• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Krisis Kesehatan Tahun 2016

Dalam dokumen PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016 (Halaman 49-53)

BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016

2.7 Analisis Krisis Kesehatan Tahun 2016

Lima jenis bencana dengan frekuensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu banjir, tanah longsor, KLB keracunan, kecelakaan transportasi dan angin puting beliung. Sebanyak 4 di antara kejadian bencana tersebut memang secara konsisten selalu menjadi 5 besar dengan frekuensi tertinggi sejak tahun 2011 yaitu banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi dan angin puting beliung12. Adapun analisis 5 kejadian dengan frekuensi tersebut sebagai berikut :

1. Banjir

Sepanjang tahun 2016 banjir terjadi sebanyak 146 kali di 26 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 26 kali kejadian. Curah hujan yang tinggi terutama pada bulan – bulan tertentu merupakan faktor utama tingginya frekuensi kejadian ini. Sama seperti kondisi selama 5 tahun sebelumnya (tahun 2011-2015), jumlah korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi akibat banjir selalu termasuk dalam daftar lima tertinggi. Sedangkan untuk korban luka berat/rawat inap, tahun ini termasuk ke dalam daftar 5 tertinggi. Hal ini berbeda dengan kondisi 5 tahun sebelumnya, di mana korban luka berat/ rawat inap akibat banjir umumnya tidak masuk daftar 5 terbanyak. 12

Korban meninggal akibat banjir di tahun 2016 berjumlah 42 jiwa dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi pada banjir di Kab. Kampar pada tanggal 8 Februari dan di Kab. Purworejo tanggal 18 Juni, yaitu masing-masing sebanyak 4 jiwa. Korban LB/RI akibat banjir di tahun 2016 berjumlah 566 jiwa, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak terdapat pada provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 538 jiwa. Di Provinsi Jawa Timur terjadi banjir 16 kali kejadian dengan jumlah korban LB/RI terbanyak pada banjir tanggal 27 November di Kab. Bojonegoro dengan jumlah yaitu sebanyak 520 jiwa. Sedangkan untuk korban LR/RJ akibat banjir di tahun 2016 adalah sebanyak 4.435 jiwa, dimana jumlah korban LR/RJ terbanyak terdapat pada provinsi Riau yaitu sebanyak 1.432 jiwa. Angka korban tertinggi yaitu sejumlah 1.030

jiwa merupakan korban LR/RJ akibat banjir di Kab. Kuantan Sengingi pada tanggal 7 Februari 2016 yang melanda empat kecamatan (Kec. Kuantan Tengah, Kuantan Hilir, Gunug Toar, Pangean).

Total jumlah pengungsi akibat banjir sepanjang tahun 2016 yaitu sebanyak 143.805 jiwa. Angka pengungsi tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 54.869 jiwa. Sebanyak 13.550 jiwa mengungsi diakibatkan oleh banjir di Kab. Karawang pada tanggal 26 Februari 2016 yang melanda 9 kecamatan. Selain itu, sebanyak 13.459 jiwa juga mengungsi akibat banjir di Kab. Bandung pada tanggal 11 Maret 2016 yang melanda 11 kecamatan. Kedua kejadian banjir ini merupakan kejadian yang mengakibatkan jumlah pengungsi tertinggi di Provinsi Jawa Barat.

2. Tanah Longsor

Kejadian tanah longsor sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 121 kali di 21 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 43 kali kejadian. Sama seperti kondisi 5 tahun sebelumnya (2011-2015), jumlah korban meninggal akibat tanah longsor ini secara konsisten selalu masuk dalam daftar 5 tertinggi. 12

Korban meninggal akibat tanah longsor di tahun 2016 berjumlah 168 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi di Kab. Purworejo tanggal 18 Juni 2016, yaitu sebanyak 39 jiwa.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh tanah longsor di tahun 2016 berjumlah 76 jiwa, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat tanah longsor di Kab. Sumedang pada tanggal 20 September 2016, yaitu sebanyak 16 jiwa. Selain korban LB/RI, tanah longsor di Kab. Sumedang tersebut juga mengakibatkan jumlah korban LR/RJ jalan paling banyak, yaitu sejumlah 988 orang.

Sedangkan untuk dampak terhadap pengungsi, bencana tanah longsor juga menyebabkan dampak yang siginifikan. Total jumlah pengungsi akibat tanah longsor sebanyak 11.906 jiwa. Jumlah pengungsi terbanyak yaitu 5.000 jiwa yang disebabkan oleh kejadian tanah longsor di Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat pada tanggal 8 Februari 2016.

