• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA

KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Disusun Oleh :

PIPIT DIAN SIDHARTO PUTRI NIM. 11409040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi dengan judul :

“EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF

PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

Diajukan

Untuk memenuhi sebagai prasyaratan Mencapai Gelar sarjana 1 (S1) kependidikan

program studi Bimbingan Dan konseling

Oleh :

Nama : Pipit Dian Sidharto Putri NIM : 11409040

Disetujui oleh dosen pembimbing untuk diusulkan kepada dewan penguji Skripsi tanggal 9 Januari 2015

Pembimbing

Bernardus Widodo, M.Pd. NIDN. 0715086502

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul :

“EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF

PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

Telah diuji pada tanggal 12 Januari 2015 Dewan Penguji :

Penguji 1

Drs. Anton Sudarmanta, M.S NIDN. 0708076001

Penguji II

Dra. Fransisca Mudjijanti, M.M NIDN. 0702026402

Penguji III

Bernardus Widodo, M. Pd NIDN.0715086502

Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bernardus Widodo, M. Pd. NIDN. 0715086502

(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

“EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA TULIS TIDAK MEMUAT KARYA ATAU BAGIAN KARYA ORANG LAIN. Kecuali YANG TELAH DISEBUTKANDALAM DAFTAR PUSTAKA, SELAYAKNYA KARYA ILMIAH. APABILA TERNYATA TERBUKTI HASIL JIPLAKAN, DENGAN SENDIRINYA SKRIPSI SAYA DINYATAKAN BATAL DAN SAYA BERSEDIAN GELAR SARJANA SAYA DICABUT DAN HAK SAYA SEBAGAI MAHASISWA AKAN HILANG.

9 Januari 2015

YANG MEMBUAT PERNYATAAN

Pipit Dian Sidharto Putri NIM: 11409040

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karyaku ini kupersembahkan kepada:

1. Terima kasih kepada Alloh SWT Yang selalu melindungi dan membuat hidupku selalu berhasil.

2. Terima kasih kepada kedua orang tua, kakak, adik dan kekasih saya yang selama ini telah memberi motivasi dan dukungan baik moril maupun materi serta doa demi keberhasilan studi saya.

3. Kepada almamaterku Universitas Katolik Widya Mandala madiun

4. Kepada para dosen yang telah membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini denagan judul “Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi disusun guna untuk mencapai gelar sarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

Tak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pihak yang telah membantu sehingga terselesaikan skripsi ini, maka pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih kepada :

1. Bernardus Widodo, M. Pd, Selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan setia memberikan waktunya membimbing dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Anton Sudarmanta, M.S, selaku dosen penguji I terima kasih atas dukungannya, motivasi, semangat dan abntuan yang diberikan selama penulis kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

3. Dra. Fransisca Mudjijanti, M.M, selaku dosen penguji II yang banyak memberikan masukan dan saran bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Suprayogi, selaku kepala sekolah SMP Negeri 14 Madiun berserta

para guru khususnya konselor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Negeri 14 Madiun.

5. Kepada keluarga saya terlebih Bapak dan Ibu teriama kasih atas doa dan kesabaran serta kasih sayang dalam mendidik saya selama ini serta materi

(7)

vii

yang telah diberikan, kepada kakak, adik terimakaih banyak karena telah menjadi penyemangat dalam menyusun skripsi ini.

6. Untuk teman-teman prodi Bimbingan Konseling khususnya teman seangkatan 2009 terima kasih telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Untuk seseorang yang selalu setia mendampingi saya terimakasih banyak atas motivasi dan dorongannya dalam mengerjakan skripsi.

Satu harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mereka yang memiliki kepedulian dalam bidang pendidikan. Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk ini saya mengharap saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan ini.

Madiun, 9 Januari 2015 Penulis

(8)

viii ABSTRAK

Pipit Dian Sidharto Putri, 2015, Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, Dosen Pembimbing Bernardus Widodo,M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan konsep diri positif siswa kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 8 konseli yang diberikan layanan Bimbingan Kelompok. Adapun model penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental Design dengan one group pre test and post test design karena tidak ada perbandingan kelompok kontrol.

Dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa angket skala konsep diri positif dan Check List Observasi. Diperoleh hasil skor angket konsep diri diperoleh selisih mean hitung pre test - post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, df = 6 dan p < 0,05. Karena probabilitas 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan ditolaknya Ho menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan konsep diri siswa antara sebelum dan sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Hal ini secara signifikan layanan bimbingan kelompok efektif terhadap peningkatan konsep diri siswa.

Metode analisis data untuk skala konsep diri dengan menggunakan t-test dengan taraf signifikan 5% dan N sebanyak 8, hasil perhitungan Uji T-Test sebesar 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif.

Hal ini didukung oleh hasil analisa check list observasi ini menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125. Dengan demikian hasil analisa data check list observasi dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri positif dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini efektifnya untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

LEMBAR PERSETUJUAN --- ii

LEMBAR PENGESAHAN --- iii

HALAMAN PERNYATAAN --- iv

HALAMAN PERSEMBAHAN --- v

KATA PENGANTAR --- vi

ABSTRAK --- viii

DAFTAR ISI --- ix

DAFTAR TABEL --- xii

DAFTAR GAMBAR --- xiii

BAB I : PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Masalah --- 5 C. Tujuan Penelitian --- 5 D. Manfaat Penelitian --- 6 E. Definisi Operasional --- 7 F. Asumsi --- 8 G. Batasan Masalah --- 8

BAB II : LANDASAN TEORI --- 9

A. Konsep Diri --- 9

1. Pengertian Konsep Diri Positif --- 9

2. Aspek-aspek Konsep Diri Positif --- 11

3. Ciri-ciri Konsep diri --- 17

4. Peranan konsep Diri Positif --- 19

B. Layanan Bimbingan kelompok --- 22

(10)

x

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok --- 23

3. Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok --- 24

4. Peranan Anggota Dalam Layanan Bimbingan Kelompok --- 25

5. Peranan Pemimpin Kelompok/Konselor --- 26

6. Perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan konseling kelompok --- 27

7. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok --- 28

C. Hipotesa --- 33

BAB III : METODE PENELITIAN --- 34

A. Pengertian Metode Penelitian --- 34

B. Model penelitian --- 35

1. Jenis Penelitian --- 35

2. Variabel Penelitian --- 37

C. Instrumen penelitian --- 38

1. Bahan Perlakuan --- 38

2. Metode Pengumpulan Data --- 39

3. Uji Validitas Dan Reliabilita --- 41

D. Prosedur penelitian --- 43 1. Penentuan Subjek Penelitian --- 43

2. Pelaksanaan Penelitian --- 44

E. Analisis Data --- 50

1. Analisis Kuantitati --- 50

2. Analisis Kualitatif --- 51

F. Pengujian Hipotesis --- 51

BAB IV : LAPORAN EMPIRIS --- 53

A. Persiapan Penelitian --- 53

(11)

xi

C. Pengolahan Data Dan Pembahasan Proses Layanan

Bimbingan Kelompok --- 56

D. Penyajian Data --- 57

1. Hasil Analisa Uji Validitas --- 57

2. Hasil Analisa Uji Reliabilitas --- 60

BAB V : HASIL PENELITIAN --- 61

A. Analisa Data Kuantitatif --- 61

1. Analisis Deskriptif Skala Konsep Diri --- 61

2. Analisis Deskriptif Ceklist Observasi --- 64

B. Analisis Kualitatif --- 69

C. Simpulan Hasil Pengujian Hipotesis --- 120

D. Pembahasan --- 121

BAB VI : TINJAUAN KEMBALI, KESIMPULAN DAN SARAN --- 130 A. Tinjaun kembali --- 130 B. Kesimpulan--- 131 C. Saran --- 132 DAFTAR PUSTAKA --- 134 LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Desain Penelitian Eksperimen --- 36

