• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2016

BUKU TINJAUAN

(2)

BUKU TINJAUAN

PENANGGULANGAN

KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2016

(3)
(4)

DAFTAR ISI

|

iii

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyusunan buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2016” dapat diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan tahun 2016 serta upaya-upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan.

Buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2016” ini disusun berdasarkan data/ informasi yang bersumber dari laporan kejadian dan perkembangan yang diterima dari sub-sub klaster kesehatan serta para anggota klaster penanggulangan bencana yang telah dikumpulkan oleh Pusat Krisis Kesehatan selama kurun waktu 2016. Selain itu buku ini juga menggunakan referensi dari sejumlah hasil penelitian/kajian institusi/lembaga pemerintahan maupun swasta baik nasional maupun internasional.

Buku ini sangat terbuka untuk diberikan kritik, saran serta partisipasi semua pihak guna penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku “Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2016” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan,

Jakarta, Mei 2017

Kepala Pusat Krisis Kesehatan

dr. Achmad Yurianto

(5)
(6)

DAFTAR ISI

|

v

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Sasaran ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 3

1.5 Metodologi ... 4

1.6 Daftar Istilah ... 5

BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2016 ... 9

2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan ... 9

2.2 Korban Meninggal ... 14

2.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) ... 19

2.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) ... 24

2.5 Pengungsi ... 29

2.6 Fasyankes yang Rusak ... 32

2.7 Analisis Krisis Kesehatan Tahun 2016 ... 34

2.8 Perbandingan dengan Tahun 2015 ... 38

BAB III UPAYA TANGGAP DARURAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN OLEH KEMENTERIAN KESEHATAN ... 49

3.1 Upaya Pelayanan Kesehatan ... 56

3.2 Upaya Pengendalian Penyakit ... 58

3.3 Upaya Penyehatan Lingkungan, Penyiapan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkualitas 62 3.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Gizi ... 65

3.5 Upaya Pengelolaan Obat Bencana ... 70

3.6 Upaya Penyiapan Kesehatan Reproduksi ... 73

3.7 Upaya Penanganan Kesehatan Jiwa ... 78

3.8 Pengelolaan Informasi Krisis Kesehatan ... 80

(7)

vi

|

DAFTAR ISI

BAB IV PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PADA BENCANA-BENCANA BESAR TAHUN 2016 ... 93

4.1 Banjir Bandang di Kabupaten Garut ... 93

4.2 Banjir Bandang di Kota Bima ... 113

4.3 Gempa Bumi di Kab. Pidie Jaya ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 163

5.1 KESIMPULAN ... 163

5.2 Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

LAMPIRAN ... 169

(8)

DAFTAR ISI

|

vii

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2016 ... 11 Tabel 2.2 Jumlah Korban Meninggal Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Bencana ... 16 Tabel 2.3 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 16

Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Meninggal ... Tabel 2.4 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di ... 19

10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal

Tabel 2.5 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 20 Bencana

Tabel 2.6 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 21 Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap

Tabel 2.7 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di ... 23 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap ... Tabel 2.8 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan ... 25

Jenis Bencana... Tabel 2.9 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana/Potensi ... 26

Bencana di Indonesia Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan

Tabel 2.10 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di ... 28 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan

Tabel 2.11 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana ... 30 Tabel 2.12 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia ... 30

Tahun 2016 dengan Jumlah Pengungsi

Tabel 2.13 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di ... 32 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbesar

Tabel 2.14 Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat Bencana ... 33 Tahun 2016

Tabel 2.15 5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan Krisis ... 40 Kesehatan Terbanyak Tahun 2015 dan 2016

Tabel 2.16 5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Menyebabkan Korban ... 42 Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2016

(9)

viii

|

DAFTAR ISI

Tabel 2.18 5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan ... 44 Luka Ringan/Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2016

Tabel 2.19 5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan ... 46 Pengungsian Terbesar Tahun 2015-2016

Tabel 2.20 5 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi ... 46 Tahun 2015-2016

Tabel 2.21 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal Terbanyak ... 47 Tahun 2015-2016

Tabel 2.22 5 Provinsi dengan Jumlah Korban LB/RI Terbanyak Tahun ... 47 2015-2016

Tabel 2.23 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan ... 48 Terbanyak Tahun 2015-2016

Tabel 2.24 5 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbanyak Tahun 2015-2016 ... 48 Tabel 3.1 Tugas dan Koordinator Klaster Kesehatan ... 51 Tabel 3.2 Upaya Kemenkes untuk Menanggulangi Bencana tahun 2016 ... 55

dan 2015

Tabel 3.3 Upaya Pelayanan Kesehatan yang Dilakukan Saat Tanggap ... 56 Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2016

Tabel 3.4 Upaya Pengendalian Penyakit yang Dilakukan Saat Tanggap ... 59 Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016

Tabel 3.5 Upaya Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi yang Dilakukan ... 62 Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016

Tabel 3.6 Upaya Pelayanan Gizi yang Dilakukan Saat Tanggap Darurat ... 66 Krisis Kesehatan Tahun 2016

Tabel 3.7 Upaya Pendistribusian Logistik Kesehatan yang Dilakukan Saat ... 71 Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2016

Tabel 3.8 Upaya Pelayanan Kesehatan Keluarga yang Dilakukan Saat ... 74 Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2016

Tabel 3.9 Upaya Penanganan Kesehatan Jiwa yang Dilakukan Saat ... 78 Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016

Tabel 3.10 Pengiriman Tim RHA pada Saat Tanggap Darurat ... 80 Krisis KesehatanTahun 2016

(10)

DAFTAR ISI

|

ix

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Tabel 3.12 Berbagai Institusi yang Berkolaborasi dengan Kementerian ... 85

Kesehatan pada Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2016 Tabel 4.1 Kasus Kejadian Bencana di Kabupaten Garut Tahun 2011-2015 ... 97

Tabel 4.2 Gambaran Kerentanan di Kabupaten Garut ... 98

Tabel 4.3 Gambaran Kapasitas Kesehatan di Kabupaten Garut ... 100

Tabel 4.4 Gambaran Kerentanan di Kota Bima ... 116

Tabel 4.5 Gambaran Kapasitas Kesehatan di Kota Bima ... 118

Tabel 4.6 Gambaran Kerentanan di Kabupaten Pidie Jaya... 139

(11)

x

|

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016 ... 10 Gambar 3.1 Klaster Nasional Penanggulangan Bencana ... 50 Gambar 3.2 Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan pada Penanganan Krisis ... 52

Kesehatan Akibat Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.3 Kerusakan Sarana dan Prasarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 54 Akibat Banjir Bandang di Kota Bima

Gambar 3.4 Pemulihan Alat Kesehatan di RSUD dr. Slamet Kabupaten ... 57 Garut oleh Tim Elektromedik RSUP dr. Hasan Sadikin

Gambar 3.5 Penyerahan Bantuan Kelambu Anti Nyamuk untuk Pengungsi ... 61 Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.6 Upaya Pembersihan dan Desinfeksi RSUD dr. Slamet ... 65 Kabupaten Garut

Gambar 3.7 Bantuan PMT Anak Sekolah untuk Penanganan Dampak ... 70 Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya

Gambar 3.8 Kerusakan Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai Akibat Banjir ... 72 Bandang di Kota Bima

Gambar 3.9 Serah Terima Bidan Kit untuk Pelayanan Kesehatan ... 77 Reproduksi pada Bencana Banjir Bandang Kota Bima

