• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa antara Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan

KLASIFIKASI NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BANGUNAN UNTUK OBJEK PAJAK SEKTOR PERDESAAN DAN SEKTOR PERKOTAAN

C. Penyelesaian Sengketa antara Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan

C. Penyelesaian Sengketa antara Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Medan

Dari penelitian penulis di wilayah kerja KPPBB Medan, penulis mencoba menguraikan serta prosedur penyelesaiannya sengketa antara wajib pajak dengan pejabat pajak antara lain:

1. Keberatan atas penunjukan sebagai Wajib Pajak

Dalam masalah ini WP dalam penyelesaiannya harus melaksanakan syarat dan prosedur yang berlaku. Syaratnya: surat permohonan dari WP sendiri atau yang dikuasakan dengan dilengkapi fotocopy KTP dari WP, SPPT asli tahun yang bersangkutan, berikut informasi siapa yang menjadi wajib pajak atas obyek pajak yang dimaksud, serta alasna-alasan dan bukti-bukti pendukung lainnya. Surat permohonan dibuat dalam bahasa Indonesia disertai alasan serta bukti yang kuat. Prosedur penyelesaiannya adalah sebagai berikut: WP yang berada /berdomisili di wilayah kerja KPPBB Medan

menyerahkan surat permohonan beserta lampirannya ke KPPBB Medan ke bagian petugas penerima berkas di tempat pelayanan. Dalam hal masih diperlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan masalahnya, dapat menghubungi dan meminta penjelasan kepada petugas pemberi informasi (public relation) di tempat pelayanan.

Petugas penerima berkas setelah menerima dan meneliti kelengkapan permohonan WP, melakukan kegiatan antara lain: mengecek data WP yang bersangkutan melalui nomor obyek pajak (NJOP), letak obyek pajak, atau nama WP, dalam hal permohonan belum lengkap persyaratannya, kepada WP akan diberitahu secara lisan atau tertulis untuk dilengkapi lebih dahulu, dan permohonan tetap diproses, mengisi data umum persyaratan, mencatat nomor dan tanggal agenda, membubuhkan tanda tangan, nama jelas, NIP dan stempel kantor pada formulir pelayanan wajib pajak, merekam nomor dan tanggal penerimaan permohonan WP pada komputer atau mencatatnya pada buku penjagaan, menyerahkan tanda terima berkas kepada WP bersangkutan sebagai tanda penerimaan permohonan, kemudian meneruskan berkas WP tersebut berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas seksi penetapan untuk diproses lebih lanjut.

Petugas pemproses masalah (dalam hal ini petugas seksi penetapan), setelah menerima berkas permohonan WP berikut formulir pelayanan wajib pajak dari petugas penerima berkas melakukan kegiatan sebagai berikut: menatausahakan permohonan WP pada buku penjagaan, menkonfirmasikan

permohonan WP tersebut kepada petugas yang ditunjuk menangani data grafis /peta untuk mengecek kebenaran posisi relatif dari obyek pajak bersangkutan, petugas yang ditunjuk menangani data grafis / peta mengecek posisi nilai obyek pajak pada peta kerja dan berdasarkan data yang diterima dari WP atau hasil penelitian lapangan oleh tenaga fungsional atau petugas pembina wilayah melalui petugas peneliti, kemudian meneruskan berkas permohonan WP yang telah diproses tersebut di atas berikut formulir pelayanan wajib pajak kepada petugas peneliti, dalam hal ini kepada sub seksi intensifikasi atau ekstensifikasi penetapan atau pejabat lain yang ditunjuk, setelah menerima permohonan WP berikut formulir dari petugas pemproses masalah, melakukan kegiatan antara lain: meneliti kelengkapan persyaratan dan bahan-bahan yang diperlukan serta memutuskan perlu tidaknya diadakan penelitian lapangan untuk memproses permohonan WP yang diterimanya dari petugas pemproses masalah, dalam hal permasalahan yang diteliti tersebut diperlukan keputusan oleh pejabat atasannya (kepala seksi penetapan dan/atau KPPBB Medan), maka berkas permohonan WP diteruskan kepada koordinator tempat pelayanan beserta formulir pelayanan wajib pajak. Tempat pelayanan yang telah diputuskan KPPBB melakukan kegiatan penelitian seperlunya dan mencatat pada buku penjagaan berkas permohonan WP serta meneruskan ke seksi pengolahan data dan informasi untuk diproses lebih lanjut kemudian meneliti hasil keluaran dari seksi pengolahan data dan informasi untuk ditandatangani oleh KPPBB dan diteruskan kepada petugas penyampaian

hasil keluaran berupa surat keputusan pembatalan penunjukkan sebagai wajib pajak.

