• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

4.2.3 Analisis korelasi kesehatan selama pandemi COVID-19

65 – 80 Sangat Baik 10 30,30 50 – 64 Baik 18 54,54 35 – 49 Cukup Baik 5 15,15 20 – 34 Kurang Baik 0 0

Dari tabel 4.3 terlihat kebanyakan siswa mempunyai motivasi belajar pada kategori baik 54,54% dan kategori sangat baik ada 30,30%. Harga mean yang di peroleh untuk variabel motivasi belajar fisika sebesar 59,88 pada kategori baik.

4.2.3 Analisis korelasi kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika

Untuk mengetahui korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika, digunakan korelasi dengan bantuan SPSS 17. Hasil perhitungannya diperoleh pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Hasil uji korelasi antara kesehatan terhadap motivasi belajar Motivasi Belajar Fisika Kesehatan Jasmani Pearson Correlation .322 Sig. (2-tailed) .068 N 33 Kesehatan Rohani Pearson Correlation .363* Sig. (2-tailed) .038 N 33 Total Kesehatan Pearson Correlation .364* Sig. (2-tailed) .037 N 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan statistika menggunakan SPSS 17 pada tabel 4.4 di atas, nilai korelasi Pearson adalah 0,364dan nilai signifikan (Sig) yang diperoleh sebesar 0,037. Terlihat ada dua taraf signifikan yang ditampilkan di bawah tabel hasil uji korelasi di atas yaitu 0,01 dan 0,05. Tetapi, taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05. Karena Sig = 0,037 < α = 0,05, maka signifikan. Hal ini berarti ada korelasi antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020. Korelasi Pearson bernilai positif, berarti variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 dengan variabel motivasi belajar fisika, artinya apabila variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 naik/turun maka variabel motivasi belajar fisika juga naik/turun.

Hasan, 2004 (dalam Skrispi Marselinus Sugiarto Moses, 2018) untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antara variabel, berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisen korelasi (KK) sebagai patokan.

Tabel 4.5 Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungan No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1. Nilai KK = 0,00 Tidak ada korelasi 2. 0,00 > nilai KK 20 Korelasi lemah sekali 3. 0,20 > nilai KK 0,40 Korelasi lemah 4. 0,40 > nilai KK 0,70 Korelasi sedang 5. 0,70 > nilai KK 0,90 Korelasi kuat 6. 0,90 > nilai KK 1,00 Korelasi kuat sekali 7. Nilai KK = 1,00 Korelasi sempurna

Berdasarkan interval nilai korelasi koefisien pada tabel 4.5 di atas, maka dapat dikatakan korelasi antara variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 dengan variabel motivasi belajar fisika adalah korelasi lemah, karena nilai korelasi Pearson 0,364 berada pada interval 0,20 > nilai KK 0,40.

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian data diketahui bahwa ada korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika dari peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan teori yang ada pada bab 2, dimana motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan jasmani yang berhubungan dengan kondisi siswa yang dalam keadaan baik dan sehat, sedangkan kesehatan rohani berhubungan dengan suasana hati siswa. Jika dilihat masing-masing indikator, kesehatan jasmani tidak berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika karena nilai signifikan (Sig) sebesar 0,068. Taraf signifikan yang digunakan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,068 > α = 0,05, maka tidak signifikan. Sedangkan, kesehatan rohani berkorelasi terhadap motivasi belajar dengan nilai signifikan

yang diperoleh 0,038. Taraf signifikan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,038 < α = 0,05, maka signifikan.

4.3 Pembahasan Umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan:

1) Tingkat kesehatan selama pandemi COVID-19 dari peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada kategori lebih dari baik dengan nilai mean 64,91 atau dapat dibulatkan menjadi 65. Berdasarkan hasil penelitian dengan klasifikasi skor menunjukkan bahwa, sebagian besar peserta didik mempunyai kesehatan yang sangat baik ada 19 siswa dengan persentase 57,58%, dan baik ada 13 siswa dengan persentase 39,39%, dan sisanya hanya 1 siswa yang mempunyai kesehatan cukup baik dengan persentase 3,03% selama pandemi COVID-19. Tidak ada siswa yang mempunyai kondisi kesehatan kurang baik.