Gambar 3.10 Salah Satu Upaya Penanganan Permasalahan Kesehatan ... 79 Jiwa Pasca Banjir Bandang di Kabupaten Garut

Gambar 3.11 Personil PMI Terlibat dalam Upaya Pembersihan Puskesmas ... 90 Akibat Banjir Bandang di Kota Bima

Gambar 3.12 Rumah Sakit Lapangan TNI Mendukung Upaya Pelayanan ... 91 Kesehatan Bagi Korban Bencana Gempa Bumi di Kabupaten

Pidie Jaya

Gambar 3.13 Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia Memobilisasi ... 91 Personil dan Logistik untuk Upaya Perbaikan Kesehatan

Lingkungan Pasca Banjir Bandang di Kota Bima

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Garut ... 94 Gambar 4.2 Kondisi Peta Rawan Bencana Kabupaten Garut ... 96 Gambar 4.3 Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Banjir ... 112

(12)

DAFTAR ISI

|

xi

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Gambar 4.4 Peta Administrasi Kota Bima ... 114

Gambar 4.5 Peta Guna Lahan Kota Bima ... 115

Gambar 4.6 Kondisi Kota Bima Saat Terjadi Banjir Bandang ... 119

Gambar 4.7 Peta Dampak Banjir Bandang Kota Bima ... 120

Gambar 4.8 Menteri Kesehatan Didampingi Sekretaris Jenderal dan Kepala ... 129

Pusat Krisis Kesehatan mengunjungi Rumah Sakit Lapangan Gambar 4.9 Upaya Bidang Kesehatan Antara Lain Memberikan ... 130

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Lapangan, Memberikan Dukungan Psikososial, Melakukan Kaporitisasi, serta Pembersihan Puskesmas Gambar 4.10 Kondisi Puskesmas Mpunda yang Mengalami Kerusakan ... 131

Gambar 4.11 Peta Administrasi Kabupaten Pidie Jaya ... 135

Gambar 4.12 Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Aceh ... 136

Gambar 4.13 Peta Rawan Bencana Kabupaten Pidie Jaya... 137

Gambar 4.14 Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Bumi ... 142

Gambar 4.15 Evakuasi Pasien RSUD Pidie Jaya Setelah Gempa Bumi ... 143

Gambar 4.16 Rapat Koordinasi Harian di Pusdalopkes ... 146

Gambar 4.17 Upaya Kesehatan yang Dilakukan Antara Lain Mobilisasi Obat-Obatan, Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Jiwa dan Pengendalian Penyakit ... 155

Gambar 4.18 IGD RSUD Pidie Jaya Mengalami Kerusakan Cukup Parah Akibat Gempa ... 156

(13)

xii

|

DAFTAR ISI

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.2 Proporsi Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan ... 11 Jenis Bencana ... Grafik 2.3 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan ... 12 Penyebab

Grafik 2.4 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan ... 13 Penyebab

Grafik 2.5 10 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi ... 14 Grafik 2.6 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian ... 15

Bencana/Potensi Bencana

Grafik 2.7 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat ... 17 Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2016

Grafik 2.8 Perbandingan Frekuensi Bencana/Potensi Bencana dan 10 ... 18 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak

Grafik 2.9 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis ... 20 Kejadian Bencana/Potensi Bencana

Grafik 2.10 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak ... 22 Menurut Kategori Bencana Tahun 2016

Grafik 2.11 Perbandingan Frekuensi Bencana/Potensi Bencana dan 10 ... 23 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak

Grafik 2.12 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis ... 25 Kejadian Bencana

Grafik 2.13 10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Tertinggi ... 27 Menurut Kategori Bencana/Potensi Bencana Tahun 2016

Grafik 2.14 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/ ... 29 Potensi Bencana

Grafik 2.15 10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana/Potensi ... 31 Bencana Tertinggi Tahun 2016

Grafik 2.16 Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis ... 33 Bencana

Grafik 2.17 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2011-2016 ... 38 Grafik 2.18 Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015 ... 39

(14)

DAFTAR ISI

|

xiii

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.19 Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam, ... 40 Non Alam dan Sosial Tahun 2015-2016

Grafik 2.20 Proporsi Korban Meninggal Menurut Jenis Bencana/Potensi ... 41 Bencana Tahun 2015 dan 2016

Grafik 2.21 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Menurut Jenis ... 42 Bencana Tahun 2015 dan 2016

Grafik 2.22 Proporsi Korban LR/RJ Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 ... 44 dan 2016

Grafik 2.23 Proporsi Pengungsi Menurut Jenis Bencana/Potensi Bencana ... 45 Tahun 2015 dan 2016

Grafik 4.1 Korban Meninggal Akibat Bencana Banjir Bandang Garut ... 103 Grafik 4.2 Korban Luka Berat/Rawat Inap Akibat Bencana Banjir ... 103

Bandang Garut

Grafik 4.3 Data Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Akibat Bencana Banjir ... 121 Bandang Kota Bima

Grafik 4.4 Data 5 Penyakit Terbanyak Akibat Bencana Banjir Bandang ... 122 Kota Bima

(15)

xiv

|

DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN

(16)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

1

1.1 Latar Belakang

P

aradigma penanggulangan bencana global mengalami pergeseran sejak adanya kesepakatan negara-negara dunia pada Hyogo Framework 2000-2015 yang kemudian dilanjutkan menjadi Sendai Framework 2015-2030. Pergeseran yang paling signifikan adalah bila sebelumnya penanganan bencana ditekankan pada upaya tanggap darurat, maka saat ini penekanan pada upaya pengurangan risiko melalui kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Kegiatan pengurangan risiko tersebut harus terintegrasi dalam program pembangunan suatu negara dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan frekuensi bencana tertinggi di dunia, juga telah mengadopsi kesepakatan global tersebut. Diawali dengan penetapan Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut kemudian diturunkan menjadi berbagai peraturan di bawahnya serta diselaraskan dengan undang-undang baru lainnya, termasuk Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana1.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis2. Sedangkan

definisi krisis kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2013

(17)

2

|

PENDAHULUAN

tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana3.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 telah menargetkan 170 kabupaten/kota rawan bencana mampu melakukan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya. Target lainnya adalah 34 provinsi mampu mendukung kabupaten/ kota di wilayahnya dalam melakukan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan. Untuk itu Kementerian Kesehatan telah mengembangkan sejumlah kebijakan dan program dalam rangka pencapaian target-target tersebut dengan memprioritaskan upaya peningkatan kapasitas4.

Kebijakan-kebijakan yang saat ini tengah dikembangkan yaitu menyelenggarakan upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan menggunakan pendekatan klaster dengan menginisiasi pembentukan Klaster Kesehatan serta sub-sub klaster baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 173 tahun 2014 tentang Klaster Nasional Penanggulangan Bencana5. Kebijakan lainnya yang dikembangkan adalah penguatan SPGDT (Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) yang bertujuan untuk mempercepat response time, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta meminimalisir angka kematian dan kecacatan. Kebijakan tentang SPGDT dituangkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 20166. Dalam rangka perkuatan klaster kesehatan (khususnya

sub klaster pelayanan kesehatan) serta upaya SPGDT baik di pra hospital maupun intra hospital, sejak tahun 2016 Kementerian Kesehatan juga sudah mulai mengembangkan kebijakan mengenai Emergency Medical Team (EMT). Implementasi klaster, SPGDT dan EMT telah diterapkan dalam upaya penanganan beberapa bencana besar pada tahun 2016 antara lain bencana banjir bandang di Kabupaten Garut, gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya serta banjir bandang di Kota Bima.

