2.948,4 miliar pada tahun 2003 dan terus meningkat hingga mencapai Rp3.333,4 miliar pada tahun 2007. Hal ini bisa diartikan adanya peningkatan produktivitas lahan, karena lahannya menurun tetapi produksinya meningkat.

Berdasarkan pada uraian di atas, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tergolong besar jika dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lainnya, demikian juga dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja di sektor ini, sekitar 30,76 persen angkatan kerja diserap di sektor pertanian. Artinya, sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta.

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Dalam perekonomian di Provinsi D.I. Yogyakarta, sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi terkecil dalam pembentukan PDRB. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor ini tidak sampai satu persen, artinya sektor ini bukan merupakan sektor unggulan. Di provinsi ini tidak ada sumberdaya alam minyak dan gas bumi, yang ada hanya penggalian saja.

Dilihat dari nilai produksinya, sektor ini cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun peningkatannya cukup kecil. Demikian juga jika dilihat dari pertumbuhannya, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan

yang cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir ini, yaitu 0,94 persen per tahun meningkat hingga 9,69 persen per tahun.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri sedang dikembangkan di Provinsi D.I. Yogyakarta, seperti industri batik, kerajinan perak, industri kayu, industri mebel, industri berbahan serat alam, industri kulit dan industri gerabah. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB cukup besar, namun cenderung mengalami penurunan selama tahun 2003-2007, secara berturut-turut kontribusinya sebesar 15,65 persen, 15,18 persen, 14,16 persen, 13,86 persen dan 13,60 persen.

Struktur nilai tambah sektor industri pengolahan jika dirinci secara sub sektor, maka sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau menciptakan nilai tambah terbesar yaitu sebesar 38,38 persen pada tahun 2003 dan terus meningkat hingga 41,53 persen pada tahun 2007. Setelah sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau, kontribusi yang besar diciptakan oleh sub sektor industri tekstil, barang kulit dan kaos kaki (18,22 persen), dan sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (12,23 persen). Dari sisi perkembangan volume riil produksi, sektor industri pengolahan mengalami peningkatan produksi. Pada tahun 2003, nilai produksinya sebesar Rp2.325,2 miliar, kemudian meningkat setiap tahunnya dengan nilai produksi tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut sebesar Rp2.400,8 miliar, Rp2.463,2 miliar, Rp2.481,2 miliar dan Rp2.528,0 miliar.

Ditinjau dari sisi laju pertumbuhannya, sektor industri pengolahan memiliki laju pertumbuhan rata-rata 2,25 persen per tahun. Namun laju pertumbuhan ini berfluktuasi setiap tahunnya, pada tahun 2003 sebesar 2,80 persen per tahun, kemudian tahun 2004 meningkat menjadi 3,25 persen per tahun, namun tahun 2005 menurun menjadi 2,60 persen per tahun dan menurun tajam hingga 0,73 persen per tahun pada tahun 2006, tetapi pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 1,89 per tahun. Fluktuasi pertumbuhan industri pengolahan ini tidak terlepas dari pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005. Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terhadap PDRB yang cukup besar, laju pertumbuhannya terus meningkat, dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar yaitu 11,81 persen, maka sektor industri pengolahan menjadi salah satu sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta.

d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Listrik, gas dan air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat, selain itu listrik, gas dan air bersih merupakan salah satu sarana penting untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi terutama industri pengolahan. Kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih cukup stabil pada kisaran satu persen dari total PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta. Dari sisi volume produksi, sektor listrik, gas dan air bersih cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 volume produksi sebesar Rp135,4 miliar dan meningkat menjadi Rp144,8 miliar pada tahun 2004, Rp153,1 miliar pada tahun 2005, dan sedikit menurun di tahun 2006

menjadi Rp152,9 miliar, namun pada tahun 2007 langsung melonjak menjadi Rp165,8 miliar.

Ditinjau dari sisi pertumbuhannya, maka sektor listrik, gas dan air bersih memiliki laju pertumbuhan yang positif, kecuali pada tahun 2005 sektor ini memiliki pertumbuhan – 0,17 persen per tahun. Pada tahun 2006 dan 2007 laju pertumbuhannya positif, namun mengalami penurunan dari 8,45 persen per tahun menjadi 5,20 persen per tahun. Sementara itu, kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 0,15 persen dari angkatan kerja yang bekerja.

