• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

KORELASI ANTARA KESEHATAN PESERTA DIDIK SELAMA PANDEMI COVID-19 TERHADAP MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIPA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA TAHUN

AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

MONIKA FRESHLINI PATIATI DAUR NIM : 161424037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

vi

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”

(Amsal 17:22)

Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Almamater Universitas Sanata Dharma

2. Keluarga tercinta Bapak Florianus Daur, Mama Maria Y. S. Jehani, Kakak Fitri Daur dan Adik Rengga Daur yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman mahasiswa/i pendidikan Fisika 2016 khususnya Emanuela dan Sophia yang sudah berdinamika bersama selama ini.

(3)

vii ABSTRAK

Monika Freshlini Patiati Daur “Korelasi Antara Kesehatan Pesera Didik Selama Pandemi COVID-19 Terhadap Motivasi Belajar Fisika Peserta didik Kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020”. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) tingkat kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19, 2) tingkat motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto, dan 3) korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelatif dengan teknik analisis korelasi Pearson. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto tahun ajaran 2019/2020. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dengan variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 dan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tingkat kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 berada dalam keadaan sangat baik dengan nilai rata-rata 64,91; 2) tingkat motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto berada dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 59,88; 3) terdapat korelasi yang signifikan antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta.

(4)

viii

ABSTRACT

Monika Freshlini Patiati Daur “Correlation between health during pandemic COVID-19 and the motivation to learn physics for students X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta of the academic year 2019/2020”. Thesis. Physics Education, Department of Mathematic Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta. Advisor: Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T.

This research aims to know 1) the level of students health during pandemic COVID-19; 2) the level of the motivation to learn of students Physics grade X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto; and 3) the correlation between health during pandemic COVID-19 and the motivation to learn the physics of class X MIPA SMA Adisutjipto.

This research is a type of correlation quantitative study (Pearson correlates). The research was conducted in May 2020. The subject of the research was students class X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto of the academic year 2019/2020. Collection of data used questionnaires disseminated online with health variables during the COVID-19 pandemic and the motivation to learn the learners ' Physics of Class X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto.

The result of this research showed that: 1) the level of learners health during the COVID-19 pandemic was in very good condition with the mean 64,91; 2) the level of motivation to learn physics class X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto is in good category with the mean 59,88; and 3) There is a significant correlation between health during pandemic COVID-19 and the motivation to learn learners class X MIPA SMA Adisutjipto Yogyakarta.

(5)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...……….i

HALAMAN PERSETUJUAN OLEH PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PERSETUJUAN OLEH PENGUJI………...……....iii

HALAMAN KEASLIAN KARYA………...………...iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………...…………....v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...vi

ABSTRAK……….vii

ABSTRACT………...……….viii

KATA PENGANTAR………...………...ix

DAFTAR ISI………...………xi

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..xv BAB 1 PENDAHULUAN………...……1 1.1 Latar Belakang………...………..1 1.2 Rumusan masalah ………....4 1.3 Tujuan Penelitian ………...…..4 1.4 Manfaat Penelitian ………...…4

BAB 2 LANDASAN TEORI………...6

(6)

xii

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar………...6

2.1.2 Fungsi Motivasi Belajar………...….7

2.1.3 Jenis Motivasi Belajar………...8

2.1.4 Ciri-ciri Motivasi Belajar………...9

2.1.5 Unsur yang Dapat Mempengaruhi Motivasi Belajar…………...…10

2.1.6 Strategi Mengembangkan Motivasi Belajar………....11

2.2 Virus Corona (COVID-19)………...….12

2.2.1 Karakteristik Pandemi COVID-19……….…..12

2.2.2 Cara Penyebaran COVID-19……….……...13

2.2.3 Gejala Infeksi COVID-19……….…..…..13

2.2.4 Pencegahan COVID-19………...….13

2.3 Kesehatan ………...14

2.3.1 Pengertian Kesehatan……….…...…14

2.3.2 Kondisi Kesehatan Siswa………...……...……15

2.3.3 Gangguan Kesehatan Mental Siswa………...…..16

BAB 3 METODE PENELITIAN ………...……..19

3.1 Jenis Penelitian………...………..….….19

3.2 Definisi Operasional Variabel………..….….19

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian………...….….20

(7)

xiii

3.5 Instrumen Penelitian ………....…..20

3.6 Validitas ………..……..24

3.7 Metode Analisis Data………..…...24

3.7.1 Analisis Kuesioner Kesehatan Selama Pandemi COVID-19…...24

3.7.2 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Fisika ………..….26

3.7.3 Korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika ………..…27

BAB 4 DATA DAN ANALISIS………...………...…28

4.1 Deskripsi Penelitian………...28

4.2 Hasil Penelitian ………...………..28

4.2.1 Data ………...……..……...….28

4.2.3 Analisis korelasi kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika …………..………..…...31

4.3 Pembahasan Umum……….…...34

4.4 Keterbatasan Penelitian ………..……...36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………..……...37

5.1 Kesimpulan ………..………..37

5.2 Saran………...……..…37

DAFTAR PUSTAKA………..…...39

(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Angket Kesehatan Peserta Didik selama Pandemi COVID-19….…….21 Tabel 3.2 Angket Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik……….……….….22 Tabel 3.3 Penskoran Kesehatan selama Pandemi COVID-19………25 Tabel 3.4 Klasifikasi Skor Kesehatan selama Pandemi COVID-19…………...…25 Tabel 3.5 Penskoran Motivasi Belajar Fisika……….26 Tabel 3.6 Klasifikasi Skor Motivasi Belajar Fisika………27 Tabel 4.1 Total skor kesehatan selama pandemi COVID-19 dan

motivasi belajar fisika ………29 Tabel 4.2 Klasifikasi Skor Kesehatan selama Pandemi COVID-19………...30 Tabel 4.3 Klasifikasi Skor Motivasi Belajar Fisika………31 Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi untuk Kesehatan selama Pandemi COVID-19

terhadap Motivasi Belajar Fisika……….……..32 Tabel 4.5 Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungan………...33

(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dari Universitas……….42 Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian……….….43 Lampiran 3 : Kuesioner Kesehatan Selama Pandemi COVID-19 dan

Kuesioner Motivasi Belajar Fisika……….44 Lampiran 5 : Data Hasil Kuesioner Kesehatan selama Pandemi COVID-19…...59 Lampiran 6 : Data Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Fisika………62

(10)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Melalui pendidikan diharapkan setiap orang dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kemampuannya dan dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan secara formal dapat ditempuh di lembaga formal seperti sekolah/perguruan tinggi. Lembaga-lembaga formal tersebut dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Harapannya, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan siswa termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dikembalikan pada konsep ideal bahwa pembelajaran adalah menyiapkan peserta didik agar mempunyai motivasi belajar dengan baik yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman ataupun masyarakat.