(18)

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

PENDAHULUAN

|

3

Kementerian Kesehatan pada kondisi tanggap darurat maupun pemulihan awal serta lesson learnt penanganan krisis kesehatan dari sejumlah bencana besar yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2016.

Diharapkan buku tinjauan ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang penting dalam memperbaiki kualitas penanggulangan krisis kesehatan terutama dalam upaya peningkatan kapasitas serta pengurangan kerentanan. Selain itu, analisa yang ada di dalam buku ini, agar dapat menjadi bahan referensi dan evaluasi bagi pengambil kebijakan maupun pengelola program serta menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan terkait krisis kesehatan.

1.2 Tujuan

Buku tinjauan ini disusun agar tersedia informasi mengenai : a. Gambaran kejadian krisis kesehatan tahun 2016;

b. Upaya dukungan penanggulangan krisis kesehatan (tanggap darurat dan pemulihan awal) oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2016;

c. Lesson learnt dari 3 bencana besar tahun 2016 yaitu banjir bandang di Kabupaten Garut, Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya dan Banjir bandang di Kabupaten Bima.

1.3 Sasaran

Pembuat kebijakan dan pelaksana upaya penanggulangan krisis kesehatan, akademisi, masyarakat umum serta tenaga kesehatan.

1.4 Ruang Lingkup

Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2016 berisikan hal-hal sebagai berikut :

a. Gambaran krisis kesehatan merupakan data kejadian bencana maupun potensi bencana pada tahun 2016 yang menyebabkan krisis kesehatan yaitu adanya korban dan/atau pengungsian dan/atau kerusakan fasilitas kesehatan. Sumber data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan serta dari laporan-laporan yang dibuat Pusat Krisis Kesehatan untuk Menteri Kesehatan.

(19)

4

|

PENDAHULUAN

baik dengan pendanaan bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun non APBN. Upaya penanggulangan krisis kesehatan ini terdiri dari upaya tanggap darurat krisis kesehatan serta upaya pemulihan awal.

c. Lesson learnt upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat banjir bandang di Kabupaten Garut, banjir bandang di Kota Bima dan gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2016, merupakan data upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh klaster kesehatan daerah maupun nasional di 3 bencana besar tersebut. Data diperoleh dari Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dikelola oleh Pusat Krisis Kesehatan, sub-sub klaster dalam klaster kesehatan dan sejumlah referensi lainnya.

1.5 Metodologi

Data-data yang disajikan dalam buku ini diperoleh melalui focus group discussion bersama unit-unit/instansi terkait klaster kesehatan dan diperoleh melalui literature review dari beberapa sumber sebagai berikut :

a. Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan yang terintegrasi dalam website www.penanggulangankrisis.depkes.go.id sebagai sumber informasi utama untuk kejadian krisis kesehatan. Data kejadian krisis kesehatan yang diinput ke dalam sistem ini bersumber dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten/ Kota dan Provinsi serta dari lintas sektor terkait di Kabupaten/Kota dan Provinsi seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, Polres/Polda dan instansi terkait lainnya;

b. Referensi/informasi elektronik lainnya seperti website BNPB, website pemerintah daerah, media online, dan lain sebagainya;

c. Buku-buku referensi terkait bencana dan krisis kesehatan.

(20)

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

PENDAHULUAN

|

5

1.6 Daftar Istilah

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis2;

b. Krisis kesehatan adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana3;

c. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor2;

d. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit2;

e. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror2;

f. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah7;

g. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat Fasyankes adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat 1;

h. Pusat Bantuan Regional Penanganan Krisis Kesehatan atau selanjutnya disebut PPK Regional adalah unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan pada kejadian bencana dan krisis kesehatan lainnya8;

i. Sub Regional Penanganan Krisis Kesehatan atau selanjutnya disebut PPK Sub Regional adalah unit fungsional dibawah koordinasi PPK Regional untuk menjangkau wilayah yang terlalu jauh8;

(21)

6

|

PENDAHULUAN

No Regional Lokasi Wilayah Pelayanan

1 Sumatera Utara Medan Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Kepulauan Riau.

PPK Sub Regional Sumatera Barat di Padang dengan wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.

2 Sumatera Selatan Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bangka Belitung.

3 DKI Jakarta Jakarta Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kaliman-tan Barat, dan Provinsi Lampung.

4 Jawa Tengah Semarang Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.

5 Jawa Timur Surabaya Provinsi Jawa Timur.

6 Kalimantan

Sela-tan Banjarmasin Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, dan Provinsi Ka-limantan Selatan.

7 Bali Denpasar Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

8 Sulawesi Utara Manado Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Maluku Utara.

9 Sulawesi Selatan Makassar Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Su-lawesi Tenggara, Provinsi Maluku.

(22)

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

PENDAHULUAN

|

7

k. Klaster Kesehatan adalah Satuan tugas atau sekelompok satuan tugas untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam penanganan bencana9;

l. Pendekatan klaster adalah salah satu pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana. Pendekatan klaster ditujukan untuk memastikan bahwa dukungan internasional sejalan dengan struktur organisasi nasional dan daerah serta untuk memfasilitasi hubungan yang erat antara lembaga pemerintah, masyarakat, internasional, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu juga untuk memastikan dukungan nasional sejalan dengan struktur organisasi daerah9;

m. Emergency Medical Team (EMT) adalah sekelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena dampak bencana ataupun akibat wabah dan kegawatdaruratan sebagai tenaga kesehatan bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat. Tim tersebut bisa berisi tenaga kesehatan dari kalangan pemerintah (sipil dan militer), masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional (WHO)10;

n. Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) adalah Suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat6.

(23)
(24)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

9

K

risis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007, yang berwenang menetapkan status darurat bencana adalah pemerintah (presiden/gubernur/bupati/walikota) sesuai dengan skala bencana. Namun seringkali ditemukan kejadian krisis kesehatan yang tidak ditetapkan sebagai status darurat bencana oleh yang berwenang, hal ini disebut sebagai potensi bencana. Dalam penulisannya di buku ini, baik “bencana” maupun “potensi bencana” yang menyebabkan krisis kesehatan akan menggunakan terminologi yang sama yaitu “bencana”.

Selama tahun 2016, terdapat 661 kejadian krisis kesehatan. Jumlah total korban krisis kesehatan sebanyak 351.957 jiwa dengan rincian jumlah seluruh korban meninggal sebanyak 817 jiwa, luka berat/rawat inap sebanyak 4.045, luka ringan/rawat jalan sebanyak 60.718 dan pengungsi sebanyak 286.377. Berikut akan dibahas secara lebih rinci mengenai karakteristik kejadian krisis kesehatan tahun 2016.