TABEL 3.2 Distribusi Skor Untuk Pertanyaan Angket --- 40

TABEL4.1 Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif --- 57

TABEL4.2 Ringkasan Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif --- 59

TABEL4.3 Hasil Data Uji Statistik Reliabilitas --- 60

TABEL5.1 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Skala Konsep Diri ---- 62

TABEL5.3 Hasil Total Score Pretest dan Postest --- 63

TABEL5.4 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Observasi --- 64

TABEL5.5 Hasil Observasi Pretest dan Posttest --- 65

TABEL5.7 Hasil Uji T Test Angket Konsep Dir --- 67

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Grafik 5.1 Skala Konsep Diri Pre test dan Post Test --- 62 Grafik 5.6 Grafik Hasil Observasi --- 67

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi masyarakat memasuki sebuah tahapan baru yang banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat perubahan dan kemajuan yang cepat, terjadi baik pada aspek sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat perubahan tersebut semakin kompleks, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu untuk meningkatkan konsep diri secara positif hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan diri secara fisik maupun mental, agar mampu mengatasi berbagai hal untuk mencapai kesuksesan.

Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa

(15)

yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya.

Peserta didik pada usia remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal untuk berbagai aspek kehidupan. Untuk kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence Quotions) tinggi gagal untuk menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil untuk menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal.

Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya

(16)

yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah, serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

Dari studi pendahuluan melalui pengamatan/observasi dan wawancara dengan guru pembimbing di SMP NEGERI 14 Madiun Pada bulan Juli 2014 sampai dengan Agustus 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015, hampir 50% siswa kelas VIII mempunyai konsep diri yang rendah, hal ini sejalan dengan perilakunya seperti membolos, hasil prestasi belajar yang rendah, suka menyontek, membuat gaduh saat pelajaran, berkelahi, adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah, adanya siswa yang memiliki perasaan minder

(17)

atau rendah diri, dan adanya siswa yang mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas.

Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat meningkatkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah untuk rangka meningkatkan mutunya. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan konsep diri positif.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan untuk suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana untuk membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.

Layanan bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Gazda, dalam Prayitno dan Amti, 1999:309). Pemilihan Layanan bimbingan kelompok merupakan metode untuk menciptakan

(18)

lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman nilai-nilai positif bagi dirinya.

Berdasarkan pemikiran diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan Layanan bimbingan kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahan untuk penelitian ini yaitu “ Apakah Layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015? ”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan

(19)

kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan teori layanan bimbingan kelompok untuk mengetahui konsep diri positif. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing, maupun peneliti itu sendiri.

a. Bagi siswa

Siswa dapat menumbuhkan konsep diri positif setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok.

b. Bagi guru pembimbing di sekolah

Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok.

(20)

c. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan ketrampilan cara menumbuhkan konsep diri positif siswa melalui pemberian layanan layanan bimbingan kelompok.

E. Definisi Operasional

1. Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok

Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok adalah adanya perubahan diakhir Layanan Bimbingan Kelompok pada konseli setelah diberi perlakuan/treatmen, yang secara statistik menunjukkan perbedaan secara bermakna sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Oleh karena itu layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok individu yang dalam pelaksanaannya melalui empat tahap yaitu tahap pembentukan, kegiatan, dan pengakhiran.

2. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif adalah cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang ditandai ciri-ciri seperti : yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

(21)

F. Asumsi

a. Konsep diri positif individu berbeda antara individu yang satu dengan lainnya.

b. Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif pada siswa.

c. Konsep diri positif diperlukan untuk meraih kesuksesan dimasa akan datang.

G. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka batasan-batasan untuk penelitian ini:

a. Penelitian ini hanya untuk mengetahui efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa.

b. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa-siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.

c. Hasil dari penelitian ini akan digeneralisasi pada SMP NEGERI 14 Madiun atau populasi lainnya yang memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian.

(22)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri Positif

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting untuk setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burns (1993:7) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau

(23)

ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.

Untuk kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu

(24)

terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

2. Aspek-aspek Konsep Diri

Konsep diri positif merupakan cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Terkait dengan definisi operasional ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri positif meliputi yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya.

Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Untuk merumuskan isi dari konsep diri tidaklah mudah, kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita

(25)

sendiri, namun demikian secara umum isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Burns (dalam Jersild, 1993:209-210) mendiskripsikan aspek dari konsep diri meliputi :

a. Karakteristik fisik

Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain tentang dirinya sendiri, contohnya kalau seorang bintang film yang cantik pasti akan dijadikan idola. Hal ini kadang dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan dengan temannya yang memiliki kelebihan, seperti kurang tinggi, terlalu gemuk, tidak cantik, perasaan ini dapat berkembang menjadi konsep diri yang negatif apabila masyarakat memperhatkan dan menjunjung individu yang mempuyai kelebihan dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan.

b. Penampilan

Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak pernah memakai make up

(26)

suatu saat disuruh temannya memakainya, tentunya pada saat itu ada perbedaan antara temannya yang sudah terbiasa memakai make up dengan dirinya yang malu dan menutupi wajahnya dengan kain.

c. Kesehatan dan kondisi fisik

Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu untuk menjalani hidup ini, terutama untuk mencapai karier. Individu yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kenormalan yang berakibat individu itu merasa tidak aman atau kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah.

d. Rumah dan hubungan keluarga

Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar. Diuntuk rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan sebagai suatu informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup individu untuk berinteraksi, untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan hubungan keluarga yang dimilikinya, tetapi seorang individu yang rumah dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik,

(27)

misalnya kedua orang tuanya sering bertengkar, bercerai atau broken home ini akan menyebabkan individu memiliki pandangan negatif tentang keluarganya.

e. Hobi dan permainan

Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha meningkatkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya. Individu yang memiliki hobi dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk meningkatkannya dan tentunya individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya.

f. Sekolah dan pekerjaan sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar individu untuk tahap pencarian ilmu. Untuk sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi diuntuk mengerjakan tugastugas sekolah. Seorang individu yang selalu mendapat nilai tidak bagus ini akan mempengaruhi cara belajarnya atau pandangan individu bahwa dirinya seorang yang cenderung gagal atau bodoh.

(28)

g. Kecerdasan

Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari kecerdasan ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak yang memiliki kecerdasan yang baik/tinggi akan dipuji oleh guru, orang tua dan temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri saat mengerjakan tugas atau mengikuti tes.

h. Bakat dan minat

Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas atau asal-asalan, sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa atau tidak percaya diri.

i. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu untuk bertindak atau untuk berfikir, misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, untuk segi kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak mengaturnya.

(29)

j. Sikap dan hubungan sosial

Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan dengan teman sebaya. Seorang individu ekstrovet cenderung akan senang dengan keadaan ramai dan akan mudah untuk mencari teman atau memulai pembicaraan, hal ini dapat membuat individu itu semakin bertambah wawasan, informasi, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan pada individu introvert akan cendeung menutup diri, dan berusaha menjauh dari teman-temannya dengan berpikiran dirinya mempunyai banyak kelemahan.

k. Religius

Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa bantuan dan karunia-Nya, kita tidak bisa hidup. Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, untuk itu religius yang positif ini akan mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku atau bertindak yang mengarah kepada penilaian diri yang percaya diri dan positif. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi.

(30)

3. Ciri-ciri Konsep Diri Positif

Menurut William (dalam Rahmat, 2005:105) bahwa untuk menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.

Selanjutnya William (dalam Rahmat, 2005:105), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif meliputi :

a. Yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah.

Merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan percaya diri, bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku, lebih mantap menghadapi masalah sebagai suatu ujian dan memandang segala sesuatunya ditanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri.

b. Merasa setara dengan orang lain.