Berbicara mengenai tuntutan zaman, yang terjadi akhir-akhir ini yaitu di berbagai Negara di dunia tengah dikejutkan dengan wabah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona Virus Diseases-19). (Puspitasari, 2020) virus ini awalnya mulai berkembang di Wuhan, China. Wabah virus ini memang penularannya sangat cepat menyebar ke berbagai Negara di dunia. World Helth Organization (WHO) menyatakan wabah penyebaran virus COVID-19 sebagai pandemi dunia saat ini. Pandemi COVID-19 adalah krisis kesehatan yang pertama dan terutama di dunia. Banyak Negara memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Organisasi Internasional yang bermarkas di New York, AS, itu menangkap bahwa pendidikan menjadi salah satu sektor yang begitu terdampak oleh adanya virus corona.

(11)

Indonesia pun juga merasakan akan dampak penyebaran virus ini. Semakin hari semakin cepat menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesia. Akibat dari pandemi COVID-19 ini menyebabkan diterapkannya berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. (Puspitasari, 2020) upaya yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia salah satunya dengan menerapkan himbauan kepada masyarakat agar melakukan physical distancing yaitu himbauan untuk menjaga jarak dan setiap orang tanpa terkecuali dihimbau untuk saling menjaga kesehatan, kebersihan lingkungan ataupun masyarakat dengan menjauhi aktivitas dalam segala bentuk kerumunan, perkumpulan dan menghindari adanya pertemuan yang melibatkan banyak orang. Pemerintah menerapkan kebijakan Work From Home (WFH). Kebijakan ini merupakan upaya yang diterapkan kepada seluruh masyarakat agar dapat menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan di Indonesia pun menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi COVID-19 tersebut.

Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga mengeluarkan kebijakan yaitu meliburkan sekolah dan mengganti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Pembelajaran dari rumah benar-benar dirasakan berat bagi guru/dosen, para pelajar dan mahasiswa bahkan orang tua. Melalui strategi pembelajaran jarak jauh (online) setidaknya dapat mengurangi dampak dibidang pendidikan.

Seluruh jenjang pendidikan yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada di bawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena seluruh pelajar atau peserta didik dari yang tingkat SD sampai ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi “terpaksa” diliburkan atau belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka ditiadakan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Dengan adanya

(12)

keputusan ditiadakan belajar secara tatap muka maka peserta didik belajar melalui online.

Pembelajaran menggunakan sistem secara daring ini terkadang muncul berbagai masalah dan juga menimbulkan tekanan secara fisik dan mental bagi siswa, guru, bahkan orang tua. Sekolah sulit membuat tolok ukur capaian pembelajaran yang sama. (Puspitasari, 2020) dengan situasi pandemi COVID-19 yang melanda sekarang ini, kerap kali beberapa metode yang harus dilakukan oleh guru agar pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh guru dapat diselesaikan yaitu guru mengganti dengan memberikan tugas kepada peserta didik atau berupa tugas lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran. Hal tersebut bisa saja menjadi keluhan bagi siswa karena merasa bahwa tugas yang diberikan oleh guru terlalu banyak. Dengan adanya tugas-tugas tersebut dapat memicu stres dan motivasi belajar bagi peserta didik. Tambah lagi juga dapat mengganggu kesehatan, karena waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat menjadi berkurang atau tidak cukup.

Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor kesehatan siswa. Kesehatan siswa meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani meliputi kesehatan fisik atau kebugaran badan, dan kesehatan rohani meliputi kesehatan dalam pikiran. Kesehatan yang baik, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya semua akan membantu dalam memotivasi belajar. Seseorang yang dalam kondisi kesehatan yang baik akan mampu mengekspresikan potensi motivasi belajar secara penuh, bebas dan ia tidak merasa ragu-ragu atau terkekang. Dalam keadaan pandemi COVID-19, kesehatan seseorang sangat diperhatikan karena dapat menyebabkan orang tersebut tidak termotivasi untuk belajar. Pada dasarnya kesehatan yang terganggu akan berpengaruh terhadap motivasi belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dapat

(13)

berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat kesehatan peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta selama pandemi COVID-19?

2) Bagaimana tingkat motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta selama pandemi COVID-19?

3) Apakah kesehatan selama pandemi COVID-19 berkorelasi dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Tingkat kesehatan peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta selama pandemi COVID-19

2) Tingkat motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta selama pandemi COVID-19

3) Korelasi antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto

1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi secara teoritis sebagai bahan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang terkait dengan korelasi antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar peserta didik.

(14)

2) Manfaat Praktis (1) Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberi informasi kepada SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta mengenai korelasi antara keshatan peserta didik selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika peserta didik.

(2) Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan mahasiswa Universitas Sanata Dharma, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika

(15)

6 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar dengan benar. Dalam hal ini, peran guru sangat penting. Guru harus melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik. Kekuatan yang mendorong individu dalam melakukan suatu kegiatan disebut dengan motivasi. Motivasi ini menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang menggerakkan atau mendorong dalam melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Hamalik (dalam Rahmat, 2018: 139) menyatakan bahwa motivasi menunjukkan pada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu, yang sebelumnya belum ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu atau peserta didik untuk mengarahkan, serta menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Brophy (dalam Rahmat, 2018: 139) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respons kognitif, yaitu kecenderungan peserta didik untuk mencapai aktivitas akademik yang bermanfaat dan bermakna, serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Sardiman (dalam Rahmat, 2018: 139) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah

(16)

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga siswa mau dan ingin belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong pergerakan ke arah tujuan yang baik, serta mengubah tingkah laku dan persepsi agar keinginan hidupnya bisa tercapai.

2.1.2 Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya, motivasi belajar memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Motivasi berfungsi sebagai pendorong timbulnya perilaku belajar. Sebaliknya, tanpa motivasi tidak akan timbul perilaku belajar 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah terjadinya kegiatan belajar.

Artinya motivasi yang mengarahkan pada perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak terjadinya kegiatan belajar. Proses pembelajaran akan berhasil apabila peserta didik memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas seorang guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Uno (dalam Rahmat, 2018) menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Selain itu, Dimyati (dalam Rahmat, 2018) juga mengungkapkan pentingnya motivasi belajar antara lain :

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya

(3) Mengarahkan kegiatan belajar (4) Membesarkan semangat belajar.

Dari uraian, jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu

(17)

tujuan. Guru sebagai pendidik, perlu memberikan motivasi agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dengan baik, tekun, disiplin, dan penuh percaya diri.