2.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan

Berdasarkan data Sistem Informasi Pusat Krisis Kesehatan (SIPKK), frekuensi kejadian krisis kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 661 kejadian yang tersebar di 34 provinsi (rincian pada lampiran 1 dan 2). Distribusi provinsi dan frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

BAB II

GAMBARAN KEJADIAN KRISIS

(25)

10

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

10

|

Gambar 2.1

Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

Laut Cina Selatan

Laut Pasifik

Laut Indonesia

Keterangan : (frekuensi kejadian)

>30 kali 16 – 30 kali 1 – 15 kali 0

Frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi ( >30 kali) berada di 5 provinsi, yaitu Jawa Barat (130 kejadian), Jawa Timur (95 kejadian), Jawa Tengah (85 kejadian), DKI Jakarta (44 kejadian), dan Sumatera Barat (40 kejadian). Berdasarkan Indeks Risiko Bencana (IRB) Provinsi tahun 2013, kelima provinsi tersebut memiliki IRB dengan kategori tinggi-sedang, dengan masing-masing skor yaitu Jawa Barat:166 (Tinggi), Jawa Timur:171 (Tinggi), Jawa Tengah:158 (Tinggi), DKI Jakarta:103 (Sedang) dan Sumatera Barat:153 (Tinggi). 11

2.1.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Jenis Bencana

(26)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

11

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.2

Proporsi Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

60% 4%

36%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

Tabel 2.1

Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2016

Bencana Alam Frekuensi Bencana Non Alam Frekuensi Bencana Sosial Frekuensi

1) Banjir 145 1) KLB Keracunan 98 1) Konflik Sosial 16

2) Tanah Longsor 119 2) Kecelakaan

Transportasi 62 2)

Aksi teror dan

sabotase 8

3) Angin Puting Beliung 60 3) Kebakaran 48    

4) Banjir bandang 38 4) Gagal Teknologi 21    

5) Banjir dan tanah longsor 14 5) Kecelakaan Industri 4    

6) Gempa bumi 12 6) KLB Penyakit 2    

7) Gelombang Pasang/Badai 10 7) Kebakaran Hutan dan Lahan 2      

8) Letusan Gunung Api 2      

(27)

12

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

12

|

Sebanyak 386 kejadian krisis kesehatan (97%) yang diakibatkan oleh bencana alam pada tahun 2016, merupakan kejadian bencana hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, serta banjir dan tanah longsor). Sedangkan sebanyak 14 kejadian krisis kesehatan (3%) merupakan kejadian bencana geofisika (gempa bumi, dan letusan gunung api). Proporsi frekuensi kejadian bencana alam berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada Grafik 2.3.

Grafik 2.3

Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab

97

%

3

%

Hidrometeorolgi Geofisika

(28)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

13

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.4

Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan Penyebab

42

%

1

%

57

%

Bencana Biologi

Kegagalan

Teknologi Kebakaran Hutan dan Lahan

2.1.2 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan berdasarkan Provinsi

(29)

14

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

14

|

Grafik 2.5

10 Provinsi dengan Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tertinggi

100

Barat TimurJawa Tengah Jawa JakartaDKI Sumatera Barat Aceh Sumatera Utara Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Banten

88

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

Kejadian krisis kesehatan akibat bencana alam di provinsi Jawa Barat yang terbanyak adalah akibat bencana tanah longsor sebanyak 42 kejadian (48,3%) dan bencana banjir sebanyak 26 kejadian (29,2%). Begitu juga dengan provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dimana bencana tanah longsor merupakan bencana terbanyak pertama dan bencana terbanyak kedua adalah banjir.

Sedangkan kejadian krisis kesehatan di provinsi DKI Jakarta terbanyak diakibatkan oleh bencana non alam, yaitu 30 kejadian (68,2%) dari 44 kejadian yang terjadi. Bencana non alam yang terbanyak pada kejadian kebakaran sebanyak 18 kejadian. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

2.2 Korban Meninggal

2.2.1 Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

(30)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

15

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

jiwa. Korban meninggal terbesar kedua disebabkan oleh bencana non alam, yaitu sebesar 349 jiwa (43%), yang sebagian besar diakibatkan oleh kecelakaan transportasi sebanyak 252 jiwa. Korban meninggal sebanyak 26 jiwa (3%) disebabkan oleh bencana sosial, merupakan akibat dari adanya kejadian konflik sosial serta aksi teror dan sabotase yang masing-masing memiliki jumlah korban meninggal sebesar 13 jiwa. Besaran proporsi dan frekuensi korban meninggal berdasarkan jenis bencana/ potensi bencana tersaji dalam Grafik 2.6 dan Tabel 2.2.

Grafik 2.6

Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/Potensi Bencana

54

%

3

%

43

%

(31)

16

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

16

|

Tabel 2.2

Jumlah Korban Meninggal Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Tanah Longsor 168 1) Kecelakaan

Transportasi 252 1) Konflik Sosial 13

2) Gempa bumi 107 2) Kebakaran 42 2) Aksi teror dan sabotase 13

3) Banjir bandang 81 3) KLB Keracunan 34    

4) Banjir 42 4) Gagal Teknologi 20    

5) Angin Puting

Beliung 20 5) Kecelakaan Industri 1    

6) Banjir dan tanah longsor 11 6) KLB Penyakit 0    

7) Letusan Gunung Api 9 7) Kebakaran Hutan dan Lahan 0      

8) Gelombang Pasang/Badai 4      

Total 442 Total 349 Total 26

Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban meninggal sebanyak 1-2 orang. Untuk kejadian bencana non alam rata-rata menyebabkan korban meninggal sebanyak 1-2 orang. Sedangkan untuk bencana alam dan bencana sosial bila dibandingkan dengan frekuensinya maka kira-kira setiap 1 kejadian terdapat 1 korban meninggal. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Meninggal

No Jenis Bencana Frekuensi Korban

Meninggal

Perbandingan Frekuensi : Korban Meninggal

1 Bencana Alam 405 442 1 : 1,1

2 Bencana Non Alam 237 349 1 : 1,5

3 Bencana Sosial 24 26 1 : 1,1

(32)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

17

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Beberapa jenis bencana seperti bencana yang timbul akibat dari kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit merupakan jenis bencana/potensi bencana yang disebabkan oleh faktor non alam. Bencana non alam tersebut sebenarnya dapat dicegah atau dimodifikasi, namun demikian, adakalanya mengalami kegagalan yang berdampak buruk hingga akhirnya menimbulkan terjadinya bencana/potensi bencana. Bencana/potensi bencana non alam yang menimbulkan korban meninggal terbanyak berdasarkan perbandingan pada Tabel 2.3 merupakan kecelakaan transportasi.

2.2.2 Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

Jumlah korban meninggal terbesar berada di Provinsi Aceh yaitu sebanyak 120 jiwa, di mana 87% di antaranya disebabkan oleh gempa bumi di Pidie Jaya pada akhir tahun 2016. Korban meninggal kedua terbesar berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 106 jiwa di mana sebagian besar disebabkan oleh bencana alam. Kesepuluh provinsi dengan jumlah korban meninggal terbanyak pada tahun 2016 dapat dilihat dalam grafik 2.7.

Grafik 2.7

10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2016

120

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

Jawa

Barat TimurJawa Jawa

Tengah JakartaDKI Sumatera Barat

Aceh Sumatera

Utara Banten

Kepualauan

Riau YogyakartaDI

(33)

18

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

18

|

menimbulkan korban meninggal yang besar pula. Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan frekuensi bencana tertinggi tahun 2016 sebanyak 131 kejadian, berada pada urutan ketiga dengan korban meninggal sebanyak 95 orang. Sebaliknya Kepulauan Riau, Banten, dan DI Yogyakarta, dilihat dari frekuensi kejadian bencana tidak terlalu sering, namun ternyata cukup banyak menimbulkan korban meninggal. Perbandingan frekuensi bencana/potensi bencana dan 10 provinsi dengan korban meninggal terbanyak dapat dilihat dalam grafik 2.8.