Selalu merendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain. Tidak melakukan suatu hal yang menyakiti orang lain, tidak menyombongkan diri atas sesuatu yang dimiliki, dan tidak memandang rendah orang lain atas ketidak sempurnaannya.

(31)

c. Menerima pujian tanpa rasa malu.

Menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya,tidak meremehkan orang lain. Orang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa sangat senang terhadap segala macam pujian yang ditujukan kepadanya. Sehingga segala bentuk pujian dan tindakan yang menjunjung harga diri akan menjadi perhatian utamanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri positif yang akan menghargai pujian dari orang lain tanpa merendahkan ataupun sombong.

d. Peka terhadap perasaan orang lain.

Menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Lebih peka terhadap perasaan orang lain terhadap segala sesuatu yang terjadi padanya.

e. Mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Mampu mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri rendah akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari lingkungannya.

(32)

Penelitian yang dilakukan Naan Sahputra (2010) menunjukkan adanya hubungan konsep diri positif dengan prestasi akademik. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. Individu yang memiliki konsep diri positif untuk segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, percaya diri, bersikap yakin untuk bertindak dan berperilaku sehingga memperoleh prestasi akademik yang memuaskan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri positif memiliki ciri-ciri yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya.

4. Peranan Konsep Diri Positif

Rogers (untuk Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri memainkan peranan yang sentral untuk tingkah laku manusia, dan bahwa semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Konsep diri mempunyai peranan penting untuk menentukan perilaku individu.

(33)

Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses untuk melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan untuk perilakunya.

Konsep diri berperan untuk mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan untuk mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi.

Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang akan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan meningkatkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan meningkatkan perasaan

(34)

tidak mampu dan rendah diri. ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula.

Konsep diri juga dikatakan berperan untuk perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu tersebut untuk menafsirkan setiap aspek pengalaman pengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara-berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena masing-masing individu mempunyai pandangan dan sikap berbeda terhadap diri mereka.

Tafsiran individu terhadap sesuatu peristiwa banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Tafsiran negatif terhadap pengalaman disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan untuk menentukan perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan Individu yang merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.

Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan untuk komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu tersebut akan menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu tersebut merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label

(35)

yang diletakkan pada dirinya.Dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif.

B. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 178) menjelaskan bahwa Layanan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564) layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Menurut pendapat Romlah (2003: 3) Layanan Bimbingan Kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapt mencapai perkembangannya secara otimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan untuk situasi kelompok. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan meningkatkan potensi siswa.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan meningkatkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Untuk kelompok ini semua peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya;

(36)

topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta lainnya. Layanan bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Kesuksesan layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh mana keberhasilan tujuan yang akan dicapai untuk layanan layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan.

Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) yaitu: mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), dapat bertenggang rasa, menjadi akrab satu sama lainnya, membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

Menurut pendapat Romlah (2003: 14-15) bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok adalah memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang

(37)

berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial, memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok, untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual, serta untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.

Dengan adanya kegiatan layanan bimbingan kelompok memungkinkan kepada individu untuk bisa melatih diri dan meningkatkan dirinya untuk memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Adanya interaksi dan dinamika kelompok yang hidup, memberikan stimulus dan dukungan kepada anggota kelompok untuk bisa mewujudkan kemampuannya untuk hubungan dengan orang lain, melatih diri untuk berbicara di depan teman-temannya untuk ruang lingkup yang berkelompok, memahami dirinya untuk membina sikap yang responsibel dan perilaku yang normatif. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok ini mempunyai tujuan yang praktis dan dinamis untuk mewujudkan konsep diri untuk setiap individu.

3. Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995: 179) ada empat asas-asas untuk layanan bimbingan kelompok, yaitu: a). asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang disarankan dan dipikirkannya, b). asas kesukarelaan yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pemimpin kelompok, c). asas

(38)

kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan untuk kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku, d). asas kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan data apa saja dan informasi yang di dengar dan dibicarakan untuk kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asas untuk kegiatan layanan bimbingan kelompok ada empat, yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas kenormatifan. Asas-asas layanan bimbingan kelompok perlu dilaksanakan supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama untuk kelompok.