2.1.3 Jenis Motivasi Belajar

Sardiman (dalam Rahmat, 2018: 139) memaparkan macam-macam motivasi sebagai berikut

1) Motivasi yang dilihat dari dasar pembentukannya yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan berarti motif yang dibawa sejak lahir, motivasi ini ada tanpa harus dipelajari. Sementara itu, motif yang dipelajari berarti motif yang timbul akibat proses belajar atau motif yang dipelajari. Motif ini juga sering disebut dengan motif yang diisyaratkan secara sosial

2) Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis terdiri dari motif organis, motif darurat dan motif objektif. Motif atau kebutuhan organis berarti kebutuhan dasar manusia, seperti minum, makan, beristirahat, dan sebagainya. Sementara itu, motif darurat dapat berupa dorongan untuk menyelamatkan diri, mambalas, berusaha, memburu dan sebagainya

3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah. Motivasi jasmaniah ini dapat berupa reflex, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah dapat berupa kemauan

4) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik berupa motif yang menjadi aktif atau akan berfungsi dengan sendirinya tanpa perlu ada rangsangan dari luar. Hal ini karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sementara, motivasi ekstrinsik berarti motif yang akan berfungsi dengan adanya rangsangan dari luar.

(18)

2.1.4 Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Sardiman (dalam Rahmat, 2018: 145) menjabarkan ciri-ciri motivasi yang ada pada peserta didik sebagai berikut:

1) Tekun menjalankan tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan

3) Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah 4) Lebih senang bekerja sendiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah

Seseorang atau peserta didik yang memiliki ciri berarti telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam hal ini, kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik jika siswa tekun mengerjakan tugas, serta ulet dalam memecahkan masalah secara mandiri.

Selain pendapat Makmun (2003, dalam Rahmat, 2018) juga menyatakan bahwa motivasi belajar dapat dilihat dari beberapa ciri atau indikator sebagai berikut

1) Durasi kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan pengguna waktu untuk melakukan kegiatan

2) Frekuensi kegiatan, seberapa sering kegiatan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu

3) Persistensi, yaitu ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan 4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi

rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

5) Devosi atau pengabdian dan pengorbanan, seperti materi, tenaga, pikiran, bahkan jiwa dan raganya

6) Tingkatan apresiasi, yaitu maksud rencana cita-cita, sasaran, atau target yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

(19)

7) Tingkatkan kualisifikasi prestasi atau produk ataupun output yang dicapai dari kegiatan tersebut, seperti jumlah, memadai atau tidak, dan tingkat kepuasan

8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan, seperti positif atau negatif atau suka dan tidak suka.

2.1.5 Unsur yang Dapat Mempengaruhi Motivasi Belajar

Unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu (dalam skripsi Noni Suci Aristyani, 2015) sebagai berikut:

1) Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan atau cita-cita

Cita-cita mempengaruhi motivasi belajar, karena siswa yang sudah memiliki cita-cita sebelumnya, ia akan termotivasi untuk belajar tentang ilmu yang dapat menghantarkannya mewujudkan cita-cita

2) Kemampuan siswa untuk belajar

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memotivasi diri untuk belajar

3) Kondisi siswa

Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani (fisik) dan rohani (psikologi) yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmani yang sehat membuat siswa mudah memusatkan perhatian dalam belajar. Kondisi rohani yang sedang dalam suasan hati senang membuat siswa lebih semangat untuk belajar

4) Kondisi lingkungan

Siswa yang mempunyai kondisi lingkungan yang baik maka ia akan mudah termotivasi untuk belajar seperti kondisi tempat tinggal yang aman, bersih dan nyaman ataupun kondisi lingkungan kehidupan bermasyarakat disekitarnya

(20)

5) Unsur-unsur dinamis dalam kegiatan belajar

Faktor ini berkaitan upaya guru dalam mengelola perangkat pembelajaran, lingkungan seperti gedung, suasana, dan lain-lain dengan baik sehingga siswa dapat terus termotivasi untuk belajar 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru dalam membelajarkan siswa di Sekolah dapat di lakukan dengan penanaman nilai-nilai karakter melalui kebiasaan 7) Adanya penghargaan berupa pujian, hadiah dan wujud apresiasi

lainnya dapat memacu motivasi belajar siswa 8) Adanya kegiatan menarik dalam belajar.

2.1.6 Strategi Mengembangkan Motivasi Belajar

Untuk dapat menimbulkan motivasi, tiap individu memerlukan waktu dan momen yang tepat. Faturahman (2007, dalam Rahmat, 2018) menjelaskan tentang strategi yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi peserta didik sebagai berikut:

1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

2) Hadiah, yakni Pemberian hadiah diberikan kepada peserta didik yang berprestasi untuk memacu semangat mereka agar belajar lebih giat

3) Saingan atau kompetisi

4) Pujian, yakni guru berkomitmen untuk memberikan penghargaan atau pujian kepada peserta didik yang berprestasi

5) Hukuman, yakni memberikan hukuman kepada peserta didik yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar untuk memacu motivasi belajarnya

6) Mengembangkan dorongan peserta didik untuk belajar 7) Membentuk kebiasaan belajar mengajar yang sehat

8) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individu maupun kelompok

(21)

9) Menggunakan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar

10) Menggunakan media yang baik dan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Sementara itu, Dimyati (2009, dalam Rahmat, 2018) menjelaskan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan motivasi belajar sebagai berikut:

1) Optimalisasikan penerapan prinsip belajar

2) Optimalisasikan unsur dinamis belajar dan pembelajaran

3) Optimalisasikan manfaat pengalaman dan kemampuan peserta didik

4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi peserta didik

Dengan strategi-strategi tersebut diharapkan adanya keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang dapat tercapai.

2.2 Virus Corona (COVID-19)

2.2.1 Karakteristik Pandemi Virus Corona COVID-19

(Puspitasari, 2020) Virus corona atau lebih dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona Virus Diseases-19) awalnya mulai berkembang di Wuhan, China. World Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus COVID-19 sebagai pandemi krisis kesehatan yang pertama dan terutama di dunia. (Safrizal dkk, 2020) mengungkapkan virus corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat menginfeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat dinonaktifkan (secara efektif dengan

(22)

hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini.

2.2.2 Cara Penyebaran Virus Corona

(Silfia, 2020) mengungkapkan bahwa virus corona bersifat zoonatik. Hal tersebut berarti virus corona adalah virus pertama kali yang berkembang di hewan sebelum akhirnya menyerang manusia. Ketika sudah menginfeksi manusia, penyebaran virus corona dapat melalui droplet pernapasan. Percikan batuk, atau bersin dari orang yang terinfeksi virus corona akan menempel dipermukaan benda atau kulit manusia. Sehingga, virus akan berpindah ketika menusia menyentuh benda atau melakukan kontak fisik dengan manusia lainnya. Kemudian, virus akan menginfeksi manusia ketika tangan yang terkontaminasi oleh virus menyentuh wajah, seperti mulut, hidung, dan mata.

