BAB II LANDASAN TEORI
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, dimana aktivitas dalam tiga komponen analisis yang terdiri dari reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan/verifikasi dilakukan dengan cara interaktif dari tiga komponen tersebut.
Dalam model analisis interaktif ketiga komponen analisis berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data. Begitu peneliti menyusun catatan lapangan lengkap, reduksi data segera dibuat dan diteruskan dengan pengembangan bentuk susunan sajian data.
Dari membaca sajian data dengan kelengkapan berbagai pendukungnya, peneliti mengusahakan pemikiran yang mengarah pada kesimpulan yang bersifat sementara karena pengumpulan data masih berlangsung. Apabila peneliti menemukan data baru dengan penahaman baru, maka simpulan sementara tadi perlu dirubah secara tepat. Apabila data baru lebih memperkuat simpulan sementaranya, maka simpulan tersebut dapat dikembangkan menjadi semakin mantap. Demikian seterusnya sehingga pengumpulan data dirasa telah lengkap.
Berikut ini gambar model analisis interaktif :
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif
(Sumber : Miles & Huberman, 1992 : 20)
Data Collection
Data display Data
Reduction
Conclusions : drawing/verifying
commit to user
Model evaluasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Model Evaluasi CIPP. CIPP merupakan singkatan dari context, input, process dan product, dimana keempatnya merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program. Konsep model tersebut pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). Stufflebeam dalam Widoyoko (2011 : 181) mempunyai pandangan bahwa pentingnya evaluasi adalah bukan untuk membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dan sebagainya serta dalam berbabagi jenjang, baik itu proyek, program maupun institusi.
1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, mementukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memperbaiki rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang terjadi.
4. Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation)
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan (Widoyoko, 2011 : 181-183). commit to user
H. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini dilakukan mulai dari pembuatan usulan penelitian, menyusun rancangan, memilih obyek penelitian, hingga pencarian berkas perizinan lapangan.
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu menggali data yang relevan dengan tujuan penelitian. Peneliti sudah terjun ke lokasi penelitian untuk memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup untuk memenuhi tujuan penelitian, kemudian data dianalisis kembali secara lebih mendalam kemudian ditarik sebuah kesimpulan dari analisis tersebut.
4. Tahap Penulisan Laporan
Kegiatan pada tahap penulisan laporan antara lain : a. Menyusun konsep laporan
b. Review konsep laopran atas dasar saran perbaikan dari tim penguji c. Perbaikan konsep dan penyusunan laporan akhir
d. Penggandaan laporan, legalisasi dan pelaporan kepada yang terkait.
Bagan berikut disajikan untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian :
34 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Karanganyar
SMA Negeri 2 Karanganyar berdiri pada tahun 1992. Berdiri untuk pertama kalinya bergabung dengan SMA Negeri 1 Karanganyar dan pertama kalinya dikepalai oleh Bapak Winarno dan wakilnya Bapak Darto. Proses belajar mengajar SMA Negeri 2 Karanganyar dilakukan pada siang hari setelah proses kegiatan belajar mengajar SMA Negeri 1 Karanganyar selesai. Setahun kemudian, tahun 1993 SMA Negeri 2 Karanganyar membangun gedung baru di jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar. SK/ Ijin Pendirian sekolah dari Kanwil/
Disdik/ Depag (Nomor/ Tanggal SK) : 748/ 103.13/ M92/ 08-06-1992. Awal pembangunan, SMA Negeri 2 Karanganyar hanya memiliki empat kelas. Setelah penjurusan, empat kelas tersebut dibagi menjadi Kelas Biologi 1, Kelas Biologi 2, Kelas IPS 1, dan Kelas IPS 2. Seiring dengan itu, dari tahun ke tahun gedung sekolah mulai dilengkapi, baik dengan penambahan kelas atau fasilitas sekolah lainnya seperti laboratorium, perpustakaan, masjid, dan lain-lain. Pembangunan terakhir dilaksanakan pada akhir Agustus 2010 dengan merenovasi kelas XII IPS 1 – IPS 4.
