• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA IDIOM DITINJAU DARI PENGGUNAAN MAJAS BERDASARKAN BUKU SENRYU, HAIKU REFLECTIONS OF THE

TIMES

Melalui analisis terhadap makna idiom berdasarkan majas atau gaya bahas yang digunakan pada buku Senryu, Haiku Reflections of the times, maka penulis menguraikannya sebagai berikut :

SHROTT, Hal 19) Kaze dake ni tayoru souri to koinobori

Idiom kaze dake ni tayoru souri to koinobori atau seperti perdana menteri dan ikan gurame memiliki makna bahwa perdana menteri sering diumpamakan seperti gambar ikan gurame yang ditiup angin ketika di pasang pada pesta koinobori. Hal ini merujuk bahwa angin opini publik, trend yang digemari dan sebagainya yang merupakan kekuatan dari luar sering mendikte

tindakan perdana menteri dalam melakukan atau memutuskan segala sesuatu dibanding dengan keinginannya sendiri sehingga memiliki kecenderungan bahwa ia melakukannya untuk menyenangkan orang banyak. Makna idiom ini dapat ditinjau dari dua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut maka idiom di atas menggunakan majas perumpamaan.

犠牲者が (SHROTT, Hal 47)

Geiseisha ga dete daijin no herumetto

Idiom daijin no herumetto pada kalimat di atas atau helm menteri kabinet merupakan benda yang berfungsi untuk melindungi kepala diumpamakan sebagai tindakan memberi pertolongan yang dilakukan oleh menteri kanbinet. Hal ini juga merujuk pada makna walaupun bencana buatan manusia dan alam sering terjadi, pemerintah sepertinya bertindak hanya jika ada korban jiwa. Ada yang bertanya apa yang mereka lakukan dalam waktu itu? Kenapa tidak bertindak sebelum jatuh korban? Makna idiom di atas ditinjau dari dua unsur pembentuk kata yaitu daijin

no herumetto. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan

majas perumpamaan.

(SHROTT, Hal 46)

E-nikki ni oni no kao shita kasai-ryuu

Idiom oni no kao shita kasai-ryuu atau wajah iblis dalam lava yang mengalir di atas memiliki makna bahwa lava panas yang dapat menghanguskan apapun yang dilaluinya yang mengalir dari letusan gunung berapi dibandingkan dengan wajah iblis atau setan yang menakutkan dan menyeramkan. Baik lava maupun setan merupakan dua hal yang sama-sama menakutkan. Hal ini menggambarkan sebuah gunung berapi yang meletus di Unzen di semenanjung Shimabara di Kyushu. Peristiwa ini menelan banyak korban jiwa dan rumah yang rusak. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas metafora.

(SHROTT, Hal 49) Ko o hashi ni yokin o naka ni neru fuufu

Idiom ko o hashi ni yokin o naka atau anak di pinggir tabungan di tengah pada kalimat di atas membandingkan anak dengan tabungan. Anak yang merupakan harta paling berharga yang tidak dapat ditukar oleh apapun dibandingkan dengan uang tabungan yang harganya tidak sebanding dengan seorang anak, namun sudah menggantikan keberadaan seorang anak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menggambarkan anak-anak sekarang kurang mendapat perhatian orang tua mereka. Ketika anak-anak semakin besar, bagi orang tua mereka menabung menjadi lebih penting daripada memperhatikan anak-anak. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas metafora.

(SHROTT, Hal 108) Osoroshii terebi ge-mu ga hajimatta

Idiom osoroshii terebi ge-mu atau permainan TV yang menakutkan pada kalimat di atas memiliki makna bahwa Perang Teluk dibandingkan seperti sebuah permainan televisi yang menakutkan. Hal ini merujuk kepada Perang Teluk antara Amerika dan Irak seperti sebuah permainan yang menggunakan senjata dan bom teknologi tinggi. Padahal begitu banyak korban jiwa yang diakibatkan, namun dianggap seperti sebuah permainan atau game di TV bagi kedua negara yang sedang berperang. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas metafora.