2.2.2Gejala Infeksi COVID-19

(Silfia, 2020) mengemukakan beberapa gejala infeksi COVID-19 yang hampir mirip dengan gejala flu, diantaranya:

1) Demam tinggi lebih dari 38 derajat Celsius 2) Batuk kering

3) Lemas

4) Sakit tenggorokan sesak atau kesulitan bernapas 5) Sakit kepala

2.2.3 Pencegahan Virus Corona

(Silfia, 2020) mengungkapkan beberapa upaya yang bisa dilakukan agar setiap individu dapat mencegah terhindar dari COVID-19 atau cara yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kesehatan selama pandemi COVID-19:

(23)

1) Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih. Jika tidak bisa mencuci tangan, bersihkan tangan menggunakan hand sanitizer

2) Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau belum dicuci

3) Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit 4) Hindari menyentuh hewan atau unggas liar

5) Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan seperti handphone, laptop, meja dan lainnya

6) Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih

7) Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit

8) Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami gejala penyakit saluran napas

9) Perbanyak istirahat atau hindari begadang untuk menjaga kekebalan tubuh

10) Perbanyak asupan cairan tubuh

11) Terapkan gaya hidup sehat mulai dari pola makan, olahraga yang teratur, serta dan tidak mudah stres.

2.3 Kesehatan

2.3.1 Pengertian Kesehatan

Freund, (1991, dalam Siswanto, 2006: 14) dengan mengutip the International Dictionary of Medicine and Biology, menyatakan kesehatan sebagai suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit, sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat. Sekali lagi, pemahaman mengenai kesehatan umumnya masih berfokus pada masalah fisik dan bertitik tolak pada masalah ada tidaknya penyakit.

(24)

Kesehatan juga mulai menyangkut segi lainnya selain fisik, yaitu sudah memasukkan unsur jiwa dan keadaan sejahtera yang tentunya tidak terlepas dari masalah psikologis. Pengertian kesehatan menurut WHO (World Health Organization) tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi semakin kompleks. WHO menyatakan kesehatan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan Simet, 1994 (dalam Siswanto, 2006: 15).

Pengertian mengenai kesehatan umumnya dimengerti sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat mental bisa dipahami karena hal-hal fisik lebih mudah disadari oleh individu dibanding hal yang bersifat psikis. Selain itu, dalam sejarahnya, manusia memang lebih berjuang untuk membebaskan diri dari segala bentuk penyakit-penyakit fisik sangat jelas sekali mempengaruhi kualitas kehidupan dibanding hal-hal yang bersifat psikologis.

2.3.2 Kondisi Kesehatan Siswa

Kesehatan siswa yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani berhubungan dengan kondisi siswa yang dalam keadaan baik dan sehat, sedangkan kesehatan rohani berhubungan dengan suasana hati siswa. Seseorang yang dalam kondisi kesehatan yang baik akan mampu mengekspresikan potensi motivasi belajar secara penuh dan punya semangat belajar yang tinggi dengan hati dan pikiran gembira. Dimyati dan Mudjiono (2013: 98, dalam skripsi Noni Suci Aristyani, 2015) mengungkapkan kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan kondisi rohani.

1) Kondisi Jasmani

Kondisi jasmani dapat dilihat dari kondisi badan yang sehat, terhindar dari penyakit menjadi indikator utama. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta seluruh bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Keadaan jasmani siswa yang segar berpengaruh

(25)

terhadap motivasi belajar. Kondisi siswa yang sehat ditandai dengan tidak mudah lelah, tidak lekas mengantuk dan sejenisnya sehingga dapat memusatkan perhatian untuk belajar. Sedangkan kondisi jasmani yang segar akan beda pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang tidak segar, pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, dan mudah lelah Sumadi Suryabrata (2006, dalam skrispi Noni Suci Aristyani, 2015).

2) Kondisi Rohani

Kondisi rohani atau psikologi siswa berkaitan dengan suasana hati (perasaan) siswa. Suasana hati yang baik disebabkan oleh perasaan siswa yang sedang senang dan gembira sehingga dapat menimbulkan semangat untuk belajar. Sebaliknya jika suasana hati siswa sedang tidak baik akan membuat motivasi belajar turun. Siregar dan Nara (2014: 54, dalam skripsi Noni Suci Aristyani, 2015) jika seseorang yang dengan kondisi psikisnya sedang tidak baik misalnya karena stres maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologis siswa dalam keadaan baik, gembira dan menyenangkan maka cenderung motivasinya akan tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi atau keadaan siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani siswa yang baik dapat dilihat dari kondisi kesehatan badan, dan kondisi rohani siswa yang baik dapat dilihat dari suasana hati siswa yang senang ketika belajar.

2.3.3 Gangguan Kesehatan Mental Siswa

Kesehatan mental pada umumnya tak kalah penting dengan masalah kesehatan jasmani dan bila mengalami gangguan maka dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan layaknya gangguan pada kesehatan jasmani.

Dewasa ini sering muncul perilaku yang aneh atau tidak sesuai dengan norma yang ditampilkan oleh para peserta didik diantaranya seperti

(26)

cara berpakaian yang tidak sesuai dengan peraturan, gaya bicara yang aneh-aneh, gaya rambut yang acak-acakan, serta berbagai bentuk kenakalan yang cenderung kepada bentuk pelanggaran kriminal. Semua perilaku tersebut memiliki kecenderungan kepada penyakit mental. Berkaitan hal tersebut, surya (1982: 95 – 97, dalam Hidayat, 2013: 95) menjelaskan beberapa bentuk gejala gangguan mental di sekolah, yaitu sebagai berikut:

1) Masalah kesulitan belajar

Salah satu segi dari kesulitan belajar merupakan gejala gangguan kesehatan mental, baik sebagai sebab maupun akibat. Sebagai masalah kesehatan mental, kesulitan belajar merupakan salah satu gejalanya. Artinya, anak yang mengalami gangguan mental seperti adanya pertentangan batin, konflik dengan orang tua, dan merasa rendah diri akan menimbulkan gangguan kesehatan pada mentalnya 2) Masalah kenakalan remaja

Masalah kenakalan anak-anak, khususnya kenakalan remaja sudah merupakan masalah yang besar dalam dunia pendidikan khususnya di kota-kota besar. Timbulnya masalah kenakalan anak sekolah ini tidak dapat terlepaskan, artinya sekolah mempunyai tanggung jawab yang cukup besar

3) Masalah disiplin

Anak yang bermental sehat akan menunjukan adanya disiplin secara sadar terhadap aturan yang diberikan sekolah. Sebaliknya pelanggaran disiplin yang dilakukan anak, bisa merupakan adanya gejala gangguan kesehatan mental.

Dari beberapa studi kasus menunjukkan bahwa pada umumnya mereka yang melanggar disiplin sekolah, disebabkan karena adanya gangguan mental dalam dirinya, seperti rasa tertekan, rasa takut dan rasa cemas.

(27)

4) Masalah gangguan mental

Adanya gangguan mental pada anak didik di sekolah juga merupakan masalah kesehatan mental. Di sekolah sering nampak adanya gangguan mental yang cukup kuat seperti dalam bentuk bersikap dingin, murung sering cemas, pesimis yang berlebihan, bertingkah laku histeris, gejala pemakaian narkotik, sering pingsan, acuh, mudah tersiggung dsb.