Grafik 2.8

Perbandingan Frekuensi Bencana/Potensi Bencana dan 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak

140

Tengah JakartaDKI Sumatera Barat

Aceh Sumatera

Utara Banten

Kepualauan

Riau YogyakartaDI

Provinsi Kepulauan Riau bahkan memiliki perbandingan tertinggi yaitu setiap 1 kejadian bencana menyebabkan kira-kira 13 korban meninggal. Korban meninggal paling besar di Kepulauan Riau disebabkan oleh kecelakaan transportasi, yaitu sebanyak 79 korban meninggal. Kecelakaan transportasi di Kepulauan Riau yang menimbulkan korban meninggal cukup besar berasal dari Kecelakaan Kapal Pengangkut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang tenggelam di Perairan Tanjung Bemban. Kecelakaan yang terjadi pada 2 November 2016 tersebut mengakibatkan korban meninggal sebanyak 54 orang.

(34)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

19

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

besar di Provinsi Aceh disebabkan oleh gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya pada bulan Desember 2016.

Perbandingan antara frekuensi bencana/potensi bencana di 10 provinsi dengan jumlah korban meninggal dapat dilihat dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal

No Provinsi Frekuensi Korban

Meninggal

Perbandingan Frekuensi : Korban Meninggal

1 Aceh 28 120 1 : 4,4

2 Jawa Tengah 85 106 1 : 1,9

3 Jawa Barat 131 95 1 : 0,7

4 Kepulauan Riau 6 79 1 : 13,2

5 Jawa Timur 97 70 1 : 0,7

6 Sumatera Utara 28 53 1 : 1,9

7 DKI Jakarta 44 35 1 : 0,8

8 Sumatera Barat 40 27 1 : 0,7

9 DI Yogyakarta 8 25 1 : 3,1

10 Banten 13 25 1 : 1,9

2.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI)

2.3.1 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) berdasarkan Jenis Bencana

Korban luka berat/rawat inap (LB/RI) pada tahun 2016 sebanyak 4.045 jiwa. Berdasarkan jenis bencananya, korban LB/RI terbesar berasal dari bencana non alam, yaitu 56% (2.253 jiwa). Sebanyak 86% di antaranya (1.945 jiwa) disebabkan oleh KLB Keracunan.

(35)

20

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

20

|

yaitu 3% (128 jiwa). Besaran proporsi dan frekuensi korban LB/RI berdasarkan jenis bencana tersaji dalam Grafik 2.9 dan Tabel 2.5.

Grafik 2.9

Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/Potensi Bencana

41

%

3

%

56

%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

Tabel 2.5

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Frekuensi Bencana Non Alam Frekuensi Bencana Sosial Frekuensi

1) Banjir 566 1) KLB Keracunan 1.945 1) Konflik Sosial 91

2) Tanah Longsor

76

2) Kecelakaan Transportasi

193 2)

Aksi teror dan sabotase

37

3) Angin Putting Beliung 50 3) Kebakaran 34      

4) Banjir bandang 480 4) Gagal Teknologi 67      

5) Banjir dan tanah longsor 28 5) Kecelakaan Industri 10      

6) Gempa bumi 456 6) KLB Penyakit 4      

7) Gelombang Pasang/Badai 6 7) Kebakaran Hutan dan Lahan 0      

8) Letusan Gunung Api 2      

(36)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

21

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Pada Tabel 2.6, bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana/potensi bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 6 orang. Bencana non alam rata-rata memiliki perbandingan tertinggi, yaitu 1 kejadian menyebabkan korban LB/RI sekitar 9 orang. Bencana sosial menempati posisi kedua yaitu kira-kira setiap 1 kejadian terdapat 5 korban LB/RI. Bencana Alam menempati posisi ketiga yaitu setiap 1 kejadian terdapat 4 korban LB/RI, dimana bencana banjir menjadi penyumbang jumlah korban LB/RI terbesar.

Tabel 2.6

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana

di Indonesia Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap

No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Berat/ Rawat Inap

Perbandingan Frekuensi : Korban Luka Berat/ Rawat

Inap

1 Bencana Alam 400 1664 1 : 4,1

2 Bencana Non Alam 237 2253 1 : 9,3

3 Bencana Sosial 24 128 1 : 5,3

Total 661 4045 1 : 6,0

2.3.2 Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) Berdasarkan Provinsi

(37)

22

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

22

|

Grafik 2.10

10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2016

600

Timur Aceh Tengah Jawa NTT Sumatera Selatan Sumatera Utara JakartaDKI

555

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

(38)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

23

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.11

Perbandingan Frekuensi Bencana/Potensi Bencana dan 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak

1.200

Timur Aceh Tengah Jawa NTT NTB SumateraSelatan Sumatera Barat SumateraUtara JakartaDKI

Tabel 2.7

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI)

No Provinsi Frekuensi Korban LB/RI Perbandingan Frekuensi :

Korban LB/RI

6 Nusa Tenggara Barat 10 203 1 : 20,3

7 Sumatera Selatan 17 157 1 : 9,2

8 Sumatera Barat 40 156 1 : 3,9

9 Sumatera Utara 28 141 1 : 5,0

(39)

24

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

24

|

Berdasarkan grafik 2.11 dan tabel 2.7, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat memiliki perbandingan tertinggi. Provinsi Nusa Tenggara Timur setiap 1 kali kejadian bencana/potensi bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 34-35 orang, Provinsi Aceh setiap 1 kali kejadian bencana/potensi bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 21-22 orang, dan Nusa Tenggara Barat setiap 1 kali kejadian bencana/potensi bencana menyebabkan korban LB/RI sebanyak 20 orang.

Korban LB/RI dari Nusa Tenggara Timur sebagian besar berasal dari KLB Keracunan makanan yang terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan pada bulan September 2016. Sedangkan untuk Provinsi Aceh sebagian besar dari Gempa Bumi yang terjadi di Kabupaten Bireun, Pidie, dan Pidie Jaya pada bulan Desember 2016. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagian besar dari Banjir Bandang yang terjadi di Kota Bima pada bulan Desember 2016.

Sebanyak 6 provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara mempunyai kesamaan jenis kejadian bencana/potensi bencana yang menimbulkan korban rawat inap tertinggi yaitu Kejadian Luar Biasa (KLB)-Keracunan. Sedangkan 4 provinsi lainnya disebabkan karena banjir (Jawa Timur), Gempa Bumi (Aceh), Banjir Bandang (Nusa Tenggara Barat) serta Gagal Teknologi (DKI Jakarta).

2.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)

2.4.1 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

(40)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

25

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.12

Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana

92

%

3

%

5

%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

Tabel 2.8

Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir bandang 44.854 1) KLB Keracunan 2.566 1) Konflik Sosial 1.808

2) Banjir

4.435 2)

Kecelakaan

Transportasi 391 2)

Aksi teror dan

sabotase 23 3) Gelombang Pasang/Badai 3.230 3) Kebakaran 112      

4) Tanah Longsor 1.356 4) Kebakaran Hutan dan Lahan 103      

5) Banjir dan tanah longsor 851 5) KLB Penyakit 77       6) Gempa bumi 755 6) Gagal Teknologi 55       7) Angin puting beliung 97 7) Kecelakaan Industri 5      

8) Letusan Gunung Api 0         

(41)

26

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

26

|

Berdasarkan kategori bencananya, banjir bandang merupakan penyebab korban LR/RJ terbanyak yaitu 44.854 jiwa atau 74% dari seluruh korban LR/RJ. Peringkat selanjutnya proporsinya jauh di bawah banjir bandang yaitu banjir dan gelombang pasang/badai dengan proporsi 7% dan 5% dari seluruh korban LR/RJ.

