• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kewajaran Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.2 Pengaruh Kewajaran Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa kewajaran pembagian jasa medik berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan karena ditemukan nilai p<0,001 dengan koefisien regresi sebesar 0,307. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan

bahwa jasa medik yang diterima perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan akan mendukung kepuasan kerja perawat pelaksana.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Webster’s yang dikutip Monroe (1994) bahwa insentif adalah segala sesuatu yang memberi harapan atau penghargaan sehingga memberikan dorongan untuk bekerja. Insentif merupakan suatu perangsang atau daya tarik yang sengaja diberikan kepada pegawai dengan tujuan untuk membangun, memelihara dan memperkuat harapan-harapan pegawai agar dalam diri mereka tumbuh semangat kerja. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Demen (2002) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara insentif (persepsi dan jumlah yang diterima) dengan kinerja perawat di lima puskesmas kota palangkaraya. Hasil penelitian yang penulis lakukan sesuai dengan penelitian Djailani (1999) yang menyatakan sistem pemberian gaji bulanan dan insentif secara kombinasi dapat meningkatkan kinerja rumahsakit. Salah satu yang mempengaruhi kinerja adalah insentif (material maupun non material). Hasil penelitian Muchzal (2004) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif bermakna antara kepuasan kompensasi moneter langsung non gaji dengan kinerja perawat di Rumahsakit Umum Daerah Sleman.

Hasil penelitian Soeroso (2011) menemukan bahwa variabel kepuasan kerja yang paling berhubungan dengan kinerja perawat suatu Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Banyumas adalah aktivitas kerja. Perawat yang merasa puas dengan aktivitas kerjanya berpeluang 4,448 kali untuk berkinerja baik dibandingkan dengan

perawat yang merasa tidak puas dengan aktivitas kerjanya sebagai perawat di rumah sakit tersebut.

5.3 Pengaruh Transparansi Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa transparansi pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan karena ditemukan nilai p<0,001 dengan koefisien regresi sebesar 0,229. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa sistem pembagian jasa medik yang transparan bagi perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan akan mendukung kepuasan kerja perawat pelaksana.

Sejalan dengan penelitian Nofrinaldi dkk., (2006) yang menyimpulkan bahwa perawat menganggap sistem pembagian jasa pelayanan yang direvisi kurang transparan. Namun, kinerja mereka relatif tetap karena tidak ada perbedaan yang signifikan kinerja semua perawat sebelum dengan setelah revisi sistem pembagian jasa pelayanan. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi lemahnya kekuatan hubungan antara persepsi terhadap sistem pembagian jasa pelayanan dengan kinerja adalah teknik atau pendekatan dalam pengukuran kinerja tersebut.

Saran kepada pihak manajemen rumah sakit disarankan supaya meninjau kembali revisi sistem pembagian jasa pelayanan, terutama peninjauan dalam aspek transparansi dalam sistem pembagian jasa pelayanan. Perubahan yang dilakukan haruslah dengan melibatkan perwakila setiap kelompok karyawan, serta sebelum diterapkan harus disosialisasikan terlebih dahulu. Maka dengan demikian akan

diharapkan terbentuknya satu persepsi yang sama terhadap sistem pembagian jasa pelayanan pada seluruh karyawan, sehingga tidak akan menimbulkan masalah dengan sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan. Pihak manajemen perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan. Hal ini bisa dilakukan dengan komunikasi yang aktif dan terbuka dengan semua kelompok karyawan yang ada, dengan begitu akan diketahui diketahui aspek mana dari ketiga aspek tersebut yang masih relevan atau diterima semua karyawan serta akan menjadi acuan dalam penentuan kebijakan baru.

Penelitian Lukman (2007) yang melibatkan 75 perawat di RS Kusta Sungai Kundur Palembang melaporkan bahwa kompensasi mempengaruhi kinerja perawat. Pengaruh kompensasi lebih besar terhadap kinerja perawat bila dibandingkan dengan pengaruh faktor lainnya. Kinerja perawat juga dipengaruhi oleh budaya organisasi yang meliputi tuntutan kerja, dukungan kerja, hubungan interpersonal dan lingkungan kerja fisik (Burdahyat, 2009). Kinerja seorang karyawan juga dipengaruhi oleh sumber dan kondisi sociopsychological work environment yang termasuk di dalamnya adalah kepuasan kerja.

5.4 Pengaruh Konsistensi Pembagian Jasa Medik terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui bahwa konsistensi pembagian jasa medik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan karena ditemukan nilai p<0,001 dengan koefisien regresi sebesar 0,190. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pembagian

jasa medik yang konsisten dengan waktu atau jadwal yang telah ditetapkan bagi perawat pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan akan mendukung kepuasan kerja perawat pelaksana.

Sesuai penelitian Asrofi (2007) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara insentif dengan kepuasan kerja perawat instalasi RSUD Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batang Hari. Menurut Latief (2008) insentif mempunyai pengaruh secara langsung dengan kepuasan kerja karyawan dan staf rumah sakit. Besaran jumlah insentif atau kompensasi sangat dirasakan oleh karyawan sebagai bagian dari hak mereka atas kerja yang telah mereka lakukan. Tidak jelasnya sistem insentif dan kompensasi yang diberikan pihak RS Raden Mattaher memberikan ketidakpuasan kepada karyawan. Sering mundurnya pemberian insentif yang dilakukan oleh pihak RS Raden Mattaher membuat sebagian karyawan merasa bahwa hak atas kerja mereka tidak terpenuhi.

Menurut Simamora (1999) pemberian insentif jasa perawat merupakan bagian dari sistem remunerisasi atau manajemen imbalan di rumah sakit. Tujuan mendasar dari semua program insentif adalah memberikan imbalan kepada seorang atas sesuatu yang secara persis telah dihasilkannya. Dalam manajemen imbalan tidak ada organisasi yang bebas dari ketidaksetujuan dan ketidakpuasan karyawan. Begitu pula dengan sistem imbalan bagi perawat di rumah sakit, tidak mungkin sistem insentif jasa yang digunakan dapat diterima dan mampu memuaskan semua perawat dalam rumah sakit tersebut. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan sekaligus memotivasi kerja perawat, maka Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haryoto Lumajang

memberikan kompensasi finansial langsung berupa gaji dan tunjangan insentif jasa pelayanan keperawatan yang dibagikan setiap bulan.

5.5 Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD dr.H. Yuliddin Away

Dokumen terkait