• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis yang mendasari kelompok pengajian Majelis Tafsir Al- Qur’an (MTA) di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis yang mendasari kelompok pengajian Majelis Tafsir Al- Qur’an (MTA) di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

menolak Kenduri

Kenduri adalah upacaranya yang dikaitkan dengan tujuh hari kematian, atau empat puluh hari atau seratus hari dan sebagainya, Selamatan tiga hari, lima hari, tujuh hari, dan seterusnya itu adalah sisa-sisa pengaruh budaya animisme, dinamisme, serta peninggalan ajaran Hindu yang sudah begitu berakar dalam masyarakat kita. Karena hal itu ada hubungan dengan ibadah, maka kita harus kembali kepada tuntunan Islam.

Maka menurut kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa Bringin mengapa mereka menolak akan kenduri adalah tidak

adanya sumber rujukan atau perintah yang jelas dari Al-Qur‟an dan Sunnah,

bahkan Rosulullah tidak mengajarkannya. Kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa Bringin menolak kenduri dengan mengambil dasar di dalam al-Qur‟an yaitu surat An-Najm ayat 38-39 dan hadits riwayat Muslim yaitu sebagai berikut:



























“ (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain

apa yang telah diusahakannya,” (QS. An- Najm : 38-39) (Depag RI, 2005:436)

Dalam ayat tersebut bermaksud menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain, Namun maksudnya, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain.

َرْيَخ َّنِإَف ُدْعَب اَّمَأ

ُّرَشَو ٍدَّمَحُم يَدُه يَدُهْلا ُرْيَخَو ِهَّللا ُباَتِك ِثيِدَحْلا

ٌةَلَلاَض ٍةَعْدِب ُّلُكَو اَهُتاَثَدْحُم ِرىُمُلأا

“Amma ba‟du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu „alaihi

wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid‟ah) dan setiap bid‟ah adalah sesat.”(HR. Muslim no. 867)

Maka sebagai umat Islam sikap yang harus diambil adalah menjauhi atau meninggalkan perbuatan yang memang tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah saw dan sekaligus memberikan nasehat dengan cara yang ma'ruf (mauidlah hasanah) jangan menjalankan praktek-praktek yang tidak

dituntunkan oleh Rasulullah saw tersebut. Dan juga kenduri itu adalah tradisi agama pra islam yaitu Hindu dan Budha. Sehingga haram dan bid‟ah untuk

dilakukan karena tidak sesuai dengan tradisi dan ajaran agama Islam.

Majlis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa Bringin juga menganggap

bahwa ritual atau tradisi kenduri yang sudah berlangsung di tengah-tengah masyarakat ini adalah hal yang haram dan bid‟ah untuk dilakukan oleh umat

islam. Lebih baiknya kalau mendoakan orang yang sudah meninggal itu sendiri saja ketika habis melakukan sholat.

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian serta pemahaman yang mengacu pada rumusan masalah, dan pembahasan dan analisis tentang Kenduri dalam perspektif kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa Bringin kec. Bringin, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pandangan kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa

bringin bahwa kegiatan atau ritual yang berlangsung di masyarakat yaitu kenduri adalah hanya tradisi yang dilakukan turun temurun untuk memperingati atau mendoakan orang atau keluarga yang sudah meninggal dan biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan dilanjutkan dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Melaksanakan kenduri adalah amalan yang tidak ada dasarnya dalam Al-qur‟an dan Sunnah bahkan Rosulullah tidak pernah mengajarkannya. Dan di masyarakat banyak hal-hal tradisi, kebiasaan yang secara tekstual tidak ada dasarnya tapi dilaksanakan.

Dan kenduri secara fungsi tidak ada karena kenduri yang pahalanya dikirimkan untuk orang yang meninggal. Sedangkan kenduri tidak diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga pahala yang akan dikirimkan kepada orang yang meninggal tidak sampai.

2. Mereka menolak akan kenduri adalah tidak adanya sumber rujukan atau perintah yang jelas dari Al-Qur‟an dan Sunnah, bahkan Rosulullah tidak

mengajarkannya. Mereka mengambil dasar di dalam al-Qur‟an yaitu surat

An-Najm ayat 38-39 dan hadits riwayat Muslim. Maka sebagai umat islam sikap yang harus diambil adalah menjauhi atau meninggalkan perbuatan yang memang tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah saw dan sekaligus memberikan nasehat dengan cara yang ma'ruf (mauidlah hasanah) jangan menjalankan praktek-praktek yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah saw tersebut. Dan juga kenduri itu adalah tradisi agama pra islam yaitu Hindu dan Budha. Sehingga tidak sesuai dengan tradisi dan ajaran agama Islam. Majlis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa bringin juga menganggap bahwa

ritual atau tradisi kenduri yang sudah berlangsung di tengah-tengah masyarakat ini adalah hal yang haram dan bid‟ah untuk dilakukan oleh

umat Islam. Lebih baiknya kalau mendoakan orang yang sudah meninggal itu sendiri saja ketika habis melakukan sholat.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka sekiranya penulis

menyampaikan beberapa saran yang di tujukan kepada kelompok pengajian Majlis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di desa bringin. Hendaknya melihat kenduri

bukan hanya dari sudut pandang syariat saja tapi juga dari sudut pandang sosial juga, karena tradisi kenduri sudah ada sejak turun temurun dan banyak masyarakat melakukanya. Dan juga kelompok pengajian MTA berada di lingkungan masyarakat yang percaya dan meyakini bahwa kenduri itu baik dan berguna untuk mendoakan orang yang sudah meninggal agar arwahnya tenang di akhirat.

Sekiranya saran tersebut yang dapat peneliti sampaikan, semoga dapat berkontribusi buat kemajuan dan pemahaman akan kenduri bagi kelompok pengajian Majlis Tafsir Al-Qur‟an di desa bringin.

C.Penutup

Alhamdulillah saya ucapakan kepada Allah SWT, karena hanya

dengan rahmat serta hidayah Nya, peneliti dapat memulai dan menyelesaikan skripsi ini. Peneliti sadah bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, maka dari itu dimohon agar selalu memberikan kritik dan saran yang membangun.

Ucapkan terima kasih juga saya ucapkan kepada yang terhormat dosen pembimmbing, berkat bimbingannya penyusunan skripsi ini dapat selesai. Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca serta bagi peneliti pribadi. Aminnn