BAB III METODE PENELITIAN
3.9 Analisis Lebih Lanjut
3.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, menggunakan data dari uji normalitas distribusi data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. Data yang diambil yaitu Mean pretest, Mean posttest I. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575).
Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi selisih pretest ke posttest I kedua kelompok yaitu dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Frekuensi gain score menunjukkan frekuensi distribusi nilai
pretest ke posttest I. Gain score bertujuan untuk mengetahui nilai pretest ke posttest I yang lebih dominan dan mengetahui metode yang lebih menguntungkan
yang digunakan dalam pembelajaran (Fraenkel, 2011: 250).
3.9.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Field (2009: 325) memaparkan jika data yang diuji berasal dari kelompok yang sama dan distribusi data normal maka uji statistik menggunakan Paired samples t-test. Jika data berasal dari kelompok yang sama dan distribusi data tidak normal maka uji statistik menggunakan Wilcoxon (Field, 2009: 345). Teknik analisis data
menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, maka
tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya, tidak terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan
mengaplikasi dan menganalisis.
b. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, maka ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya, terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi dan
menganalisis.
3.9.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
pretest dan posttest I. Analisis korelasi Pearson adalah analisis yang digunakan
untuk mengetahui keeratan hubungan secara linier antara dua variabel (Priyatno, 2012: 39). Arikunto (2013: 313) menjelaskan bahwa koefisien korelasi adalah suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara dua variabel tersebut. Priyatno menambahkan, analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui apakah korelasi pretest dan posttest I positif atau negatif, dan signifikan atau tidak. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula
posttest I. Signifikan berarti hasil korelasi dapat digeneralisasikan ke populasi.
Uji korelasi rerata pretest dan posttest I menggunakan rumus bivariate
terdistribusi normal maka uji korelasi menggunakan rumus Pearson’s corelations
coefficient (Field, 2009: 177). Apabila data terdistribusi tidak normal maka uji
korelasi menggunakan rumus Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 179) Priyatno (2012: 44) memaparkan pedoman untuk analisis korelasi, jika nilai koefisien korelasi mendekati 1 atau -1 maka hubungannya semakin erat atau kuat, jika mendekati 0 maka hubungannya semakin lemah. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3.7 Pedoman Koefisien Korelasi
Rentang Nilai Korelasi Keputusan
0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat (Sumber: Sugiyono, 2008)
Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hi : Ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull : Tidak ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest
ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 dan harga r tidak positif, maka Hnull diterima
dan Hi ditolak. Artinya tidak ada korelasi yang positif dan signifikan antara
skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. b. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 dan harga r positif maka, Hnull ditolak dan Hi
diterima. Artinya ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.9.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan posttest I ke posttest II dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Field (2009:
distribusi data normal maka uji statistik menggunakan Paired samples t-test. Jika data berasal dari kelompok yang sama dan distribusi data tidak normal maka uji statistik menggunakan Wilcoxon (Field, 2009: 345). Teknik analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hi : Ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hnull : Tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya tidak terdapat penurunan atau peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke
posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya
ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya terdapat penurunan atau peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575).
Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi