• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Kelompok Pengajian Majelis Tafsir Al- Qur’an (MTA) Di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Terhadap Kenduri

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

B. Pandangan Kelompok Pengajian Majelis Tafsir Al- Qur’an (MTA) Di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Terhadap Kenduri

Pada penelitian ini penulis mengumpulkan beberapa data terkait dengan pandangan kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur‟an (MTA) di

desa Bringin terhadap kenduri. Penulis mengumpulkan data melalui beberapa informan yaitu, Ketua Majlis Tafsir Al-Qur‟an desa Bringin, Ustadz yang

mengajar, dan peserta pengajian Majlis Tafsir Al-Qur‟an desa Bringin.

a. Ketua Majlis Tafsir Al-Qur‟an desa Bringin

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Majlis Tafsir

Al-Qur‟an desa Bringin bapak Suyanto, beliau menjelaskan bahwa:

“Kenduri adalah ritual yang dilakukan untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal dan biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan dilanjutkan dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Saya setelah mengenal MTA tidak melaksanakan kenduri karena kenduri adalah amalan yang tidak ada dasarnya dalam Al-qur‟an dan

Sunnah. Dan di masyarakat banyak hal-hal tradisi, kebiasaan yang secara tekstual tidak ada dasarnya tapi dilaksanakan. Jadi sampai saat

ini saya tidak melaksanakan kenduri, tetapi saya tidak

mengharamkannya.” (wawancara dengan bapak Suyanto pada tanggal

14 Februari 2016)

Dari hasil wawancara dengan bapak Suyanto, dapat penulis simpulkan bahwa, kenduri hanya ritual yang dilakukan untuk mendo‟akan

orang meninggal. Sama seperti pemahaman kebanyakan orang, dan bahwasanya ritual kenduri adalah amalan yang tidak ada dasarnya di dalam Al-Quran.

b. Ustadz yang mengajar

Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz di Majlis Tafsir

Al-Qur‟an desa Bringin bapak Juwair, beliau menjelaskan bahwa:

“Kenduri adalah tradisi yang sudah mengakar di tengh-tengah masyarakat. Kenduri biasanya dilengkapi dengan yasinan yang digunakan untuk memperingati hari kematin seseorang. Orang yang punya hajat biasanya mengundang sanak saudara untuk kenduri yang pahalanya dikirimkan untuk orang yang meninggal. Sedangkan kenduri tidak diajarkan oleh rasulullah. Sehingga pahala yang akan dikirimkan kepada orang yang meninggal tidak sampai.” (wawancara

dengan bapak Juwair pada tanggal 15 Februari 2016)

Dari hasil wawancara dengan bapak Juwair, dapat penulis simpulkan bahwa, kenduri adalah tradisi yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Kenduri biasanya di lengkapi dengan membaca surat yasin (yasinan) yang di gunakan untuk memperingati hari kematian, sedangkan kenduri tidak di ajarkan oleh Rosulullah. Dan berpendapat bahwa pahala yang dikirim kepada orang yang sudah meninggal melalui kenduri tidak akan sampai.

Sejalan dengan apa yang di sampaikan dengan bapak Juwair, bapak Saiful juga berpendapat bahwa kenduri hanya sekedar ritual keagamaan yang telah mengakar di tengah-tengah masyarakat.

“Kenduri hanya ritual yang di lakukan masyarakat dalam mendoakan

orang yang sudah meninggal, padahal itu tidak di ajarkan oleh Rosulullah dan kemungkinan doa – doa yang di kirim kepada orang

yang sudah meninggal tidak akan sampai.” (wawancara dengan bapak

Saiful pada tanggal 15 Februari 2016) c. peserta pengajian Majlis Tafsir Al-Qur‟an

Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta atau jamaah pengajian MTA di Bringin, bahwa kenduri yang di dalamnya merupakan merupakan kalimat yang harus selalu diucapakan sebagai pengingat kepada Allah SWT. Akan tetapi kenduri menurut saya sebagai warga MTA tidak ada tuntunannya. Kenduri adalah tradisi budaya, tetapi tidak ada tuntunannya. Jadi saya meninggalkannya karena itu tidak dicontohkan oleh rasulullah. Bagimu amalanmu bagiku amalanku.