3. KLB – Keracunan

KLB-Keracunan sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 98 kali di 17 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 25 kali kejadian. Berdasarkan pantauan Pusat Krisis Kesehatan, sebagian besar kejadian disebabkan oleh makanan basi yang dikonsumsi oleh sejumlah kelompok warga dalam sebuah acara. Selama 5 tahun terakhir ini (2012-2016) KLB-keracunan selalu menjadi 5 besar dengan jumlah korban rawat inap dan rawat jalan tertinggi12.

Korban meninggal akibat KLB-Keracunan di tahun 2016 berjumlah 34 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi di Kab. Sleman tanggal 4 Februari 2016, yaitu sebanyak 19 orang.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh KLB-keracunan di tahun 2016 berjumlah 1.945 orang, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat kejadian di Kab. Timor Tengah Selatan pada tanggal 28 September 2016, yaitu sebanyak 269 orang. Sedangkan, jumlah korban LR/RJ paling banyak, yaitu sejumlah 266 orang yang merupakan korban KLB-keracunan di Kab. Limapuluh Kota pada tanggal 2 Februari 2016.

4. Kecelakaan Transportasi

Sepanjang tahun 2016 terjadi 68 kali kecelakaan transportasi yang menyebabkan terjadinya krisis kesehatan. Kejadian ini termasuk kecelakaan angkutan darat, laut dan udara di 24 provinsi di Indonesia. Kecelakaan transportasi paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan frekuensi kejadian sebanyak 12 kali. Tahun ini tidak jauh berbeda dengan 5 tahun sebelumnya (2011-2015) di mana korban meninggal dan luka berat/rawat inap akibat kecelakaan transportasi selalu menempati peringkat 5 tertinggi12.

Korban meninggal akibat kecelakaan transportasi di tahun 2016 sejumlah 252 orang. Angka ini merupakan jumlah tertinggi korban meninggal berdasarkan seluruh jenis kejadian bencana/potensi bencana. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kecelakaan transportasi merupakan penyebab utama timbulnya korban meninggal sepanjang tahun 2016. Tercatat kecelakaan yang menimbulkan korban meninggal paling banyak adalah peristiwa kapal tenggelam yang mengangkut 93 TKI Indonesia, di perairan Nongsa pada tanggal 2 November 2016. Sebanyak 54 orang menjadi korban jiwa akibat kecelakaan ini.

Sementara itu, korban LB/RI akibat kecelakaan transportasi di tahun 2016 berjumlah 193 orang, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat peristiwa kecelakaan speed boat di Kab. Halmahera Barat pada tanggal 15 Oktober 2016. Dalam peristiwa tersebut setidaknya sebanyak 15 orang mengalami LB/RI. Adapun berdasarkan wilayah, kecelakaan di Provinsi Jawa Tengah menimbulkan korban LB/RI tertinggi yaitu sebanyak 51 orang dengan frekuensi kejadian sebanyak 7 kali.

Sedangkan untuk korban LR/RJ akibat kecelakaan transportasi di tahun 2016 adalah sebanyak 391 orang, dengan jumlah korban LR/RJ jalan terbanyak akibat peristiwa kapal motor tenggelam di perairan Jailolo, Kab. Halmahera Barat, Maluku Utara pada tanggal 29 Desember 2016, yaitu sebanyak 91 orang. Berdasarkan wilayahnya, kecelakaan transportasi di Provinsi Maluku Utara menimbulkan korban LR/RJ tertinggi yaitu sebanyak 118 orang dengan frekuensi kejadian sebanyak 2 kali.

5. Angin Puting Beliung

Kejadian angin puting beliung sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 60 kali di 14 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 16 kali kejadian. Berdasarkan angka korban, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bencana angin puting beliung tidak termasuk

ke dalam 5 besar dengan jumlah terbanyak.

Korban meninggal akibat angin puting beliung di tahun 2016 berjumlah 20 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi pada banjir di Kab. Muara Enim tanggal 17 April 2016, yaitu sebanyak 7 orang.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh angin puting beliung di tahun 2016 berjumlah 50 orang, dengan jumlah korban luka berat/rawat inap terbanyak akibat kejadian di Kota Yogyakarta pada tanggal 30 Maret 2016 dan Kota Bogor pada tanggal 29 Maret 2016, yaitu masing-masing sebanyak 8 orang. Untuk korban LR/RJ akibat puting beliung sejumlah 97 orang dengan korban LR/RJ terbanyak pada kejadian di Kab. Ogan Ilir tanggal 17 Desember 2017, yaitu sebanyak 44 orang.

Sementara itu, setidaknya 1.150 jiwa mengungsi akibat puting beliung yang terjadi di wilayahnya. Jumlah pengungsi terbanyak yaitu 325 jiwa yang disebabkan oleh kejadian angin puting beliung di Kab. Solok, Sumatera Barat pada tanggal 25 April

2016.

Dalam dokumen PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016 (Halaman 49-53)

Dokumen terkait