4. Peranan anggota dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 32) menyebutkan peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti yang diharapkan, yaitu: membantu terbinanya suasana keakraban untuk hubungan antar anggota kelompok, mencurahkan segenap perasaan untuk melibatkan diri untuk kegiatan kelompok, berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama, membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik, benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta untuk seluruh kegiatan kelompok, mampu mengkomunikasikan secara terbuka, berusaha membantu anggota lain, memberikan kesempatan kepada

(39)

anggota lain untuk juga menjalani perannya, menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.

5. Peranan Pemimpin Kelompok/Konselor

Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi untuk kelompok itu, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. Lebih lanjut lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok pemegang aturan permainan (menjadi wasit) pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. Peranan para anggota dan pemimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan dari pelaksanaan layanan layanan bimbingan kelompok, apabila anggota dan pemimpin kelompok tidak bisa membina keakraban, melibatkan diri untuk kegiatan kelompok, mematuhi aturan untuk kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk menuju ketahap demi tahap untuk layanan bimbingan kelompok.

Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang untuk kelompok itu baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang

(40)

dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.

6. Perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok Bimbingan dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan pokok dari sejumlah layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah atau di luar seting sekolah. Mahler (Prayitno, 1995) memaknai layanan bimbingan dan konseling kelompok sebagai proses untuk memanfaatkan suasana antar hubungan yang ada di untuk kelompok guna memungkinkan terbinanya pengertian diri sendiri dan penerimaan diri sendiri yang lebih.

Gazda (1984) dan Rochman Natawidjaja (1987) membedakan layanan bimbingan kelompok dengan konseling kelompok. Pakar pendidikan dan konseling ini merumuskan layanan bimbingan kelompok sebagai upaya mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Oleh karena itu, kegiatan layanan bimbingan kelompok lebih banyak diisi dengan kegiatan penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah social yang tidak disajikan untuk bentuk pelajaran, melainkan kelompok terbatas. Sementara itu, konseling kelompok dimaknai sebagai upaya bantuan kepada individu untuk suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan untuk rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Lebih lanjut Gazda (1984) merumuskan konseling kelompok (group counseling) sebagai proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang sadar dan melibatkan

(41)

fungsi-fungsi terapi seperti terapi permisif, orientasi terhadap realitas, katarsis, serta saling mempercayai, menyayangi, memahami, menerima, dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi diciptakan dan dikembangkan untuk sebuah kelompok kecil dengan jalan berbagai pemikiran antar personal (klien) maupun klien dengan konselor.

Klien-klien untuk Konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian untuk penanganannya. Klien untuk Konseling kelompok dapat menggunakan interaksi untuk kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilanngkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.

7. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok

Pada pelaksanaan eksperimen layanan bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar layanan bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap tersebut yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.

1) Tahap I (Pembentukan)

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke untuk kehidupan suatu kelompok. Pada

(42)

tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicaapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap ini merupakan masa keheningan dan kecanggungan. Para anggota mulai mempelajari perilaku-perilaku dasar dari menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan. Untuk tahap ini anggota kelompok mulai belajar untuk terlibat untuk interaksi kelompok.

Menurut Prayitno (1995: 44) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal, adalah: mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan layanan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Pemimpin kelompok harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi untuk interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dikucilkan. 2) Tahap II (Peralihan)

Tahap kedua, tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah

(43)

mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan) dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan.

Menurut Prayitno (1995: 47) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).

3) Tahap III (Kegiatan)

Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk di gali untuk kelompok, dan belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral sekaligus memahami kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring umpan balik yang diterima dan membuat

(44)

kesimpulan yang komprehensif dari berbagai pendapat masukan-masukan untuk pembahasan kelompok dan memutuskan apa yang harus dilakukannya nanti.

Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah masing-masing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas.