(28)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan kuantitatif korelatif. Penelitian ini dikatakan penelitian kuantitatif karena jenis data yang dihasilkan berupa data angka. Penelitian kuantitatif adalah desain penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka dan menggunakan statistik untuk analisis (Suparno, 2014: 119). Pada penelitian ini analisis kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data skor angket kesehatan selama pandemi COVID-19 dan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto. Analisis statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson untuk menjawab persoalan penelitian yang ingin diketahui.

Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menganalisis skor dengan mengkorelasikan kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto tahun ajaran 2019/2020.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Menurut Asep Kurniawan (2018), variabel adalah segala yang menjadi obyek penelitian yang dianggap sebagai faktor yang berperan dalam penelitian. Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel, yaitu:

1) Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau yang disebut dengan Independent Variable yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain dan biasanya variabel ini dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Singkatnya variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya dependen

(29)

(terikat). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah kesehatan selama pandemi COVID-19.

2) Variabel terikat (Dependent Variable)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas. Dinamakan variabel terikat karena kondisi atau variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah motivasi belajar fisika peserta didik.

Di penelitian ini variabel bebasnya adalah kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dan variabel terikatnya adalah motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian : SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta

Alamat : Komplek lanud Adisutjipto, Karang Janbe, Banguntapan, kec. Depok, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

55281

Waktu Penelitian : 18 - 23 Mei 2020

3.4 Subyek Penelitian

Subyek untuk penelitian ini adalah 33 siswa kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto tahun ajaran 2019/2020. Obyek penelitian ini adalah korelasi antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar peserta didik.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket/kuesioner. Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dan responden yang

(30)

ingin diketahui (Suparno, 2014: 59). Angket/kuesioner digunakan untuk mengetahui apakah kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 1 SMA Angkasa Adisutjipto tahun ajaran 2019/2020. Peserta didik akan mengisi angket tersebut secara online.

Kuesioner ini bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai. Butir-butir kuesioner ini memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu selalu (SL), sering (S), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan-pernyataan yang digunakan adalah pernyataan yang diharapkan dapat mengungkapkan hubungan antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto tahun ajaran 2019/2020. Angket Kesehatan selama pandemi COVID-19 dan angket motivasi belajar peserta didik seperti pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Angket Kesehatan Selama Pandemi COVID-19

Indikator Pernyataan No.

Item

Kondisi Jasmani dalam usaha menjaga kesehatan

Saya berusaha menjaga kesehatan 1 Saya rajin mencuci tangan 2 Saya rajin makan-makanan yang sehat dan

bergizi

3

Saya rajin berolahraga 4

Saya s elalu makan tepat waktu 5 Saya selalu memakai masker ketika hendak

keluar rumah

6 Saya rajin minum air agar terhindar dari

segala penyakit

7 Saya selalu berjemur setiap jam 10.00 pagi

agar terhindar dari virus corona

8 Saya selalu membawa hand sanitizer ketika

hendak keluar rumah

9 Di rumahku, selalu di cek keadaan suhu 10

(31)

tubuh

Saya selalu tidur tepat waktu dan beristirahat yang cukup

11 Ketika bertemu atau berpapasan dengan

orang di jalan saya selalu jaga jarak

12

Saya rajin minum vitamin 13

Selama adanya pandemi COVID-19 saya menghindari kontak dengan hewan liar atau hewan ternak seperti kelelawar, dll.

14

Saya rajin mencuci handuk karena handuk bisa menjadi sarang kuman atau penyakit

15

Kondisi Rohani (sehat pikiran)

Dengan adanya pandemi COVID-19 saya selalu berusaha agar emosi tetap stabil

16 Saya tetap rajin beribadah atau berdoa di

rumah

17 Saya tetap berkomunikasi baik dengan

teman-teman walaupun hanya lewat media sosial

18

Jika bertemu teman atau orang lain di jalan saya tetap sapa dan senyum walaupun tidak bersalaman

19

Saya sering bermain game di rumah agar tidak mudah bosan dan stres

20

Tabel 3.2 Angket Motivasi Belajar Peserta Didik

Indikator Pernyataan No

Tekun mengerjakan tugas

Saya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas fisika

1 Saya mengerjakan dan mengumpulkan

tugas-tugas fisika yang diberikan oleh guru

2 Saya mengumpulkan tugas atau PR dengan

tepat waktu

3 Saya semangat dalam mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan oleh guru

4 Saya belajar karena saya menyukai mata

pelajaran fisika

(32)

Perasaan menyenangi materi

Saya merasa pelajaran fisika sungguh menyenangkan

6 Dengan belajar saya dapat menjadikan diri

saya lebih berguna bagi orang lain

7 Saya merasa semangat ketika belajar fisika 8 Saya menanamkan dalam hati bahwa

belajar merupakan suatu kebutuhan

9 Saya suka belajar fisika karena merasa

bahwa fisika sangat berguna bagi masa depan saya

10

Pemahaman

Saya belajar karena saya ingin memahami materi fisika lebih mendalam

11 Saya akan lebih banyak belajar materi

fisika jika ada materi yang belum saya mengerti

12

Saya lebih paham belajar fisika bersama teman-teman atau guru

13

Kepuasan

Saya merasa puas dengan nilai yang guru berikan terhadap soal-soal yang saya kerjakan

14

Saya merasa puas dalam menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh guru

15

Rasa ingin tahu

Saya tetap rajin belajar fisika di rumah 16 Saya akan bertanya kepada guru jika ada

hal-hal yang belum saya pahami atau mengerti

17

Saya belajar fisika dari berbagai macam referensi tidak hanya dari buku pelajaran

18 Saya akan bertanya kepada teman atau

guru lewat media sosial jika ada hal-hal mengeni materi pelajaran yang belum saya pahami

19

Saya suka mengerjakan soal-soal yang ada di buku fisika walaupun tidak disuruh oleh guru atau orang tua

(33)

3.6 Validitas

Menurut Paul Suparno (2014: 65), validitas adalah mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Suatu tes disebut valid bila memang mengukur yang mau diukur. Artinya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah content validity atau validitas isi. Validitas isi mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2014: 65). Validitas isi ditujukan melalui kisi-kisi pada tabel 3.1 dan 3.2 dengan kesesuaian antara indikator dengan pernyataannya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta bantuan kepada dosen pembimbing untuk memvalidasi angket/kuesioner yang akan dibagikan kepada peserta didik.

3.7 Metode Analisis Data

Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Data penelitian disajikan, seperti berikut:

3.7.1 Analisis Kuesioner Kesehatan Selama Pandemi COVID-19 1) Penskoran kuesioner kesehatan selama pandemi COVID-19

Untuk skala instrumen yang digunakan adalah skala Likert. Skala likert yang digunakan peneliti hanya menggunakan 4 pilihan skor tertentu untuk masing-masing pilihan jawaban, yakni Selalu (SL), Sering (S), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Alasan hanya menggunakan 4 pilihan skor yaitu agar tidak ada jawaban yang memunculkan ragu-ragu, karena dalam penelitian ini hanya membutuhkan jawaban yang pasti seperti selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Jumlah item pernyataan pada kuesioner kesehatan selama pandemi COVID-19 adalah 20 item, yang terdiri dari item atau pernyataan yang positif.

