• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal mencangkup pemahaman berbagai faktor yang berasal dari dalam organisasi berupa kekuatan dan kelemahan bagi organisasi. Terdapat delapan faktor internalyang mendukung optimalisasi pemberian TPP berbasis kinerja pada Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Sulawesi Barat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strenghts)

1) Manajemen kepegawaian berbasis kinerja

Adalah proses di bidang kepegawaian yang mencakup kegiatan-kegiatan penilaian kinerja, rotasi dan promosi, serta kediklatan yang berdasarkan kinerja PNS, bukan subjektivitas atasan.

2) Sasaran kinerja pegawai (SKP)

Setiap Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, khususnya Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi wajib menyusun SKP sesuai rencana kerja tahunan instansi, sesuai Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010. SKP terdiri dari kegiatan tugas jabatan dan target yg harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai, bila tidak disetujui maka keputusan diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final. Ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari meliputi aspek penilaian yaitu kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dan target, bila realisasi lebih dari target maka SKP capaiannya dapat lebih dari 100%.

3) Kewenangan atasan langsung sebagai pejabat penilai

Sesuai Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010, atasan langsung sebagai pejabat penilai memiliki kewenangan menilai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh PNS yang dibawahinya.

4) SDM yang berkualitas

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan organisasi. SDM berkontribusi pada proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Berdasarkan data, Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat bukan saja didominasi semata-mata oleh PNS golongan III, tetapi dari sisi latar belakang pendidikan pun mereka adalah SDM yang berpendidikan minimal pada jenjang SLTA, dan mayoritas pada jenjang pendidikan sarjana, artinya SDM yang tersedia

sangat berpotensi untuk menunjang upaya optimalisasi pemberian TPP berbasis kinerja pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

5) Sarana dan prasarana yang memadai

Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat telah memiliki sarana dan prasarana kerja yang telah memadai bahkan untuk PC/Laptop lebih dari cukup jika dibandingkan dengan jumlah PNS yang ada. Begitupun dengan jumlah motor lebih dari cukup jika dibandingkan dengan jumlah Sub Bagian sebanyak 12. Hal ini memberikan gambaran tidak saja kepada masyarakat tetapi juga stakeholder lainnya tentang kesiapan dalam

melaksanakan tugas dari perspektif ketersediaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor kekuatan yang dibutuhkan untuk menunjang upaya optimalisasi pemberian TPP berbasis kinerja pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat agar dapat terlaksana secara efisien dan efektif.

b. Kelemahan (Weaknesses)

1) Pengawasan dan sistem pengendalian internal

Pengawasan dan sistem pengendalian internal merupakan fungsi penilaian dan pengawasan yang dibentuk dalam organisasi yang akan bekerja mengidentifikasi dan mengukur secara objektif dan independen mengenai keselarasan antara pelaksanaan aktivitas dengan rencana, kebijakan, berbagai peraturan dan ketentuan, serta sistem pencatatan dan pelaporan. Proses internal audit bertujuan memastikan kehandalan sistem pengendalian internal organisasi. Melalui fungsi penilaian dan pengawasannya, Internal Auditor atau SPI memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi. Mereka diharapkan mampu memberikan umpan balik dan menjaga arah organisasi dalam upaya mencapai visi, misi dan tujuan strategisnya. SPI pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat masih menjadi faktor kelemahan karena belum berjalan sebagaimana mestinya ditandai dengan sifat permisif dari atasan langsung terhadap PNS yang tidak disiplin dan kinerjanya tidak optimal.

2) Rendahnya motivasi kerja

Motivasi kerja merupakan stimulus atau rangsangan bagi setiap PNS untuk bekerja dan menghasilkan karya lebih baik. Dengan motivasi yang tinggi, PNS lebih bersemangat dan bergairah dalam bekerja. Namun, tak dapat dipungkiri pada kenyataannya banyak PNS pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki motivasi rendah atau menurun, danperlu diberikan motivasi oleh unsur pimpinan, sehingga PNS akan memberikan timbal balik berupa pengaruh positif pada kinerja karyawan itu sendiri. Hal tersebut akan memberikan dampak positif juga terhadap organisasi.

3) Nominal TPP yang relatif rendah

Walau bukan tujuan utama, nominal TPP yang relatif rendah seringkali dijadikan sebagai alasan bagi PNS untuk memiliki kecenderungan tidak disiplin dan berkinerja tidak optimal. Bila nominal TPP yang diterima relatif kecil, bisa dipastikan motivasi kerja juga rendah. Karena tak dapat

dipungkiri para PNS bisa bekerja giat dan penuh semangat, jika hasil kerjanya dihargai dengan penghasilan yang sesuai.

