• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KONDISI LINGKUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN KUD GIR

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal yang ada di KUD Giri Tani terdiri dari ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi, ancaman pendatang baru, ancaman pesaing, kekuatan tawar menawar konsumen, dan kekuatan tawar menawar pemasok.

6.2.1. Ekonomi

Keadaan ekonomi baik secara makro maupun mikro, turut mempengaruhi aktivitas KUD Giri Tani sebagai penyedia susu sapi segar. Semakin stabil perekonomian negara, semakin stabil juga usaha KUD Giri Tani. Begitu juga

dengan kebijakan-kebijakan ekonomi yang ditetapkan pemerintah sangat berpengaruh pada kegiatan usaha KUD Giri Tani. Contohnya, seperti penetapan tarif bea masuk susu impor. Saat ini tarif bea masuk yang diberikan untuk produk susu dan kepala susu adalah nol persen, dengan tidak adanya tarif bea masuk untuk susu impor, maka semakin banyak susu impor yang beredar di pasaran dalam negeri. Harga bahan baku susu impor yang digunakan IPS di Indonesia saat ini berkisar Rp. 4.800,- sampai Rp. 5.000,- per liter. Harga tersebut otomatis menyebabkan biaya pembelian susu impor semakin meningkat, dan membuat harga susu impor tersebut naik di tingkat peternak lokal yang semula berharga Rp. 2100,- menjadi Rp. 2800,-.

Namun untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melakukan kebijakan protektif bagi industri susu Indonesia. Tujuan kebijakan protektif ini antara lain untuk meningkatkan produk domestik, meningkatkan pendapatan para peternak sapi perah dan melindungi industri persusuan di Indonesia.

Kebijakan protektif tersebut antara lain: a) Kebijakan rasio impor

Kebijakan rasio impor merupakan instrumen kebijakan yang paling kompleks dalam industri persusuan nasional. Kebijakan ini merupakan salahsatu bentuknontarif trade barrier, dimana pemerintah menentukan jumlah bahan baku yang diimpor berdasarkan jumlah bahan baku susu domestik yang diserap IPS. Diantara seluruh kebijakan persusuan Indonesia, kebijakan ini diduga memberi efek yang paling signifikan kepada produsen susu domestik karena secara otomatis mengatur jumlah bahan baku susu impor dan sekaligus domestik dalam sebuah kesepakatan. Legitimasi kebijakan rasio impor ini dilakukan dengan penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian No.236/Kpb/VII/1982, No. 341/M/SK/7/1982, dan No. 521/Kpts/Um/7/1982 tentang Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Pengolahan dan Pemasaran Susu di Dalam Negeri. Ruang gerak untuk melindungi industri persusuan nasional menjadi semakin sempit pada era liberisasi perdagangan. Oleh karena itu, pemerintah dihadapkan pada opsi untuk mentransformasikan proteksi tersebut dalam bentuk tarif impor.

b) Tarif Impor

Transformasi proteksi dari rasio impor menjadi tarif impor memberikan perubahan bagi produk impor. Pada tarif impor, pemerintah Indonesia menetapkan beban tarif sebesar lima sampai tiga puluh persen untuk semua bahan baku dan semua produk susu olahan yang diimpor. Bahan baku, seperti halnya nonfat dry milk powder(NFDM) yang merupakan input dari produk susu olahan dikenakan tarif sebesar tiga puluh persen sebelum dipasarkan di pasar produk susu olahan nasional.

c) Lisensi Impor

Kebijakan ekonomi lainnya yang juga mempengaruhi aktivitas KUD Giri Tani adalah kebijakan lisensi impor. Kebijakan lisensi impor menunjuk sejumlah importir untuk secara teknis melakukan impor bahan baku dan produk susu olahan yang tercantum dalam paket kebijakan Juni 1993. Beberapa perusahaan yang mendapatkan lisensi impor tersebut adalah: (1) PT Panca Niaga, mendapatkan lisensi untuk mengimpor bahan baku susu untuk industri non makanan yang berbasis susu. (2) PT Kerta Niaga mengimpor produk susu olahan (end products) untuk memenuhi kebutuhan domestik. (3) IPS diperbolehkan untuk mengimpor bahan baku susu menurut rasio impor yang telah ditetapkan. Kebijakan lisensi impor bagi importir terdaftar tersebut dilakukan sampai dengan tahun 1998. Setelah itu, pemerintah menghapuskan kebijakan tersebut dan mengeluarkan izin bagi para importir umum untuk melakukan impor bahan baku susu dan produk olahan susu.

