• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan anava ganda (dua faktorial). Berarti ada 6 kondisi proses yang berbeda karena dalam pencapan menggunakan dua variasi jenis pengental dan tiga variasi metode mordan.

Y1 Y2 Y3

X1 X1Y1 X1Y2 X1Y3

X2 X2Y1 X2Y2 X2Y3

Keterangan :

X : Jenis pengental Y : Metode mordan

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian

Hasil pengujian pada ketahanan luntur warna menunjukkan bahwa nilai penodaan dan perubahan warna pada kain hasil pencapan yang dilakukan dengan menggunakan jenis pengental dan metode mordan yang berbeda diperoleh nilai yang berbeda-beda. Hasil nilai perubahan warna (grey scale) dan penodaan warna (stainning scale) pada uji ketahanan luntur warna tehadap pencucian yang paling baik ditunjukkan pada penggunaan metode pre-post mordan.

Tabel 4.1 Nilai rata-rata perubahan warna (grey scale) pada ketahanan luntur warna pencucian 40°C

Tabel 4.2 Nilai rata-rata penodaan warna (staining scale) pada ketahanan luntur warna pencucian 40°C

2. Pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan

Hasil pengujian pada ketahanan luntur warna terhadap gosokan menunjukkan bahwa nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering maupun basah pada kain hasil pencapan yang dilakukan berbeda. Hasil nilai penodaan warna (staining scale) pada uji ketahanan luntur warna tehadap gosokan kering ditunjukan hasil yang sama. Pada uji ketahanan luntur warna tehadap gosokan basah yang paling baik ditunjukkan pada penggunaan metode post mordan dan pre-post mordan.

Tabel 4.3 Nilai rata-rata penodaan warna (staining scale) pada ketahanan luntur warna gosokan kering

Jenis pengental

Metode mordan

Pre Post Pre-post

SS CD SS CD SS CD

Manutex F 4-5 2,0 4-5 2,0 4-5 2,0

Carboxy Methyl

Cellulose (CMC) 4-5 2,0 4-5 2,0 4-5 2,0

Tabel 4.4 Nilai rata-rata penodaan warna (staining scale) pada ketahanan luntur warna gosokan basah

Jenis pengental

Metode mordan

Pre Post Pre-post

SS CD SS CD SS CD

Manutex F 3 8,0 3-4 6,4 3-4 6,4

Carboxy Methyl

Cellulose (CMC) 3 7,2 3-4 5,6 3-4 5,6

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian a) Perubahan warna

Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan grey scale yang disajikan pada tabel no 4.1 hal 38 serta hasil perhitungan anava ganda tabel no. 1 hal. 51 menunjukkan bahwa jenis pengental tidak berpengaruh, namun metode mordan berpengaruh pada nilai perubahan warna pada kain hasil pencapan menggunakan zat warna daun kenikir.

Metode mordan mempunyai pengaruh pada nilai perubahan warna karena metode mordan yang digunakan akan menentukan apakah ikatan yang terjadi antara zat warna dengan serat terjadi di dalam atau di luar serat, dimana ikatan antara mordan dengan molekul zat warna adalah ikatan hidrogen yang terbentuk antara atom hidrogen pada zat warna dengan gugus hidroksil pada serat.

Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang lemah karena mudah putus saat kain dilakukan pencucian. Pada metode pre-post mordan diperoleh nilai penodaan yang lebih baik dibanding kedua metode mordan yang lainnya karena pada metode ini dilakukan 2 kali pemordanan, yaitu mordan awal akan meningkatkan kemampuan menempelnya zat warna pada kain dan setelah itu mordan akhir menyebabkan terfiksasinya / pengikatan zat warna oleh mordan pada serat yang tidak terikat oleh mordan diawal. Ini menyebabkan ikatan yang terjadi antara zat warna dengan serat lebih banyak ada di dalam serat karena senyawa kompleks yang terbentuk ukurannya lebih besar dan lebih kuat sehingga membentuk ikatan kovalen dan meningkatkan ketahanan luntur warna serta saat dilakukan pencucian menjadi lebih sulit untuk keluar dari serat. Oleh sebab itu didapatkan kain hasil cap nilai perubahan warnanya (GS) setelah dilakukan pencucian untuk metode pre-post mordan berkisar antara 3-4 yaitu cukup baik, dibandingkan hasil kain cap

penggunaan metode pre mordan dan post mordan didapatkan nilai perubahan warnanya (GS) berkisar antara 3, yaitu dengan nilai cukup.

