BAB III METODE PENELITIAN
4.3 Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Butir pernyataan yang valid dibuktikan dengan cara membandingkan hasil dari signifikansi dengan tingkat kesalahan. Butir pernyataan dengan signifikansi dibawah tingkat kesalahan 5 persen (0.05) dianggap valid.
No Variabel Item
Pernyataan Sig. Keterangan
1 Distributive justice X1.1 0,000 Valid X1.2 0,000 Valid X1.3 0,000 Valid X1.4 0,000 Valid X1.5 0,000 Valid 2 Procedural justice X2.1 0,001 Valid X2.2 0,000 Valid X2.3 0,000 Valid X2.4 0,000 Valid X2.5 0,000 Valid X2.6 0,002 Valid 3 Interactional justice X3.1 0,000 Valid X3.2 0,000 Valid X3.3 0,000 Valid X3.4 0,000 Valid X3.5 0,000 Valid X3.6 0,000 Valid X3.7 0,000 Valid X3.8 0,000 Valid X3.9 0,000 Valid 4 Work engagement Y.1 0,000 Valid Y.2 0,000 Valid Y.3 0,000 Valid Y.4 0,000 Valid Y.5 0,001 Valid Y.6 0,000 Valid Y.7 0,000 Valid Y.8 0,005 Valid Y.9 0,000 Valid
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Dari hasil uji validitas di tabel 4.5, diketahui bahwa dari lima butir pernyataan distributive justice yang diuji, seluruh pernyataan merupakan pernyataan yang valid. Hal tersebut dibuktikan dengan angka signifikansi dibawah 0,05. Diketahui bahwa dari enam butir pernyataan procedural justice yang diuji, seluruh pernyataan merupakan pernyataan yang valid. Hal tersebut dibuktikan dengan angka signifikansi dibawah 0,05. Diketahui bahwa dari sembilan butir pernyataan interactional justice yang diuji, seluruh pernyataan merupakan pernyataan yang valid. Hal tersebut dibuktikan dengan angka signifikansi dibawah 0,05. Diketahui bahwa dari sembilan butir pernyataan work engagement yang diuji, seluruh pernyataan merupakan pernyataan yang valid. Hal tersebut dibuktikan dengan angka signifikansi dibawah 0,05. Sehingga dapat
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas
Universitas Pertamina - 33
disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan pada penelitian ini merupakan butir pernyataan yang valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan setiap variabel. Variabel yang reliabel dibuktikan dengan cara membandingkan Cronbach alpha dengan standar crombah alpha yang reliabel yaitu 0,7. Instrumen variabel yang reliabel dibutikan jika Cronbach alpha instrumen lebih besar dari 0,7.
Tabel 4. 6 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
1 Distributive justice 0,906 Reliabel
2 Procedural justice 0,819 Reliabel
3 Interactional justice 0,937 Reliabel
4 Work engagement 0,886 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Dari hasil uji reliabilitas pada tabel 4.6 yang telah dilakukan pada instrumen distributive justice, procedural justice, interactional justice dan work engagement dapat diketahui bahwa variabel dibuktikan valid karena Cronbach alpha seluruh instrumen lebih besar dari 0,7.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji NormalitasUji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi secara normal dibuktikan dengan cara membandingkan signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kesalahan yaitu 0.05 atau 5 persen. Data dikatakan terdistribusi secara normal ketika signifikansi lebih besar dari tingkat kesalahan.