SMA Negeri 2 Karanganyar memiliki status sekolah Negeri dan diklasifikasikan sekolah Mandiri, sekarang sudah SSN (tahun 2000 ke atas). SK terakhir status sekolah di SMA Negeri 2 Karanganyar : 076/103.E1/B.93/01-04-1993 dengan Akreditasi A. SK Akreditasi terakhir (Nomor/ Tanggal SK) : Prop-03 MO-79/ 29-09-2007.
2. Visi dan Misi SMA Negeri 2 Karanganyar a. Visi Sekolah
“Unggul dalam Prestasi Bernuansa Imtaq dan Penguasaan Iptek”.
commit to user
b. Misi Sekolah
1) Menumbuhkan rasa semangat dan disiplin yang tinggi bagi seluruh warga sekolah.
2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien.
3) Siap menghantarkan para siswa kejenjang yang lebih tinggi.
4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri.
5) Menanamkan dan membentuk sikap etos kerja yang professional, jujur dan agamis.
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Karanganyar
Sekolah merupakan suatu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.
Suatu lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap peningkatan pendidikan dan pembentukan generasi yang berbudi luhur. Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut suatu lembaga harus mempunyai strategi dalam penanganannya.
Oleh sebab itu SMA Negeri 2 Karanganyar dalam pengeloalaannya memiliki struktur organisasi yaitu :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Karanganyar
KEPALA SEKOLAH Drs. Bambang Sugeng Maladi, M.M
NIP. 19540625 197803 1 005 KOMITE
Sri Desto U.R.S, S.Sos, M.Si
WAKASEK
B. Deskripsi Temuan Penelitian
1. Penyelenggaraan Kelas Imersi di SMA Negeri 2 Karanganyar
a. Sejarah Penyelenggaraan Kelas Imersi di SMA Negeri 2 Karanganyar SMA Negeri 2 Karanganyar merupakan salah satu sekolah penyelenggara kelas imersi di kabupaten Karanganyar. Menurut informan 1 menjelaskan bahwa SMA Negeri 2 Karanganyar ditunjuk oleh kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Karanganyar sebagai penyelenggara imersi. Adapun pelaksanaan kelas imersi dimulai pada tahun ajaran 2006/2007, tahun ajaran 2011/2012 adalah tahun keenam penyelengaraan kelas imersi di SMA ini. Hal ini berarti tidak ada prosedur penyeleksian khusus dan SMA Negeri 2 Karanganyar dipandang telah memenuhi kriteria sebagai sekolah penyelenggara kelas imersi.
b. Persiapan Penyelenggaraan Kelas Imersi
Penerapan suatu program pendidikan baru membutuhkan berbagai persiapan. Begitu juga dengan penerapan program kelas imersi. SMA Negeri 2 Karanganyar selaku sekolah penyelenggara kelas imersi mempersiapkan berbagai hal berkaitan dengan penerapan kelas tersebut di sekolah ini, antara lain : Struktur Organisasi, Perekrutan Guru, Penyeleksian Siswa, Sarana dan Prasarana, dan Pendanaan. Persiapan – persiapan tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1) Struktur Organisasi
Program kelas Imersi merupakan program pendidikan yang berada di bawah naungan SMA Negeri 2 Karanganyar sebagai lembaga formal, untuk itu diperlukan pengelola khusus dalam mengelolanya. Informan 1 menyatakan bahwa hanya terdapat koordinator yang diberi tanggung jawab untuk mengelola kelas imersi, dalam tugasnya koordinator tersebut dibantu oleh kepala sekolah, para wakil kepala sekolah (wakasek) dan guru – guru pengajar kelas imersi. Informan 2 menambahkan bahwa selama ini kelas imersi dikelola oleh pengelola tunggal yaitu bapak Sunardi sebagai ketua bidang imersi (Lampiran 2).
Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa sampai dengan tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 2 Karanganyar selaku sekolah penyelenggara kelas imersi belum memiliki struktur organisasi khusus untuk mengelola kelas imersi. commit to user
Baru terdapat ketua bidang imersi yang diberi tanggung jawab untuk mengelolanya dan tugas – tugasnya dibantu oleh pihak sekolah, seperti kepala sekolah, para wakasek, dan guru – guru pengajar kelas imersi.
