• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

E. Analisis Data

sebesar 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif.

Hal ini didukung oleh hasil analisa check list observasi ini menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125. Dengan demikian hasil analisa data check list observasi dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri positif dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini efektifnya untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015.

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

LEMBAR PERSETUJUAN --- ii

LEMBAR PENGESAHAN --- iii

HALAMAN PERNYATAAN --- iv

HALAMAN PERSEMBAHAN --- v

KATA PENGANTAR --- vi

ABSTRAK --- viii

DAFTAR ISI --- ix

DAFTAR TABEL --- xii

DAFTAR GAMBAR --- xiii

BAB I : PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Masalah --- 5 C. Tujuan Penelitian --- 5 D. Manfaat Penelitian --- 6 E. Definisi Operasional --- 7 F. Asumsi --- 8 G. Batasan Masalah --- 8

BAB II : LANDASAN TEORI --- 9

A. Konsep Diri --- 9

1. Pengertian Konsep Diri Positif --- 9

2. Aspek-aspek Konsep Diri Positif --- 11

3. Ciri-ciri Konsep diri --- 17

4. Peranan konsep Diri Positif --- 19

B. Layanan Bimbingan kelompok --- 22

x

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok --- 23

3. Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok --- 24

4. Peranan Anggota Dalam Layanan Bimbingan Kelompok --- 25

5. Peranan Pemimpin Kelompok/Konselor --- 26

6. Perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan konseling kelompok --- 27

7. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok --- 28

C. Hipotesa --- 33

BAB III : METODE PENELITIAN --- 34

A. Pengertian Metode Penelitian --- 34

B. Model penelitian --- 35

1. Jenis Penelitian --- 35

2. Variabel Penelitian --- 37

C. Instrumen penelitian --- 38

1. Bahan Perlakuan --- 38

2. Metode Pengumpulan Data --- 39

3. Uji Validitas Dan Reliabilita --- 41

D. Prosedur penelitian ---

43 1. Penentuan Subjek Penelitian --- 43

2. Pelaksanaan Penelitian --- 44

E. Analisis Data --- 50

1. Analisis Kuantitati --- 50

2. Analisis Kualitatif --- 51

F. Pengujian Hipotesis --- 51

BAB IV : LAPORAN EMPIRIS --- 53

A. Persiapan Penelitian --- 53

xi

C. Pengolahan Data Dan Pembahasan Proses Layanan

Bimbingan Kelompok --- 56

D. Penyajian Data --- 57

1. Hasil Analisa Uji Validitas --- 57

2. Hasil Analisa Uji Reliabilitas --- 60

BAB V : HASIL PENELITIAN --- 61

A. Analisa Data Kuantitatif --- 61

1. Analisis Deskriptif Skala Konsep Diri --- 61

2. Analisis Deskriptif Ceklist Observasi --- 64

B. Analisis Kualitatif --- 69

C. Simpulan Hasil Pengujian Hipotesis --- 120

D. Pembahasan --- 121

BAB VI : TINJAUAN KEMBALI, KESIMPULAN DAN SARAN --- 130 A. Tinjaun kembali --- 130 B. Kesimpulan--- 131 C. Saran --- 132 DAFTAR PUSTAKA --- 134 LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Desain Penelitian Eksperimen --- 36

TABEL 3.2 Distribusi Skor Untuk Pertanyaan Angket --- 40

TABEL4.1 Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif --- 57

TABEL4.2 Ringkasan Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif --- 59

TABEL4.3 Hasil Data Uji Statistik Reliabilitas --- 60

TABEL5.1 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Skala Konsep Diri ---- 62

TABEL5.3 Hasil Total Score Pretest dan Postest --- 63

TABEL5.4 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Observasi --- 64

TABEL5.5 Hasil Observasi Pretest dan Posttest --- 65

TABEL5.7 Hasil Uji T Test Angket Konsep Dir --- 67

xiii

DAFTAR GAMBAR

Grafik 5.1 Skala Konsep Diri Pre test dan Post Test --- 62 Grafik 5.6 Grafik Hasil Observasi --- 67

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi masyarakat memasuki sebuah tahapan baru yang banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat perubahan dan kemajuan yang cepat, terjadi baik pada aspek sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat perubahan tersebut semakin kompleks, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu untuk meningkatkan konsep diri secara positif hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan diri secara fisik maupun mental, agar mampu mengatasi berbagai hal untuk mencapai kesuksesan.

Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa

yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya.

Peserta didik pada usia remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal untuk berbagai aspek kehidupan. Untuk kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence Quotions) tinggi gagal untuk menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil untuk menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal.

Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya

yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah, serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

Dari studi pendahuluan melalui pengamatan/observasi dan wawancara dengan guru pembimbing di SMP NEGERI 14 Madiun Pada bulan Juli 2014 sampai dengan Agustus 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015, hampir 50% siswa kelas VIII mempunyai konsep diri yang rendah, hal ini sejalan dengan perilakunya seperti membolos, hasil prestasi belajar yang rendah, suka menyontek, membuat gaduh saat pelajaran, berkelahi, adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah, adanya siswa yang memiliki perasaan minder

atau rendah diri, dan adanya siswa yang mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas.

Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat meningkatkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah untuk rangka meningkatkan mutunya. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan konsep diri positif.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan untuk suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana untuk membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.

Layanan bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Gazda, dalam Prayitno dan Amti, 1999:309). Pemilihan Layanan bimbingan kelompok merupakan metode untuk menciptakan

lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman nilai-nilai positif bagi dirinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan Layanan bimbingan kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahan untuk penelitian ini yaitu “ Apakah Layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015? ”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan

kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan teori layanan bimbingan kelompok untuk mengetahui konsep diri positif. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing, maupun peneliti itu sendiri.

a. Bagi siswa

Siswa dapat menumbuhkan konsep diri positif setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok.

b. Bagi guru pembimbing di sekolah

Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok.

c. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan ketrampilan cara menumbuhkan konsep diri positif siswa melalui pemberian layanan layanan bimbingan kelompok.

E. Definisi Operasional

1. Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok

Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok adalah adanya perubahan diakhir Layanan Bimbingan Kelompok pada konseli setelah diberi perlakuan/treatmen, yang secara statistik menunjukkan perbedaan secara bermakna sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Oleh karena itu layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok individu yang dalam pelaksanaannya melalui empat tahap yaitu tahap pembentukan, kegiatan, dan pengakhiran.

2. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif adalah cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang ditandai ciri-ciri seperti : yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

F. Asumsi

a. Konsep diri positif individu berbeda antara individu yang satu dengan lainnya.

b. Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif pada siswa.

c. Konsep diri positif diperlukan untuk meraih kesuksesan dimasa akan datang.

G. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka batasan-batasan untuk penelitian ini:

a. Penelitian ini hanya untuk mengetahui efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa.

b. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa-siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.

c. Hasil dari penelitian ini akan digeneralisasi pada SMP NEGERI 14 Madiun atau populasi lainnya yang memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian.

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri Positif

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting untuk setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burns (1993:7) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau

ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.

Untuk kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu

terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

2. Aspek-aspek Konsep Diri

Konsep diri positif merupakan cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Terkait dengan definisi operasional ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri positif meliputi yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya.

Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Untuk merumuskan isi dari konsep diri tidaklah mudah, kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita

sendiri, namun demikian secara umum isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Burns (dalam Jersild, 1993:209-210) mendiskripsikan aspek dari konsep diri meliputi :

a. Karakteristik fisik

Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain tentang dirinya sendiri, contohnya kalau seorang bintang film yang cantik pasti akan dijadikan idola. Hal ini kadang dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan dengan temannya yang memiliki kelebihan, seperti kurang tinggi, terlalu gemuk, tidak cantik, perasaan ini dapat berkembang menjadi konsep diri yang negatif apabila masyarakat memperhatkan dan menjunjung individu yang mempuyai kelebihan dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan.

b. Penampilan

Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak pernah memakai make up

suatu saat disuruh temannya memakainya, tentunya pada saat itu ada perbedaan antara temannya yang sudah terbiasa memakai make up dengan dirinya yang malu dan menutupi wajahnya dengan kain.

c. Kesehatan dan kondisi fisik

Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu untuk menjalani hidup ini, terutama untuk mencapai karier. Individu yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kenormalan yang berakibat individu itu merasa tidak aman atau kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah.

d. Rumah dan hubungan keluarga

Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar. Diuntuk rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan sebagai suatu informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup individu untuk berinteraksi, untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan hubungan keluarga yang dimilikinya, tetapi seorang individu yang rumah dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik,

misalnya kedua orang tuanya sering bertengkar, bercerai atau broken home ini akan menyebabkan individu memiliki pandangan negatif tentang keluarganya.

e. Hobi dan permainan

Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha meningkatkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya. Individu yang memiliki hobi dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk meningkatkannya dan tentunya individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya.

f. Sekolah dan pekerjaan sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar individu untuk tahap pencarian ilmu. Untuk sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi diuntuk mengerjakan tugastugas sekolah. Seorang individu yang selalu mendapat nilai tidak bagus ini akan mempengaruhi cara belajarnya atau pandangan individu bahwa dirinya seorang yang cenderung gagal atau bodoh.

g. Kecerdasan

Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari kecerdasan ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak yang memiliki kecerdasan yang baik/tinggi akan dipuji oleh guru, orang tua dan temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri saat mengerjakan tugas atau mengikuti tes.

h. Bakat dan minat

Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas atau asal-asalan, sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa atau tidak percaya diri.

i. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu untuk bertindak atau untuk berfikir, misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, untuk segi kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak mengaturnya.

j. Sikap dan hubungan sosial

Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan

Dokumen terkait