Untuk harga mean dari tiap masing-masing indikator dari kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu kesehatan jasmani dengan harga mean 47,64 dan kesehatan rohani harga mean 17,27 maka total harga mean untuk kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu 64,91 ada pada kategori lebih dari baik.

Berdasarkan hasil penelitian dengan data yang ada pada lampiran, menunjukkan bahwa responden selalu menjaga kesehatan dengan baik, tetapi yang harus dikembangkan atau ditingkatkan dalam menjaga kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu (1) siswa perlu memperhatikan dan mengecek keadaan suhu tubuh di rumah masing-masing, (2) diusahakan agar siswa tidur tepat waktu dan perbanyak istirahat dan, (3) siswa berjemur setiap jam 10.00 pagi agar terhindar dari virus corona.

2) Tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 59,88. Berdasarkan hasil klasifikasi skor diperoleh sebanyak 18 responden

mengatakan bahwa motivasi belajar fisika berada pada kategori baik dengan persentase 54,54%, 10 responden mengatakan bahwa motivasi belajar fisika sangat baik dengan persentase 30,30%, sebanyak 5 responden dengan motivasi belajar yang cukup baik dengan persentase 15,15% dan tidak ada siswa yang mengatakan bahwa motivasi belajar kurang baik.

Berdasarkan data yang terdapat pada lampiran, untuk variabel motivasi belajar fisika terdapat 3 pernyataan yang paling tinggi yaitu (1) siswa setuju bahwa dengan adanya belajar dapat menjadikan diri lebih berguna bagi orang lain, (2) siswa setuju bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan dan (3) siswa merasa lebih paham belajar fisika bersama teman-teman atau guru. Pernyataan yang paling rendah dan yang perlu ditingkatkan oleh peserta didik yaitu (1) siswa harus mengerjakan soal-soal yang ada di buku fisika walaupun tidak disuruh oleh guru atau orang tua, (2) siswa harus rajin walaupun belajar fisika di rumah dan, (3) siswa tidak setuju bahwa pelajaran fisika sungguh menyenangkan dan juga siswa harus semangat ketika belajar fisika.

3) Berdasarkan hasil korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta ditunjukkan ada hubungan signifikan dengan nilai p < α yaitu 0,037 < 0,05 sehingga terdapat korelasi positif antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kesehatan yang baik cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara kesehatan jasmani selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika yaitu tidak ada korelasi. Hal tersebut berdasarkan data yang telah diperoleh pada tabel 4.4 yaitu nilai signifikan (Sig) sebesar 0,068. Taraf signifikan yang digunakan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,068 > α = 0,05, maka tidak signifikan. Sedangkan, kesehatan rohani berkorelasi terhadap motivasi belajar dengan nilai signifikan

yang diperoleh 0,038. Taraf signifikan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,038 < α = 0,05, maka signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan rohani yang lebih berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika. Hal ini masuk akal, karena rohani seseorang membuat motivasi lebih besar daripada jasmani atau keadaan fisik.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1) Kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 tidak diobservasi secara langsung oleh peneliti hanya diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara online, sehingga peneliti tidak mengetahui secara pasti kesehatan dari siswa. 2) Begitu juga dengan motivasi belajar fisika peneliti tidak mengobservasi

secara langsung kepada peserta didik hanya menyebarkan kuesioner secara online sehingga motivasi belajar fisika peserta didik tidak diketahui secara pasti oleh peneliti.

3) Dalam pernyataan kuesioner yang disebarkan sudah disertakan dengan kata selalu, tetap, dan sering sehingga dapat mempengaruhi jawaban peserta didik.

37

Dokumen terkait