Adapun fungsi utama dari pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari.

4) Tahap IV (Pengakhiran)

Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi. Pada tahap ini pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus bertemu namun pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok ketika menghentikan pertemuan (Prayitno, 1995: 58). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari.

(45)

Selama tahap akhir kelompok akan muncul sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan perpisahan. Para anggota memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka ambil. Tugas utama yang di hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari untuk kelompok ke dunia luar. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, mengemukakan pesan dan harapan.

Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat, memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikut sertaan anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan untuk kehidupan sehari-hari serta menekankan kembalin akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir.

Setelah semua tahap di atas telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah

(46)

ditempuh. Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan dan keberhasilan untuk kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk kehidupan sehari-hari. Pemimpin kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.

C. HIPOTESIS

Hipotesa dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa “Layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif, yang ditandai dengan meningkatnya konsep diri positif pada siswa.”

(47)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengertian Metode Penelitian

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos‟‟ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menurut Ruslan (2008:24) menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Sugiyono (1999) menyatakan metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi dan merupakan rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.

Menurut Soekamto (Dalam Ruslan, 2008:24) yang dimaksud penelitian adalah kegiatan ilmiah berkaitan dengan analisis dan kontruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Nasir (1988:51) menyatakan metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Hal ini juga dikemukakan oleh Sugiyono (2004:1) bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.

(48)

B. Model Penelitian 1. Jenis Penelitian

Menurut Nasir (2005:84) “Jenis penelitian adalah semua proses yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Eksperimen. Penelitian “Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain yang bisa menganggu“ (Arikunto, 2006:3).

Sugiyono (2011) menjelaskan metode eksperimen adalah metode mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap kondisi yang terkendali. Lebih lanjut Latipun (2002) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengetahui akibat manipulasi perilaku yang diamati dan dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment/ perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang).

Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan Pre-eksperimental Design karena tanpa menggunakan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah pre experiment (eksperiment tidak sebenarnya) atau quasi experiment. Peneliti menggunakan one group pre-test and post-test design karena tidak ada perbandingan dengan kelompok kontrol, sehingga satu

(49)

kelompok tes diberikan satu perlakuan yang sama sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan tertentu.

Untuk desain ini, subjek dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran yang pertama dilakukan untuk mengukur konsep diri positif sebelum diberikan kegiatan layanan bimbingan kelompok (pre test) dan pengukuran yang kedua untuk mengukur konsep diri positif sesudah diberikan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok (post test). Adapun Desain penelitian yang digunakan sebagaimana dalam Arikunto (2006:312) sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian Eksperimen

Subjek Pre test Perlakuan Post test

Eks 01 X 02 Keterangan : Eks = Eksperimen O1 = Pre Test O2 = Post Test X = Treatmen - = Tanpa Treatmen

Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen yaitu

1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes kepada sampel penelitian sebelum diadakan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok.

(50)

2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada subjek penelitian melalui kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok yang dalam prosesnya meliputi adanya tahap-tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran.

3. Melakukan Post-test yaitu pemberian tes kembali kepada sampel penelitian setelah diberi perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok pada subjek penelitian.

4. Analisis Data.

2. Variabel Penelitian

Menurut Narbuko (dalam Ruslan, 2002 ) yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2009) menambahkan Variabel Penelitian adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga ditarik kesimpulannya. Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian meliputi segala sesuatu yang diamati dan ditetapkan untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan :

1). Variabel Bebas (X) berupa perlakuan yaitu pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok.

(51)

C. Instrumen Penelitian 1. Bahan Perlakuan

Layanan Bimbingan Kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno: 1995). Bahan perlakuan dalam bentuk paduan Layanan Bimbingan Kelompok yang terdiri atas dua komponen penting yaitu :

a) Komponen pendahuluan yang menjelaskan mengenai kegiatan Layanan Bimbingan kelompok yang digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan konsep diri siswa dengan menggunakan metode diskusi. b) Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok yang terdiri atas tujuan dan

langkah pelaksanaan. Pada komponen tujuan berisikan rumusan secara operasional mengenai sasaran yang akan dicapai berdasarkan pada tiap tahapan. Selanjutnya, pada komponen langkah pelaksanaan berisikan tentang jabaran operasional yang harus dilakukan oleh peneliti selama proses konseling kelompok berlangsung.