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov Test Awal
Setelah membuang
Outlier
Asymp. Sig (2 tail) 0,000 0,091
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Pada uji Kolmogorov-Smirnov pertama, hasil signifikasni menunjukan angka 0,000 dimana angka tersebut dibawah dari tingkat kesalahan 0,05. Sehingga penelitian dikatakan tidak terdistribusi secara normal. Oleh sebab itu, pengeditan data dilakukan dalam upaya memperbaiki data. Mengedit data merupakan kegiatan mencari dan memperbaiki bagian yang hilang dan data yang tidak logistis, tidak konsisten atau tidak sah dalam data yang dikembalikan oleh responden. Dalam upaya pengeditan data, teknik penghapusan outlier digunakan oleh peneliti. Outlier merupakan respon menyimpang yang terdapat pada suatu kumpulan data jawaban. Dalam menghapus outlier terbuang
19 data atau jawaban. Data kemudian di uji kembali dengan hasil 0,091 dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah lolos uji tes normalitas atau dengan kata lain penelitian ini terdistribusi normal dengan membuang 19 outlier.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel bebas. Data yang tidak mengandung gejala multikolinearitas merupakan data yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 da nilai VIF kurang dari 10.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan X1 0,527 1,898 Bebas Multikolinearitas X2 0,361 2,773 Bebas Multikolinearitas X3 0,346 2,892 Bebas Multikolinearitas
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Hasil uji muktikolinearitas dapat dilihat bahwa nilai tolerance ketiga variabel engage memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki gejala multikolinearitas atau bebas multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan menggunaan uji Glesdjer. Data yang tidak memiliki gejala heteroskedastisitas dibuktikan dengan cara membandingkan signifikansi (Sig.) dari uji Glesdjer dengan 0,05. Data dikatakan bebas gejala heteroskedastisitas ketika signifikansi lebih besar dari 0,05.
Tabel 4. 9
Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Glesdjer
Model Sig.
(constant) 0,000
X1 0,166
X2 0,872
X3 0,279
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Dari hasil uji heteroskedastisitas menggunakan metode glejser dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel X1, X2 dan X3 lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Sedangkan uji
Universitas Pertamina - 35
heteroskedastisitas kedua dapat dilakukan dengan uji grafik. Uji grafik dilakukan dengan melihat pola titik pada Scatter Plot. Apabila titik tersebar dan tidak berkumpul pada satu titik, tidak berbentuk pola dan tidak di titik nol (0) maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
Gambar 4. 1 Grafik Scatter Plot
Sumber: Data Primer Diolah (2019) Dari gambar grafik di tersebut titik menyebar dengan pola yang tidak jelas dan tidak berkumpul pada satu titik, tidak berbentuk pola dan tidak berada hanya di titik nol (0). Hal ini menandakan tidak terjadinya gejala heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi work engagement pengemudi GoRide di Kota Bogor berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu distributive justice, procedural justice dan interactional justice.
4.3.3 Uji Hipotesis
Penelitian ini dilakukan menggunakan Uji T, F dan koefisien determinasi atau R square. Jumlah variabel dependen sebanyak tiga varabel dan variabel independen sebanyak satu variabel dengan jumlah total pernyataan adalah sebanyak 29 butir. Adapun gambaran tentang variabel dependen yang terdiri dari distributive justice, procedural justice, interactional justice dan variabel independen yaitu work engagement. Berikut pembahasan mengenai uji hepotesis,
Tabel 4. 10 Hasil Uji Hipotesis
Variabel Koef t sig.
Konstanta 23,268 18,439 0,000
Distributive justice 0,512 5,996 0,000 Procedural justice -0,061 -0,72 0,472 Interactional justice 0,188 3,083 0,002 Variabel Dependen Work engagement
Sig. F 0,000
Adjusted R Square 0,253
1. Hasil Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel tidak engage secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel engage. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Signifikan (Sig.) dengan 0,05. Penelitian dikatakan secara bersama-sama berpengaruh ketika nilai Signifikan lebih kecil dari pada 0,05. Berdasarkan hasil uji F, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 yang merupakan nilai yang lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari distributive justice, procedural justice, interactional justice perusahaan GoJek terhadap work engagement pengemudi GoRide di Kota Bogor.
2. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi atau R Square bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel dependen terhadap variabel independen. Dalam menilai koefisien determinasi terlebih dahulu harus memenuhi uji F dengan hasil terdapat pengaruh simultan. Dengan begitu nilai koefisiensi dapat di maknai. Apabila uji F memiliki kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan, maka nilai koefisien determinasi tidak dapat diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, Uji F telah menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan sehingga dapat dilakukannya koefisien determinasi. Berikut adalah hasil dari nilai koefisien determinasi penelitian ini,
Berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisiensi, diketahui bahwa R Square penelitian ini adalah sebesar 0,253 atau 25,3 persen. Nilai tersebut dikategorikan sebagai niali koefisiensi diterminasi yang tidak terlalu tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, variabel dependen secara bersama-sama mempengaruhi variabel independen sebesar 25,3 persen. Artinya, terdapat 74,7 persen pengaruh dari faktor diluar dari faktor-faktor atau variabel-variabel yang diteliti.
3. Model Regresi
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SPSS 24, maka diperoleh hasil persamaan regresi adalah sebagai berikut,
Y=23,268+0,512X1-0,061X2+0,188X3
Persamaan regresi diatas menunjukan hubungan antara varibel independen dengan variabel dependen secara parsial, dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa,
a. Nilai constanta adalah 23,268, artinya jika tidak terjadi perubahan variabel distributive justice, procedural justice dan interactional justice (X1, X2 dan X3 adalah 0) maka work engagement pada pengemudi GoRide di Kota Bogor ada sebesar 23,268 satuan.
b. Nilai koefisiensi regresi distributive justice adalah 0,512, artinya jika variabel distributive justice (X1) meningkat 1 satuan dengan asumsi variabel procedural justice (X2), interactional justice (X3) dan konstanta (a) adalah nol, maka work engagement pengemudi GoRide Kota Bogor meningkat sebesar 0,512. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel distributive justice berkontribusi positif bagi work engagement. Sehingga semakin tinggi
Universitas Pertamina - 37
distributive justice yang di tunjukan perusahaan GoJek, maka semakin tinggi work engagement dari pengemudi GoRide.
c. Nilai koefisiensi regresi procedural justice adalah -0,061, artinya jika variabel procedural justice (X2) meningkat 1 satuan dengan asumsi variabel distributive justice (X1), interactional justice (X3) dan konstanta (a) adalah nol, maka work engagement pengemudi GoRide Kota Bogor menurun sebesar -0,061. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel procedural justice tidak berkontribusi positif bagi work engagement. Sehingga adanya procedural justice yang di tunjukan perusahaan GoJek, tidak merubah work engagement dari pengemudi GoRide.
d. Nilai koefisiensi regresi interactional justice adalah 0,188, artinya jika variabel interactional justice (X3) meningkat 1 persen dengan asumsi variabel procedural justice (X2), distributive justice (X3) dan konstanta (a) adalah nol, maka work engagement pengemudi GoRide Kota Bogor meningkat sebesar 0,188. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel interactional justice berkontribusi positif bagi work engagement. Sehingga semakin tinggi interactional justice yang di tunjukan perusahaan GoJek, maka semakin tinggi work engagement dari pengemudi GoRide.
4. Hasil Uji T
Uji T bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel tidak engage dengan variabel engage secara parsial atau sendiri-sendiri. Pengambilan keputusan uji T ditentukan berdasarkan perbandingan nilai signifikasi dari hasil uji T dengan propabilitas 0,05. Berdasarkan Hasil Uji T, terdapat dua variabel yang berpengaruh dan satu variabel yang tidak berpengaruh secara parsial. Dua variabel yang berpengaruh secara parsial terdiri dari variabel distributive justice dan interactional justice yang masing-masing memiliki nilai T positif dan nilai Signifikansi masing-masing 0,000 dan 0,002. Nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05 maka H1 dan H3 ditolak diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel distributive justice (X1) dan interactional justice (X3) berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap work engagement pengemudi GoRide di Kota Bogor. Berbeda dengan distributive justice dan interactional justice, procedural justice (X2) tidak berpengaruh terhadap work engagement. Variabel tersebut memiliki nilai Signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,472. Sehingga dapat disimpulkan variabel procedural justice tidak berpengaruh positif terhadap work engagement atau tolak H2.