BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman PT Asurans
2. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan (EFAS)
Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari berbagai variable (peluang dan ancaman) yang berada di luar perusahaan atau organisasi dan berada
di luar pengendalian jangka pendek manajemen puncak. Faktor-faktor terkait dengan lingkungan eksternal perusahaan meliputi23:
a) Demografis. Mencakup besarnya polusi, struktur usia, distribusi,
geografis, komposisi etnis, dan distribusi pendapatan.
b) Ekonomi, Mencakup tingkat inflasi, tingkat bunga, defisit atau surplus
neraca perdagangan, defisit atau surplus anggaran, tingkat simpanan pribadi, tingkat simpanan perusahaan dan produk domestic bruto.
c) Politik dan hukum, Mencakup hukum perpajakan, filosofi, hukum
pelatihan tenaga kerja, kebijakan dan filosifi pendidikan.
d) Sosial budaya. Mencakup wanita dalam angkatan kerja, variasi dalam
angkatan kerja, perilaku atas kualitas kerja, pertimbangan mengenai lingkungan, pergeseran dalam prepensi mengenai karakteristik produk dan jasa, gaya hidup.
e) Teknologi. Mencakup inovasi produk, inovasi proses, aplikasi
pengetahuan, fokus pada biaya penelitian pengembangan yang didukung pemerintah maupun swasta, dan teknologi komunikasi baru.
f) Ancaman Masuk Pendatang Baru. Masuknya pendatang baru dalam
industri asuransi syariah membuat tingkat persaingan dalam industri ini semakin ketat.
22
Dengan analisis lingkungan internal dan eksternal tersebut akan dihasilkan empat kemungkinan yakni kekuatan (strengths), peluang
(opportunities), kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
1. Peluang (opportunities)
Suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan utama adalah salah satu dari peluang. Identifikasi dari segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dan keadaan bersaing, peraturan- peraturan dalam perubahan teknologi, serta hubungan pembeli dan pemasok yang dapat diperbaiki dapat menunjukkan peluang bagi perusahaan.
2. Ancaman (threats)
Suatu ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah suatu rintangan-rintangan utama bagi posisi perusahaan sekarang atau yang diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang direfisi atau peraturan baru dapat merupakan ancaman bagi perusahaan.
3. Kekuatan (strenghts)
adalah sumberdaya, keterampilan dan keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan untuk melayani.
4. Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, ketrampilan dan kemauan yang secara serius menghalangi kinerja suatu perusahaan.
Maka dengan analisis lingkungan ini, akan didapat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk menciptakan strategi bersaing PT Asuransi Ramayana,Tbk Unit Syariah dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Kemudian alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) adalah matriks SWOT. Matrik SWOT merupakan alat untuk pencocokan yang sangat penting bagi para manajer, yakni mengembangkan 4 (empat) jenis strategi sebagai berikut24:
24Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), ctk.ke-5, hlm.225
24 IFAS EFAS Strengths (S) Tentukan 5- 10 faktor-faktor yang merupakan kekuatn internal perusahaan. Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor yang merupakan kelemahan Opportunities (0) Tentukan 5- 10 faktor-faktor peluang eksternal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WO Menciptakan strategi untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluanq vanq ada. Threats(T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal Strategi ST
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada. Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Strategi SO (Kekuatan-Peluang): Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan asuransi syariah untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal..
Strategi WO (Kelemahan-Peluang): Memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
Strategi ST (Kekuatan-Ancaman): Menggunakan kekuatan sebuah perusahaan asuransi syariah untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Strategi WT (Kelemahan-Ancaman): Merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
E. Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia
Konsep asuransi sudah dikenal sejak zaman Sebelum Masehi dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan yang terjadi pada zaman Mesir kuno
semasa Raja Fir’aun berkuasa seperti yang terekam dalam al Quran Surah Yusuf ayat 42-49.25
Di Indonesia kegiatan asuransi merupakan kelanjutan asuransi yang ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda26, dimulai sejak terjadinya migrasi usaha ini dari Negeri Belanda yang dibawa oleh para intelektual Negara tersebut ke Indonesia untuk menjamin kehidupan mereka, dalam bentuk maskapai- maskapai seperti N.V. Levensverzekering Maatschappij van de Nederlanden van 1845, N.V. Levensverzekering Maatschappij NILLMIJ van 1859,dan
Onderlinge Levensverzekering Genootschap de Olveh van 1879.27
Sedangkan perkembangan asuransi syariah di Indonesia baru ada pada akhir tahun 1994 yaitu dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994 dengan diresmikannya PT. Asuransi Takaful Keluarga yang melayani asuransi jiwa (life) melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-385/KMK.017/1994.28 Setahun kemudian yaitu pada tahun 1995 beroperasilah Asuransi Takaful Umum yang melayani asuransi
25AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), eds.ke-1, ctk.ke-1, hlm. 65.
