• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PENARIKAN PBB

A. Analisis Metode Perbandingan NJOP

Pada bab ini dibahas bobot tiap kriteria hasil perbandingan berpasangan dan analisis terhaap hasil urutan prioritas ketiga metode, yaitu:17

1. Metode The Analytic Herarchy Process (AHP)

Penentuan prioritas objek penilaian individu dimana sepenuhnya menggunakan pendekatan AHP.

2. Metode Bobot Sama

Penentuan prioritas objek penilaian individu dimana mekanisme hitungan menggunakan pendekatan AHP namun bobot kriteria dibuat sama besar. 3. Metode Aca

Penentuan prioritas objek penilaian individu yang digunakan oleh KP PBB Medan pada tahun 2010

Meskipun KP PBB Medan memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian individual sebanyak 50 objek pajak per tahun namun karena pada tahun 2010 anya 30 objek pajak maka fokus analisis dilakukan terhadap 30 prioritas utama.

17

a. Analisis Bobot Kritera

Penelitian ini menggunakan dua jenis bobot kriteria. Jenis pertama, semua kriteria diberi bobot sama yaitu masing-masing sebesar 2,5. Jenis kedua, bobot tiap kriteria dihasilkan dari perbandingan berpasangan melalui lembar kuesioner. Rinci angka bobot hasil kuesioner disajikan pada tanggal 1 berikut:

KRITERIA KEPALA SEKSI PEDANIL KEPALA SEKIS PENAGIHAN PEJABAT FUNGSIONAL PENILAI PBB RERATA SEMUA AKTOR NJOP 0,5831 0,2674 0,3033 0,3846 Usia Penilaian 0,2895 0,1267 0,5585 0,3249 Tingkat Ketaatan WP 0,0849 0,5660 0,0950 0,2486 Jarak dari Kantor 0,0425 0,0399 0,0432 0,0418

Angka bobot pada tabel di atas menunjukkan bahwa dalam penentuan prioritas objek penilaian individual kepala seksi pendataan dan penilaian lebih mengutamakan objek dengan NJOP besar yaitu dengan memberi bobot 0,5831. Kepala seksi penagihan berpandangan bahwa wajib pajak yang taat hendaknya lebih diutamakan yaitu dengan memberi bobot 0,5660. Pejabat fungsional penilai PBB lebih mengutamakan objek penilaian individual yang memiliki usia penilaian lama. Semua aktor sepakat bahwa jarak dari kantor pelayanan PBB merupakan pertimbangan terakhir diantara empat kriteria yang digunakan. Hasil rerata atas preferensi semua aktor menempatkan NJOP

sebagai kriteria yang paling diperhitungkan yaitu dengan bobot sebesar 0,3846.

Perbedaan variasi bobot kriteria menunjukkan bahwa para aktor sangat ketat dalam upaya mencapai tujuan yang menjadi tanggungjawab masing-masing. Kepala seksi pendataan dan penilaian sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam menggali potensi pajak memberi bobot tinggi terhadap NJOP dan usia penilaian dibanding kriteria lain. Hal ini ia lakukan karena NJOP dan usia penilaian merupakan unsur yang paling menentukan besar kenaikan potensi pajak dibanding dua kriteria yang lain.

Kepala seksi penagihan bertanggungjaab untuk menekan sekecil mungkin tumbuhnya tunggakan pajak sehingga memberikan bobot terbesar pada kriteria tingkat ketaatan dibanding tiga kriteria yang lain. Pejabat fungsional penilai PBB merupakan pelaksana teknis kegiatan penilaian individual yang setiap hari lebih sering berinteraksi dengan seksi pendataan penilaian ternyata juga memiliki preferensi yang tidak jauh berbeda dengan kepala seksi pendataan dan penilaian yaitu mengutamakan kriteria NJOP dan usia penilaian, hanya saja usaia penilaian lebih diutamakan dibanding NJOP.

