• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Analisis Perubahan PDRB Provinsi D.I Yogyakarta dan

Jawa Tahun 2003-2007

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi D.I. Yogyakarta ditunjukkan dengan data laju pertumbuhan PDRB. Selama tahun 2003 – 2007, pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I. Yogyakarta cukup berfluktuasi, tertinggi terjadi pada tahun 2004 (5,12 persen) dan terendah terjadi pada tahun 2006 (3,70 persen).

Berdasarkan Tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 dan 2007, sektor ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp3.097,88 miliar dan meningkat menjadi Rp3.750,36 miliar pada tahun 2007 atau meningkat sebesar 21,06 persen. Hal ini dikaitkan dengan dukungan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor andalan bagi Provinsi D.I. Yogyakarta. Indikator yang dapat menunjukkan aktivitas kepariwisataan antara lain dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan serta rata-rata lama menginap para wisatawan selama berkunjung di Provinsi D.I. Yogyakarta.

Pada tahun 2007, di Provinsi D.I. Yogyakarta tersedia 38 hotel bintang dengan 3.458 kamar dan 5.640 tempat tidur, serta 1.039 hotel melati dengan 11.307 kamar dan 17.459 tempat tidur. Jumlah wisatawan yang menggunakan fasilitas hotel tercatat sebanyak 2.203.831 orang, wisatawan domestik menginap

rata-rata 1,44 hari sedangkan wisatawan asing menginap rata-rata 2,67 hari. Kedatangan wisatawan tentu tidak terlepas dari kebutuhan untuk berbelanja, yang secara langsung akan berpengaruh pada meningkatnya pendapatan melalui sektor perdagangan. Selain itu wisata kuliner juga banyak diburu oleh para wisatawan sehingga sektor inipun akan terus berkembang (BPS, 2008).

Tabel 5.5. Perubahan PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2003 PDRB 2007 ?KPDRB %

Pertanian 2.948,40 3.333,38 384,98 13,06

Pertambangan dan Penggalian 119,43 138,36 18,92 15,85

Industri Pengolahan 2.325,24 2.528,02 202,78 8,72

Listrik, Gas dan Air Bersih 135,38 165,77 30,39 22,45

Konstruksi 1.178,02 1.732,94 554,92 47,11

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 3.097,88 3.750,36 652,48 21,06

Pengangkutan dan Komunikasi 1.437,07 1.875,31 438,23 30,49 Keuangan, Persewaaan & Jasa

Perusahaan 1.408,89 1.695,16 286,27 20,32

Jasa-jasa 2.710,09 3.072,20 362,11 13,36

Total 15.360,41 18.291,51 2.931,10 19,08

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 2008.

Laju pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor konstruksi, yaitu sebesar 47,11 persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sektor ini adalah Rp1.178,02 miliar pada tahun 2003 dan meningkat menjadi Rp1.732,94 miliar pada tahun 2007. Pembangunan gedung-gedung perkantoran dan bangunan-bangunan tempat tinggal pasca gempa bumi menjadi salah satu pendukung berkembangnya sektor konstruksi di Provinsi D.I. Yogyakarta.

perkembangannya diharapkan mampu menjadi sektor andalan di Provinsi D.I. Yogyakarta. Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki banyak komoditas unggulan yang hampir seluruhnya dihasilkan oleh pelaku usaha kecil menengah. Komoditas unggulan di sana telah mengakar, berbasis bahan baku lokal, berorientasi ekspor, dan berdampak luas bagi pengembangan sektor lainnya. Beberapa contoh industri unggulan tersebut antara lain:

1) Batik mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada abad ke-15. Coraknya dipengaruhi budaya Hindu, Budha, dan Islam. Pada zaman itu, batik dibuat hanya di lingkungan keraton. Perkembangan akhir-akhir ini, batik bukan melulu sebagai kain, namun juga untuk pakaian jadi, seprei, sarung bantal, dan sebagainya.

2) Kerajinan perak yang dihasilkan Kota Gede termasuk komoditas yang unggulan lain yang telah mendunia. Jenis kerajinan ini lahir pada zaman berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Dewasa ini coraknya mengalami

perkembangan, bukan hanya klasik, namun juga modern. Cara

pengerjaannya yang masih memakai peralatan tradisional justru

membuatnya langgeng hingga kini.

3) Wilayah ini juga memiliki potensi dalam industri kayu. Industri ini memiliki nilai dan volume ekspor yang setiap bulan meningkat. Produk yang dihasilkan antara lain, topeng, wayang klitik, wayang golek, mainan anak-anak, alat peraga pendidikan, dan patung primitif. Di bidang industri kayu, jumlah unit usaha sebanyak 3.143 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 15.202 orang. Sementara nilai invenstasinya

mencapai Rp39,429 miliar dengan nilai produksi sebesar Rp62,749 miliar. Sentranya terletak di Putat (Kabupaten Gunungkidul) dan Pajangan (Kabupaten Bantul). Mebel juga mengalami pengembangan yang pesat dan seolah tak mau kalah dengan perkembangan industri kerajinan kayu. Mebel yang dihasilkan beragam bentuk. Pemasarannya sampai ke mancanegara. Hampir di setiap pelosok industri ini bisa dijumpai.