Berdasarkan penjelasan di atas, walaupun sektor listrik, gas dan air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan merupakan salah satu sarana penting dalam kegiatan ekonomi, namun baik secara kontribusi terhadap PDRB maupun dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih bukan sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta.

e. Sektor Konstruksi

Setelah krisis ekonomi tahun 1997, sektor konstruksi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Jumlah perusahaan konstruksi di Provinsi D.I. Yogyakarta terus bertambah setiap tahun dan mencapai jumlah 1.420 pada tahun 2006 dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 6.189 orang dan realisasi nilai konstruksi yang diselesaikan mencapai Rp1.536,068 miliar (BPS, 2007).

Ditinjau dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor konstruksi mampu menyerap tenaga kerja sebesar 8,64 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. (BPS, 2007). Sektor konstruksi memiliki kontribusi relatif kecil terhadap PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta, namun pada dekade lima tahun terakhir ini, kontribusinya cenderung meningkat. Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 kontribusi sektor konstruksi sebesar 7,40 persen dan terus meningkat pada tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut sebesar 7,92 persen, 8,80 persen, 9,75 persen dan 10,54 persen.

Sektor konstruksi ini berpotensi menjadi sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta karena disamping kontribusinya yang terus meningkat, laju pertumbuhannya juga positif dari tahun ke tahun meskipun masih berfluktuasi. Rata-rata laju pertumbuhan sektor ini adalah 10,49 persen per tahun. Dari sisi volume produksi, tabel 5.2 menunjukkan bahwa volume produksi terus meningkat dalam dekade lima tahun terakhir ini. Secara riil nilai produksinya sebesar Rp1.178,0 miliar pada tahun 2003 dan terus meningkat hingga mencapai Rp1.732,9 miliar pada tahun 2007. Peningkatan laju pertumbuhan sektor konstruksi sejalan dengan pembangunan perumahan, pembangunan pusat-pusat

perbelanjaan, pembangunan jalan-jalan, pembangunan gedung-gedung

perkantoran, dan sarana penunjangbus way.

f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan salah satu sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta. Kontribusinya terhadap PDRB mencapai

kisaran 19 persen setiap tahunnya. Nilai tambah sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2007 dibentuk dari sub sektor restoran sebesar 48,62 persen, sub sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 42,70 persen dan sub sektor hotel sebesar 8,68 persen.

Jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki laju pertumbuhan yang cenderung menurun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 6,30 persen per tahun, kemudian menurun hingga tahun 2006 mencapai 3,62 persen per tahun. Pada tahun 2007 pertumbuhan sektor ini mulai meningkat kembali yaitu sebesar 5,06 persen per tahun.

Dari sisi volume produksi secara riil, pada tahun 2003-2007 sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai produksi yang cenderung

meningkat, tahun 2003 sebesar Rp3.097,9 miliar dan tahun 2007 sebesar

Rp3.750,4 miliar. Secara sub sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran didominasi oleh sub sektor restoran, kemudian disusul oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran dan sub sektor hotel. Jika ditinjau dari sisi pertumbuhannya, sub sektor perdagangan dan sub sektor restoran memiliki pertumbuhan yang positif selama periode 2003-2007. Berbeda dengan sub sektor hotel, pada tahun 2003 dan 2004 memiliki laju pertumbuhan positif yaitu masing- masing sebesar 6,08 persen per tahun dan 5,50 persen per tahun, tetapi pada tahun 2005 dan 2006 pertumbuhannya negatif yaitu sebesar -6,22 persen per tahun dan - 18,58 persen per tahun. Hal yang menarik adalah kenaikan pertumbuhan yang cukup tajam pada tahun 2007 yaitu sebesar 10,78 persen. Penurunan pertumbuhan

yang terjadi pada tahun 2005 dan 2006 merupakan dampak dari kenaikan harga BBM pada tahun 2005 yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa sehingga masyarakat akan mengurangi konsumsinya dan bencana gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 berakibat pada turunnya kunjungan wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing sehingga menurunkan permintaan barang dan jasa, menurunkan pendapatan hotel dan restoran.

Jika ditinjau dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu menyerap tenaga kerja sebesar 24,52 persen dari total angkatan kerja yang bekerja (BPS, 2007). Dengan demikian sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan di Provinsi D.I. Yogyakarta karena kontribusinya cukup besar terhadap PDRB dan memiliki kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi.