2) Perekrutan Guru
Guru merupakan salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan proses pembelajaran. Menurut informasi yang didapat, pihak sekolah menunjuk sejumlah guru yang dipandang mampu kemudian menawarkan kepada mereka tentang kesediaannya untuk mengajar di kelas imersi. Mereka yang bersedia mendapatkan pelatihan-pelatihan dari beberapa instansi terkait sebagai bekal persiapan untuk menjadi pengajar di kelas imersi.
Senada dengan hal diatas, informan 1 mengatakan bahwa perekrutan guru untuk mengajar di kelas imersi, ditunjuk langsung oleh pihak sekolah dengan kriteria mereka capable, dalan artian mampu menguasai materi pelajaran dan mampu menyampaikannya kepada siswa dalam bahasa Inggris (Lampiran 2).
Guru yang ditunjuk mendapatkan berbagai pelatihan dari instansi terkait.
Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa SMA Negeri 2 Karanganyar melakukan perekrutan guru sebagai pengajar kelas imersi melalui penunjukan langsung oleh pihak sekolah kepada guru-guru yang dipandang memiliki kemampuan penguasaan bahan ajar sekaligus penyampaiannya dalam bahasa Inggris. Dan juga sekolah mempersiapkan agar para guru tersebut mendapat pelatihan dari beberapa instansi yang bekerjasama dengan sekolah.
3) Penyeleksian Siswa
Siswa merupakan input dari sebuah proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas mereka mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Menurut informan 1, selama ini target jumlah rombongan belajar untuk kelas imersi bisa dikatakan terpenuhi (Lampiran 2). Terbukti sejak 2 tahun terkahir jumlah siswa kelas imersi mencapai 2 kelas dengan jumlah hampir 50 anak dan berasal dari sekolah-sekolah di daerah kabupaten Karanganyar. Untuk tahun pertama dibukanya kelas imersi, yaitu 2006/2007 sampai 2009/2010 hanya membuka satu kelas dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 24 anak.
commit to user
Informan 1 mengungkapkan bahwa persyaratan bagi siswa kelas imersi adalah nilai rata-rata raport semester 1-5 untuk 3 mata pelajaran UN minimal 7,50 atau nilai UN murni (NEM) rata-rata minimal 6,50. Hal ini berkaitan dengan penjurusan yang akan dilakukan ketika masuk SMA nanti, yaitu mereka akan diarahkan ke jurusan IPA. Pertimbangannya adalah secara logika kemampuan siswa dengan jurusan IPA dipandang lebih baik daripada jurusan IPS dan ketika masuk perguruan tinggi, mereka memiliki kesempatan lebih luas untuk mengambil jurusan (Lampiran 2).
Informan 3 menambahkan bahwa proses seleksi untuk masuk kelas imersi pada tahun pelajaran 2010/2011 meliputi tes tertulis dalam bahasa Inggris, tes lisan melalui wawancara, dan nilai raport untuk 3 mata pelajaran UN tidak boleh kurang dari 7,50. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa proses penyeleksian siswa kelas imersi di SMA Negeri 2 Karangannyar tahun pelajaran 2010/2011 meliputi nilai rapor ketika SMP rata-rata 7,50 untuk 3 mata pelajaran UN, tes tertulis dalam bahasa Inggris dan tes wawancara (Lampiran 2). Selain itu, rombongan belajar dibatasi hanya 2 kelas dengan jumlah siswa 24 anak per kelas dan berasal dari SMP di daerah Karanganyar.
4) Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan kelas imersi berpengaruh pada tingkat keberhasilan penyelenggaraan program itu. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap akan memberikan kemudahan dan kelancaran proses pembelajaran. Informan 1 menjelaskan bahwa sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang sedikit berbeda untuk kelas imersi, seperti : LCD, seperangkat komputer, AC dan ruangan kelas yang lebih besar dibanding kelas regular (Lampiran 2).
Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 2 Karanganyar dapat dimanfaatkan oleh siswa baik kelas reguler maupun imersi. Namun sekolah memberikan kebijakan pada kelas imersi mengenai sarana-dan prasarana yang berada di dalam kelasnya berupa LCD, seperangkat komputer, dan AC yang tidak terdapat di kelas reguler.
commit to user
5) Pendanaan
Berbagai bentuk persiapan penyelenggaraan kelas imersi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sumber utama pembiayaan kelas imersi berasal dari sumbangan pengembangan pendidikan yang dibebankan kepada orang tua/wali siswa kelas X,XI dan XII. Pada awal pembukaan kelas imersi, sebagian besar dana tersebut digunakan untuk penyediaan sarana dan prasarana kelas imersi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya kebutuhan dana yang besar dalam penyelenggaraan kelas imersi. Kebutuhan dana tersebut dipenuhi oleh pihak sekolah dan orang tua/wali siswa kelas imersi. Hal ini berarti bahwa belum adanya bantuan dana dari pihak pemerintah pusat maupun daerah.
c. Sosialisasi Kelas Imersi
Setiap program pendidikan hendaknya disosialisasikan kepada stakeholder pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 1 mengungkapkan bahwa selama ini sosialisasi kelas imersi dilakukan dengan pengiriman leaflet atau surat khusus yang ditujukan ke SMP di daerah Karanganyar kepada kelas IX sebagai sasarannya. Selain itu sosialisasi ditempuh dengan media eletronik dengan menulis pengumuman di web SMA Negeri 2 Karanganyar, spanduk di jalan,dan lain sebagainya(Lampiran 2).
Berdasarkan penjelasan di atas, sosialisasi kelas imersi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas IX yang berada di sekolah-sekolah se-kabupaten Karanganyar. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik melalui media elektronik seperti website maupun pembuatan leaflet untuk dikirim ke sekolah-sekolah di Karanganyar dan pembuatan spanduk untuk dipasang di jalan.
d. Kegiatan Belajar Mengajar Kelas Imersi
Kegiatan belajar mengajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Beberapa komponen pembelajaran berhubungan satu sama lain, diantaranya: bahan ajar, metode, media, sumber, dan lain-lain. Menurut informan 2, hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran dan pengaturan waktu belajar untuk kelas imersi sama dengan kelas reguler, hanya berbeda dalam penggunaan bahasa Inggris dan hal ini hanya berlaku untuk empat mata pelajaran, yaitu : commit to user
fisika, kimia, biologi, dan matematika (Lampiran 2). Kurikulum yang digunakan adalah KTSP. Penggunaan fasilitas belajar tergantung pada masing-masing guru.
Untuk evaluasi kelas imersi dengan soal yang sama dengan kelas reguler tapi menggunakan bahasa Inggris, kecuali untuk Ujian Nasional sesuai dengan ketetapan pemerintah.
Informan 1 memberikan uraian bahwa kegiatan mengajar kelas imersi sama dengan kelas reguler kecuali empat mata pelajaran yaitu : fisika, kimia, biologi, matematika dengan pengantar bahasa Inggris. Kurikulum merupakan hak sekolah penyelenggara imersi. Guru-guru pengajar kelas imersi sudah banyak yang menggunakan multimedia. Evaluasi hanya dilakukan dua kali per semester, mid dan semester (Lampiran 2).
Berdasarkan uraian dijelaskan bahwa pembelajaran kelas imersi sama dengan kelas reguler termasuk komponen-komponennya. Sekolah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi pelajaran dan buku-bukunya sama kecuali untuk empat mata pelajaran yang meliputi : fisika, kimia, biologi dan matematika menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Penggunaan media dan metode pembelajaran beragam tergantung pada kemampuan guru dan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan pokok materi yang disampaikan. Pengaturan waktu belajar diatur sekolah, termasuk tes untuk evaluasi hasil belajar yaitu dua kali per semester.
e. Evaluasi Kelas Imersi
Dalam penyelenggaraan sebuah program pendidikan diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian keberhasilannya.
Dari evaluasi ini diperoleh kelebihan dan kekurangan program dan dimungkinkan untuk dicarikan solusinya untuk meningkatkan kelebihan dan memperbaiki kekurangannya sehingga dalam penyelenggaraan kedepannya menjadi lebih baik.
