• Tidak ada hasil yang ditemukan

THERAPEUTIC COMMUNITY

C. Analisis Metode Therapeutic Community (TC)

TC adalah sekelompok orang dengan masalah yang sama, mereka berkumpul untuk saling bantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, man helf man to help himself, yaitu seseorang menolong orang lain untuk menolong dirinya. Dalam program TC kesembuhan diciptakan lewat perubahan persepsi/pandangan alam (the renewal of

worlview) dan penemuan diri (self discovery) yang mendorong

pertumbuhan dan perubahan (growth and change).15

Metode TC merupakan Treatment atau program bagi para penyalahguna Narkotika, yang pada dasarnya memakai konsep Humanis. Di dalam TC tidak ada kekerasan secara fisik tetapi, saling membantu dalam suatu kelompok untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Yang berarti man helping man to help himself yakni seseorang menolong orang lain untuk menolong dirinya sendiri. Karena ketika para penyalahguna terkena Narkotika dikarenakan mereka mendapatkan teman dan lingkungan yang buruk atau negative, sedangkan di tempat Rehabilitasi ini mereka mendapatkan teman serta lingkungan yang positif yang akan membawa mereka jauh dan terlepas dari jeratan Narkotika.

Menurut Dwinanda Ananta tentang metode TC dan penerapan TC

“Sebuah metode yang ada di Unit Terapi dan Rehabilitasi yang ada

di BNN lido ini difokuskan tidak hanya untuk pemulihan saat ini saja, tetapi dalam jangka panjang dan role person atau memperbaiki hubungan antara anak dan keluarga. Dan metode ini efektif karena seorang residen tidak hanya sehat secara jasmani tetapi juga secara psikologi dan social sedangkan penerapan dalam TC menurutnya lebih humanis”. 16

Pendapat ini karena dalam metode TC sesuaidengan lima tonggak dalam program yakni family mileu concept (konsep kekeluargaan) untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga dan juga sesuai dengan empat struktur program TC yakni pada emotional dan psychological (pengendalian emosi dan psikologi) ini bisa dilakukan melalui kelompok static group, teguran rekan sebaya apabila emosional dan lain-lain kerja kelompok yang

16

berhubungan. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan kekerasan karena itu sangat melanggar peraturan utama (cardinal rules) dalam metode TC. Sedangkan pendapatnya mengenai penerapan disesuaikan dengan empat struktur dalam program TC yakni pada behavior management shaping (pembentukan/ pemangkasan tingkah laku) lebih tepatnya pada perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat. Dan dalam pembentukan ini ada pada tools of the

house .

Sedangkan menurut Wilis Wulandari

“TC merupakan salah satu program pemulihan yang mempunyai

dari pecandu untuk pecandu dan Penerapan program TC yakni berdasarkan literature yang diterapkan dari Amerika hanya saja dikombinasikan dengan culture di Indonesia contohnya ketika saya di Amerika di sana waktu home leave (pulang ke rumah) dibagikan kondom tetapi di Indonesia tidak karena itu menyalahi culture Indonesia yang melarang seks bebas.”17

Pendapatnya ini karena dalam lingkungan rehabilitasi Unitra setelah residen pada tahap re-entry adapula discharge ( setelah selesai program ia boleh keluar dari lingkungan Unitra) atau ia dapat menjadi OJT

(on job training) atau konselor mantan pengguna narkotika. Sedangkan

dalam program therapeutic community ditujukan kepada residen fase pemantapan (older member) yang mendapatkan outing/ home leave

17

(priviledge yang diberikan kepada anggota keluarga untuk keluar dengan keperluan tertentu, seperti medical dan keperluan lainnya) ditempat rehabilitasi Unitra. Ini jelas ada perbedaan dengan saat ia mempelajari metode TC di Amerika dengan Indonesia, disana sesuai dengan culture Negara yang free sex/ seks bebas maka dibagikan kondom secara percuma supaya mengurangi penggunaan narkotika. Sedangkan di Indonesia tidak dapat membagikan kondom secara percuma, karena culture Indonesia tidak memperbolehkan melakukan seks bebas.

Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pertemuan dapat teranalisis dalam metode therapeutic community dari seluruh kegiatan yang ada dalam teori dan tempat rehabilitasi Unitra dijalankan sesuai dengan penerapannya. Dari kegiatan morning meeting, morning briefing, open house, encounter group, seminar, general meeting, community group (

vocational/ workshop, probe, extended, marathon), Walaupun ada

perbedaan yakni terlihat dari penempatan pembagian hak residen pada hampir semua tahapan fase pada residen (younger, middle, dan older

member), tetapi pada intinya sama. Di Unitra ini tidak terlalu dirincikan

peraturan untuk mayor rules dan house rules hanya peraturan untuk residen yang lebih ditekankan.