Penggunaan pengental CMC dan Manutex F tidak berpengaruh terhadap perubahan warna dari pencucian dikarenakan kedua jenis pengental tersebut berasal dari bahan yang sama yaitu selulosa sehingga sebagai media transfer zat warna yang akan terpenetrasi masuk kedalam serat afinitasnya hampir sama sehingga didapatkan nilai perubahan warna pencucian tidak jauh berbeda.

b) Penodaan warna

Berdasarkan data nilai penodaan warna yang ditunjukkan pada tabel no 4.2 hal 38 dan perhitungan anava ganda tabel no.2 hal 52 diketahui bahwa jenis pengental dan metode mordan tidak berpengaruh pada nilai penodaan warna pada kain hasil pencapan menggunakan zat warna daun kenikir.

Hal ini terjadi karena kain kapas putih yang digunakan dalam pengujian merupakan kain kapas murni yang tidak melalui proses mordan, sedangkan dalam pewarnaan zat warna daun kenikir merupakan golongan zat warna mordan, dimana kain perlu dilakukan proses mordan untuk dapat menambah afinitas zat warna terhadap serat, sehingga nantinya zat warna dapat masuk kedalam serat dan terjadi ikatan antara zat warna dengan serat, dengan demikian kain kapas putih (kain untuk pengujian) dapat terwarnai atau ternodai sedikit oleh zat warna daun kenikir karena serat tidak mengandung zat mordan untuk mengadakan ikatan antara zat warna dengan serat, sehingga dalam jumlah luntur warna yang banyak kain putih hanya mampu menangkap atau menerima zat warna saja tetapi tidak mampu untuk mengikat zat warna. Saat proses pembilasan setelah kain keluar dari tabung silinder maka zat

warna yang di tangkap oleh serat akan lepas, karena di dalam serat kapas murni tidak ada zat mordan untuk mengadakan ikatan kovalen antara molekul zat warna dengan serat kapas.

2. Uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan

Hasil pengujian pada ketahanan luntur warna menunjukkan bahwa nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering maupun basah pada kain hasil cap yang dilakukan dengan menggunakan metode mordan dan jenis pengental yang berbeda diperoleh nilai yang berbeda. Hal ini berarti penggunakan metode mordan dan jenis pengental yang berbeda tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering namun metode mordan berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna dari gosokan basah.

a) Gosokan kering

Berdasarkan hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering pada kain hasil pencapan yang ditunjukkan pada tabel no 4.3 hal. 39 serta dari hasil perhitungan anava ganda tabel no.1 hal. 58, diketahui bahwa penggunaan jenis pengental dan metode mordan yang berbeda pada pencapan zat warna alam dari ekstrak daun kenikir tidak berpengaruh terhadap nilai ketahanan luntur warna pada uji gosokan kering. Pada variasi jenis pengental dan metode mordan didapatkan nilai rata-rata pada tidak jauh berbeda yaitu SS : 4-5 yang artinya pada kain putih yang digunakan dalam pengujian terdapat sangat sedikit penodaan warna dari sampel kain yang diuji.

Diperolehnya nilai gosokan kering yang baik pada kain hasil proses pencapan karena daun kenikir termasuk zat warna mordan, dimana mordan yang digunakan dalam pencapan mempunyai afinitas dan dapat mengikat zat warna membentuk senyawa kompleks yang besar dan berikatan dengan serat.

Terbentuknya senyawa kompleks tersebut dapat membantu serat

untuk menahan zat warna untuk tidak keluar dari serat saat dikenai gosokan pada permukaannya. Ini menyebabkan zat warna pada kain hasil pencapan sedikit melunturi kain uji pada saat dilakukan uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering.

b) Gosokan basah

Berdasarkan hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering pada kain hasil pencapan yang ditunjukkan pada tabel no 4.4 hal. 39 serta dari hasil perhitungan anava ganda tabel no.2 hal. 61 penggunaan jenis pengental yang berbeda pada pencapan dengan ekstrak daun kenikir tidak berpengaruh terhadap nilai penodaan namun metode mordan berpengaruh terhadap nilai penodaan warna pada uji gosokan basah.