Menurut informan 1, evaluasi kelas imersi meliputi evaluasi mengenai kegiatan belajar mengajar di kelas imersi. Evaluasi ini dilaksanakan dengan jalan diskusi bersama yang melibatkan kepala sekolah, wakasek, dan guru-guru yang mengajar di kelas imersi. Informan 2 menambahkan, bahwa diskusi ini biasanya dilaksanakan untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah disampaikan oleh commit to user
masing-masing guru mengenai kesulitan yang dihadapi ketika mengajar di kelas imersi (Lampiran 2).
Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa evaluasi mengenai pelaksanaan kelas imersi di SMA Negeri 2 Karangannyar dilaksanakan melalui diskusi bersama antara jajaran pihak internal sekolah. Sementara itu sampai saat ini evaluasi kelas imersi dari pemerintah belum ada.
2. Kendala - kendala yang Dihadapi dalam Penyelenggaraan Kelas Imersi di SMA Negeri 2 Karanganyar
Serbagaimana diketahui bahwa kelas imersi diterapkan di SMA Negeri 2 Karanganyar sejak tahun 2006/2007. Beberapa kendala dalam penyelenggaraan kelas imersi di SMAN 2 Karanganyar dari tahun 2006/2007 sampai sekarang adalah sebagai berikut :
a. Kesulitan Memperoleh Guru yang Capable
Penerapan kelas imersi mempersyaratkan dua kompetensi khusus yaitu kompetensi penguasaan bahan ajar dan penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas. Informan 1 menyatakan bahwa untuk mendapatkan guru yang capable, yaitu menguasai materi sekaligus mampu menyampaikan dalam bahasa Inggris cukup sulit. Informan 2 mengatakan bahwa tidak semua pengajar kelas imersi sepenuhnya mampu menerapkan model pembelajaran dengan bahasa Inggris, terkadang pelaksanaanya masih menggunakan bahasa Indonesia dipadu dengan bahasa Inggris. Hal ini diperkuat dengan informan 3, bahwa masih ada guru pengajar kelas imersi kurang konsisten dalam penggunaan bahasa Inggris, karena terkadang masih banyak menggunakan bahasa Indonesia (Lampiran 2).
Dari uraian diatas diketahui bahwa SMA Negeri 2 Karanganyar mengalami kendala dalam penyelenggaraan kelas imersi berupa kesulitan merekrut guru yang dapat mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris. Dan masih banyak guru yang terkadang menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi pada saat mengajar di kelas imersi.
commit to user
b. Beban Belajar yang Lebih Berat bagi Siswa
Informan 2 mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemui dari pihak siswa adalah mereka mempunyai beban belajar double, karena mereka dituntut menguasai mata pelajaran dalam bahasa Inggris. Meskipun kelas imersi memiliki suasana yang kondusif karena jumlah siswa yang sedikit, tetapi penggunaan bahasa Inggrus sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran menyebabkan mereka harus menguasai bahan pelajaran tersebut juga dalam bahasa Inggris (Lampiran 2). Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa siswa kelas imersi memiliki beban belajar yang lebih berat, karena mereka dituntut untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam bahasa Inggris.
c. Kesulitan Mendapatkan Sumber Referensi yang Sesuai
Mata pelajaran yang diajarkan dalam bahasa Inggris di kelas imersi, seharusnya buku penunjang juga menggunakan bahasa Inggris. Menurut informan 2, pihak guru telah mengusahakan untuk memilikinya, tetapi dari pihak siswa masih ditemukan ada yang tidak memilikinya sehingga hal ini cukup menghambat proses pembelajaran. Untuk kelancaran proses belajar-mengajar, seharusnya setiap siswa kelas imersi memiliki buku penunjang. Akan tetapi, karena keterbatasan dana menyebabkan tidak semua siswa mampu memilikinya (Lampiran 2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan kelas imersi, ketersedian dan kepemilikan buku penunjang yang relevan untuk materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris merupakan salah satu kendala yang dihadapi.