Hasil keluaran lainnya berupa SPPT atas nama wajib pajak yang baru, STTS dan DHKP ke seksi penetapan untuk ditatausahakan. Petugas penyampai hasil keluaran, setelah menerima hasil keluaran koordinator tempat pelayanan melakukan kegiatan mencatat pada buku penjagaan atau merekam pada komputer pelayanan tanggal penyelesaian permohonan WP, menyampaikan hasil keluaran berupa surat keputusan pembatalan penunjukkan sebagai wajib pajak. Melalui petugas pembina wilayah KPPBB Medan atau kasub bagian tatausaha untuk dikirim melalui pos.

2. Pembetulan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) karena salah dalam perhitungannya

Dalam hal ini WP harus melaksanakan syarat pembetulan yaitu: mengajukan surat permohonan dari wajib pajak yang bersangkutan atau yang dikuasakan disertai fotocopy KTP, surat kuasa, apabila dikuasakan kepada pihak lain, surat pemberitahuan obyek pajak (SPOP) yang telah diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta telah ditandatangani, fotocopy SPPT tahun bersangkutan, fotocopy bukti pendukung lainnya, seperti: akte jual beli, sertifikat dan IMB bersangkutan. Langkah berikutnya adalah prosedurnya: WP menyerahkan surat permohonan beserta lampirannya kepada petugas penerima berkas di tempat pelayanan di wilayah kerja KPPBB Medan.

Kemudian petugas penerima berkas mengecek data WP yang bersangkutan di layar monitor melalui nilai obyek pajak (NJOP), letak obyek pajak, atau nama WP. Apabila persyaratan formal belum dipenuhi, maka WP maka diberitahukan secara lisan maupun tulisan untuk dilengkapi terlebih dahulu, dan permohonan tetap diproses. Kemudian mengisi data umum persyaratan, menatat data umum persyaratan, mencatat nomor dan tanggal agenda, ditandatangani dengan nama jelas, NIP dan stempel kantor formulir pelayanan wajib pajak, untuk diteruskan kepada petugas seksi penetapan untuk menatausahakan permohonan WP pada buku penjagaan dan mengkonfirmasikan kepada petugas verifikasi untuk mengecek kebenaran posisi relatif obyek pajak pada peta kerja yang ada data grafis. Kemudian formulir pelayanan wajib pajak diserahkan kepada kepala sub seksi intensifikasi dan ekstensifikasi penetapan untuk diteliti dan diuraikan. Dalam penelitian dan penguraian ini diperlukan keputusan dari kepala seksi penetapan dan/atau kepala kantor pelayanan PBB. Setelah ada keputusan diteruskan kepada koordinator tempat pelayanan berikut formulir pelayanan wajib pajak, untuk diteliti seperlunya dan dicatat dalam buku penjagaan. Kemudian diteruskan kepada seksi pengolahan data dan informasi yang kemudian diserahkan kepada kepala kantor pelayanan KPPBB Medan untuk ditandatangani dan menerima hasil keluaran SPPT/SKP surat keputusan pembetulan ketetapan salah hitung diteruskan kepada petugas penyampai hasil keluaran, yang kemudian mengeluarkan hasil keluaran lainnya berupa surat

tanda terima setoran (STTS) dan data hasil keluaran pajak (DHKP) untuk ditatausahakan oleh seksi penatapan. Data keluaran tersebut melalui sub bagian tata usaha dikirimkan melalui jalur pos ke wajib pajak. Kemudian menghimpun tanda terima SPPT/SKP dan formulir pelayanan wajib pajak yang telah ditandatangani oleh WP bersangkutan.

a. Pengajuan Keberatan

Apabila dalam keputusan WP ditolak, maka alternatif lain yang akan dilakukan WP adalah mengajukan keberatan. Menurut pasal 15 UU No. 12/1994 tentang PBB, WP dapat mengajukan surat keberatan atas surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) dan surat ketetapan pajak (SKP). Bagi WP di wilayah KPPBB Medan, bisa mengajukan surat keberatan ke kantor pelayanan PBB, dimana akan diproses lebih dahulu dalam wewenang seksi keberatan. Dalam memproses surat keberatan dari WP ini, seksi keberatan akan meneliti apakah surat keberatan dari WP sudah memenuhi syarat formal yang telah ditetapkan yaitu: keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, diajukan dalam jangka 3 (tiga) bulan sejak diterimanya SPPT/SKP dan syarat lain yang tercantum dalam pasal 15 UU No. 12/1994 tentang PBB. Dalam bab itu, dalam proses ini seksi keberatan akan melakukan uraian keberatan yang berisi: 1) Identitas wajib pajak:

Nama : ……….

Alamat : ……….

2) Surat keberatan wajib pajak Tanggal/nomor : ……….

Diterima tanggal : ……….

Keberatan atas : ……….

Alasan keberatan : ………. 3) Wewenang mempertimbangkan:

Landasan hukum pertimbangan

Siapa yang berwenang mempertimbangkan 4) Alasan ketetapan

5) Sanggahan wajib pajak atas ketetapan:

Isinya pada intinya bahwa WP keberatan atas dikeluarkanya ketetapan dan WP minta ditinjau kembali.

