• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Tabel 12. Hasil Analisis TLC Scanner Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Metode Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % Pada Panjang Gelombang 254 nm

Subs.Kimia

Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % (10g/100 ml)

Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % (30 g/100 ml)

1 2 1 2

Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel A 1678,2 0,28 200 1636,9 0,28 200 1854,0 0,26 200 1893,5 0,28 200 B 2603,2 0,41 377 2930,6 0,41 375 2069,2 0,40 375 2174,1 0,43 376 C 2646,3 0,54 367 3216,2 0,54 367 2052,6 0,54 200 2289,6 0,57 200

F 494,3 0,23 200

Tabel 13. Hasil Analisis TLC Scanner Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Metode Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % Pada Panjang Gelombang 366 nm

Subs.Kimia

Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % (10g/100 ml)

Maserasi Dengan Pelarut Etanol 96 % (30 g/100 ml)

1 2 1 2

Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel Area Rf

Max Pj.Gel A 3738,5 0,27 391 4368,0 0,27 390 3468,1 0,26 391 3685,4 0,28 390 B 4505,5 0,40 389 5230,7 0,40 390 3648,7 0,41 390 3961,2 0,43 389 C 4418,6 0,54 388 5189,0 0,54 387 3544,6 0,54 388 3716,5 0,57 387

selanjutnya dilakukan uji aktifitas terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans penyebab karies gigi. Selain itu dilakukan juga penentuan senyawa kimia yang terkandung dalam daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan TLC-Scanner. Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dari ekstrak daun jambu biji.

Uji pendahuluan dilakukan sebagai skrining awal untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam masing-masing ekstrak. Dari uji pendahuluan diketahui bahwa semua ekstrak dari masing-masing metode ekstraksi mengandung alkaloida, glikosida, tannin, dan saponin. Uji alkaloida menggunakan pereaksi bouchardat terbentuk endapan coklat.

Uji glikosida dengan pereaksi molish terbentuk cincin ungu pada batas cairan. Uji tannin menggunakan larutan FeCl3 menghasilkan larutan hitam kehijauan dan Uji saponin menggunakan air dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik menghasilkan buih yang tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N.

Berdasarkan hasil uji aktifitas, metode ekstraksi seduhan tidak memiliki aktifitas dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus maupun Streptococcus mutans baik pada konsentrasi 10 % maupun 30 % . Hal ini berdasarkan tidak adanya zona hambat di sekitar paper disc. Hasil uji aktifitas untuk metode Infus 10 %, memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 10 mm untuk Streptococcus mutans dan 8,33 mm untuk Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi

30 %, memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 12 mm untuk Streptococcus mutans dan 10,33 mm untuk Staphylococcus aureus.

Pada ekstrak dengan metode dekokta konsentrasi 10 %, hasil uji aktifitas memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 11,33 mm untuk Streptococcus mutans dan 9 mm untuk Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi 30 % memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 13,33 mm untuk Streptococcus mutans dan 10,67 mm untuk Staphylococcus aureus. Hasil uji aktifitas dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 50 %, pada konsentrasi 10 % memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 10,67 mm untuk Streptococcus mutans dan 8,00 mm untuk Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi 30 % memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 12,67 mm untuk Streptococcus mutans dan 12 mm untuk Staphylococcus aureus. Pada metode maserasi dengan pelarut etanol 96 % memperlihatkan hasil uji aktifitas pada konsentrasi 10 % memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 14 mm untuk Streptococcus mutans dan 12,67 mm untuk Staphylococcus aureus. Pada konsentrasi 30 % memperlihatkan zona hambat dengan diameter sebesar 16 mm untuk Streptococcus mutans dan 13,67 mm untuk Staphylococcus aureus.

Berdasarkan hasil dari uji aktifitas dari masing-masing ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak maserasi dengan pelarut etanol 96 % pada konsentrasi 30 % memiliki aktifitas yang paling besar dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi (Tabel 2 dan 3).

Selanjutnya dilakukan analisis TLC Scanner pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Hasil analisis TLC Scanner pada panjang gelombang 254 nm, ekstrak dengan metode seduhan konsentrasi 10 % diperoleh 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan D dengan luas area yang kecil. Pada konsentrasi 30 % diperoleh 3 substansi kimia yang dilabel A, C dan E (Tabel 4). Pada ekstrak dengan metode infus baik konsentrasi 10 % maupun 30 % terdapat 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan C (Tabel 6), begitupula untuk metode dekokta 10 % dan 30 % (Tabel 8). Pada metode maserasi dengan pelarut etanol 50 % juga memperlihatkan 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan C begitupula pada konsentrasi 30 % (Tabel 10). Untuk ekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96 % pada konsentrasi 10 % memperlihatkan 4 substansi kimia yang dilabel A, B, C dan F, sedangkan pada konsentrasi 30 % memperlihatkan 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan C (Tabel 12).