26 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), eds.ke-6, ctk. Ke-8, hlm. 277.
27AM. Hasan Ali, op.cit., hlm. 74. 28Ibid., hlm.76.
26
umum (general).29 Hingga saat ini perkembangan asuransi syariah sudah berkembang luas bahkan asuransi bukan syariah membuka layanan unit usaha syariah.
Masa depan asuransi syariah di Indonesia masih terbuka lebar. Penduduk Indonesia dimana mayoritas adalah muslim, kemudian pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan berkembangnya perekonomian kelas menengah merupakan pertanda baik untuk perkembangan industri asuransi syariah.
Perkembangan perasuransian syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik, hal ini dapat kita lihat dari pertumbuhan asetnya yang semakin meningkat. Yakni diketahui tahun 2011 aset perasuransian syariah di Indonesia senilai 9,15 Triliun Rupiah, meningkat menjadi 13,24 Triliun Rupiah pada tahun 2012, kemudian pada triwulan III 2014 semakin meningkat dengan nilai asset 20,77 Triliun Rupiah.30
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan asuransi syariah pada tahun 2014 mencapai 45%, dari tahun sebelumnya 2013 yang hanya di angka 25%. Pasalnya, berdasarkan data OJK di awal Maret 2013, perusahaan asuransi bertambah dari 45 perusahaan dengan jumlah aset Rp 13,239 triliun. Sementara akhir 2013 bertambah menjadi 49 perusahaan dengan aset mencapai
29Karnoto Mohamad, Peran dan Prospek Asuransi Takaful di Indonesia, dalam InfoBank, edisi Khusus, Jakarta 2007, hlm.99.
30Moch. Muchlasin, “Arah Kebijakan Pengembangan Asuransi Syariah di Indonesia”, pada Konsinyering Dewan Pengawas Syariah di Grand Alia, Jakarta 24 November 2014, Slide ke-10 Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Rp 16,661 triliun dengan pertumbuhan 25,85%. Sementara, asuransi jiwa yang berjumlah 20 dengan aset Rp 10 triliun, dengan peningkatan Rp 12,79 triliun atau tumbuh 27,72%. Untuk asuransi umum dan kerugian yang awalnya berjumlah 22 dengan aset Rp 2,6 triliun bertambah empat menjadi 26 perusahaan dengan aset akhir tahun 3,13 triliun atau meningkat 19%. Selain itu OJK mengungkapkan, perusahaan reasuransi hanya berjumlah tiga dengan pertumbuhan aset dari Rp 592 miliar menjadi Rp 738 miliar atau tumbuh 24,6%. Secara khusus aset perusahaan asuransi jiwa meningkat 25,4% dari Rp 13,213 triliun menjadi Rp 16,564 triliun. Premi bruto dari Rp 8,8 triliun meningkat 24,9% dari Rp 7,1 triliun.31
Tabel 2.1. Jumlah Perusahaan Syariah dan Unit Syariah di Indonesia32 No Takaful/Retakaful 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 2 2 2 3 3 3 3 2 Perusahaan Asuransi Umum Syariah 1 1 1 2 2 2 2
3 Unit Asuransi Jiwa Syariah
12 13 17 17 17 17 17
4 Unit Asuransi Umum Syariah 19 19 19 20 18 20 24 5 Perusahaan Reasuransi Syariah / Unit Reasuransi Syariah 3 3 3 3 3 3 3 Total 37 38 42 45 43 45 49
Sumber: Data AAJI, OJK.
31http://radarpena.com/read/2014/04/10/10743/18/1/Pertumbuhan-Asuransi-Syariah-Mencapai- Puncaknya-#sthash.dBvrJ2ia.dpuf, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
32Taufik Marjuniadi, Operational PT Asuransi Jaya Proteksi Takaful, pada Praktikum Jurusan Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum bersama PT Asuransi Jaya Proteksi Takaful, 27 Oktober 2014, Slide ke 7.
