• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : TINJAUAN KEMBALI, KESIMPULAN DAN

C. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa saran kepada guru pembimbing dan sekolah SMP Negeri 14 Madiun sebagai berikut :

1. Untuk Sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling baik untuk bimbingan kelompok maupun layanan individual.

a. Layanan Bimbingan Kelompok dapat dipergunakan oleh konselor sebagai salah satu model untuk membantu meningkatkan konsep diri positif pada siswa.

b. Mendorong konselor untuk mengembangkan model layanan konseling baik untuk setting kelompok maupun individual dengan pendekatan yang bervariasi dan untuk pengentasan masalh-masalah tertentu.

3. Untuk Siswa

Hendaknya para siswa dapat lebih memanfaatkan layanan bimbingan kelompok untuk membentuk konsep diri positif siswa dan memotivasi untuk memanfaatkan layanan bimbingan kelompok sebagai tempat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

139

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

_________2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

_________1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Burns, R.B.1993.Self Consept: In Teory Measurement, Development and Behavior. Longman Group Limited.New York.

Gazda, George .1984. Group Counseling and Group Psychotherapy: Theory and Applications . Boston: Eastern Group Psycotherapy Society.

Hurlock.E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan) Alih bahasa : Soedjarno dan Istiwidayanti. Jakarta :Erlangga.

Jersild, Arthur.1993.Child Psychology.New York: Englewood Cliffs, N.J.Prentice Hall, INC.

Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press.

Masri Singarimbun & Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasir, Muh. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah.

Narbuko, C. 2002. Metodelogi Penelitian Memberi Bekal Pada Mahasiswa Tentang Metodelogi Penelitian Serta Dapat Melaksanakan Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Natawidjaja, Rochman. 1985. Materi Pokok Bimbingan dan Penyuluhan. Modul 1-3. Jakarta . Depdikbud . UT.

Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian . Yogyakarta: Universitas Gajah Mada press.

Prayitno dan Amti .1999. Dasar-dasar Bimbingan da Konseling. Jakarta ; Rineka Cipta.

Prayitno.1999.“Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

___________.1995.Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia Indonesia.

Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remaja Karya.

Romlah, Tatiek. 2003. Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ruslan, Rosady.2008. Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

____________.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

_____________.2004. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alvabeta.

Winkel dan Sri Hastuti, 2006. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta

PENDAHULUAN

Peserta didik pada usia remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal untuk berbagai aspek kehidupan. Untuk kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-IQ (Intelligence Quotions) tinggi gagal untuk menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil untuk menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal.

Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50)”.

Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri

tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupunkekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah, serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang

dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

Layanan bimbingan kelompok efektif menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman konsep diri positif bagi dirinya. Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing.

Pemberian layanan bimbingan kelompok dengan 10 kali pertemuan dengan setiap pertemuan 40 menit dilaksanakan mulai tanggal 27 September 2014 sampai tanggal 23 Oktober 2014. Adapun jadwal pelaksaan penelitian sebagai berikut:

No. Tanggal Materi 1. 27 September 2014 Pre Test 2. 30 September 2014 Pertemuan I

Tahap Pembentukan 3. 2 Oktober 2014 Pertemuan II

Tahap Kegiatan

Contoh kasus konsep diri negatif 4. 4 Oktober 2014 Pertemuan III

Tahap Kegiatan

Pengertian dan perlunya konsep diri 5. 7 Oktober 2014 Pertemuan IV

Tahap Kegiatan

Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri 6. 9 Oktober 2014 Pertemuan V

Tahap Kegiatan

Mensikapi permasalahan diri dan orang lain 7. 11 Oktober 2014 Pertemuan VI

Tahap Kegiatan

Cara meningkatkan kepercayan diri 8. 14 Oktober 2014 Pertemuan VII

Tahap Kegiatan

Cara menghindari prasangka dan akibatnya 9. 16 Oktober 2014 Pertemuan VIII

Tahap Kegiatan

Cara meningkatkan sikap positif 10. 18 Oktober 2014 Pertemuan IX

Tahap Kegiatan

Cara mengendalikan dan mengarahkan emosi

11. 21 Oktober 2014 Pertemuan X Tahap Pengakhiran

Evaluasi dan Tindak Lanjut (Follow Up) 12. 23 Oktober 2014 Post Test

Pada pelaksanaan eksperimen layanan bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40).