4) Berbagai bahan dari serat alam seperti mendong, gebang, serat agel, dan gedebok (pelepah) pisang bagi warga D.I. Yogyakarta sangat menarik untuk dibuat produk kerajinan. Kerajinan yang dihasilkan dari bahan baku ini antara lain, berbagai tas, taplak meja, perlengkapan meja makan, dan sebagainya. Jenis kerajinan berbahan baku serat alam ini berwarna alami dan memiliki konsumen menengah ke atas. Para perajinnya sebagian besar berada di Kulon Progo, Sleman, dan Kota Yogyakarta.

5) Komoditas ekspor unggulan dari provinsi ini adalah industri barang kulit. Komoditas ini menempati posisi tertinggi urutan ekspor. Komoditas ekspor dari sektor ini yang tertinggi adalah kulit lembar dan sarung tangan. Jumlah unit usaha yang bergerak di sektor ini 644 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.650 orang. Nilai investasinya mencapai Rp25,555 miliar dengan nilai produksi Rp19,620 miliar.

6) Produk yang juga populer adalah kerajinan gerabah. Semula produk yang dihasilkan berupa peralatan dapur (tungku, kuali, gentong), namun setelah melalui pembinaan yang gencar maka mulai tercipta berbagai model.

yang dilakukan kini sangat bervariasi, mulai dari warna asli terakota (tanah) sampai dengan pewarnaan yang memakai cat dan pelapis. Kini jumlah perajinnya tercatat 1.160 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja 5.726 orang yang menelan investasi Rp6,609 miliar. Nilai produksinya mencapai Rp44,188 miliar. Produk ini kini tak hanya sebatas penggunaan untuk rumah tangga, namun telah berkembang menjadi produk dekoratif moderen yang bercorak tradisional. Contohnya vas bunga, asbak, patung, pot tanaman, meja kursi kebuin, dan guci. Sentra kerajinan ini yang terkenal terletak di Kasongan dan Pundong di Kabupaten Bantul (Irawan,2008).

Berdasarkan Tabel 5.6, laju pertumbuhan ekonomi bernilai positif di semua sektor, artinya semua sektor mengalami peningkatan pendapatan. PDRB Pulau Jawa diberikan sumbangan terbesar oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp274.388,88 miliar pada tahun 2003 dan meningkat menjadi Rp339.957,31 miliar pada tahun 2007. Selain memberikan sumbangan terbesar, sektor industri pengolahan juga memiliki nilai perubahan terbesar juga yaitu sebesar Rp65.568,43 miliar.

Sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 43,91 persen. Hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya, adanya pekerja ulang alik dari Jawa Barat (Bogor, Bekasi, Tangerang) ke Jakarta, banyaknya angkatan kerja yang mengadu nasib dengan mencari kerja di Jakarta,

dan lain-lain yang tentunya semua itu akan membutuhkan sarana transportasi yang lebih banyak.

Tabel 5.6. Perubahan PDRB di Pulau Jawa menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2003 dan 2007 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha PDRB 2003 PDRB 2007 ?[PDRB %

Pertanian 109.773,05 124.367,31 14.594,25 13,29

Pertambangan dan Penggalian 15.273,47 15.629,35 355,89 2,33 Industri Pengolahan 274.388,88 339.957,31 65.568,43 23,90 Listrik, Gas dan Air Bersih 13.695,59 17.225,22 3.529,63 25,77

Konstruksi 50.145,85 64.337,49 14.191,64 28,30

Perdagangan, Hotel dan Restoran

200.307,65 266.059,41 65.751,76 32,83 Pengangkutan dan Komunikasi 52.385,65 75.387,12 23.001,47 43,91 Keuangan, Persewaaan & Jasa

Perusahaan

109.236,69 131.568,07 22.331,38 20,44

Jasa-jasa 83.311,41 102.883,01 19.571,59 23,49

Total 908.518,25 1.137.414,29 228.896,04 25,19

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 2008.

Sedangkan laju pertumbuhan di bidang komunikasi jelas di dukung oleh kemajuan teknologi di bidang komunikasi. Salah satu contoh kemajuan sarana telekomunikasi adalah tersedianya telepon genggam (handphone) dari harga tinggi hingga harga yang rendah, ini akan menarik minat masyarakat untuk menggunakan telepon genggam. Contoh lain dari kemajuan teknologi komunikasi adalah kemudahan akses internet yang dapat memberikan banyak manfaat bagi penggunanya terutama dalam menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan.

5.4. Rasio PDRB Provinsi D.I. Yogyakarta dengan PDRB Pulau Jawa

Dokumen terkait