28
Gambar 2.1. Perkembangan Entitas Asuransi Syariah33
Sumber: eks Bapepam-LK & OJK
Dari gambar di atas, Selama 2000-Agust 2014, asuransi syariah meningkat dari 3 pelaku (1 full Asuransi Jiwa, 1 full Asuransi Umum dan 1 UUS Asuransi Umum) menjadi 48 pelaku (3 full Asuransi Jiwa, 17 UUS Asuransi Jiwa, 2 full Asuransi Umum, 23 UUS Asuransi Umum, dan 3 UUS Reasuransi).
Perkembangan perusahaan perasuransian syariah dalam periode laporan mengalami peningkatan. Pada triwulan I tahun 2014 terlihat peningkatan nilai asset dan investasi masing-masing sebesar 4,47% menjadi Rp16,66 triliun dan 7,32% menjadi Rp14,30 triliun. Namun di sisi lain, nilai kewajiban, kontribusi bruto dan klaim bruto mengalami peningkatan masing-masing 31,84% menjadi Rp5,51 triliun; 34,80% menjadi Rp8,88 triliun dan 40,44% menjadi Rp2,52 triliun.34
33Moch. Muchlasin, op.cit. slide ke-11.
Tabel 2.2. Indikator Perusahaan Perasuransian Syariah (dalam triliun rupiah)
No Jenis Indikator TW IV 2013¹ TW I 2014²
1 Total Aset
Asuransi Jiwa Syariah 12,15 12,79
Asuransi Umum Syariah dan Reasuransi Syariah
3,80 3,87
Jumlah 15,95 16,66
2 Total Investasi
Asuransi Jiwa Syariah 10,66 11,54
Asuransi Kerugian dan Reasuransi Syariah
2,67 2,76
Jumlah 13,33 14,30
3 Kontribusi Bruto
Asuransi Jiwa Syariah 5,24 7,16
Asuransi Umum dan Reasuransi Syariah
1,35 1,72
Jumlah 6,59 8,88
4 Klaim Bruto
Asuransi Jiwa Syariah 1,18 1,67
Asuransi Umum dan Reasuransi Syariah
0,61 0,85
Jumlah 1,99 2,52
5 Kewajiban
Asuransi Jiwa Syariah 2,11 3,51
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah
2,07 2,00
Jumlah 4,18 5,51
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Keterangan:
1) Triwulan IV – 2013, per 30 September 2013 2) Triwulan I – 2014, per 31 Desember 2013
Dan pada laporan Financial Highligths IKNB (Institusi Keuangan Non-
Bank) Syariah data per September 2014 menunjukkan jumlah aset Perusahaan
30
sebesar 16.566,85 Triliun Rupiah, aset Asuransi Umum sebesar 3.314,87 Triliun Rupiah, dan aset Reasuransi 805,52 Triliun Rupiah.35
Kemudian berdasarkan data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) pada akhir 2014 diperkirakan terjadi penurunan 40%. Kontribusi asuransi jiwa syariah pada triwulan II 2014 sebesar Rp 3.810 miliar, asuransi umum dan reasuransi syariah Rp 679.79 miliar. Dengan total asuransi dan reasuransi syariah sebesar Rp 4,479.98 miliar. Dari sisi klaim pada asuransi jiwa syariah pada triwulan 2014 sebesar Rp 1,020.57 miliar, lalu asuransi umum dan reasuransi syariah sebesar Rp 389.09 miliar. Total asuransi dan reasuransi syariah mencapai Rp 1,409.66 Diperkirakan 2015, pasar syariah internasional mencapai US$ 20-21 miliar.36
Tabel 2.3.
Sumber: AASI
35
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), “Perkembangan IKNB Syariah”, pada Konsinyering Dewan Pengawas Syariah di Grand Alia, Jakarta 24 November 2014, Slide ke-3.
36http://www.varia.id/2014/11/30/asuransi-syariah-gamang-di-tengah- persaingan/#ixzz3OBhg2qG0, diakses pada tanggal 05 Januari 2015.
F. ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015
1. Kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Sebelum ASEAN didirikan, berbagai konflik pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara, menyadari hal tersebut perlu dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan kawasan.
Untuk merealisasikan hal tersebut, maka pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok ditandatangani Deklarasi ASEAN atau dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi tersebut menandai berdirinya perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN).