Dalam pertemuan pertama merupakan tahap pembentukan diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. dan membangun hubungan.

Adapun Langkah-langkah kegiatan:

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, perlibatan diri atau memasukkan diri dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai, mulai mempelajari perilaku-perilaku dasar dari rasa menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan mulai belajar untuk terlibat untuk interaksi kelompok.

PERTEMUAN PERTAMA

TAHAP I

p) Konselor membuka pertemuan dengan salam pembuka dan mengawali dengan doa.

q) Konselor memperkenalkan dirinya dan anggota kelompok.

r) Konselor menjelaskan maksud-tujuan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok g) Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok.

h) Meningkatnya suasana kelompok.

i) Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok.

j) Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota.

k) Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka.

l) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan kelompok. s) Konselor menbacakan tata tertib/aturan dasar kegiatan.

t) Konselor menjelaskan pentingnya kejujuran, keterbukaan, dan kerjasama dalam kelompok.

u) Konselor menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok:

f) Asas kerahasiaan, yaitu semua yang hadir harus menyimpan dan merahasiakan apa saja, data dan informasi yang didengar dan dibicarakan dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Para peserta berjanji tidak akan membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia di luar kelompok.

g) Asas keterbukaan, yaitu semua peserta bebas dan terbukamengeluarkan pendapat, ide, saran, dan apa saja yang dirasakannya dan dipikirkannya;

tidak merasa takut, malu, atau ragu-ragu, bebas berbicara tentang apa saja, baik tentang dirinya,sekolah, pergaulan, keluarga, dan sebagainya.

h) Asas kesukarelaan, yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pembimbing kelompok.

i) Asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan berlaku; semua yang dilakukan dibicarakan dalam bimbingan konseling kelompok harus sesuai dengan norma adat, norma agama, norma hukum, norma ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.

j) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok) ketulusan hati, kehangatan dan empati.

v) Perkenalan dengan menggunakan permainan “Siapa dia?”

a. Konselor meminta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran

b. Konselor meminta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ).

Misal: Nama saya Retno, Nama saya Rachman.

c. Konselor meminta peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri.

Misal : teman saya Retno, saya Mika.

d. Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.

e. Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : “siapa nama anda?‟ atau „siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi ?” Sebelum memulai permainan ini konselor memberi tahu waktu pelaksanaanya yaitu 5-10 menit.

f. Agar siswa lebih jelas dalam melaksanakan permainan konselor memberikan contoh dari permainan yang akan dimainkan. Setelah anggota paham cara permainanya konselor memulai permainan.

g. Konselor menyampaikan kalimat yang sudah dibuat kepada salah satu anggota yang mendapat posisi paling belakang.

h. Konselor menyuruh anggota tersebut menyampaikan berita keanggota kelompok yang berada didepannya sampai anggota kelompok terakhir dengan kalimat sama.Selanjutya sampai barisan anggota paling depan. i. Anggota kelompok paling depan disuruh menyampaikan pesan yang

diterima dari anggota sebelumya.

j. Setelah waktu berjalan tepat 5-10 menit, konselor mengakhiri permainan,dan meminta kelompok menghentikan permainan.

k. Konselor sebagai pemimpin harus melihat permainan anggota dalam melakukan permainan ini.Untuk mengamati reaksi atau respon anggota.

l. Setelah permainan selesai konselor bisa memberikan hadiah berupa ucapan selamat, atas terselesainya permainan.