Bobot pada kriteria jarak menunjukan bahwa ketiga aktor memandang bahwa jarak adalah hal yang tidak terlalu penting untuk dipertimbangkan sehingga semua sepakat memberi bobot terkecil.

b. Analisa Urutan Prioritas Hasil Metode AHP

Potensi kenaikan NJOP pada urutan prioritas objek penilaian individual hasil metode AHP disajikan pada tabel 2 berikut:

PRIORITAS NJOP 2010 POTENSI KENAIKAN NJOP

Rp. % 10 UTAMA 754.032.797.000 151.506.537.728 20% 20 UTAMA 788.382.120.000 182.532.822.151 23% 30 UTAMA 825.606.322.000 209.384.244.911 25% 40 UTAMA 900.106.565.000 241.070.373.145 27% 50 UTAMA 928.516.348.000 253.897.071.215 27%

Tigapuluh prioritas utama objek penilaian individual hasil metode AHP menghasilkan potensi kenaikan NJOP sebesar Rp. 209.384.244.911,- atau 25% terhadap NJOP 2010 artinya rata-rata objek pajak memberikan kontribusi kenaikan NJOP sebesar Rp. 6.979.474.830,-. Sebagaimana tersaji pada tabel 3 jumlah wajib pajak yang selama 10 tahun terakhir senantiasa membayar tepat waktu adalah 27 (90%) wajib pajak dengan nilai potensi NJOP 2011 sebesar Rp. 797.057.349.681 (77%).

Tabel 3. Potensi lunas tepat waktu metode AHP

PRIORITAS NJOP 2008

POTENSI LUNAS TEPAT WAKTU Rp. OP 10 UTAMA 905.539.334.728 702.990.191.792 8 20 UTAMA 970.914.942.151 768.365.799.215 18 30 UTAMA 1.034.990.566.911 797.057.349.681 27 40 UTAMA 1.141.176.938.145 886.854.278.835 36 50 UTAMA 1.182.413.419.215 913.535.030.610 45

Kemampuan KP PBB Medan untuk melakukan penilaian individual maksimal adalah 50 objek pajak per tahun. Tabel 2 menunjukan bahwa metode AHP memiliki kecenderungan peningkatan persentase jumlah kenaikan NJOP pada beban kerja 10, 20, 30, 40, maupun 50 objek pajak.

Dengan demikian akan lebih efisien apabila melaksanakan penilaian individual sebanyak 50 objek pajak.

Puncak persentase potensi peningkatan NJOP dicapai pada saat objek penilaian individual sebanyak 94 objek pajak yaitu sebesar 31,44% atau Rp. 372.054.616.671.

c. Analisi Urutan Prioritas Hasil Metode Bobot Sama

Potensi kenaikan NJOP dan potensi pelunasan pada urutan urioritas objek penilaian individual hasil metode bobot sama disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Potensi kenaikan NJOP metode bobot sama

PRIORITAS NJOP 2010 POTENSI KENAIKAN NJOP

Rp. % 10 UTAMA 544.843.820.000 129.386.336.929 24% 20 UTAMA 590.029.275.000 161.348.603.290 27% 30 UTAMA 612.205.212.000 180.237.315.322 29% 40 UTAMA 682.941.006.000 211.085.203.567 31% 50 UTAMA 724.136.977.000 236.813.626.567 33%

Ada 30 prioritas utama objek penilaian individual hasil metode bobot sama menghasilkan potensi kenaikan NJOP sebesar Rp. 180.237.315.322,-

atau 29% terhadap NJOP 2009 artinya rata-rata tiap objek pajak memberikan kontribusi kenaikan NJOP sebesar Rp. 6.007.910.511,-. Jumlah wajib pajak yang selama 10 tahun terakhir senantiasa membayar tepat waktu adalah 28

(97%) wajib pajak dengan nilai potensi NJOP 2010 besar Rp. 589.893.384.386 (74%), sebagaimana tercantum pada tabel 5.