Pada panjang gelombang 366 nm, untuk metode seduhan konsentrasi 10 % diperoleh 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan C begitu pula pada konsentrasi 30 % (Tabel 5). Hal yang sama diperlihatkan pada ekstrak dengan metode infus (Tabel 7), dekokta (Tabel 9) dan maserasi dengan pelarut etanol 50 % (Tabel 11). Pada ekstrak dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96 % juga memperlihatkan 3

substansi kimia baik konsentrasi 10 % maupun 30 % yang dilabel A, B dan C (Tabel 13).

Berdasarkan hasil dari analisis TLC Scanner, pada panjang gelombang 254 nm diperoleh 3 substansi kimia yang dilabel A, B dan C yang terdapat pada semua ekstrak dari masing-masing metode ekstraksi.

Begitupula pada panjang gelombang 366 nm terdapat 3 substansi kimia yang juga dilabel A, B dan C.

Hasil dari uji aktifitas menunjukkan bahwa metode ekstraksi berpengaruh pada kemampuan aktifitas ekstrak daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi. Metode ekstraksi yang paling aktif adalah maserasi menggunakan pelarut etanol 96 % dengan konsentrasi 30 % dengan luas zona hambat 16 mm untuk Streptococcus mutans dan 13,67 mm untuk Staphylococcus aureus. Hal ini didukung dengan hasil TLC Scanner dimana substansi B yang terdapat pada ekstrak maserasi dengan pelarut etanol 96 tidak sama dengan substansi B yang terdapat pada metode ekstraksi yang lain dan didukung dengan substansi lain yang terkandung di dalam ekstrak tersebut sehigga aktifitas menghambatnya semakin besar dibandingkan ekstrak dari metode yang lain.

Berdasarkan hasil statitistik dengan menggunakan T-Test, hasil uji aktifitas ekstrak daun jambu biji non signifikan. Hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang tidak memenuhi syarat untuk T-Test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) berpotensi sebagai obat alternatif untuk pengobatan karies gigi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak dari metode maserasi dengan pelarut etanol 96 % dengan konsentrasi 30 % yaitu Streptococcus mutans 16 mm (2,5 mg/disc) dan untuk Staphylococcus aureus 13,67 mm (2,5 mg/disc). Namun demikian, diameter zona hambat vankomisin lebih luas yaitu Streptococcus mutans 18,33 mm dan untuk Staphylococcus aureus 16 mm, hal ini disebabkan vankomisin sudah berupa senyawa murni sedangkan daun jambu biji berupa ekstrak yang perlu dimurnikan, sehingga senyawa murni vankomisin memiliki daya hambat yang lebih tinggi daripada ekstrak.

Aktifitas daun jambu biji telah diteliti oleh Jebashree, et al., 2011 bahwa ekstrak Hexan, ethyl acetat, etanol dan methanol menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans peyebab karies gigi. Diameter zona

hambat terbesar diperoleh pada ekstrak ethyl acetat yaitu 20 mm (5 mg/disc) dan 18 mm (2.5mg/disc).

Screening fitokomia dari ekstrak Daun Jambu Biji menunjukkan adanya karbohidrat, flavonoid glikosida, steroid dan tannin (Dhiman A., Nanda, A., and Narasimhan, B., 2010). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh

suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri. Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melalui penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Tanin yang juga merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.

Pada penelitian ini dilakukan juga pengamatan terhadap bentuk dari sel bakteri sebelum dan sesudah perlakuan dengan ekstrak daun jambu biji. Tetapi tidak dilihat adanya perbedaan bentuk sel karena adanya keterbatasan pembesaran dari mikroskop yang digunakan. Yang bisa dilihat adalah adanya perbedaan jumlah sel bakteri, dimana jumlah sel lebih sedikit sesudah perlakuan dibandingkan sebelum perlakuan (Gambar 7 dan 8).