SHROTT, Hal 41) Nici-gin o horeba dete-kuru nise kinka

Idiom nichigin o horeba atau menggali bank Jepang pada kalimat di atas memiliki makna yang melebihkan dari kenyataan yang sebenarnya. Hal ini merujuk pada makna jika kita pergi ke bank Jepang akan banyak didapati koin emas tiruan ¥ 100.000. Pada peringatan 60 tahun pemerintahan Showa, satu koin emas ¥ 100.000 dicetak oleh bank Jepang. Banyak tiruan yang dibuat, pemalsu yang tidak pernah ditangkap serta menukar koin-koin palsu di bank Jepang dengan uang tunai. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari dua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas hiperbola.

済大国 SHROTT, Hal 43

Keizai taikoku mizu wa ten kara morai mizu

Idiom mizu wa ten kara atau air dari surga pada kalimat di atas memiliki makna yang melebihkan dari kenyataan yang sebenarnya, yaitu bahwa karena sangat panasnya sehingga dibutuhkan air dari surga. Pada tahun 1990, Jepang mengalami musim panas yang kering yang tidak biasa. Idiom tersebut menggambarkan bahwa karena musim panas yang sangat kering, maka dibutuhkan air dari surga untuk menyejukkan musim panas yang kering. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari dua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas hiperbola.

孤児が来る SHROTT, Hal 40)

Hari no nai tokei o motte koji ga kuru

Idiom Hari no nai tokei o motte atau membawa jam yang tidak ada jarumnya memiliki makna yang bertentangan dengan yang seharusnya. Biasanya jam digunakan di tangan, tetapi pada hal ini jam digunakan atau dikalungkan di leher. Hal ini merujuk pada masa ketika Jepang mengalahkan Cina pada Perang Dunia II, banyak anak-anak Jepang tertinggal atau terlupakan. Empat puluh lima tahun kemudian China mengizinkan orang-orang tersebut kembali ke Jepang. Tetapi mereka dijuluki ”yatim piatu Cina”. Mereka sepertinya terjebak dalam lingkaran waktu. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas paradoks.

の辞職

SHROTT, Hal 18) Daigishi no jishoku bidan to machigaeru

Idiom atau ungkapan di atas memiliki makna bahwa pengunduran diri seorang politikus disalahartikan sebagai suatu kehormatan. Penggunaan kata yang bertentangan dengan makna yang sebenarnya. Adalah tidak biasa jika para politikus mengundurkan diri secara sukarela bahkan setelah tertangkap dalam suatu skandal. Jadi, adalah suatu kebahagiaan bagi orang yang menginginkan pengunduran diri seorang politikus karena skandal yang telah dilakukannya. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari semua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas paradoks.

米国が SHROTT, Hal 34

Pada idiom tanin no kome mo kuu atau makan beras orang lain juga mengandung makna yang merupakan suatu sindiran. Makananya merujuk pada petani beras Amerika yang didukung oleh pemerintah Amerika mencoba melonggarkan peraturan impor beras Jepang. Idiom tanin no kome mo kuu atau memakan beras orang lain memiliki makna bahwa meninggalkan keluarga dan pilih jalan sendiri. Dengan kata lain agar Amerika tidak hanya mengimpor beras dari Jepang saja tapi dari negara lain juga. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas ironi.

(SHROTT, Hal 14)

Idiom hisho ga katte ni tatemashita atau sekretaris yang membangun dapur memiliki makna bahwa seorang sekretaris yang biasanya kerja di kantor, tetapi justru membangun bangunan yang bukan merupakan pekerjaannya. Idiom ini merupakan sindiran dari pekerjaan sekretaris yaang seharusnya. Hal ini juga merujuk kepada para koruptor politik dapat bebas dari hukuman karena pengorbanan seorang sekretaris. Hal ini biasa terjadi di kalangan para koruptor Politik di Jepang, sehingga tidak jarang seorang sekretarislah yang menanggung perbuatan atasannya. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas ironi.