Metode mordan yang berbeda diperoleh nilai rata-rata SS : 3-4 yang artinya cukup baik untuk metode post mordan dan pre-post mordan, sedangkan pre mordan didapatkan nilai rata-rata SS : 3 yang artinya cukup dan dari semua metode yang dilakukan bahwa penodaan warna yang terjadi ada. Metode mordan mempunyai pengaruh pada nilai penodaan warna pada gosokan basah karena metode mordan yang digunakan akan menentukan apakah ikatan yang terjadi antara zat warna dengan serat terjadi di dalam atau di luar serat.

Berbeda dengan nilai hasil uji gosokan kering, karena dengan adanya kondisi basah pada kain kapas putih murni (kain untuk pengujian) maka dalam proses pengujian terjadi ikatan hidrogen yang terbentuk antara atom hidrogen pada zat warna dengan gugus hidroksil yang ada pada kain putih, sehingga kain putih sedikit ternodai oleh zat warna. Nilai hasil uji gosokan basah lebih rendah daripada nilai hasil uji gosokan kering karena pada kondisi basah serat tekstil yang dicelupkan sebentar dalam air akan mengalami penggelembungan sehingga pori-pori serat dapat

terbuka. Pada saat yang sama dimungkinkan ada zat warna yang larut dan keluar kembali dari dalam serat sehingga pada saat dikenai gosokan dapat menodai kain putih yang digunakan dalam pengujian.

Metode pre-post didapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan pre mordan karena ada dua kali pemordanan yaitu diawal dan diakhir, sehingga pada saat dilakukan pemordanan diawal zat warna yang tidak terikat akan terikat kuat pada saat pemordanan diakhir. Hal ini menyebabkan zat yang larut dan keluar kembali dari dalam serat lebih sedikit dibandingkan dengan pre mordan.

Metode post mordan didapatkan hasil yang sama dengan pre-post mordan dikarenakan zat warna yang terserap lebih sedikit, hal ini didasarkan pada penambahan zat mordan diakhir menyebabkan terbatasnya mordan yang terserap akibat serat telah penuh oleh molekul zat warna didalamnya, hal ini menyebabkan serat kurang mampu menyerap tawas dalam jumlah yang cukup untuk mengikat zat warna sehingga zat warna yang terserap lebih sedikit. Oleh sebab itu ketika dilakukan gosokan basah sedikit menodai kapas putih dibandingkan dengan pre mordan.

Metode pre mordan didapatkan nilai yang paling rendah karena diawal pemordanan zat warna akan terikat dan sebagian hanya menempel dipermukaan serat sehingga pada saat dilakukan gosokan basah, zat warna akan larut dan keluar kembali dari dalam serat ditambah dengan zat warna yang hanya menempel dipermukaan menjadi menodai banyak dikain. Oleh sebab itu didapatkan metode pre mordan dengan hasil yang rendah pada nilai penodaan terhadap gosokan basah.

45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan :

1. Jenis pengental tidak berpengaruh pada nilai perubahan maupun penodaan warna pada uji pencucian, gosokan kering dan basah.

2. Metode mordan tidak berpengaruh pada nilai penodaan warna pada uji pencucian dan gosokan kering, namun berpengaruh pada nilai perubahan warna uji pencucian dan penodaan warna pada uji gosokan basah.

B. Saran

1. Untuk mengetahui hasil pencapan yang lebih baik perlu dilakukan cara fiksasi yang berbeda (steam, baking, dan curing).

2. Untuk memperoleh motif pencapan yang lebih baik perlu dilakukan variasi jenis pengental lainnya yang belum pernah digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ardani dan Nur Hidayati. Pengaruh Jenis Mordan dan Proses Mordanting Terhadap Kekuatan dan Efektifitas Warna Pada Pewarnaan Kain Katun Menggunakan Zat Warna Daun Jambu Biji Australia. Indonesian Journal of Halal, vol 1(2), 2018, hlm. 1-5.

Alamsyah. Kerajinan Batik dan Pewarnaan Alami. Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, 2018, hlm 136-148.

Alan. Pengaruh Jenis Elektrolit terhadap Pewarna Alam Kulit Batang Mahoni pada Pencelupan Kain Kapas. Surakarta : Akademi Teknologi Warga, 2018.