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat baik untuk mobilitas penduduk maupun mobilitas barang dan jasa. Selain itu, sektor komunikasi bermanfaat untuk memperlancar kegiatan ekonomi agar lebih efektif dan efisien. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi cenderung meningkat dalam dekade 2003-2007. Kontribusi terhadap PDRB terbesar sebesar 10,37 persen pada tahun 2006 dan terkecil sebesar 9,71 pada tahun 2003. Sedangkan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, sektor pengangkutan dan komunikasi mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,32 persen (BPS, 2007).

Ditinjau dari volume produksi secara riil, pada dekade lima tahun peningkatan produksi terus terjadi. Pada tahun 2003 produksi sebesar Rp1.437,1 miliar dan pada tahun 2007 sebesar Rp1.875,3 miliar. Selama tahun 2003 hingga 2007, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi masih berfluktuasi, pada tahun 2003 ke tahun 2004 pertumbuhannya meningkat, namun mulai tahun 2005 pertumbuhannya menurun tajam hingga menjadi 5,28 persen per tahun pada tahun 2006 dari 10,1 persen per tahun pada tahun 2004. Kemudian tahun 2007 mulai meningkat kembali menjadi 6,45 persen per tahun. Sub sektor dengan pertumbuhan tercepat adalah sub sektor komunikasi. Pada tahun 2003 sub sektor ini tumbuh sebesar 6,87 persen, kemudian tahun 2006 tumbuh sebesar 9,10 persen dan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu 11,83 persen. Sementara sub sektor pengangkutan rata-rata tumbuh 6,70 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi sub sektor ini dicapai pada tahun 2004 yakni sebesar 11,37 persen per tahun.

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, sektor keuangan menjadi tanggung jawab setiap daerah. Keberhasilan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari kebijakan keuangan dan kemajuan sektor keuangan di daerah tersebut. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki kontribusi pada kisaran 9 persen terhadap PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta. Pada tahun 2003-2005 kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan meningkat 0,02-0,03 persen, namun menurun sekitar 0,58 persen pada tahun 2006, kemudian pada

tahun 2007 mulai naik kembali hingga nilai kontribusinya sebesar 9,69 persen per tahun.

Kontribusi terbesar diberikan oleh sub sektor sewa bangunan, pada tahun 2003 sebesar 7,12 persen namun nilainya mengalami penurunan hingga tahun 2007 kontribusinya hanya sebesar 6,74 persen. Provinsi D.I. Yogyakarta sebagai kota pelajar, dan pelajar banyak yang berasal dari luar daerah. Hal ini sebagai salah satu pemacu tingginya pendapatan daerah dari sektor sewa bangunan. Sementara itu sub sektor lembaga keuangan berupa bank hanya memberikan kontribusi sekitar satu persen saja pada dekade lima tahun terakhir ini. Artinya kontribusi bank masih harus ditingkatkan dalam pembentukan pendapatan daerah.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki pertumbuhan rata-rata 5,28 persen per tahun. Pada tahun 2003 – 2005 sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang positif, namun pada tahun 2006 pertumbuhannya negatif yaitu sebesar –1,93 persen. Kejadian ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2007 pertumbuhannya meningkat menjadi sebesar 6,49 persen. Jika ditinjau pertumbuhan sub sektornya, pada tahun 2007 sub sektor bank memiliki laju pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 33,50 persen per tahun, kemudian disusul dengan jasa perusahaan dengan laju pertumbuhan sebesar 7,85 persen per tahun, sub sektor jasa penunjang keuangan sebesar 6,80 persen, sub sektor sewa bangunan sebesar 4,57 persen dan terkecil adalah laju pertumbuhan sub sektor lembaga keuangan bukan bank yaitu sebesar -8,39 persen.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki volume produksi riil yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003,

nilai produksinya sebesar Rp1.408,9 miliar dan terus meningkat hingga Rp1.591,9 miliar pada tahun 2005, namun pada tahun 2006 sedikit mengalami penurunan dengan nilai produksi sebesar Rp1.591,9 miliar dan pada tahun 2007 meningkat kembali dengan nilai produksi sebesar Rp1.695,2 miliar. Jika ditinjau dari penyerapan tenaga kerja, maka sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2,66 persen (BPS, 2007).

i. Sektor Jasa-Jasa

Berdasarkan tabel 5.1, kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB di Provinsi D.I. Yogyakarta paling besar dibandingkan dengan delapan sektor lainnya. Kontribusinya cenderung meningkat pada dekade lima tahun terakhir ini. Rata-rata pertumbuhan sektor jasa-jasa sekitar 3,14 persen. Pada tahun 2003 hingga 2005 pertumbuhannya hanya berkisar dua persen, namun pada tahun 2006 meningkat menjadi 4,04 persen dan pada tahun 2007 sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 3,61 persen.

