• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.6 Analisis Multivariat

Syarat menggunakan uji regresi pada analisis multivariat melalui pengujian asumsi klasik untuk memastikan apakah alat uji regresi layak digunakan atau tidak, meliputi uni normalitas data, multikolinieritas dan heteroskedastisitas, dan seluruhnya memenuhi asumsi klasik (Lampiran -6) sehingga layak dilanjutkan dengan uji regresi. Menganalisis pengaruh variabel sistem pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan menggunakan uji regresi ganda (multiple regression) dengan hasil bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh (p<0,05) terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Multivariat Regresi Ganda

Variabel Independen Koefisien Regresi p

Keadilan (X1) 0.209 0.017 Kewajaran (X2) 0.307 0.006 Transparansi (X3) 0.229 0.042 Konsistensi (X4) 0.190 0.022 Constant -0.104 0.865 R Square = 86,6%

Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) masing-masing variabel diatas dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4

Dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model regresi tersebut dapat diintepretasikan, sebagai berikut:

1. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel keadilan pembagian jasa medik diperoleh nilai p=0,017 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel keadilan pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Nilai koefisien b1= 0,209 berarti bahwa, apabila nilai keadilan pembagian jasa medik (X1)

2. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel kewajaran pembagian jasa medik diperoleh nilai p=0,006 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel kewajaran pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Nilai koefisien b

mengalami kenaikan sebesar satu poin (ceteris paribus), maka kepuasan kerja perawat pelaksana (Y) akan meningkat sebesar 0,209 poin.

1= 0,307 berarti bahwa, apabila nilai kewajaran pembagian jasa medik (X2)

3. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel transparansi pembagian jasa medik diperoleh nilai p=0,042 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel transparansi pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Nilai koefisien b

mengalami kenaikan sebesar satu poin (ceteris paribus), maka kepuasan kerja perawat pelaksana (Y) akan meningkat sebesar 0,307 poin.

1= 0,229 berarti bahwa, apabila nilai transparansi pembagian jasa medik (X3)

4. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel konsistensi pembagian jasa medik diperoleh nilai p=0,022 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel konsistensi pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Nilai koefisien mengalami kenaikan sebesar satu poin (ceteris paribus), maka kepuasan kerja perawat pelaksana (Y) akan meningkat sebesar 0,229 poin.

b1= 0,190 berarti bahwa, apabila nilai konsistensi pembagian jasa medik (X4)

Keseluruhan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan adalah variabel kewajaran pembagian jasa medik dengan nilai koefisien (B) = 0,307.

mengalami kenaikan sebesar satu poin (ceteris paribus), maka kepuasan kerja perawat pelaksana (Y) akan meningkat sebesar 0,229 poin

Model secara keseluruhan dapat memprediksi besarnya pengaruh variabel independen yaitu sistem pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana sebesar 86,6% (R Square), sedangkan 13,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini, misalnya faktor manajemen rumah sakit dalam pengelolaan manajemen keperawatan.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Keadilan Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

Keadilan pembagian jasa medik di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan menurut responden lebih banyak yang menyatakan tidak sesuai dengan persentase tertinggi jawaban tidak sesuai (30 orang ; 44,8%) tentang sistem pembagian jasa medik kepada perawat pelaksana sesuai dengan beban kerja. Besarnya pengaruh keadilan pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana seperti ditunjukkan dari hasil uji multivariat ditemukan nilai p<0,001 dengan koefisien regresi sebesar 0,209.

Berdasarkan hasil penelitian keadilan pembagian jasa medik menunjukkan manajemen RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan kepada perawat pelaksana perlu membuat suatu rumus sistem pembagian jasa medik yang memenuhi rasa keadilan bagi perawat pelaksana dengan pembobotan tugas setiap unit kerja perawat pelaksana, namun prinsip keadilan dalam hal ini belum tentu sama besarnya jumlah jasa medik setiap perawat pelaksana.

Sesuai penelitian Latief (2008) menemukan 53,2 % perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher menyatakan kepuasannya dalam bekerja, 50,6 % perawat yang bekerja RSU Raden Mattaher menyatakan faktor insentif berada pada pada kategori kurang. Faktor insentif mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepuasan kerja perawat. Selain gaji, rumah sakit juga menerapkan sistem

kompensasi, yang biasanya berupa uang bonus dan sebagainya. Kompensasi ini perhitungannya memang tidak begitu jelas. Sehingga selain menimbulkan kesimpangsiuran di kalangan karyawan dan staf, juga menimbulkan ketidakpuasan. Apalagi dengan pola pemberian insentif yang tidak transparan.

Seperti diketahui insentif merupakan suatu bentuk kompensasi langsung yang diterima karyawan sebagai tambahan balas jasa atas pekerjaan yang telah di lakukan. Dari hasil analisis terlihat bahwa adanya kesesuaian insentif yang diterima perawat dengan harapannya menimbulkan kepuasan dalam bekerja. Sistem imbalan jasa yang baik akan memacu kinerja perawat dalam melaksanakan tugas dan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanana kesehatan secara keseluruhan. Menurut Kurniadi (2002) dalam menentukan jasa keperawatan dapat digunakan indikator yang dapat dikodifikasi yaitu tingkat lulusan, jabatan spesialisasi, masa kerja, beban kerja, disiplin dan asuhan keperawatan. Teori Heizberg menyatakan insentif merupakan faktor pemeliharaan yang dapat mencegah merosotnya semangat kerja dan jika tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidakpuasan kerja (Handoko, 2001). Selanjutnya Sastrohadiwiryo dan Siswanto (2002) menyatakan kepuasan tenaga kerja ditentukan oleh perbandingan yang dibuat antara apa yang diterima dan berapa yang seharusnya diterima menurut keinginan pekerja yang bersangkutaan. Jika pekerja menerima kurang dari yang seharusnya mereka terima, mereka merasa tidak puas, sebaliknya jika mereka menerima lebih dari seharusnya, mereka cenderung merasa puas.

Ketidakadilan pembagian jasa medik tersebut dikarenakan hasil revisi atau ketetapan yang baru dibuat manajemen rumah sakit tersebut lebih menguntungkan

sekelompok karyawan, yaitu dokter. Berdasarkan jenis pekerjaan, perbandingan skor rata-rata persepsi sebelum dan setelah revisi sistem pembagian jasa pelayanan menunjukkan adanya perbedaan hasil uji statistik. Dokter menganggap sistem pembagian jasa pelayanan yang direvisi cukup adil, namun paramedis menganggap revisi sistem pembagian tersebut tidak adil. Rasa keadilan pada karyawan perlu diperhatikan. Rasa tentang keadilan terhadap imbalan atau sistem pembagian jasa pelayanan yang diterima dapat berpengaruh kepada kepuasan dan prestasi kerja karyawan dan akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi. Hal tersebut dikarenakan kinerja organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja perawat pelaksana namun dipengaruhi oleh kinerja seluruh karyawan, baik karyawan paramedis maupun karyawan lainnya. Kepuasan perawat pelaksana terhadap sistem pelayanan akan meningkatkan kinerja dokter khususnya jumlah pekerjaan dan efektivitas, serta kinerja keseluruhan. Jumlah kerja meningkat karena pembagian jasa medik tersebut berkaitan dengan jumlah pasien yang dilayani, jika pasien yang dilayani semakin banyak maka insentif yang diterima perawat pelaksana semakin besar.

5.2 Pengaruh Kewajaran Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja

Dokumen terkait