6.2.2. Sosial Budaya

Budaya minum susu di Indonesia belum terlalu terikat kuat. Masih banyak keluarga di Indonesia yang tidak terbiasa minum susu. Jumlah konsumsi susu di Indonesia masih rendah dibandingkan negara di Asia lainnya. Berdasarkan data statistik, masyarakat Indonesia meminum susu 9 liter per kapita per tahun, jauh lebih rendah dari negara lain, seperti Malaysia yang meminum susu 25,4 liter per kapita per tahun, Vietnam yang meminum susu 10, 7 liter per kapita per tahun, India meminum susu 30 liter per kapita per tahun, Jepang 40 liter per kapita per tahun, sementara negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru mencapai 100 liter per kapita per tahun. Rendahnya budaya minum susu di

Indonesia mungkin dikarenakan tidak adanya kebiasaan dari keluarga untuk meminum susu setiap hari, atau mungkin memang orang Indonesia tidak menyukai rasa susu. Selain itu masih banyak warga Indonesia yang menganggap susu itu adalah barang mahal, terutama bagi warga kalangan menengah ke bawah. Dalam pemasarannya KUD Giri Tani menyadari kondisi ini. Tetapi karena KUD hanya memasok susu ke Cimory lalu Cimory yang mengolah, maka KUD tidak perlu khawatir akan kekurangan konsumen. KUD menyadari bahwa susu yang diproduksinya itu dikelola lebih baik dan lebih menarik lagi di PT Cimory, maka merupakan urusan PT Cimory untuk menarik perhatian publik untuk menerapkan budaya minum susu dalam kehidupan sehari-hari.

6.2.3. Politik

Arah kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting untuk pemasaran. Begitu juga dalam pemasaran yang dilakukan KUD Giri Tani, KUD Giri Tani selalu memperhatikan pengaturan perusahaan harus beroperasi. KUD Giri Tani memperhatikan undang-undang lingkungan dan perburuhan dalam operasi pemasarannya, hal ini dibuktikan dengan kesadaran KUD Giri Tani untuk menjaga lingkungan KUD dan lingkungan sekitar peternakan tidak tercemar oleh limbah peternakan. KUD Giri Tani juga selalu memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja dari para karyawan dan sapi. Apabila ada karyawan, anggota, atau sapi yang sakit, KUD Giri Tani akan berupaya untuk membuat mereka sehat kembali, bisa dengan memberikan pinjaman untuk biaya pengobatan, dan bisa juga langsung diberikan obat. Sistem perpajakan juga selalu ditaati oleh KUD Giri Tani.

Namun dalam perjalanannya KUD Giri Tani tentu saja pernah mengalami sandungan oleh karena kebijakan politik yang ada di Indonesia. Selama orde baru koperasi sering dijadikan alat politik pemerintah. Pendirian KUD di setiap desa didasari oleh keinginan penguasa negara untuk dapat menguasai masyarakat marjinal seperti petani, peternak, dan nelayan. Selanjutnya pembuatan undang- undang koperasi yang isinya seringkali tidak sesuai dengan jati diri koperasi yang sebenarnya. Contohnya UU no.25 tahun 1992 yang mengatakan bahwa koperasi merupakan badan usaha, padahal yang namanya badan usaha itu merupakan lembaga yang berorientasi kepada profit. Hal ini bertentangan dengan jati diri

koperasi yang merupakan kumpulan individu atau kelompok yang berorientasi tidak hanya dari sisi ekonomi saja namun juga hubungan sosial antar anggota dan kesejahteraan masyarakat.

6.2.4. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat meningkatkan pasar baru yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik. Dalam aktivitasnya KUD Giri Tani telah menggunakan teknologi, diantaranyacooling unityang digunakan untuk mendinginkan susu hingga 3-4 derajat celcius setelah diambil dari peternak. Sedangkan untuk menjaga kualitas susu yang diminta oleh PT Cimory, KUD Giri Tani mempunyai laboratorium yang digunakan untuk mengukur tingkat bakteri, total solid, dan lain sebagainya. Untuk sistem administrasinya, KUD Giri Tani juga sudah menggunakan teknologi komputerisasi.

6.2.5. Ancaman Pesaing

Dalam kegiatan pemasarannya tentu saja KUD memiliki pesaing. Pesaing tersebut sama-sama merupakan pemasok susu, baik yang berupa koperasi maupun perseroan terbatas. Pesaing KUD Giri Tani antara lain pengalengan, Lembang, KUD Cipanas, dan GKSI.

6.2.6. Ancaman Produk Pengganti

Produk pengganti muncul dalam bentuk yang berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk pengganti dari susu adalah kopi, teh,syrup, soft drink, dan lain-lain.

6.2.7. Kekuatan Penawaran Pembeli atau konsumen

Konsumen mempengaruhi industri susu melalui kemampuan mereka untuk menekan harga permintaan terhadap kualitas susu yang lebih baik dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Kelompok konsumen kuat jika konsumen tersebut terkonsentrasi pada satu produsen dan membeli dalam jumlah yang besar. KUD Giri Tani memiliki konsumen yang kuat dalam aktivitas ekonominya, konsumen utama KUD Giri Tani adalah PT Cimory. PT Cimory memiliki loyalitas yang tinggi terhadap KUD Giri Tani. Loyalitas ini ditunjukkan

dengan ditetapkannya KUD Giri Tani sebagai pemasok utama susu kepada KUD Giri Tani, ditambah lagi dengan penawaran harga jual susu yang tinggi. Namun sayangnya ada peternak besar dari KUD Giri Tani yang mengirimkan langsung susunya ke PT Cimory tanpa melalui KUD Giri Tani, dan PT Cimory tidak berusaha untuk menghindari hal ini, malah mendukungnya.

Dokumen terkait