(SHROTT, Hal 66) Pachinko ga oya o saratte ko o suteru

Pada idiom ko o saratte atau melemparkan anak pada kalimat di atas memiliki makna jika seorang anak dilemparkan maka akan mati. Hal ini menunjukkan pada kondisi bahwa kematian anak dari kesia-siaan disebabkan orang tua menghabiskan waktunya bermain Pachinko. Ini merupakan hal yang

sangat ironis karena keberadaan seorang anak yang tidak dapat digantikan olah apapun dapat digantikan oleh permainan Pachinko. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari dua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas ironi.

帰宅した SHROTT, Hal 53)

Jitaku shita otto no kubi tashikameru

Idiom otto no kubi tashikameru atau memastikan leher yang menyebutkan nama sebagian memiliki makna memecat seseorang. Leher merupakan alat yang sangat vital dan jika leher terpotong, maka orang tersebut akan mati. Penggunaan kata leher merupakan penyebutan nama sebagian. Demikianlah digambarkan bagaimana pentingnya pekerjaan bagi seseorang. Demikian halnya jika suami dipecat, maka si istri akan merasa sangat takut dan terkejut karena mereka akan kehilangan mata pencaharian yang menentukan keberlangsungan hidup mereka. Setelah gelombang ekonomi pada awal tahun 90-an, banyak orang yang takut kehilangan pekerjaanya. Makna idiom di atas dapat

ditinjau dari dua unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas sinekdoke.

SHROTT, Hal 56) Kachou no mimi wa sudouri suru ijime

Idiom Kachou no mimi wa sudouri atau telinga kepala sekolah tidak menghiraukan pada kalimat di atas yang menyebutkan nama sebagian memiliki makna bahwa kepala sekolah yang pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi pada muridnya. Hal ini merujuk kepada peristiwa di Aichi, dimana seorang murid tingkat 2 bunuh diri setelah diolok-olok. Walaupun banyak yang mengetahui bahwa olok-olok terus terjadi, tetapi kepala sekolah mengklaim bahwa ia tidak tahu apa-apa. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas sinekdoke.

水俣の終結 (SHROTT, Hal 67)

Minamata no shuuketsu ni nai waraigo

Idiom nai waraigo atau tidak ada wajah yang tersenyum pada kalimat di atas yang menyebutkan nama sebagian memiliki makna tidak ada damai. Ini merujuk kepada peristiwa yang terjadi di Minamata. Tempat dan perumahan desa di Minamata menderita sebagai akibat dari limbah industri setelah beberapa tahun di proses secara hukum. Para korban menerima kompensasi atau keringanan tapi dananya tidak mencukupi. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas sinekdoke.

SHROTT, Hal 79 Nenkin ga oikoshite iku roku - juu - go

Pada idiom nenkin ga oikoshite iku atau uang pensiun bergerak pada kalimat di atas memiliki makna uang pensiun sangat sulit diperoleh. Di Jepang bila manusia hidup lebih lama, dan ketika usia dimana manusia bisa menerima pensiun pada usia 65 tahun, maka hal itu tidak langsung dilakukan oleh pihak perusahaan tetapi akan ditarik kembali hingga usia mereka 70 tahun. Trend ini sepertinya berlanjut, seolah pensiun itu seperti wortel yang digantung di atas stik yang terletak di atas kepala dan akan sangat sulit untuk meraihnya. Kata uang pensiun bergerak yang adalah benda mati diumpamakan dapat melakukan pekerjaan benda hidup. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas personifikasi.

教科書とコンド一ム同居している (SHROTT, Hal 111)

Idiom atau ungkapan buku pelajaran dan kondom tinggal bersama memiliki makna bahwa karena penyakit AIDS, pendidikan seksual dan iklan iklan penggunaan kondom menjadi perlu. Baik buku pelajaran dan kondom merupakan benda mati, namun digambarkan dapat bertindak seperti benda hidup. Makna idiom di atas dapat ditinjau dari beberapa unsur pembentuk kata. Berdasarkan analisis tersebut, maka idiom di atas menggunakan majas personifikasi.

BAB IV

Dokumen terkait