Sektor jasa-jasa terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan umum dan sub sektor jasa swasta. Sub sektor pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan dan jasa pemerintah lainnya seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa kemasyarakatan lainnya. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Secara sub sektor, kontribusi terbesar terhadap PDRB diberikan oleh sub sektor jasa pemerintahan umum yaitu sebesar 13,97 persen, kemudian sub sektor jasa swasta sebesar 5,82 persen. Sedangkan pertumbuhan terbesar

dicapai oleh sub sektor hiburan dan rekreasi yaitu sebesar 8,80 persen, kemudian jasa perorangan sebesar 5,88 persen. Sedangkan sub sektor lainnya memiliki pertumbuhan pada kisaran tiga persen.

Ditinjau dari sisi volume produksi riil, peningkatan terus berlangsung selama dekade lima tahun terakhir ini. Produksi tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp3.072,2 miliar dan terendah pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp2.710,1 miliar. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor jasa-jasa mampu menyerap 16,82 persen dari angkatan kerja yang bekerja (BPS, 2007).

5.2. Analisis Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB di Pulau

Jawa Tahun 2003-2007

PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2003–2007 disajikan untuk mengamati perubahan struktur ekonomi di Pulau Jawa selama kurun waktu tersebut. Angka PDRB atas dasar harga berlaku didapatkan dengan menghitung semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Pulau Jawa pada tahun 2003- 2007 dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan.

Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Pulau Jawa antara lain sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang kontribusinya relatif kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih.

Tabel 5.3. Kontribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap PDRB atas Dasar Harga Berlaku di Pulau Jawa Tahun 2003 – 2007 (Persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007

Pertanian 11,94 11,74 11,36 11,38 11,44

Pertambangan dan Penggalian 0,71 0,68 0,69 0,71 0,71 Industri Pengolahan 29,55 28,97 29,60 29,39 29,03 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,99 2,13 2,04 2,01 1,98

Konstruksi 5,54 5,76 5,90 6,06 6,07

Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,65 21,88 22,24 22,39 22,82 Pengangkutan dan Komunikasi 6,31 6,43 6,73 7,12 7,20 Keuangan, Persewaan & Jasa perush. 12,32 12,21 11,65 11,15 10,94

Jasa-jasa 9,98 10,18 9,78 9,79 9,79

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008.

Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi pada kisaran angka 29 persen, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 21-22 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sekitar 10-12 persen dan sektor pertanian sekitar 11 persen. Sementara itu sembilan sektor lainnya, yaitu sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor konstruksi, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian masing-masing memberikan kontribusi sekitar 9-10 persen, 6-7 persen, 5-6 persen, 1-2 persen dan kurang dari satu persen.

Tabel 5.4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Pulau Jawa Tahun 2003- 2007 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 109.773,05 114.666,22 118.105,66 120.941,31 124.367,31 Pertambangan dan Penggalian 15.273,47 14.796,39 14.719,28 15.236,41 15.629,35 Industri Pengolahan 274.388,88 287.351,44 304.692,20 322.027,19 339.957,31

Listrik, Gas dan Air Bersih 13.695,59 14.984,96 15.956,63 16.033,61 17.225,22 Konstruksi 50.145,85 52.859,02 56.715,42 60.118,66 64.337,49 Perdagangan, Hotel dan Restoran 200.307,65 214.126,10 229.500,83 246.897,41 266.059,41 Pengangkutan dan Komunikasi 52.385,65 57.332,32 61.714,32 67.914,79 75.387,12 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan 109.236,69 114.209,70 119.595,75 124.505,56 131.568,07

Jasa-jasa 83.311,41 87.247,75 91.598,11 97.460,59 102.883,01

Total 908.518,25 957.573,91 1.012.598,19 1.071.135,54 1.137.414,29 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008.

Tinjauan sektor-sektor ekonomi secara jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian adalah salah satu sektor unggulan di Pulau Jawa, karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian, selain itu sektor pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Jawa. Menurut BPS (2007), proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 33,59 persen, dan proporsi tertinggi di Provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 44,75 persen dan terendah di Provinsi DKI Jakarta yaitu sekitar 0,52 persen. Jika

Dokumen terkait