(34)

Data yang telah diperoleh diubah dalam bentuk skor. Untuk proses penskoran dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Penskoran kesehatan selama pandemi COVID-19 Pilihan Jawaban Skor

Selalu (SL) 4

Sering (S) 3

Jarang (J) 2

Tidak pernah (TP) 1

2) Klasifikasi skor kesehatan selama pandemi COVID-19  Penskoran untuk setiap peserta didik

Skor minimal = 1 x 20 = 20 Skor maksimal = 4 x 20 = 80 Range = 80 - 20 = 60  Interval

Skor akan diklasifikasikan kedalam 4 interval, dengan lebar intervalnya 60 : 4 = 15, seperti pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Klasifikasi skor kesehatan selama pandemi COVID-19 Interval skor Keterangan Jumlah

siswa Persentase (%) 65 - 80 Sangat Baik 50 - 64 Baik 35 - 49 Cukup Baik 20 - 34 Kurang Baik

(35)

3.7.2 Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Fisika 1) Penskoran kuesioner motivasi belajar fisika

Untuk skala instrumen yang digunakan adalah skala Likert. Skala likert yang digunakan peneliti hanya menggunakan 4 pilihan skor tertentu untuk masing-masing pilihan jawaban, yakni Selalu (SL), Sering (S), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Alasan hanya menggunakan 4 pilihan skor yaitu agar tidak ada jawaban yang memunculkan ragu-ragu, karena dalam penelitian ini hanya membutuhkan jawaban yang pasti seperti selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Jumlah item pernyataan pada kuesioner motivasi belajar fisika adalah 20 item, yang hanya terdiri dari item atau pernyataan yang positif. Data yang telah diperoleh diubah dalam bentuk skor. Untuk proses penskoran dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5 Penskoran motivasi belajar fisika Pilihan Jawaban Skor

Selalu (SL) 4

Sering (S) 3

Jarang (J) 2

Tidak pernah (TP) 1

2) Klasifikasi skor kuesioner motivasi belajar fisika  Penskoran untuk setiap peserta didik

Skor minimal = 1 x 20 = 20 Skor maksimal = 4 x 20 = 80 Range = 80 - 20 = 60  Interval

Skor akan diklasifikasikan kedalam 4 interval, dengan lebar intervalnya 60 : 4 = 15, seperti pada tabel 3.6 di bawah ini.

(36)

Tabel 3.6 Klasifikasi skor motivasi belajar fisika Interval skor Keterangan Jumlah

siswa Persentase (%) 65 - 80 Sangat Baik 50 - 64 Baik 35 - 49 Cukup Baik 20 - 34 Kurang Baik

3.7.3 Korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika

Untuk mengetahui adanya korelasi yang signifikan antara kesehatan selama pandemi COVID-19 (variable X) dengan motivasi belajar fisika (variable Y), maka digunakan teknik korelasi Product Moment. Perhitungan akan dibantu dengan menggunakan program Statistical Product and Services Solutions 17 (SPSS 17). Kesimpulan dapat dilihat dari nilai probabilitas (p) yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai alfa koefisien korelasi (α) = 0,05. Hasilnya akan signifikan jika nilai probabilitas (p) yang diperoleh lebih kecil dari nilai alfa atau p < α berarti ada korelasi.

(37)

28 BAB 4

DATA DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta, pada siswa kelas X MIPA. Data terkait kesehatan selama pandemi COVID-19 dan motivasi belajar fisika siswa diperoleh dari penyebaran kuesioner secara online pada siswa kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta. Jumlah keseluruhan sampel sebanyak 33 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 – 23 Mei 2020.

Untuk proses pengambilan data, terlebih dahulu meminta konfirmasi atau ijin kepada ibu Firda Dwi Yuliestya selaku guru Fisika di SMA Angkasa Adisutjipto. Kemudian, peneliti meminta bantuan kepada beliau untuk menyebarkan angket secara online melalui aplikasi WhatsApp kepada siswa/I kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta. Karena peneliti merasa bahwa sampel yang diperoleh belum cukup yaitu hanya sebanyak 18 siswa, lalu peneliti mengontak salah satu peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto untuk kembali meminta bantuan agar disebarkan lagi kuesioner tersebut kepada peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjito yang lainnya melalui aplikasi WhatsApp, maka diperoleh sampel sebanyak 33 siswa.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengambil sampel pada kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta. Sampel penelitian yang mengisi kuesioner sebanyak 33 siswa.

4.2.1 Data

Hasil skor tingkat kesehatan selama pandemi COVID-19 dan motivasi belajar fisika seperti pada tabel 4.1 di bawah ini.

(38)

Tabel 4.1 Total skor kesehatan selama pandemi COVID-19 dan motivasi belajar fisika

Sampel Kesehatan selama pandemi COVID-19 Motivasi Jasmani Rohani Total

kesehatan 1 53 17 70 61 2 43 16 59 48 3 54 17 71 76 4 51 20 71 70 5 40 18 58 65 6 52 15 67 62 7 57 18 75 65 8 48 20 68 60 9 45 18 63 66 10 42 16 58 47 11 54 18 72 48 12 50 17 67 63 13 42 17 59 60 14 45 13 58 52 15 44 16 60 54 16 46 20 66 53 17 48 16 64 69 18 35 14 49 54 19 52 18 70 79 20 37 16 53 59 21 41 13 54 44 22 35 16 51 56 23 53 17 70 59

(39)

24 36 18 54 61 25 53 18 71 62 26 43 18 61 59 27 55 19 74 57 28 52 19 71 72 29 58 20 78 52 30 56 19 75 60 31 54 18 72 71 32 49 18 67 66 33 49 17 66 46 Mean 47,64 17,27 64,91 59,88 Standar Deviasi 6,64 1,82 7,69 8,64

Data pada tabel 4.1, diperoleh dari data perhitungan dengan detailnya terdapat pada lampiran, lalu diklasifikasikan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.2 Klasifikasi skor kesehatan selama pandemi COVID-19 Interval skor Keterangan Jumlah

siswa Persentase (%) 65 – 80 Sangat Baik 19 57,58 50 – 64 Baik 13 39,39 35 – 49 Cukup Baik 1 3,03 20 – 34 Kurang Baik 0 0

Dari tabel 4.2, terlihat kebanyakan siswa ada pada keadaan sangat baik 57,58%, dan keadaan baik ada 39,39%. Harga mean yang di peroleh untuk

(40)

kesehatan selama pandemi COVID-19 sebesar 64,91 pada kategori lebih dari baik.

Tabel 4.3 Klasifikasi skor motivasi belajar fisika Interval skor Keterangan Jumlah

siswa Persentase (%) 65 – 80 Sangat Baik 10 30,30 50 – 64 Baik 18 54,54 35 – 49 Cukup Baik 5 15,15 20 – 34 Kurang Baik 0 0

Dari tabel 4.3 terlihat kebanyakan siswa mempunyai motivasi belajar pada kategori baik 54,54% dan kategori sangat baik ada 30,30%. Harga mean yang di peroleh untuk variabel motivasi belajar fisika sebesar 59,88 pada kategori baik.