Gambar 7. Staphylococcus aureus sebelum (A) dan sesudah (B) perlakuan

A B

Gambar 8. Streptococcus mutans sebelum (A) dan sesudah (B) perlakuan

B A

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L. ) memiliki aktifitas dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi

2. Ekstrak yang paling aktif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi adalah ekstrak maserasi dengan pelarut etanol 96 % pada konsentrasi 30 % yaitu untuk Streptococcus mutans adalah 16 mm (2,5 mg/disc) dan untuk Staphylococcus aureus adalah 13,67 mm (2,5 mg/disc).

B. Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya supaya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan cara : isolasi dan identifikasi komponen kimia dari ekstrak daun jambu biji yang aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan bagian dari sel bakteri mana yang dirusak oleh komponen kimia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arima, H. and Danno, Gen-ichi. 2002. Isolation of Antimicrobial Compounds from Guava (Psidium guajava L.) and their Structural Elucidation. JSBA, Biosci, Biotechnol, Biochem. 66 (8): 1727-1730.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Brooks, G. F., Butel, J.S., Morse, S.A.,. 2001. Medical Microbiology. Edisi 20. Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika. Jakarta

Capuccino, J.G., Natalie S., 2001, Microbiology, A Laboratory Manual, Benyamin cummings, San Fransisco

Darby, M.L., Walsh, M.W. 1995. Dental Hygiene Theory and Practise.

Jakarta : EGC.

Dhiman, A., Nanda, A., Ahmad, S., and Narasimhan, B. 2011. In Vitro Antimicrobial Activity of Mathanolic Leaf Extract of Psidium guajav L. Journal of Pharmacy and Bioallied Sciences.3(2) : 226-229.

Dirks, D.B., Helderman, W.H. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.

diterjemahkan oleh Suryo, S. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ghosh, P., Mandal, A., Chakrabotry, P., Rasul, M.G., Chakraborty, M., and Saha, A. 2010. Triterpenoid from Psidium guajava with Biocidal Activity. Indian Journal Pharmaceutical Sciences. 72 (4): 504-507.

Jebashree, H.S., Kingsley, S.J., Sathish, E.S., and Devapriya, D. 2011.

Antimicrobial Activity of Few Medicinal Plants against Clinically Isolated Human Cariogenic Pathogens—An In Vitro Study. ISRN Dentistry. Volume 2011: 1-6.

Kidd, E.A.M. Joyston, S. 1992. Dasar-dasar karies: Penyakit dan penanggulangannya.. Terjemahan oleh Narlan Sumawinata, Safrida Faruk. 1992. Jakarta: EGC.

Kim, So-Hyun., Somi, K. Cho., Hyun, Sun-He., Park, Hae-Eun., Kim, Young-Suk., and Choi Hyung-Kyoon. 2011. Metabolic Profiling and Predicting the Free Radical Scavenging Activity of Guava (Psidium guajava L.) Leaves according to Harvest Time by 1H-Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy. JSBA Bioschi. Biotechnol.

Biochem. 75 (6): 1090-1097.

Laboratorium Kesehatan. 2000. Standar Operating Prosedur (SOP) in Microbiology. Jakarta: Depkes RI.

Lay, B.W. 2002. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: P.T. Raja Grapindo Persada.

Losso, E.M., Travares, M.C., da Silva, J., Urban, C. 2009. Severe early childhood caries: an integral approach. J Pediatr. 85(4): 295-300.

Nishikawara F, Katsumura S, Ando A, Tamaki Y, Nakamura Y, Sato K, Nomura Y, Hanada N.. 2006. Correlation of cariogenic bacteria and dental caries in adult. J.of OralScience, vol 48, No.4: 245-251.

Nugraha, A. W. (2008). Streptococcus mutans, Si Plak Dimana- mana.

Fakultas Farmasi USD. Yogyakarta.

Pangkalan Ide. 2011. Health Secret of Guava. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Panjaitan, M. 1997. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodental.

Cetakan ke I. Medan: USU Press.

Pickard, H. M., Kidd, E. A. M., Smith, B. G. N. 2002. Manual Konservasi Menurut Pickard. Edisi 6. Terjemahan oleh Narlan Sumawinata.

Jakarta : Widya Medika.

Pinkham, J.R., 2005. Pediatric Dentistry: Infancy through asolescene.

New Delhi: Elsevier. 4 th ed: 203-283.

Rohman, A., 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu

Schuurs, A.H.B. 1992. Patologi Gigi Geligi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sugito S.F. 2000, Peranan Teh dalam Mencegah Terjadinya Karies Gigi.

Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Volume 7. Edisi Khusus. Jakarta. FKG Universitas Indonesia.

Tarigan, R. 1991. Karies Gigi. Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Wirakusumah, E.S. 2000. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Cetakan Keenam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zafar, S., Harnekar, Y., Siddiqi, A. 2006. Early childhood caries: etiology, clinical considerations, consequences and management. Int Dent South Africa.11 (4): 24-32.

LAMPIRAN 1

ALUR KERJA

Decocta

Infusa Maserasi Seduhan

Analisis KLT Ekstrak

Penderita Karies Gigi

Swab Karies Gigi

Identifikasi

Streptococcus mutans &

Staphylococcus aureus

Disc Diffusion

Hasil Daun Jambu Biji

(Psidium guajava L.)

LAMPIRAN 2

Skema Isolasi Dan Identifikasi

Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus

Inkubasi 35 – 370C, 1 x 24 jam

Inkubasi 35 – 370C, 1 x 24 jam Swab Karies Gigi

Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

Agar Darah 5%

Koloni Koloni

Pewarnaan Gram

Tes Biokimia

Staphylococcus aureus

Pewarnaan Gram

Tes Biokimia

Streptococcus mutans

LAMPIRAN 3

Skema Pengujian Disc Diffusion

Inokulum Bakteri

Streptococcus mutans / Staphylococcus aureus

Suspensi Bakteri

Sesuaikan standar Mc Farland 0,5

Diusapkan pada permukaan Mueller Hinton Agar Biarkan 5 menit

Kertas cakram mengandung Ekstrak Daun Jambu Biji diletakkan diatas permukaan agar

Didiamkan 15 menit lalu diinkubasi terbalik selama 20 jam suhu 35 – 37oC

Diukur zona hambatan

LAMPIRAN 4

Gambar Hasil Uji Pendahuluan

Keterangan :

A : Larutan ekstrak maserasi 30 % B : Uji tannin

C : Uji alkaloida D : Uji glikosida E : Uji saponin

A C D

C

B E

LAMPIRAN 5

Profil KLT Ekstrak Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.) Dengan Lampu UV 366 nm

Keterangan :

Eluen : Kloroform : Aseton : Asam Formiat (7 : 3 : 2 ) A : Ekstrak Seduhan Daun jambu Biji 10%

B : Ekstrak Seduhan Daun jambu Biji 30%

C : Ekstrak Dekokta Daun jambu Biji 10%

D : Ekstrak Dekokta Daun jambu Biji 30%

E : Ekstrak Infus Daun jambu Biji 10%

F : Ekstrak Infus Daun jambu Biji 30%

G : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 10%

H : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 30%

I : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun jambu Biji 10%

J : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 30%

A B C D E F G H I J

A

LAMPIRAN 6

Profil KLT Ekstrak Daun Jambu Biji ( Psidium guajava L.) Dengan Lampu UV 254 nm

Keterangan :

Eluen : Kloroform : Aseton : Asam Formiat (7 : 3 : 2 ) A : Ekstrak Seduhan Daun jambu Biji 10%

B : Ekstrak Seduhan Daun jambu Biji 30%

C : Ekstrak Dekokta Daun jambu Biji 10%

D : Ekstrak Dekokta Daun jambu Biji 30%

E : Ekstrak Infus Daun jambu Biji 10%

F : Ekstrak Infus Daun jambu Biji 30%

G : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 10%

H : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 30%

I : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 96% Daun jambu Biji 10%

J : Ekstrak Maserasi dengan pelarut Etanol 50% Daun jambu Biji 30%

A B C D E F G H I J

LAMPIRAN 7

Gambar Hasil Pengujian Disc Diffusion Streptococcus mutans

Keterangan:

1 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak seduhan daun jambu biji (Psidium guajava L.)

2 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Infus daun jambu biji (Psidium guajava L.)

3 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Dekokta daun jambu biji (Psidium guajava L.)

4 : Hasil uji Disc Diffusion Ekstrak Maserasi dengan pelarut etanol 50% daun jambu biji (: Hasil uji Disc Diffusion Psidium guajava L.) 5 Ekstrak Maserasi dengan pelarut etanol 96% daun jambu biji

(Psidium guajava L.) A : Ekstrak Konsentrasi 10%

B : Kontrol positif (Vancomycin 30 µg)

C : Kontrol negatif (Air suling dan Natrium CMC 1%) D : Ekstrak Konsentrasi 30%

1 2 3 4 5

Dokumen terkait