Tabel 18. Identifikasi faktor strategis internal Biro Keuangan Setda Provinsi Sulawesi Barat

Faktor internal

No. Strenghts (Kekuatan) No. Weaknesses (Kelemahan)

S1 Manajemen kepegawaian berbasis kinerja

W1 Pengawasan dan sistem pengendalian internal S2 Sasaran kinerja pegawai W2 Rendahnya motivasi kerja S3 Kewenangan atasan langsung

sebagai pejabat penilai W3 Nominal TPP yang relatif rendah S4 SDM yang berkualitas

S5 Sarana dan prasarana yang memadai

Dari hasil identifikasi lingkungan strategis internal Biro Keuangan telah diperoleh lima faktor kekuatan dan tiga faktor kelemahan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan, dan kelemahan organisasi ini, kemudian dicoba untuk dianalisis antara satu faktor dengan faktor lainya, dengan melakukan komparasi antar faktor. Misalnya faktor kekuatan a dibandingkan dengan faktor kekuatan b, faktor mana yang lebih urgen. Demikian pula faktor kekuatan a dengan faktor kekuatan c, faktor kekuatan a dengan faktor kekuatan d dan seterusnya. Suatu faktor disebut penting terhadap pencapaian tujuan apabila memiliki nilai lebih dari faktor yang lain. Sejauh mana pentingnya faktor yang teridentifikasi ditindaklanjuti dengan melakukan komparasi antar faktor sebagaimana Tabel 19.

Tabel 19. Komparasi urgensi faktor internal

No Faktor Internal a b c d e f g h NF BF %

a Manajemen kepegawaian berbasis kinerja

a a a a f a h 5 17.86%

b Sasaran kinerja pegawai a b d b f b b 4 14.29%

c Kewenangan atasan langsung sebagai

pejabat penilai a b d c f g h 1 3.57%

d SDM yang berkualitas a d d d f g h 3 10.71%

e Sarana dan prasarana yang memadai a b c d f e h 1 3.57% f Pengawasan dan sistem pengendalian

internal f f f f f f f 7 25.00%

g Rendahnya motivasi kerja a b g g e f h 2 7.14%

h Nominal TPP yang relatif rendah h b h h h f h 5 17.86%

JUMLAH 5 4 1 3 1 7 2 5 28 100.00%

Dari hasil forum diskusi (FGD) yang dilakukan oleh unsur pemangku kepentingan manajerial pada Biro Keuangan yang melakukan pembandingan masing-

masing faktor lingkungan internal, diperoleh nilai urgensi tiap faktor (NF) dimana faktor internal: pengawasan dan sistem pengendalian internal (SPI) merupakan faktor yang memiliki nilai urgensi paling tinggi, dengan nilai urgensi faktor sebesar 7, dan nilai urgensi kedua terbesar adalah manajemen kepegawaian berbasis kinerja; dan nominal TPP yang relatif rendah, dengan masing-masing nilai urgensi faktor sebesar 5. Sedangkan faktor dengan nilai urgensi terendah/terkecil adalah sarana dan prasarana yang memadai; dan kewenangan atasan langsung sebagai pejabat penilai, dengan nilai urgensi masing-masing faktor sebesar 1. Faktor yang paling menentukan dari antara tujuh faktor internal yang teridentifikasi adalah faktor pengawasan dan SPI. Faktor pengawasan dan SPI sebagai faktor yang paling menentukan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap upaya optimalisasi pemberian TPP berbasis kinerja pada Biro Keuangan. Faktor sarana dan prasarana yang memadai; dan kewenangan atasan langsung sebagai pejabat penilai, bukanlah faktor yang menjadi kebutuhan atau setidaknya faktor tersebut sangat kecil/rendah pengaruhnya dalam mencapai tujuan jika dibandingkan dengan faktor internal lainnya.

Hasil NF dari setiap faktor akan menghasilkan bobot faktor (BF). Untuk mendapatkan bobot faktor, nilai urgensi tiap faktor dijumlahkan terlebih dahulu. Bobot masing-masing faktor dihitung dengan rumus :

BF = Total Nilai FaktorNilai Faktor x 100 %

Sebagai contoh, hasil NF dari faktor pengawasan dan sistem pengendalian internal, dengan nilai urgensi faktor sebesar 7 akan menghasilkan bobot faktor:

BF = 287 x 100 % = 25.00%

Jadi faktor pengawasan dan sistem pengendalian internal, dengan nilai urgensi faktor sebesar 7 akan memiliki bobot faktor sebesar 25.00%.

Dari tabel 19, terlihat bahwa bobot faktor (BF) untuk faktor internal: pengawasan dan sistem pengendalian internal merupakan faktor yang memiliki bobot faktor paling tinggi, dengan bobot faktor sebesar 25.00%, dan bobot faktor faktor terendah/terkecil adalah faktor sarana dan prasarana yang memadai; dan kewenangan atasan langsung sebagai pejabat penilai, dengan masing-masing bobot faktor sebesar 3.57%. Faktor yang memiliki nilai urgensi faktor paling tinggi atau paling rendah, faktor tersebut juga akan memiliki bobot faktor paling tinggi atau paling rendah dibandingkan dengan faktor internal lainnya.

Selesai dengan komparasi urgensi faktor internal, tahap selanjutnya adalah mengulangi langkah-langkah dan melakukan proses seperti yang dilakukan diatas terhadap faktor eksternal.

Dokumen terkait