4.2.3 Analisis korelasi kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika

Untuk mengetahui korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika, digunakan korelasi dengan bantuan SPSS 17. Hasil perhitungannya diperoleh pada tabel 4.4 di bawah ini.

(41)

Tabel 4.4 Hasil uji korelasi antara kesehatan terhadap motivasi belajar Motivasi Belajar Fisika Kesehatan Jasmani Pearson Correlation .322 Sig. (2-tailed) .068 N 33 Kesehatan Rohani Pearson Correlation .363* Sig. (2-tailed) .038 N 33 Total Kesehatan Pearson Correlation .364* Sig. (2-tailed) .037 N 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan statistika menggunakan SPSS 17 pada tabel 4.4 di atas, nilai korelasi Pearson adalah 0,364dan nilai signifikan (Sig) yang diperoleh sebesar 0,037. Terlihat ada dua taraf signifikan yang ditampilkan di bawah tabel hasil uji korelasi di atas yaitu 0,01 dan 0,05. Tetapi, taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05. Karena Sig = 0,037 < α = 0,05, maka signifikan. Hal ini berarti ada korelasi antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020. Korelasi Pearson bernilai positif, berarti variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 dengan variabel motivasi belajar fisika, artinya apabila variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 naik/turun maka variabel motivasi belajar fisika juga naik/turun.

Hasan, 2004 (dalam Skrispi Marselinus Sugiarto Moses, 2018) untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antara variabel, berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisen korelasi (KK) sebagai patokan.

(42)

Tabel 4.5 Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungan No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1. Nilai KK = 0,00 Tidak ada korelasi 2. 0,00 > nilai KK 20 Korelasi lemah sekali 3. 0,20 > nilai KK 0,40 Korelasi lemah 4. 0,40 > nilai KK 0,70 Korelasi sedang 5. 0,70 > nilai KK 0,90 Korelasi kuat 6. 0,90 > nilai KK 1,00 Korelasi kuat sekali 7. Nilai KK = 1,00 Korelasi sempurna

Berdasarkan interval nilai korelasi koefisien pada tabel 4.5 di atas, maka dapat dikatakan korelasi antara variabel kesehatan selama pandemi COVID-19 dengan variabel motivasi belajar fisika adalah korelasi lemah, karena nilai korelasi Pearson 0,364 berada pada interval 0,20 > nilai KK 0,40.

Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian data diketahui bahwa ada korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika dari peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan teori yang ada pada bab 2, dimana motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang meliputi kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan jasmani yang berhubungan dengan kondisi siswa yang dalam keadaan baik dan sehat, sedangkan kesehatan rohani berhubungan dengan suasana hati siswa. Jika dilihat masing-masing indikator, kesehatan jasmani tidak berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika karena nilai signifikan (Sig) sebesar 0,068. Taraf signifikan yang digunakan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,068 > α = 0,05, maka tidak signifikan. Sedangkan, kesehatan rohani berkorelasi terhadap motivasi belajar dengan nilai signifikan

(43)

yang diperoleh 0,038. Taraf signifikan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,038 < α = 0,05, maka signifikan.

4.3 Pembahasan Umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan:

1) Tingkat kesehatan selama pandemi COVID-19 dari peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada kategori lebih dari baik dengan nilai mean 64,91 atau dapat dibulatkan menjadi 65. Berdasarkan hasil penelitian dengan klasifikasi skor menunjukkan bahwa, sebagian besar peserta didik mempunyai kesehatan yang sangat baik ada 19 siswa dengan persentase 57,58%, dan baik ada 13 siswa dengan persentase 39,39%, dan sisanya hanya 1 siswa yang mempunyai kesehatan cukup baik dengan persentase 3,03% selama pandemi COVID-19. Tidak ada siswa yang mempunyai kondisi kesehatan kurang baik.

Untuk harga mean dari tiap masing-masing indikator dari kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu kesehatan jasmani dengan harga mean 47,64 dan kesehatan rohani harga mean 17,27 maka total harga mean untuk kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu 64,91 ada pada kategori lebih dari baik.

Berdasarkan hasil penelitian dengan data yang ada pada lampiran, menunjukkan bahwa responden selalu menjaga kesehatan dengan baik, tetapi yang harus dikembangkan atau ditingkatkan dalam menjaga kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu (1) siswa perlu memperhatikan dan mengecek keadaan suhu tubuh di rumah masing-masing, (2) diusahakan agar siswa tidur tepat waktu dan perbanyak istirahat dan, (3) siswa berjemur setiap jam 10.00 pagi agar terhindar dari virus corona.

2) Tingkat motivasi belajar peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 59,88. Berdasarkan hasil klasifikasi skor diperoleh sebanyak 18 responden

(44)

mengatakan bahwa motivasi belajar fisika berada pada kategori baik dengan persentase 54,54%, 10 responden mengatakan bahwa motivasi belajar fisika sangat baik dengan persentase 30,30%, sebanyak 5 responden dengan motivasi belajar yang cukup baik dengan persentase 15,15% dan tidak ada siswa yang mengatakan bahwa motivasi belajar kurang baik.

Berdasarkan data yang terdapat pada lampiran, untuk variabel motivasi belajar fisika terdapat 3 pernyataan yang paling tinggi yaitu (1) siswa setuju bahwa dengan adanya belajar dapat menjadikan diri lebih berguna bagi orang lain, (2) siswa setuju bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan dan (3) siswa merasa lebih paham belajar fisika bersama teman-teman atau guru. Pernyataan yang paling rendah dan yang perlu ditingkatkan oleh peserta didik yaitu (1) siswa harus mengerjakan soal-soal yang ada di buku fisika walaupun tidak disuruh oleh guru atau orang tua, (2) siswa harus rajin walaupun belajar fisika di rumah dan, (3) siswa tidak setuju bahwa pelajaran fisika sungguh menyenangkan dan juga siswa harus semangat ketika belajar fisika.

3) Berdasarkan hasil korelasi antara kesehatan selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta ditunjukkan ada hubungan signifikan dengan nilai p < α yaitu 0,037 < 0,05 sehingga terdapat korelasi positif antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki kesehatan yang baik cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara kesehatan jasmani selama pandemi COVID-19 terhadap motivasi belajar fisika yaitu tidak ada korelasi. Hal tersebut berdasarkan data yang telah diperoleh pada tabel 4.4 yaitu nilai signifikan (Sig) sebesar 0,068. Taraf signifikan yang digunakan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,068 > α = 0,05, maka tidak signifikan. Sedangkan, kesehatan rohani berkorelasi terhadap motivasi belajar dengan nilai signifikan

(45)

yang diperoleh 0,038. Taraf signifikan (α) adalah 0,05. Karena Sig = 0,038 < α = 0,05, maka signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan rohani yang lebih berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika. Hal ini masuk akal, karena rohani seseorang membuat motivasi lebih besar daripada jasmani atau keadaan fisik.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1) Kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 tidak diobservasi secara langsung oleh peneliti hanya diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara online, sehingga peneliti tidak mengetahui secara pasti kesehatan dari siswa. 2) Begitu juga dengan motivasi belajar fisika peneliti tidak mengobservasi

secara langsung kepada peserta didik hanya menyebarkan kuesioner secara online sehingga motivasi belajar fisika peserta didik tidak diketahui secara pasti oleh peneliti.