6) Uraian ketetapan:

Telah ditelitinya surat keberatan WP apakah sudah memenuhi persyaratan formal atau belum.

7) Lampiran-lampiran Surat pernyataan WP 8) Kesimpulan

Dalam hal ini petugas menyimpulkan hasil peninjauannya berdasarkan apa yang menjadi keberatan WP beserta alasannya. Petugas tidak

dibenarkan menambah atau mengurangi segala yang menjadi keterangan dari WP dalam surat keberatannya.

9) Usul

Petugas dalam hal ini mengusulkan, berdasarkan peninjauannya apakah surat keberatan WP diterima atau tidak.

Dalam keputusannya ada 3 (tiga) orang yang menandatangani surat keberatan WP yaitu: KPPBB setempat, kepala seksi keberatan serta petugas pemeriksa.

b. Pengajuan Banding

Dalam hal apabila WP masih ditolak atau kurang puas dalam hasil keputusan dari surat keberatannya, maka ada upaya akhir dari WP untuk mengajukan banding kepada badan peradilan pajak. Syarat-syarat formal pengajuan banding sudah dibahas pada Bab II terdahulu. Sedangkan apabila kita membicarakan proses pengajuan banding menurut penelitian penulis sebenarnya ada 4 tahap yaitu: pertama, pengiriman surat permohonan banding WP ke sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP), dalam hal ini dikirimkan ke jalan Cut Meutia No. 7 Jakarta. Kedua, permintaan surat uraian atas surat permohonan banding dari sekretariat majelis pertimbangan pajak ke KPPBB di wilayah kerja WP, dalam hal ini KPPBB Medan untuk dibuatkan surat uraian banding atas nama WP, dimana akan diterima oleh sekretariat BPSP dalam rangka 3 (tiga), disertai berkas yang lengkap dari WP bersangkutan. Ketiga,

pemprosesan surat uraian banding oleh KPPBB wajib pajak bersangkutan. Keempat, pengiriman kembali kertas surat permohonan banding WP dari KPPBB ke BPSP untuk diproses dan diputuskan.

Dari tahap-tahap di atas, menurut penulis yang sangat penting untuk menjadi dasar keputusan MPP adalah tahap ketiga, yaitu proses uraian surat permohonan banding wajib pajak yang diproses KPPBB setempat, dimana format uraian hasil penelitian penulis adalah sebagai berikut:

1) Umum

Berisi: nama lengkap pemohon banding (WP), nomor obyek pajak, alamat serta keterangan dari KPBB dalam memenuhi permintaan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP).

2) Ketentuan formal

Keputusan Dirjen pajak c.q. KPPBB setempat dengan ketetapan menolak permohonan keberatan wajib pajak. Surat permohonan banding yang dibuat, dan diterima serta permintaan uraian banding dari BPSP, apakah masih ada kekurangan. Landasan hukum pasal 27 UU No. 9/1994 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Penelitian terhadap surat pernyataan WP.

3) Alasan-alasan permohonan banding Berisi keterangan dan sanggahan WP 4) Tanggapan atas permohonan banding

Hasil laporan verifikasi lapangan (verlap) Tanggapan atas alasan-alasan WP.

5) Kesimpulan dan usul

Apakah permohonan banding sudah memenuhi ketentuan formal sebagaimana dimaksud dengan pasal 17 UU No. 9/1994.

Alasan-alasan yang dikemukakan WP apakah sudah didukung data-data yang kuat.

Dalam usulan berdasarkan keputusan KPPBB mengusulkan tetap mempertahankan (menolak) atau BPSP mempunyai pertimbangan lain.

Sebagai bahan pertimbangan untuk BPSP, maka KPPBB menyertakan dokumen pendukung yang menjadi dasar pertimbangan BPSP nantinya, berupa: laporan hasil verifikasi lapangan (Verlap), surat keberatan WP, uraian penyelesaian keberatan, surat pernyataan WP tertanggal, surat permohonan banding WP tertanggal. Dan surat uraian ini ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat.

Dalam proses pemutusan oleh BPSP, WP perlu menggaris bawahi 2 ayat dalam UU No. 9/1994 pasal 27 pasal 27 ayat 4 dan 5, dimana ayat 4 berbunyi: ‘putusan badan peradilan pajak merupakan putusan akhir dan bersifat tetap”; sedangkan ayat 5 berbunyi: “pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak”. Satu lagi yang mungkin penting bagi WP adalah pada pasal 27 A, dimana menyebutkan bahwa apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau

seluruhnya, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan.33

33

Purbapronoto, K. Beberapa Catatan Tentang Hukum Perpajakan, (Bandung: Kilat Maju, 2003), hal. 68.

Dari semua keterangan di atas, secara formalitas demi kepastian hukum, WP tidak akan ragu lagi dalam mengajukan permohonan keberatan ataupun banding.

BAB V