“Tahlil merupakan kalimat yang harus selalu diucapakan sebagai pengingat kepada Allah SWT. Bahkan jika di akhir hayat mampu mengucapkan kalimat tahlil dijamin surga. Akan tetapi kenduri menurut saya sebagai warga MTA tidak ada tuntunannya. Kenduri adalah tradisi budaya, tetapi tidak ada tuntunannya. Jadi saya meninggalkannya karena itu tidak dicontohkan oleh rasulullah.

Bagimu amalanmu bagiku amalanku.” (wawancara dengan bapak Sugiyanto pada tanggal 17 Februari 2016)

Hampir serupa juga di sampaikan oleh ibu Nur Afifah bahwa kenduri yang di dalamnya merupakan amalan – amalan yang melafalkan kaliamat kalimat untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Tetapi di

MTA tidak di ajarkan karena hanya tradisi dan ritual masyarakat saja, tapi

secara umum tidak mengharamkan atau membid‟ahkan ritual kenduri yang sudah menjadi ritual dimasyarakat.

“kenduri merupakan amalan-amalan yang dilakukan masyarakat untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, tapi di MTA tidak diajarkan tentang kenduri karena tidak ada tuntunannya. Saya secara umum tidak menolak atau mengharamkan adanya kenduri dimasyarakat karena sudah menjadi tradisi dan ritual keagamaan di tengah

masyarakat.” (wawancara dengan ibu Nur Afifah pada tanggal 17

Februari 2016)

Lain halnya dengan bapak Rusbandi walaupun dia mengikuti pengajian MTA tapi terkandang masih ikut dalam ritual atau tradisi kenduri yang ada di daerah asalnya. Dengan alasan untuk menjaga hubungannya dengan masyarakat sekitarnya yang notabennya masih ada kenduri, dan berpendapat mungkin saja amalan dan doa-doa yang di lafalkan dalam kenduri dapat sampai kepada keluarganya yang sudah meninggal walaupun di dalam pengajian MTA tidak ada tuntunannya.

“kenduri adalah ritual yang di dalamnya merupakan amalan dan doa -doa yang dilafalkan untuk orang yang sudah meninggal, terkadang saya juga ikut dalam acara kenduri di daerah saya karena saya ingin menjaga saja hubungan saya dengan masyarakat. Karena saya juga hidup di dalam masyarakat, mungkin saja amalan atau do-doa yang di lafalkan itu pahalanya sampai kepada keluarga saya yang sudah meninngal. Walaupun di pengajian MTA tidak ada tuntunannya”

(wawancara dengan bapak Rusbandi pada tanggal 17 Februari 2016)

Dapat dipahami dari hasil wawancara dengan beberapa informan diatas terkait pandang kelompok pengajian Majlis Tafsir Al-Qur‟an di

berlangsung di tengah-tengah masyarakat yang di situ ada amalan dan doa-doa yang bertujuan untuk mendoa-doakan orang yang sudah meninngal. Akan tetapi di dalam pengajian MTA tidak diajarkan dan tidak ada tuntunannya karena Rosulullah tidak pernah mengajarkan tentang kenduri. Walaupun

masih ada peserta atau jama‟ah dari pengajian MTA yang mengikuti tradisi

kenduri itu dengan alasan untuk menjaga hubungan dengan masyarakat karena merasa bahwa mereka hidup di tengah – tengah masyrakat yang percaya dan melakukan ritual kenduri sebagai cara mendoakan orang yang sudah meninggal.

C.Dasar kelompok pengajian Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Desa