Tabel 2.9

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana/Potensi Bencana di Indonesia Tahun 2016 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan

No JenisBencana Frekuensi

Korban Luka Ringan/ RawatJalan

Perbandingan

Frekuensi : Korban Luka Ringan/ RawatJalan

1 Bencana Alam 400 55.578 1 : 139

2 Bencana Non Alam 237 3.309 1 : 14

3 Bencana Sosial 24 1.831 1 : 76

Total 661 60.718 1 : 92

Tabel 2.9 memperlihatkan perbandingan antara frekuensi kejadian bencana dengan jumlah korban LR/RJ yang ditimbulkan. Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban LR/RJ sebanyak 92 orang. Bencana alam memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan jenis bencana lainnya, yaitu 1 : 139, yang berarti setiap 1 kali kejadian bencana alam mengakibatkan 139 korban LR/RJ. Perbandingan tersebut 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana sosial dan 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana non alam.

2.4.2 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Berdasarkan Provinsi

(42)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

27

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.13

10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) Tertinggi Menurut Kategori Bencana/Potensi Bencana Tahun 2016

40.000

Barat TengahJawa TimurJawa Aceh

NTB KalimantanBarat Gorontalo Riau Kep. BangkaBelitung Maluku

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

(43)

28

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

28

|

Tabel 2.10

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ)

No Provinsi Frekuensi Korban LR/RJ (jiwa) Perbandingan

Frekuensi : Korban LR/RJ

1 Nusa Tenggara Barat 10 36.320 1 : 3.632

2 Jawa Barat 130 9.555 1 : 74

3 Jawa Tengah 85 4.599 1 : 54

4 Kalimantan Barat 10 1.633 1 : 163

5 Gorontalo 4 1.630 1 : 408

6 Riau 11 1.539 1 : 140

7 Jawa Timur 95 908 1 : 10

8 Kepulauan Bangka Belitung 8 811 1 : 101

9 Aceh 28 757 1 : 27

10 Maluku 4 498 1 : 125

(44)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

29

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

2.5 Pengungsi

2.5.1 Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

Pada tahun 2016, terdapat 286.377 jiwa mengungsi pada kejadian krisis kesehatan. Sebagian besar (97%) disebabkan karena bencana alam (Grafik 2.14). Bencana banjir merupakan penyumbang pengungsi terbanyak dengan proporsi 50% dari seluruh pengungsi. Gempa bumi menempati peringkat kedua dengan proporsi 32% dari seluruh pengungsi. Rincian jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Grafik 2.14

Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana/Potensi Bencana

97

%

2

%

1

%

(45)

30

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

30

|

Tabel 2.11

Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

Bencana Alam Jumlah Bencana Non Alam Jumlah Bencana Sosial Jumlah

1) Banjir 143.805 1) Kebakaran 3.104 1) Konflik Sosial 5.391 2) Gempa bumi 92.699 2) Kebakaran Hutan dan Lahan 500 2) Aksi teror dan sabotase - 3) Banjir bandang 16.704 3) KLB Keracunan -       4) Tanah Longsor 11.906 4) Kecelakaan Transportasi -      

5) Banjir dan tanah longsor 7.541 5) Gagal Teknologi -      

6) Letusan Gunung Api

1.840 6) Kecelakaan Industri -      

7) Gelombang Pasang/Badai 1.737 7) KLB Penyakit -      

8) Angin puting beliung 1.150      

Total 277.382 Total 3.604 Total 5.391

Tabel 2.12

Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2016 dengan Jumlah Pengungsi

No Jenis Bencana Frekuensi Pengungsi

(jiwa)

Perbandingan Frekuensi : Pengungsi

1 Bencana Alam 400 277.382 1 : 693

2 Bencana Non Alam 237 3.604 1 : 15

3 Bencana Sosial 24 5.391 1 : 225

Total 661 286.377 1 : 433

(46)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

31

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

lainnya, yaitu 1 : 693, yang berarti setiap 1 kali kejadian bencana alam mengakibatkan 693 jiwa mengungsi. Perbandingan tersebut 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana sosial dan 45 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana non alam.

2.5.2 Pengungsi Berdasarkan Provinsi

Sebesar 92,4% dari total pengungsi tahun 2016 berasal dari 10 provinsi di Indonesia yang menimbulkan jumlah pengungsi terbesar akibat krisis kesehatan. Jumlah pengungsi terbanyak berada di Aceh yaitu sebanyak 130.074 jiwa. Jumlah pengungsi kedua terbesar berada di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 65.338 jiwa. Secara rinci jumlah pengungsi di 10 provinsi dengan jumlah pengungsi terbanyak dapat dilihat dalam Grafik 2.15.

Grafik 2.15

10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana/Potensi Bencana Tertinggi Tahun 2016

140.000

Aceh BaratJawa SumateraBarat Riau TengahJawa NTB Banten KalimantanBarat Kep. BangkaBelitung DKI Jakarta

130.074

(47)

32

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

32

|

Tabel 2.13

Perbandingan Antara Frekuensi Bencana/Potensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi Terbesar

No Provinsi Frekuensi Pengungsi

(jiwa)

Perbandingan Frekuensi : Pengungsi

1 Aceh 28 130.704 1 : 4.668

2 Jawa Barat 130 65.338 1 : 503

3 Sumatera Barat 40 15.056 1 : 376

4 Riau 11 13.037 1 : 1.185

5 Jawa Tengah 85 10.400 1 : 122

6 Nusa Tenggara Barat 10 9.159 1 : 916

7 Banten 13 5.821 1 : 448

8 Kalimantan Barat 10 5.487 1 : 549

9 Kepulauan Bangka Belitung 8 5.253 1 : 657

10 DKI Jakarta 44 4.270 1 : 97

Berdasarkan Tabel 2.13, Provinsi Aceh memiliki perbandingan tertinggi yaitu 1 kali kejadian kira-kira menyebabkan lebih dari 4.000 pengungsi, yang merupakan akibat gempa bumi di tiga kabupaten. Provinsi Riau dan NTB menempati peringkat kedua dan ketiga dengan perbandingan 1 kali kejadian menyebabkan terjadi kurang lebih 1.000 pengungsi. Bencana/potensi bencana banjir dan banjir bandang merupakan penyebab tertinggi terjadinya pengungsian di kedua provinsi tersebut.

2.6 Fasyankes yang Rusak

(48)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

33

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Tabel 2.14

Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2016

No Provinsi

 Sarana Kesehatan Rusak

Jumlah Jenis Bencana Polindes Poskesdes Pustu Puskesmas RS Gd.

Farmasi Rumah Dokter Dinkes

1 Aceh - 80 17 9 1 1 28 1 137 Gempa Bumi

2 Nusa Tenggara Barat - 16 4 4 2 2 - 1 29 BandangBanjir

3 Jawa Barat

1 - - -

-3

Banjir

- - - - 2 - - - BandangBanjir

4 Gorontalo - - - 1 1 - - - 2 BandangBanjir

5 Kalimantan Utara - - 2 1 - - - - 3 Banjir

JumlahTotal 1 96 23 15 6 3 28 2 174  

Kerusakan fasilitas pelayanan kesehatan paling banyak terjadi di Aceh yang diakibatkan bencana gempa bumi pada Desember 2016 yang berdampak pada tiga kabupaten yaitu Kab. Pidie Jaya, Kab. Pidie, dan Kab. Bireun. Selain itu, banjir bandang yang terjadi di Kab. Bima juga menimbulkan dampak kerusakan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup banyak, yaitu sebanyak 28 unit fasilitas dan sarana kesehatan terdampak.