Amending for the nineteenth time Council Directive 76/769/EEC relating to restrictions on the marketing and use of certain dangerous substances and preparations (azocolourants), EU Directive 61/EC, The European Parliament and Of The Council, 2002.

Astuti, Oktavia Dewi. Pengaruh Variasi Konsentrasi Mordan dan Waktu Fiksasi pada Pencapan Kain Kapas dengan Zat Warna Alam Kayu Teger (Cudraniajavanensis). Surakarta :Akademi Teknologi Warga, Kimia Tekstil, 2019.

Atika, Vivin dan Irfa’ina Rohana Salma. Kualitas Pewarnaan Ekstrak Kayu Tegeran (Cudrania javanensis) Pada Batik. Jurnal Dinamika kerajinan dan batik, Balai Besar Kerajinan Batik, vol. 34(1), 2017, hlm. 11-18.

Bechtold, Thomas., Amalid, M., dan Rita, M. Natural Dyes for Textile Dyeing : A Comparison of Methods to assess the quality of Canadian Golden Rod Plant Material. Journal of Dyes and Pigments, vol 7 (5), 2006, hlm. 287-293.

Djufri, Rasyid, Ir., M.Sc., dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan . Bandung : Institut Teknologi Tekstil, 1976.

Fakriyah, U., Maimunah, H.P., dan Ika, A.D. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Fiksator terhadap Intensitas Warna Kain Mori Batik Menggunakan Pewarna Alami Kunyit (Curcuma domestica Val.). Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI 2015, Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, 2015, hlm.

1-4.

Fitrihana, N., dan Widihastuti, Pengaruh Waktu Fiksasi dan Waktu Steam pada Pencapan Screen (Sablon) Menggunakan Zat Warna Alam Terhadap

Kualitas Hasil Pencapan pada Kain Sutera. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Teknik, 2003.

Fitriah, Siti, N. Penggunaan Buah Duwet (Eugenia Cumini) pada Batik Sutra Madura. E-Journal, Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, vol 2(3),2013, hlm.14-23.

Gratha, Benny. Panduan Mudah Belajar Membatik. Jakarta:Demedia Pustaka, 2012.

Haryono, Muhammad Faizal, D., Christi Liamita, N., dan Atiek Rostika.

Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi dengan Metode Elektroflotasi. Jurnal Kimia dan Pendidikan, Teknik Kimia Universitas Padjadjaran, vol. 3(1), 2018, hlm. 94-105.

Hermawan, I., dan Adam, L., Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Serat Kapas di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, vol. 1(1), 2010, hlm. 101-128.

Hidayat, M. K., Mantini, S., & Sedyawati, R. (2013). Penggunaan Carboxymethyl Cellulose dan gliserol Pada Pembuatan Plastik Biodegradable Pati Gembili.

Indonesian Journal Of Chemical Science, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, vol 2(3), 2013, hlm. 253-258.

Ismunandar. Batik Dan Membatik. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1987.

Kendall, W.F., Darrabie M.D., El-Shewy, H., M., dan Opara, E., C. Effect of Alginate Composition and Purity on Alginate Microspheres. Journal Microencapsul, vol 21(8), 2004, hlm. 821-827.

Khairani, Iffa., A. Efektivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos Caudatus Kunth.) Dan Taurin terhadap Respon Histopatologi Hepar Mencit Jantan (Mus Musculus L.) yang diinduksi Benzo(Α)Piren. Lampung:

Universitas Negeri Lampung, Jurusan Biologi Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam, 2017.

Kongkiatpaiboon, S., Tungsukruthai, P., Sriyakool, K., Pansuksan, K., Tunsirikongkon, A., dan Pandith, H. Determination of Morin in Maclura cochinchinensis Heartwood by HPLC. Journal of Chromatographic Science, vol. 55(3), 2016, hal. 346–350.

Lubis, arifin dkk. Teknologi Pencapan tekstil. Bandung : STTT Bandung,1998.

Mulyani, Sri. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius, 2006.

Natasha. Pengaruh Metode dan Konsentrasi Mordan Pada Kualitas Hasil Pencelupan Kain Kapas Dengan Zat Warna Alam Dari Ekstrak Akar

Mengkudu. Akademi Teknologi Warga: Surakarta : Akademi Teknologi Warga, Kimia Tekstil, 2018.

Noerati, Gunawan, Ichwan, M., dan Sumihartati, A. Teknologi Tekstil. Bandung:

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2013.