d. Evaluasi Program yang Kurang Menyeluruh
Suatu program yang sedang berjalan membutuhkan evaluasi agar diketahui sampai sejauh mana keberhasilan program tersebut. Menurut informan 1, evaluasi yang diadakan berupa diskusi yang membahas tentang kesulitan yang dialami guru yang mengajar di kelas imersi. Informan 2 mengatakan bahwa evaluasinya berupa penyampaian kesulitan yang dialami oleh guru pengajar di kelas imersi kemudian dicari solusinya (Lampiran 2). Dari aspek evaluasi dapat dilihat bahwa sasaran evaluasi program imersi hanya didominasi oleh hal yang commit to user
berkaitan dengan proses belajar mengajar dan disampaikan dengan diskusi. Hal ini berarti sasaran evaluasi lainnya masih belum teridentifikasi dan hanya menggunakan metode diskusi dalam proses evaluasinya, serta kurangnya pihak yang dilibatkan.
3. Upaya – upaya yang Dilakukan SMA Negeri 2 Karanganyar untuk Mengatasi Kendala - kendala dalam Penyelenggaraan Kelas Imersi
Suatu program baru tidak selalu berjalan mulus, akan banyak kendala yang mengiringinya. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Harus ada upaya-upaya untuk mengatasinya. Berikut ini beberapa upaya-upaya yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Karanganyar untuk menanggulangi kendala yang timbul selama penyelenggaraan program imersi :
a. Masalah Kesulitan Memperoleh Guru yang Capable
SMA Negeri 2 Karanganyar cukup mengalami kesulitan dalam hal merekrut guru yang capable dalam artian guru yang mampu menguasai materi pelajaran sekaligus dapat menyampaikannya dalam bahasa Inggris. Menurut informan 2, sekolah mengadakan pelatihan untuk para guru yang mengajar kelas imersi dengan bekerja sama dengan lembaga pelatihan bahasa Inggris. Hal ini diperkuat oleh informan 1 yang mengatakan bahwa solusi untuk mengatasi masalah perekrutan guru diupayakan oleh sekolah dengan bekerja sama dengan instansi di luar sekolah dalam bentuk kursus bahasa Inggris (Lampiran 2). Dari aspek kesulitan mencari guru yang capable SMA Negeri 2 Karanganyar telah mengupayakan solusi atas kendala dalam penyelenggaraan kelas imersi dengan mengadakan kursus bahasa Inggris yang bekerja sama dengan instansi di luar sekolah.
b. Masalah Kesulitan Memperoleh Referensi yang Sesuai
Buku penunjang untuk kelas imersi harusnya dalam bahasa Inggris.
Tetapi saat ini tidak semua siswa memiliki buku referensi sebagai penunjang proses belajar mengajar. Hal ini dapat menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Selama ini siswa hanya dibekali LKS yang menggunakan bahasa Indonesia yang sama dengan siswa reguler dan modul yang di buat oleh guru mata commit to user
pelajaran tersebut. Karena mahalnya buku referensi yang menggunakan bahasa Inggris sehingga tidak semua siswa dapat memilikinya. Maka pihak sekolah memberikan solusi untuk mengadakan sejumlah buku penunjang dalam bahasa Inggris di perpustakaan sekolah. Sehingga para siswa kelas imersi sewaktu-waktu bisa meminjamnya untuk belajar. Dalam hal kesulitan referensi belajar, SMA Negeri 2 Karanganyar telah mengupayakan untuk menambah beberapa koleksi perpustakaan sekolah dengan buku penunjang yang berbahasa Inggris untuk bahan belajar siswa kelas imersi pada khususnya maupun untuk tambahan ilmu
pelajaran tersebut. Karena mahalnya buku referensi yang menggunakan bahasa Inggris sehingga tidak semua siswa dapat memilikinya. Maka pihak sekolah memberikan solusi untuk mengadakan sejumlah buku penunjang dalam bahasa Inggris di perpustakaan sekolah. Sehingga para siswa kelas imersi sewaktu-waktu bisa meminjamnya untuk belajar. Dalam hal kesulitan referensi belajar, SMA Negeri 2 Karanganyar telah mengupayakan untuk menambah beberapa koleksi perpustakaan sekolah dengan buku penunjang yang berbahasa Inggris untuk bahan belajar siswa kelas imersi pada khususnya maupun untuk tambahan ilmu