Grafik 2.16

Jumlah Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

Banjir

Banjir Bandang

Gempa Bumi

0 20 40 60 80 100 120 140 160

4

33

(49)

34

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

34

|

Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana, maka yang terbanyak adalah gempa bumi sebanyak 137 unit, kemudian banjir bandang 32 unit dan banjir 4 unit.

2.7 Analisis Krisis Kesehatan Tahun 2016

Lima jenis bencana dengan frekuensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu banjir, tanah longsor, KLB keracunan, kecelakaan transportasi dan angin puting beliung. Sebanyak 4 di antara kejadian bencana tersebut memang secara konsisten selalu menjadi 5 besar dengan frekuensi tertinggi sejak tahun 2011 yaitu banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi dan angin puting beliung12. Adapun analisis 5 kejadian dengan frekuensi tersebut sebagai

berikut :

1. Banjir

Sepanjang tahun 2016 banjir terjadi sebanyak 146 kali di 26 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 26 kali kejadian. Curah hujan yang tinggi terutama pada bulan – bulan tertentu merupakan faktor utama tingginya frekuensi kejadian ini. Sama seperti kondisi selama 5 tahun sebelumnya (tahun 2011-2015), jumlah korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi akibat banjir selalu termasuk dalam daftar lima tertinggi. Sedangkan untuk korban luka berat/rawat inap, tahun ini termasuk ke dalam daftar 5 tertinggi. Hal ini berbeda dengan kondisi 5 tahun sebelumnya, di mana korban luka berat/ rawat inap akibat banjir umumnya tidak masuk daftar 5 terbanyak. 12

Korban meninggal akibat banjir di tahun 2016 berjumlah 42 jiwa dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi pada banjir di Kab. Kampar pada tanggal 8 Februari dan di Kab. Purworejo tanggal 18 Juni, yaitu masing-masing sebanyak 4 jiwa.

(50)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

35

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

jiwa merupakan korban LR/RJ akibat banjir di Kab. Kuantan Sengingi pada tanggal 7 Februari 2016 yang melanda empat kecamatan (Kec. Kuantan Tengah, Kuantan Hilir, Gunug Toar, Pangean).

Total jumlah pengungsi akibat banjir sepanjang tahun 2016 yaitu sebanyak 143.805 jiwa. Angka pengungsi tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 54.869 jiwa. Sebanyak 13.550 jiwa mengungsi diakibatkan oleh banjir di Kab. Karawang pada tanggal 26 Februari 2016 yang melanda 9 kecamatan. Selain itu, sebanyak 13.459 jiwa juga mengungsi akibat banjir di Kab. Bandung pada tanggal 11 Maret 2016 yang melanda 11 kecamatan. Kedua kejadian banjir ini merupakan kejadian yang mengakibatkan jumlah pengungsi tertinggi di Provinsi Jawa Barat.

2. Tanah Longsor

Kejadian tanah longsor sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 121 kali di 21 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 43 kali kejadian. Sama seperti kondisi 5 tahun sebelumnya (2011-2015), jumlah korban meninggal akibat tanah longsor ini secara konsisten selalu masuk dalam daftar 5 tertinggi. 12

Korban meninggal akibat tanah longsor di tahun 2016 berjumlah 168 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi di Kab. Purworejo tanggal 18 Juni 2016, yaitu sebanyak 39 jiwa.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh tanah longsor di tahun 2016 berjumlah 76 jiwa, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat tanah longsor di Kab. Sumedang pada tanggal 20 September 2016, yaitu sebanyak 16 jiwa. Selain korban LB/RI, tanah longsor di Kab. Sumedang tersebut juga mengakibatkan jumlah korban LR/RJ jalan paling banyak, yaitu sejumlah 988 orang.

(51)

36

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

36

|

3. KLB – Keracunan

KLB-Keracunan sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 98 kali di 17 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 25 kali kejadian. Berdasarkan pantauan Pusat Krisis Kesehatan, sebagian besar kejadian disebabkan oleh makanan basi yang dikonsumsi oleh sejumlah kelompok warga dalam sebuah acara. Selama 5 tahun terakhir ini (2012-2016) KLB-keracunan selalu menjadi 5 besar dengan jumlah korban rawat inap dan rawat jalan tertinggi12.

Korban meninggal akibat KLB-Keracunan di tahun 2016 berjumlah 34 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi di Kab. Sleman tanggal 4 Februari 2016, yaitu sebanyak 19 orang.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh KLB-keracunan di tahun 2016 berjumlah 1.945 orang, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat kejadian di Kab. Timor Tengah Selatan pada tanggal 28 September 2016, yaitu sebanyak 269 orang. Sedangkan, jumlah korban LR/RJ paling banyak, yaitu sejumlah 266 orang yang merupakan korban KLB-keracunan di Kab. Limapuluh Kota pada tanggal 2 Februari 2016.

4. Kecelakaan Transportasi

Sepanjang tahun 2016 terjadi 68 kali kecelakaan transportasi yang menyebabkan terjadinya krisis kesehatan. Kejadian ini termasuk kecelakaan angkutan darat, laut dan udara di 24 provinsi di Indonesia. Kecelakaan transportasi paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan frekuensi kejadian sebanyak 12 kali. Tahun ini tidak jauh berbeda dengan 5 tahun sebelumnya (2011-2015) di mana korban meninggal dan luka berat/rawat inap akibat kecelakaan transportasi selalu menempati peringkat 5 tertinggi12.

(52)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

37

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Sementara itu, korban LB/RI akibat kecelakaan transportasi di tahun 2016 berjumlah 193 orang, dengan jumlah korban LB/RI terbanyak akibat peristiwa kecelakaan

speed boat di Kab. Halmahera Barat pada tanggal 15 Oktober 2016. Dalam peristiwa tersebut setidaknya sebanyak 15 orang mengalami LB/RI. Adapun berdasarkan wilayah, kecelakaan di Provinsi Jawa Tengah menimbulkan korban LB/RI tertinggi yaitu sebanyak 51 orang dengan frekuensi kejadian sebanyak 7 kali.

Sedangkan untuk korban LR/RJ akibat kecelakaan transportasi di tahun 2016 adalah sebanyak 391 orang, dengan jumlah korban LR/RJ jalan terbanyak akibat peristiwa kapal motor tenggelam di perairan Jailolo, Kab. Halmahera Barat, Maluku Utara pada tanggal 29 Desember 2016, yaitu sebanyak 91 orang. Berdasarkan wilayahnya, kecelakaan transportasi di Provinsi Maluku Utara menimbulkan korban LR/RJ tertinggi yaitu sebanyak 118 orang dengan frekuensi kejadian sebanyak 2 kali.

5. Angin Puting Beliung

Kejadian angin puting beliung sepanjang tahun 2016 terjadi sebanyak 60 kali di 14 provinsi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 16 kali kejadian. Berdasarkan angka korban, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bencana angin puting beliung tidak termasuk

ke dalam 5 besar dengan jumlah terbanyak.