Persayaratan Zat Warna Azo, Kadar Formaldehida dan Kadar Logam terektraksi pada Kain, SNI 7617, Badan Standarisasi Nasional, 2013.

Prabhu, K.H dan Bhute, A.S. Plant Based Natural Dyes and Mordants: A Review.

Journal of Natural Production Plant Resources, vol 2(6), 2012, hlm. 649 – 664.

Putra, Krisnawan S. Pengaruh Variasi Jenis dan Konsentrasi Fiksator pada Hasil Pencapan Kain Kapas dengan Zat Warna Alam Buah Mangsi (Phyllanthus Reticulatus Poir). Surakarta : Sekolah Tinggi Akademi Teknologi Warga, Kimia Tekstil, 2019.

Putri, D., Setiawan, A., & Anggraini, P. (2018). Physical Properties of Edible Sorgum Starch Film Added with Carboxymethyl Cellulose. Journal Of Physical Science, (Jurnal Riset Sains dan Teknologi), Teknik Kimia, Universitas Negeri Semarang, vol 3(2), 2018, hlm. 185–194.

Rifaida, dkk. Eksplorasi Kandungan Pigmen dan Alginat dari Rumput Laut Coklat untuk Proses Pewarnaan Kain. Bandung, 2014.

Rosyida, Ainur dan Anik Zulfiya. Pewarnaan Bahan Tekstil dengan Menggunakan Ekstrak Kayu Nangka dan Teknik Pewarnaannya untuk Mendapatkan Hasil yang Optimal. Jurnal Rekaya Proses, Teknik Kimia UGM, vol. 7(2), 2013, hlm. 52-58.

Rusdiana, Endang. Karakteristik Natrium Alginat dari Sargassum sp, Turbinaria sp dan Padina sp. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Fakultas Pertanian, vol 23(1), 2011, hlm 26-32.

Ruwana, L. Pengaruh Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna pada Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Menggunakan Zat Warna dari Limbah Kayu Jati (Tectona grandis). Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2008.

Safita, Gaty. Uji Aktifitas Antibakteri Daun Kenikir (Cosmos caudatus) dan Daun Sintrong (Crassopsephalus crepidioides) terhadap Bakteri Staphilococcus aureus dan Pseodomunas aeruginosa. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi), Bandung, 2015, hlm 421-428.

Sahid, Ayu Prahartini Nur. Pengaruh Bubuk Daun Kenikir (Cosmos caudatus) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Diabetes diinduksi

Streptozotocin. Semarang : Universitas Negeri Diponegoro, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, 2016.

Setiawan. Penggunaan Pulp Tandan Kosong Sawit untuk Pembuatan Karboksimetil Selulosa (CMC). Balai Besar Pulp dan Kertas.BS, vol. 40, 2015, hlm. 10- 17.

Shollifia, H. Pengaruh Mordan Tawass pada Pencelupan Kain Rami dengan Zat Pewarna Kulit Manggis. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2008.

Sinurat, E., dan Murdinah. Aplikasi Alginat sebagai Pengental pada Pencapan Batik. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, vol 2(1), 2007, hlm. 1-8.

Sitanggang, Petra Y. Pengolahan Limbah Tekstil dan Batik di Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung, 2017.

Suheryanto, D. Optimalisasi Celupan Ekstrak Daun Mangga pada Kain Batik Katun Dengan Iring Kapur. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Negeri Diponegoro, Semarang, 2010.

Sulistyani, R. Pengaruh Proses Mordanting dan Jenis Mordan Terhadap Kualitas Kain Celup Ikat yang Diwarnai dengan Zat Warna Alam Jantung Pisang.

Semarang : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, 2015.

Sunarto. Teknologi Pencelupan dan Pencapan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.

Sunarya, I., K. Zat Warna Alam Alternatif Warna Batik. Yogyakarta : Univeritas Negeri Yogyakarta, 2014.

Swargiary, A., dan Ronghang, B. Screening of Phytochemical Constituents, Antioxidant and Antibacterial Properties of Methanolic Bark Extracts of Maclura cochunchinensis (Lour.) Corner. International Journal of Pharma and Bio Sciences, vol 4(4), 2013, hlm. 449-459.

Vankar, P., S. Chemistry of Natural Dyes. Journal of Resonance, vol 5(10), 2000, hlm 73-80.