Adapun prinsip utama dalam kerjasama ASEAN, seperti yang terdapat dalam Treaty of Amity and Cooperation in SouthEast Asia (TAC) pada tahun 1976 yaitu saling menghormati, kedaulatan dan kebebasan domestic tanpa adanya campur tangan dari luar, non interference, penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara damai, menghindari ancaman dari penggunaan kekuatan/senjata, dan kerjasama efektif antara anggota.37
Pada tahun 1997 tepatnya dalam ASEAN Summit yang diadakan di Kuala Lumpur, para kepala negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang merata. Dari sinilah muncul ide pembentukan Komunitas ASEAN yang memiliki tiga pilar utama, yaitu: (1) ASEAN Security Community, (2)
32
ASEAN Economic Community, (3) ASEAN Socio-Cultural Community.
Komunitas ini pada awalnya akan diterapkan secara penuh pada tahun 2020, namun untuk ASEAN Economic Community (AEC) dipercepat menjadi tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan dari pemimpin negara-negara anggota ASEAN. Hal ini pun juga disesuaikan dengan perkembangan globalisasi internasional yang menuntut ASEAN untuk lebih kompetitif lagi.38 Dimana perwujudannya diarahkan pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint.39
AEC Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara Anggota
ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015. AEC Blueprint memuat empat pilar utama yaitu : (1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse; (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara-negara CLMV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen
38Triansyah Djani D., ASEAN Selayang Pandang. (Jakarta: Dir. Jen. Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 2007), hlm.32.
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.40
Sebagai bagian dari salah satu pilar komunitas ini, AEC sendiri merupakan pondasi yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota, serta dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di ASEAN kearah yang lebih signifikan.
2. Keterbukaan Sektor Jasa Perasuransian Indonesia di ASEAN
Berdasarkan Analisis keterbukaan sektor perasuransian yang dilakukan oleh Sigit Setiawan (2012) yang disusun dengan menggunakan metode
Claessens dan Glaessner (1998) dalam kajian berjudul “Internationalization Of Financial Services In Asia”, keterbukaan sektor jasa perasuransian Indonesia memiliki komitmen sektor asuransi yang cukup terbuka dan berada dalam peringkat kedua berdasarkan tingkat komitmen yang diberikan.
Tabel 2.4. Tingkat Keterbukaan Sektor Perasuransian Negara-Negara Utama ASEAN Tahun 2012
No Negara Rank Thn Sebelumnya Rank Thn.2012 Indeks Keterbukaan Sektor Kategori 1 Singapura 1 1 4.4 Tinggi 2 Indonesia 3 2 3.2 Menengah 3 Filipina 2 3 3.1 Menengah 4 Thailand 4 4 2.8 Rendah 5 Malaysia 5 5 2.2 Rendah
Sumber: Sigit Setiawan (2012)
40 Ibid., hlm.9
34
Dari hasil asesmen tersebut, negara yang memiliki nilai indeks keterbukaan sektoral yang tinggi dapat dikatakan memiliki tingkat komitmen sektoral yang tinggi, sedangkan negara dengan nilai indeks keterbukaan sektoral rendah berarti memiliki tingkat komitmen sektoral yang rendah. Tingkat komitmen sektoral yang tinggi mencerminkan sektor tersebut bersifat relatif terbuka dari unsur-unsur pembatasan melalui regulasi, dan tingkat komitmen sektoral yang rendah merefleksikan sektor tersebut cenderung bersifat tertutup/terbatas/restriktif melalui pemberlakuan regulasi pembatasan.
Pemberian nilai indeks sektoral suatu negara ditetapkan berdasarkan tiga kriteria regulasi pembatasan yaitu regulasi mengenai : 1) pendirian perusahaan dan kepemilikan; 2) aktivitas usaha; dan 3) status domisili di suatu negara. Indeks bernilai antara 1 hingga 5 dengan nilai indeks 5 untuk yang paling terbuka dan nilai indeks 1 untuk yang paling tertutup. 41
Indonesia memiliki komitmen sektor asuransi yang cukup terbuka dan berada dalam peringkat kedua berdasarkan tingkat komitmen yang diberikan. Posisi Indonesia berada satu tingkat di bawah Singapura yang menduduki peringkat pertama. Meskipun data merupakan data tahun 2012, namun cukup untuk menggambarkan sektor keterbukaan industri perasuransian Indonesia yang cukup terbuka. Hal ini menjadi gambaran peluang industri perasuransian Indonesia diantara negara-negara anggota di ASEAN.