Korban meninggal akibat angin puting beliung di tahun 2016 berjumlah 20 orang dengan jumlah korban meninggal terbanyak terjadi pada banjir di Kab. Muara Enim tanggal 17 April 2016, yaitu sebanyak 7 orang.

Korban LB/RI yang disebabkan oleh angin puting beliung di tahun 2016 berjumlah 50 orang, dengan jumlah korban luka berat/rawat inap terbanyak akibat kejadian di Kota Yogyakarta pada tanggal 30 Maret 2016 dan Kota Bogor pada tanggal 29 Maret 2016, yaitu masing-masing sebanyak 8 orang. Untuk korban LR/RJ akibat puting beliung sejumlah 97 orang dengan korban LR/RJ terbanyak pada kejadian di Kab. Ogan Ilir tanggal 17 Desember 2017, yaitu sebanyak 44 orang.

(53)

38

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

38

|

2016.

2.8 Perbandingan dengan Tahun 2015

Terjadi kecenderungan peningkatan frekuensi krisis kesehatan pada tahun 2011 hingga tahun 2016. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sepanjang tahun 2015 krisis kesehatan terjadi sebanyak 618 kali kejadian dan frekuensi ini meningkat pada tahun 2016 yaitu sebanyak 661 kali kejadian. Jelasnya dapat dilihat pada Grafik 2.17.

Grafik 2.17

Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2011-2016

700 600

500

400 300

200

100

0

2011 2012 2013 2014 2015 2016

211

489

436

614 618 661

(54)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

39

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Grafik 2.18

Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015 dan 2016

200

180

160

140 120

100

80 60

40

20

0

2015 2016

9

174

2.8.1 Perbandingan Berdasarkan Jenis Bencana

(55)

40

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

40

|

Gambar 2.19

Proporsi Kategori Krisis Kesehatan akibat Bencana Alam, Non Alam dan Sosial Tahun 2015-2016

450

400

350

300 250

200

150 100

50

0

2015 2016

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

327

238

53

400

237

24

Dilihat dari peringkat berdasarkan frekuensi kejadiannya, 4 dari 5 besar kejadian bencana terbanyak pada tahun 2016 yaitu banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi dan angin puting beliung merupakan jenis bencana yang memang juga menjadi lima besar yang mengakibatkan krisis kesehatan pada tahun 2015. Sedangkan KLB keracunan yang pada tahun 2015 tidak masuk lima besar, namun pada tahun 2016 masuk menjadi lima besar. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15

5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan Krisis Kesehatan Terbanyak Tahun 2015 dan 2016

Tahun

Peringkat 2015 2016

1 Banjir Banjir

2 Tanah Longsor Tanah Longsor

3 Kecelakaan Transportasi KLB Keracunan

4 Angin puting beliung Kecelakaan Transportasi

(56)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

41

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Pada tahun 2016, bencana alam merupakan penyebab yang menimbulkan korban meninggal tertinggi dengan proporsi 54%. Sedangkan pada tahun 2015 korban meninggal tertinggi disebabkan oleh bencana non alam dengan proporsi 72%. Sementara itu, proporsi korban meninggal akibat bencana sosial terdapat penurunan dari 5% pada tahun 2015 menjadi 3% pada tahun 2016. (Grafik 2.20).

Grafik 2.20

Proporsi Korban Meninggal Menurut Jenis Bencana/Potensi Bencana Tahun 2015 dan 2016

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

43

%

54

%

3

%

72

%

23

%

5

%

2015

2016

(57)

42

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

42

|

Tabel 2.16

5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Menyebabkan Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2015-2016

Tahun

Peringkat 2015 2016

1 Kecelakaan Transportasi Kecelakaan Transportasi

2 Tanah Longsor Tanah Longsor

3 Kebakaran Gempa Bumi

4 KLB Penyakit Banjir Bandang

5 Angin puting beliung Banjir

Pada tahun 2016 berdasarkan jenis bencananya, korban luka berat/rawat inap terbanyak berasal dari bencana non alam, yaitu mencapai 56%. Yang disebabkan oleh KLB-Keracunan yaitu sebanyak 1.945 jiwa. Sama halnya dengan tahun 2015, proporsi bencana yang menyebabkan luka berat/rawat inap terbesar didominasi bencana non alam 87%. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 2.21.

Grafik 2.21

Proporsi Korban LB/RI Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 dan 2016

56

%

41

%

3

%

87

%

8

%

5

%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

(58)

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

|

43

BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2016

Bencana yang paling banyak menyebabkan korban LB/RI pada tahun 2016 masih sama dengan tahun 2015 yaitu KLB Keracunan. 3 Jenis bencana yang menempati posisi 5 besar untuk LB/RI tahun 2016 yaitu Banjir, Banjir Bandang dan Gempa Bumi merupakan jenis bencana alam yang tidak masuk 5 besar pada tahun 2015. Khusus untuk KLB keracunan dan kecelakaan transportasi sejak tahun 2011 konsisten selalu menjadi 5 besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17

5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2015-2016

Tahun

Peringkat 2015 2016

1 KLB Keracunan KLB Keracunan

2 Kecelakaan Transportasi Banjir

3 Kebakaran Banjir Bandang

4 KLB Penyakit Gempa Bumi

5 Konflik Sosial Kecelakaan Transportasi

(59)

44

|

Gambaran Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2016

44

|

Grafik 2.22

Proporsi Korban LR/RJ Menurut Jenis Bencana Tahun 2015 dan 2016

92

%

3

%

5

%

92

%

8

%

Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Sosial

2015

2016

Untuk posisi 5 besar jenis bencana/potensi bencana yang menyebabkan korban LR/ RJ terbanyak tahun 2016 yaitu banjir bandang, banjir, gelombang pasang/badai, KLB Keracunan, dan konflik sosial. Bencana alam mendominasi jenis bencana/potensi bencana yang menyebabkan korban LR/RJ. Banjir, dan KLB keracunan merupakan jenis bencana yang paling sering masuk dalam posisi 5 besar tahun 2015-2016. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.18.

Tabel 2.18

5 Jenis Bencana/Potensi Bencana yang Mengakibatkan Luka Ringan/Rawat Jalan Terbesar Tahun 2015-2016

Tahun

Peringkat 2015 2016

1 Kebakaran lahan dan hutan Banjir bandang

2 Banjir Banjir

3 Letusan gunung berapi Gelombang pasang/badai

4 Gempa bumi KLB keracunan

Gambar

Gambar 2.1
Grafik 2.3
Grafik 2.1010 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak
Grafik 2.11
+7

Referensi

Dokumen terkait

A. Satu penyiasatan telah dijalankan oleh sekumpulan murid dengan meletakkan beberapa objek iaitu paku besi, kertas, getah pemadam dan jarum peniti pada litar

To solve this problem, we have developed a Java application server, running on the server ma- chine and dedicated to saving files on the server disk and managing objects through

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DISTANNAK-03/POKJA/2016 tanggal 25 Oktober 2016 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan

Universitas Negeri

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Pokja ULP Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya yang dibentuk berdasar kan surat keputusan Bupati Aceh Jaya Nomor

LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran): Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati/ walikota sebagai bentuk pertanggungjawaban

Diantara kisah orang yang punya kemauan kuat yang tertulis dalam sejarah dan patut disyukuri ialah sikap Abu Bakar shidiq radhiyallahu 'anhu dalam kisah yang masyhur setelah

Dari persamaan tersebut ditemukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dana pihak ketiga BPR Konvensional di Indonesia dimana nilai