Wahyuni, Wulan Tri. Analisis Kadar Flavonoid dan Antioksidan Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos Caudatus), Rumput Mutiara (Oldenlandia Corymbosa), Dan Sirsak (Annona Muricata) dengan Teknik Spektrometri. Jurnal Analytical and Environmental Chemistry, Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor, vol 3(1), 2018, hlm. 38-46.

Wicaksono, Intan Maharani dan Irma, R.Pengaruh Jenis Fiksator terhadap Hasil Jadi Pewarnaan Alami dengan Air Rebusan Kenikir pada Busana Anak, e-Journal, Program Studi S1 Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya , vol 09(01), 2020, hlm 34-38.

Yi Ding. A Comparison of Mordant and Natural Dyes in Dyeing Cotton Fabrics.

North Carolina : North Carolina State University, Master of Science ,2013.

Zahratun, Nadhati. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus) terhadap Karakteristik dan Pelepasan Senyawa Aktif pada Sistem Nanoemulsi menggunakan Fase Minyak Virgin Coconut Oil (VCO).

Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran, 2017.

Zhao, Qi, Feng, Hao, Wang, and Lijuan. Dyeing Properties and Color Fastness of Cellulose Treated Flax Fabrix with Extractive from Chestnut Shell. Journal of Cleaner Production, vol. 80, 2014, hlm. 197-203.

51

LAMPIRAN

Lampiran 1

Perhitungan Anava Ganda

A. Perhitungan Anava Pengujian Pencucian 1. Perubahan warna

Jenis Pengental

Metode Mordan Jumlah

Pre Post Pre-Post

SS CD SS CD SS CD

Manutex F 3 3 3 3 3-4 2,1

2-3 4,2 3 3 3 3

3 3 2-3 4,2 3-4 2,1

Jumlah 10,2 10,2 7,2 27,6

Rata-rata 3 3,4 3 3,4 3-4 2,4

CMC 2-3 4,2 3 3 3-4 2,1

3 3 3 3 3-4 2,1

3 3 3 3 3-4 2,1

Jumlah 10,2 9

Rata-rata 3 3,4 3 3 3-4 2,1 25,5

Jumlah

besar 3 20,4 3 19,2 3-4 13,5 53,1

∑Y2 = (3)2 + (4,2)2 + (3)2 + (4,2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 +(3)2 + (4,2)2 + (3)2 + (3)2 + (3)2 + (2,1)2 + (3)2 + (2,1)2 +(2,1)2 + (2,1)2 + (2,1)2

= 164,97 RY = (53,1)2

18 = 156,645

AY = (27,6)2 + (25,5)2 – 156,645 9 9

= 156,89 – 156,645 = 0,245

BY = (20,4)2 + (19,2)2 + (13,5)2 – 156,645 6 6 6

= 161,175 – 156,645 = 4,53

JAB = (10,2)2 + (7,2)2 + (10,2)2 + (9)2 + (6,3)2 + (10,2)2 – 156,645 3 3 3 3 3

= 161,55 – 156,645 = 4,905

ABY = JAB – AY- BY = 4,905 – 0,245 – 4,53 = 0,13

EY = ∑Y2 – RY – AY – BY – ABY

= 156,645 –156,645– 0,245– 4,53– 0,13

= 3,42

Tabel 1 Daftar Anava nilai Perubahan Warna terhadap Pencucian

Sumber variasi DK JK KT F hitung F tabel

Pola perlakuan 1 156,645 156,645

A 2 0,245 0,1225 0,429 3,89

B 1 4,53 4,53 15,89 4,75

AB 2 0,13 0,065 0,228 3,89

Kekeliruan 12 3,42 0,285

Jumlah 18 164,97

Mencari daerah kritis pengujian (F tabel) : (taraf signifikan) = 0,05 (5%) FA = F (a-1, ab (n-1)) untuk hipotesis H01, F 0,05 (2,12) = 3,89 FB = F (b-1, ab (n-1)) untuk hipotesis H02, F 0,05 (1,12) = 4,75

FAB = F ((a-1)(b-1), ab (n-1)) untuk hipotesis H03, F 0,05 (2,12) = 3,89

Hipotesa H01

=

Tidak ada pengaruh variasi jenis pengental yang mempengaruhi nilai perubahan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