101

A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan menganalisis berbagai

permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Metode Therapaeutic

Community Bagi Residen Narkotika di Unit Terapi dan Rehabilitasi BNN,

Lido-Bogor”, akhirnya penulis sampai pada tahap kesimpulan.

Semua Dari keseluruhan rangkaian metode, kegiatan dan pertemuan dalam therapeutic community dapat disimpulkan, diantaranya: 1. Penerapan metode therapeutic community ini hampir keseluruhannya

sesuai dengan metode therapeutic community di tempat Rehabilitasi Unitra dan dijalankan dengan baik dan tersusun dari morning meeting, morning briefing, open house, encounter group, seminar, general meeting, community group ( vocational/ workshop, probe, extended,

marathon),dengan jadual masing-masing kegiatan yang ditemukan oleh

peneliti pada tempat rehabilitasi Unitra. Walaupun ada perbedaan yang ditemukan peneliti pada bagian penempatan hak-hak (priviledge) para residen tetapi sebagian besar pada intinya sama. Dan penekanan peraturan hanya pada residen sedangkan untuk mayor rules dan house

rules tidak peneliti temukan di rehabilitasi residen female.

2. Keunggulan serta kelemahan dalam metode therapeutic community dapat dilihat dari pendapat konselor dan residen bahwa keunggulan

lebih mendominasi Karena perubahan-perubahan yang residen rasakan langsung selama mengikuti program therapeutic community. Dari segi kelemahan mereka tidak menganggapnya sebagai kendala yang besar besar karena kendala itu hanya ada pada diri mereka dan mereka dapat mengatasinya dengan baik.

3. Respon dari para residen ini memberikan tanggapan yang baik setelah mereka dapat melewati program therapeutic community. Karena perubahan ke arah yang lebih baik yang mereka rasakan lansung dalam diri masing-masing. Perubahan attitude menjadi baik, kembali bersosialisasi dengan baik , dan tentunya sehat jasmani dan rohani.

B. SARAN

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode therapeutic

community ini dapat merubah para pengguna narkotika pada perubahan

tingkah laku menjadi baik, dapat mengontrol emosi menjadi terarah dan dapat kembali bersosialisasi dengan baik. Dan ini diharapkan tidak hanya didalam tempat Rehabilitasi Unitra tetapi benar-benar dapat diterapkan di masyarakat luas. Kepada lembaga Unit Terapi dan Rehabilitasi BNN Lido dapat terus mempertahankan dan mengembangkan metode therapeutic

103

Andi Mappiare A.T. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Asmnuni Syukir. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI). Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta: BNN, 2007.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI). Advokasi

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: BNN, 2010.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI). Pelajar dan

Bahaya Narkotika. Jakarta: BNN, 2010.

Dadang Hawari. Penyalahguna dan Ketergantungan NAZA: Narkotika,

alcohol dan zat adiktif. Jakarta: FKUI, 2006.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Gatot Supramono. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2007. M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991 cet ke-1. M. lutfi. Nuansa-Nuansa Terapi dalam Konseling Islam. Jakarta: 2009. M. Luthfi. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

S. Warjowarsito dan Tito. W. Kamus Lengkap Bahasa Inggris- Indonesia,

Satya Joewana. Gangguan Pengguna Zat: Narkotika, Alcohol dan Zat

Adiktif Lain. Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Subagyo Partodiharjo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya. T.tp.: LKP yayasan karya bhakti, 2004.

Tino Hapsoro Tetranto. “ Gambaran Status Depresi Pada Pecandu

Narkoba yang Berada dalam Pusat Rehabilitasi (12 Steps dan Therapeutic

Community).” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, 2008.

Walking Paper. konsep Therapeutic Community Unit Terapi dan Rehabilitasi BNN Lido, BNN RI.

Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.cet ke-1.

Woyo Wasito. Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta: CV Press, 1974.

Dokumen dari internet:

Agung bnn. “Therapeutic Community”. Artikel ini diakses pada 29 april 2011 dari http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi-rehabilitasi/artikel/3031/therapeutic-community

Astwin, Pengertian Narkoba,artikel ini diakses pada tanggal 31 mei 2011dari http://astwin. Blogspot.com/ 2009/03 pengertian -narkoba

Winanti. S.Psi.psi. “Pendahuluan Therapeutic Community (TC)”, Artikel ini diakses pada http://www. Therapeutic community/ winanti.

Dokumen terkait