Contoh: Bagus ternyata anda begitu antusias mengikuti kegiatan ini. m. Konselor meminta anggota duduk dengan posisi melingkar.

n. Setelah peserta sudah terlihat santai kembali, konselor Mengajak siswa untuk mendiskusikan atas permainan yang telah dilaksanakannya tadi. Dengan mengajukan pertanyaan yaitu: Apa yang anda rasakan setelah melakukan permainan tadi? Kesulitan apa yang paling mendasar dari permainan tadi?

Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal, adalah mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan layanan bimbingan kelompok, menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan layanan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama konselor selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Konselor harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi untuk interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dikucilkan. Sehingga telah membangun kepercayaan

kepada anggota kelompok, anggota kelompok telah saling mengenal dengan baik sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik sesama konseli dapat terlibat dan memiliki komitmen yang kuat untuk ikut terlibat dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok

Tahap Kegiatan ini dilakukan dalam 8 pertemuan mulai pertemuan kedua hingga pertemuan kesembilan. Pada tahap ini diharapkan suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Pada kondisi demikian konselor perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. Karakteristik tahap transisi ditandai perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan)

dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan.

Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk digali untuk kelompok, dan belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral

PERTEMUAN II

Pada tahap kegiatan ini untuk mengali contoh kasus-kasus

konsep diri negatif”.

sekaligus memahami kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring umpan balik yang diterima dan membuat kesimpulan yang komprehensif dari berbagai pendapat masukan-masukan untuk pembahasan kelompok dan memutuskan apa yang harus dilakukannya nanti.

Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah masing-masing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing topik atau masalah secara tuntas. masing-masing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas.

Adapun fungsi utama dari konselor pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari.

Contoh kasus:

Langkah-langkah kegiatan selanjutnya:

(11) Konselor bertanya kepada masing-masing konseli mengenai konsep diri mereka. Misalnya dengan pertanyaan:

a) Apa yang dimaksud dengan konsep diri ?

b) Bagaimana menurut kamu, apa itu konsep diri? Konselor membuat diskusi dengan anggota kelompok mengenai konsep diri positif.

Ada seorang Cewek cantik tapi tidak percaya diri... mau dirayu pacarnya……hanya karena takut

diputus pacarnya saja ia mau menyerahkan keperawanannya.

c) Ada yang tahu mengenai konsep diri positif?

Selanjutnya setiap pendapat konseli, yang dilakukan konselor adalah

(8) memberikan penguatan pada setiap anggota kelompok yang telah menyampaikan pendapatnya

(9) memberikan kesimpulan dari hasil diskusi.

(10) Konselor bertanya kepada kelompok mengenai usaha yang dilakukan dalam meningkatkan konsep diri.

(11) Konselor menyimpulkan kembali hasil diskusi. (12) Konselor menjelaskan pentingnya konsep diri. (13) Konselor menjelaskan konsep diri dari sudut teori.

(14) Konselor memotivasi konseli untuk terus berusaha merubah perilaku yang dapat menimbulkan rendahnya konsep diri.

(15) Membuat kontrak kontigensi adalah dengan menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, atau menghentikan dari setiap konseli

(16) Konselor pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang di inginkan dengan cara menberikan hadiah jika anggota berhasil melakukan perubahan atas perilakunya.

Materi

1). Pengertian Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting untuk setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burns (1993:7) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain

Pertemuan III

Pada tahap kegiatan membahas pengertian

dan perlunya konsep diri.

mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.

Untuk kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi

kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

2). Jenis-jenis Konsep diri

Menurut William (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa untuk menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.

Selanjutnya William (dalam Rakmat, 2005:105), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif meliputi:

a. Yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah.

Merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan percaya diri, bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku, lebih mantap menghadapi masalah sebagai suatu ujian dan memandang segala sesuatunya

ditanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri.

b. Merasa setara dengan orang lain.

Selalu merendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain. Tidak melakukan suatu hal yang menyakiti orang lain, tidak menyombongkan diri atas sesuatu yang dimiliki, dan tidak memandang rendah orang lain atas ketidak sempurnaannya.

c. Menerima pujian tanpa rasa malu.

Dokumen terkait