41Sigit Setiawan, Analisis Keterbukaan dan Daya Saing Sektor Perasuransian Indonesia di ASEAN, Policy Paper No. 1/2012 Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral-BKF, hlm.7.
35 A. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi kerugian syariah, yaitu PT Asuransi Ramayana, Tbk Unit Syariah yang terletak di Komplek Royal Palace Blok A / No.21-22, Jl. Prof Dr. Soepomo No. 178A, Tebet, Jakarta Selatan 12870, Telp. (021) 83797683, Fax. (021) 83797685 – Website. www.ramayanains.com. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015.
2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk menciptakan strategi bersaing khususnya strategi bersaing pada pemasaran produk asuransi kerugian PT Asuransi Ramayana, Tbk Unit Syariah dalam menghadapi persaingan pada ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
B. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut :
36
a) Kekuatan
Merupakan kekuatan internal perusahaan yang memberikan suatu keunggulan kompetitif dan kemampuan kepada perusahaan untuk dapat mempertahankan posisinya dengan melakukan aktivitas pada tingkat yang sama.
b) Kelemahan
Adalah sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya, sementara para pesaing memiliki kapasitas tersebut
c) Peluang
Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. d) Ancaman
Adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam organisasi, dan merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan. e) Strategi Bersaing
Merupakan rencana mengenai bagaimana bisnis akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.42
42Michael E. Porter, Strategi Bersaing, Teknik menganalisis Industri dan Pesaing, (Jakarta: Erlangga,2001), hlm.xv.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif. Dimana data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti. Dan penelitian deskriptif, yakni Jenis penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi, tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Tujuan dari menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan.43
Kemudian data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer adalah data utama, yakni data yang diambil langsung dari perusahaan (tidak melalui media perantara) berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang didapat dari buku-buku, koran, majalah, internet, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi tentang masalah yang dibahas.44 Sumber data diperoleh dan
43 Sevila Conseulo, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), hlm. 71.
38
diproses secara langsung dari PT Asuransi Ramayana, Tbk Unit Syariah seperti gambaran umum objek penelitian, struktur organisasi, visi dan misi perusahaan, jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu:
a. Studi Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.45
b. Observasi merupakan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.46 Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian yaitu PT Asuransi Ramayan,Tbk Unit Syariah.
c. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden, yakni dengan mengadakan tanya jawab sesuai dengan data-data yang diperlukan dalam
45Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hlm. 158. 46Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) Cetakan ke-3, hlm.131.
memecahkan masalah yang akan dibahas.47 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara pada bagian pemasaran dan kepala unit syariah PT Asuransi Ramayan,Tbk.
E. Metode Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dari hasil wawancara. Metode analisis data yang digunakan penulis yaitu:
1. Metode analisis deskriptif, yaitu metode untuk memberikan pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan dengan tujuan memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual, akurat mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi asuransi syariah di Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic
Community 2015.48
2. Metode Kualitatif
Merupakan cara yang digunakan untuk meneliti pada obyek alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
3. Matriks SWOT
Menurut Pearce dan Robinson analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk menidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan
47Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1987), hlm.192.
48Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, cet.IV. (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm. 39
40
kecocokan paling baik49. Dengan analisis lingkungan ini, maka akan
didapatkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk menciptakan strategi bersaing PT Asuransi Ramayana,Tbk Unit Syariah dalam menghadapi
ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Tabel 3.1. Matriks SWOT50 IFAS EFAS Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor yang merupakan kekuatan internal perusahaan. Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor yang merupakan kelemahan Opportunities (0) Tentukan 5- 10 faktor-faktor peluang eksternal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WO
Menciptakan strategi untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang vanq ada. Threats(T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal Strategi ST
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada.
Strategi WT
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Matriks SWOT merupakan alat untuk pencocokan yang sangat penting bagi para manajer, yakni mengembangkan 4 (empat) jenis strategi51:
49Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,
Manajemen Strategis Perpektif Syaria, (Jakarta : Khairul Bayan, 2003), hlm.33
50 Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm.83
51Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), ctk.ke-5, hlm.225
Strategi SO (Kekuatan-Peluang): Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan asuransi syariah untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
Strategi WO (Kelemahan-Peluang): Memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
Strategi ST (Kekuatan-Ancaman): Menggunakan kekuatan sebuah perusahaan asuransi syariah untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Strategi WT (Kelemahan-Ancaman): Merupakan taktif defnesif yang