Kemampuan KP PBB Medan untuk melakukan penilaian individual maksimal adalah 50 objek pajak per tahun. Tabel IV 3 menunjukkan bahwa metode bobot sama memiliki kecendrungan peningkatan persentase jumlah kenaikan NJOP pada beban kerja 10, 20, 30, 40 maupun 50 objek pajak, dengan demikian akan lebih efisien apabila melaksanakan penilaian individual sebanyak 50 objek pajak.18

PRIORITAS

Puncak efisiensi dicapai pada saat objek penilaian individual sebanyak 62 objek pajak yaitu dengan persentasei jumlah kenaikan NJOP sebesar 33,24% atau Rp. 258.581.576.942.

Tabel 5. Potensi Pelunasan Tepat Waktu Metode Bobot Sama

NJOP 2010 POTENSI KENAIKAN NJOP

Rp. OP 10 UTAMA 674.230.156.929 471.681.013.994 8 20 UTAMA 751.377.878.290 548.828.735.354 18 30 UTAMA 792.442.527.322 589.893.384.386 29 40 UTAMA 984.026.209.567 656.092.992.336 37 50 UTAMA 960.950.603.567 706.627.953.257 46 18

d. Analisis Urutan Prioritas Hasil Metode Acak

Potensi kenaikan NJOP dan potensi pelunasan pada urutan prioritas objek penilaian individual hasil metode acak disajikan pada tabel 6.

Ada 30 prioritas utama objek penilaian individual berdasarkan urutan prioritas objek penilaian individual dengan metode acak menghasilkan potensi kenaikan NJOP sebesar Rp. 152.667.528.562,- atau 23% terhadap NJOP 2010 rtinya rata-rata tiap objek pajak memberikan kontribusi kenaikan NJOP sebesar Rp. 5.088.917.619,-

Tabel 6. Potensi kenaikan NJOP metode acak

PRIORITAS NJOP 2010 POTENSI KENAIKAN NJOP

Rp. %

10 UTAMA 20 UTAMA

30 UTAMA 668.827.920.000 152.667.528.562 23%

Jumlah wajib pajak yang selama 10 tahun terakhir senantiasa membayar tepat waktu adalah 15 (50%) wajib pajak dengan nilai potensi NJOP 2010 besar Rp. 584.486.789.486 (71%), sebagaimana disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Potensi pelunasan tepat waktu metode acak

PRIORITAS NJOP 2010 POTENSI KENAIKAN NJOP

Rp. OP

10 UTAMA 20 UTAMA

e. Perbandingan Antar Metode

Berikut akan dibandingkan ketiga metode dari sisi jumlah potensi kenaikan NJOP dan potensi lunas tepat waktu. Perbandingan dilakukan terhadap data 30 prioritas utama.

1) Perbandingan potensi kenaikan NJOP

Perbandingan kemampuan tiap metode penentuan prioritas objek penilaian individual menggali potensi kenaikan NJOP.

2) Perbandingan potensi pelunasan tepat waktu

Perbandingan kemampuan tiap metode penentuan prioritas objek penilaian individual dalam potensi pelunasan tepat waktu.

Persentasi tertinggi potensi lunasi tepat waktu dimiliki oleh tigapuluh prioritas utama hasil metode AHP yaitu 77% dari potensi NJOP tahun 2010 Rp. 797.057.349.681,-. Potensi kedua diduduki metode bobot sama yaitu sebesar 74% dari potensi NJOP tahun 2010 atau Rp. 589.893.384.386,-

Tigapuluh prioritas utama hasil metode acak memiliki persentasei terkecil yaitu sebesar 71% dari potensi NJOP tahun 2010 atau Rp. 584.486.789.486,-. Dari sisi potensi pelunasan tepat waktu metode AHP kembali menduduki metode terbaik.19

19

Rusjdi, M. KUP Ketentuan Umum dan Tata Cara Penghitungan Pajak, (Jakarta: PT. Ineks, 2003), hal. 56.

B. Mekanisme Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai Dasar