3) Dalam pernyataan kuesioner yang disebarkan sudah disertakan dengan kata selalu, tetap, dan sering sehingga dapat mempengaruhi jawaban peserta didik.

(46)

37 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis kuantitatif dan korelasi Pearson, maka dapat ditarik kesimpulan seperti di bawah ini:

1) Tingkat kesehatan selama COVID-19 dari peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada keadaan sangat baik dengan nilai rata-rata 64,91 atau 65 dari 80.

2) Tingkat motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 59,88 dari 80.

3) Terdapat korelasi yang signifikan antara kesehatan peserta didik selama pandemi COVID-19 dengan motivasi belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta. Hal ini berarti apabila kesehatan selama pandemi COVID-19 baik/kurang maka motivasi belajar fisika juga baik/kurang. Kesehatan rohani lebih berkorelasi terhadap motivasi belajar fisika daripada kesehatan jasmani peserta didik kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta.

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disampaikan beberapa saran dari peneliti seperti di bawah ini:

1) Kepada guru

(1) Guru harus menekankan dan meningkatkan kesehatan siswa agar termotivasi dalam belajar. Terlebih khusus guru menekankan kesehatan rohani kepada peserta didik, karena jika batin seseorang dalam keadaan senang atau gembira tentu ia akan lebih termotivasi untuk belajar daripada kesehatan jasmani atau fisik.

(47)

(2) Guru mengingatkan siswa untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan selama pandemi COVID-19 yaitu dengan (1) memperhatikan atau mengecek keadaan suhu tubuh ketika berada di Rumah, (2) tidur tepat waktu dan beristirahat yang cukup, dan (3) berjemur setiap jam 10.00 pagi.

2) Bagi peneliti selanjutnya

(1) Diharapkan melakukan observasi secara langsung kepada peserta didik jika memungkinkan untuk dilakukan, karena jika peneliti tidak melakukan observasi secara langsung maka tidak akan mengetahui kondisi siswa yang sesungguhnya dan melakukan wawancara kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengkonfirmasi kebenaran jawaban peserta didik.

(2) Pembuatan angket supaya menghilangkan kata-kata selalu, tetap dan sering.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aristyani, Noni Suci. 2015. (Skripsi) Pengaruh Kondisi Siswa dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Sisiwa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Muhammadiyah 1 Tempel. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Direktorat Guru Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar. 2020. Mendikbud: Banyak Hikmah dan Pembelajaran dari Krisis Covid-19. Jakarta: GTK DIKDAS. Dalam http://pgdikdas.kemdikbud.go.id/read-

news/mendikbud-banyak-hikmah-dan-pembelajaran-dari-krisis-covid19. Diakses pada Sabtu, 02 Mei 2020.

Hidayat, Dede Rahmat 2013. Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

IAIN Surakarta. 2020. Hikmah Pandemi Covid-19 Bagi Pendidikan Di Indonesia. Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Dalam https://iain-

surakarta.ac.id/hikmah-pandemi-covid-19-bagi-pendidikan-di-indonesia/. Diakses pada Kamis, 23 April 2020.

Kompas.com. 2020. Serba-serbi Virus Corona, Dari Ciri-Ciri, Bentuk, Hingga Penyebarannya.Dalamhttps://www.kompas.com/sains/read/2020/03/17/ 183100523/serba-serbi-virus-corona-dari-ciri-ciri-bentuk-hingga-penyebarannya. Diakses pada Selasa, 17 Maret 2020. Pukul 18:31 WIB.

Kurniawan, Asep. 2018. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Moses, Marselinus Sugiarto. 2018. (Skrispi) Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratis Guru A Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X sekolah B Di Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

(49)

Puspita, Merli. 2008. (Skripsi) Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Sisiwa ditinjau dari Locus Of Control. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Safrizal, dkk. 2020. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 Bagi

Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosisi dan Manajemen. Jakarta: Kementrian Dalam Negeri

Santosa, Ign. Edi. 2019. Panduan Penulisan Tugas Akhir Pendidikan FIsika JPMIPA-FKIP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Siswanto, 2006. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Suparno, Paul. 2014. Model Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suparno, Paul. 2016. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi (Buku Mahasiswa). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

(50)

LAMPIRAN

(Untuk surat ijin penelitian dan surat keterangan selesai melaksanakan penelitian judulnya pakai judul skripsi lama yaitu Penerapan Metode Problem Based Learning Pada Materi Usaha dan Energi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Peserta Didik Kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020, dikarenakan COVID-19 sehingga peneliti memutuskan untuk mengganti judul skripsi yaitu Korelasi Antara Kesehatan Selama Pandemi COVID-19 Terhadap Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA SMA Angkasa Adisutjipto Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020).

(51)
(52)
(53)

Lampiran 3: Kuesioer Kesehatan selama Pandemi COVID-19 dan Motivasi Belajar Fisika

(54)
(55)
(56)
(57)

Gambar

Tabel 3.1 Angket Kesehatan Peserta Didik selama Pandemi COVID-19….…….21  Tabel 3.2 Angket Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik…………….……….….22  Tabel 3.3 Penskoran Kesehatan selama Pandemi COVID-19……………………25  Tabel 3.4 Klasifikasi Skor Kesehatan selama Pand
Tabel 3.1 Angket Kesehatan Selama Pandemi COVID-19
Tabel 3.2 Angket Motivasi Belajar Peserta Didik
Tabel 3.3 Penskoran kesehatan selama pandemi COVID-19
+7

Referensi

Dokumen terkait

mereka tidak henti$henhtinya melakukan sosialisasi untuk menaaga mutu sesuai Standar &amp;suhan Keperawatan (S&amp;K+&#34; amun, semua usaha dari Sub Mutu Komite Keperawatan

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan

Kelahiran dengan operasi lebih mungkin untuk kelahiran anak pertama, ukuran bayi yang besar, ibu yang berusia lanjut, atau ibu yang pernah menjalani operasi caesar, Oleh

[r]

• steps in personal selling process • role of the sales manager.. •

BAB III. TATA LAKSANA SURVEY.. 1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu tahun

analisis data meliputi 3 langkah, yaitu : Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai demgan pendekatan penelitian. Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam

Dalam hubungannya transparansi dengan meningkatkan kinerja dari perusahaan, prinsip ini mengatur berbagai hal diantaranya mengatur pengembangan teknologi informasi manajemen