H02 = Tidak ada pengaruh metode mordan yang mempengaruhi nilai perubahan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

H03 = Tidak ada interaksi antara variasi jenis pengental dan metode mordan terhadap nilai perubahan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

Uji Hipotesa :

HO = Diterima jika F hitung < F tabel = Ditolak jika F hitung > F tabel

HO1 = F hitung A < F tabel A (0,1 < 3,89) maka HO1 diterima HO2 = F hitung B > F tabel B (15,89> 4,75) maka HO2 ditolak HO3 = F hitung AB < f tabel AB (0,2 < 3,89) maka HO3 diterima Kesimpulan :

(1) Tidak ada pengaruh variasi jenis pengental pada nilai perubahan warna terhadap pencucian hasil pencapan kain kapas dengan zat warna alam daun kenikir.

(2) Ada pengaruh metode mordan pada nilai perubahan warna terhadap pencucian hasil pencapan kain kapas dengan zat warna alam daun kenikir.

(3) Tidak ada pengaruh interaksi antara jenis pengental dan metode mordan pada nilai perubahan warna terhadap pencucian hasil pencapan kain kapas dengan zat warna alam daun kenikir

2. Penodaan warna Jenis

Pengental

Metode Mordan Jumlah

Pre Post Pre-Post

SS CD SS CD SS CD

Manutex F 4-5 2,0 4 4,0 4-5 2,0

4-5 2,0 4-5 2,0 4-5 2,0

4 4,0 4-5 2,0 4-5 2,0

Jumlah 8,0 8,0 6,0 22

Rata-rata 4-5 2,6 4-5 2,6 4-5 2,0

CMC 4 4,0 4-5 2,0 4-5 2,0

4-5 2,0 4 4,0 4-5 2,0

4-5 2,0 4-5 2,0 4-5 2,0

Jumlah 8,0 8,0 6,0 22

Rata-rata 4-5 2,6 4-5 2,6 4-5 2,0

Jumlah

besar 16 16 12 44

∑Y2 = (2)2 + (2)2 + (4)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2 + (4)2 +(2)2 + (2)2 + (2)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 + (2)2 +(2)2 + (2)2 + (2)2

= 120 RY = (44)2

18 = 107,5

AY = (22)2 + (22)2 – 107,5 9 9 = 107,5– 107,5

= 0

BY = (16)2 + (16)2 + (12)2 - 107,5 6 6 6

= 109,3 – 107,5 = 1,8

JAB = (8)2 + (8)2 + (8)2 + (8)2 + (6)2 + (6)2 - 107,5 3 3 3 3 3 3

=109,3 – 107,5 = 1,8

ABY = JAB – AY- BY = 1,8 – 0 – 1,8 = 0

EY = ∑Y2 – RY – AY – BY – ABY

= 120–107,5– 0– 1,8– 0

= 10,7

Tabel 2 Daftar Anava nilai Penodaan Warna terhadap Pencucian

Sumber variasi DK JK KT F hitung F tabel

Pola perlakuan 1 107,5 107,5

A 2 0 0 0 3,89

B 1 1,8 1,8 2,02 4,75

AB 2 0 0 0 3,89

Kekeliruan 12 10,7 0,891

Jumlah 18 120

Mencari daerah kritis pengujian (F tabel) : (taraf signifikan) = 0,05 (5%) FA = F (a-1, ab (n-1)) untuk hipotesis H01, F 0,05 (2,12) = 3,89 FB = F (b-1, ab (n-1)) untuk hipotesis H02, F 0,05 (1,12) = 4,75 FAB = F ((a-1)(b-1), ab (n-1)) untuk hipotesis H03, F 0,05 (2,12) = 3,89

Hipotesa H01

=

Tidak ada pengaruh variasi jenis pengental yang mempengaruhi nilai penodaan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

H02 = Tidak ada pengaruh metode mordan yang mempengaruhi nilai penodaan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

H03 = Tidak ada interaksi antara variasi jenis pengental dan metode mordan terhadap nilai penodaan pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian.

Uji Hipotesa :

HO = Diterima jika F hitung < F tabel = Ditolak jika F hitung > F tabel

HO1 = F hitung A < F tabel A (0 < 3,89) maka HO1 diterima

HO1 = F hitung A < F tabel A (0 < 3,89) maka HO1 diterima

Dokumen terkait