Bahan perlakuan yang telah disusun selanjutnya dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan-masukan yang ada sebagai dasar melakukan revisi panduan Layanan Bimbingan Kelompok sampai dinyatakan cukup memadai dan memenuhi syarat validitas isi, yang selanjutnya dipergunakan sebagai strategi intervensi untuk meningkatkan masalah konsep diri positif pada subyek penelitian / konseli.

(52)

Layanan Bimbingan Kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan meningkatkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Semua anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya; topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta lainnya.

Layanan bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya. Layanan Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan meningkatkan potensi diri pada siswa.

Layanan Bimbingan Kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan untuk membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data (Arikunto, 1998). Metode

(53)

menunjukkan suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah Angket dalam bentuk Skala Konsep Diri.

a. Skala Konsep diri

Skala konsep diri dikembangkan berdasarkan William (dalam Jersild, 1993:209-210), yang memiliki ciri-ciri: yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, dan mampu memperbaiki diri dan sanggup mengubahnya.

Setiap aspek disusun dalam bentuk pertanyaan menurut skala Likert yang terdiri dari terdiri dari 4 kemungkinan jawaban, yaitu : Sangat setuju (SS), Setuju (S), Kurang setuju (KS), dan Sangat Tidak setuju (STS). Sedangkan unutk kelompok jawaban item negatif skor jawaban bergerak dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk Kurang setuju (KS) dan 4 untuk Sangat Tidak setuju (TS).

Tabel 3.2

Distribusi Skor Untuk Pertanyaan Angket

Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Sangat Tidak Setuju (STJ) Skor (+) 4 3 2 1 Skor (-) 1 2 3 4

(54)

b. Observasi

Dalam penelitian ini digunakan Non Participant Observation karena peneliti tidak secara langsung terlibat untuk kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Respondennya adalah Guru/Konselor yang ditunjuk. Alat yang digunakan untuk teknik observasi ini disusun dalam bentuk check list. Selanjutnya hasil check list observasi ini akan dicatat dan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statatistik dengan program computer SPSS for window. 3. Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Untuk menguji validitas item instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

Keterangan : 2 2 2 2 ) ( . ) ( . ) )( ( y y N x x N y x xy N rxy

rxy : Koefiosien korelasi antara variabel X dan Y

x : skor butir y : total skor

x : jumlah skor item y : jumlah skor total

Gambar

Tabel 5.6  Grafik Hasil Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Fitur tersebut tidak tersedia di semua jaringan; beberapa jaringan lain mungkin mengharuskan Anda untuk membuat kesepakatan khusus dengan penyedia layanan agar layanan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum yang dilakukan oleh UPTD Pengelolaan Parkir Dinas

Obligasi tahap I akan diterbitkan sebesar Rp 2 triliun pada semester I tahun 2013, dan tahap II sebesar Rp 2 triliun pada semester III tahun 2013. Perseroan menargetkan

Metode pengajaran merupakan salah satu diantara komponen yang harus dianalisis dalam kontek pengajaran bahasa dalam rangka untuk menunjukkan efektivitas metode yang dipergunakan

Jumlah tercatat liabilitas pajak kini Kelompok Usaha pada akhir periode pelaporan adalah Rp16,2 miliar dan Rp30,1 miliar masing-masing untuk tahun yang berakhir pada

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga dengan segala

Contoh hasil segmentasi deteksi tepi Metode deteksi tepi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode atau operator Robert, Prewitt, Sobel, Laplacian, Kirsch,

sehingga untuk memaksimalkan potensi limbah baglog yang lebih ekonomis, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas pemanfaatan limbah baglog sebagai bahan