• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Mutu Sabun Transparan

Sabun transparan dibuat melalui reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Pembuatan sabun transparan dilakukan dengan mencampurkan dua jenis minyak nabati dengan jumlah yang berbeda. Penampakan sabun transparan yang dibuat dari campuran dua jenis minyak nabati dapat dilihat pada Gambar 4.

Keterangan : A1 = minyak kel A2 = minyak kel A3 = minyak kel A4 = minyak kel A5 = minyak kel A6 = minyak kel Gambar 4

Analisis yang dil dan zat menguap, kadar alkohol, kadar alkali beba busa dan daya bersih.

4.2.1 Kadar

Analisis kadar ai yang terkandung dalam s sabun akan mempengaruh tinggi kadar air dan zat digunakan.

Kadar air dan zat yang ditambahkan saat pro Suranyi (1998) menyataka sabun dan air. Selain itu, bahan pembentuk sabun berasal dari hasil lanjut r senyawa aldehid dan keton

Sabun transparan 14.78%. Hasil analisis ker berpengaruh nyata terhad terhadap kadar air dan zat

elapa : RBDPO (5:15) elapa : RBDPO (10:10) elapa : RBDPO (15:5) elapa : minyak jarak (5:15) elapa : minyak jarak (10:10) elapa : minyak jarak (15:5)

4. Tampilan Sabun Transparan yang Dihasilkan dari Pe dilakukan terhadap sabun transparan meliputi penguku ar asam lemak, kadar fraksi tak tersabunkan, kadar b ebas dihitung sebagai NaOH, nilai pH, kekerasan, stab

ar Air dan Zat Menguap

air dan zat menguap dilakukan untuk mengetahui jumla sabun transparan yang dihasilkan. Banyaknya air da ruhi kelarutan sabun dalam air saat digunakan. Menurut at menguap sabun maka sabun akan semakin mudah zat menguap dalam produk sabun transparan berasal da proses pembuatan sabun dan dari hasil samping proses p akan bahwa setiap asam lemak yang bereaksi dengan N u, kandungan air dan zat menguap dalam sabun juga da n yang bersifat volatile (mudah menguap) seperti alko t reaksi oksidasi asam lemak yang terdapat dalam sabu

ton yang bersifat mudah menguap.

ran yang dihasilkan memiliki kadar air dan zat menguap keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan ko

adap kadar air dan zat menguap sabun transparan. Ha zat menguap dapat dilihat pada Lampiran 5.

20

Penelitian

kuran terhadap kadar air r bagian tak larut dalam tabilitas emulsi, stabilitas

lah air dan zat menguap dan zat menguap dalam rut Spitz (1996), semakin dah menyusut pada saat dari air dan zat menguap s penyabunan. Vilera dan NaOH akan membentuk dapat berasal dari bahan- kohol dan pewangi dan abun yang menghasilkan ap berkisar antara

12.13-ombinasi minyak nabati Hasil analisis keragaman

21

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar air dan zat menguap sabun A4 berbeda nyata dengan sabun yang terbuat dari perlakuan kombinasi minyak lainnya sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A4≠A5, A6, A2, A1 dan A3. Kadar air dan zat menguap sabun A5, A6, A2 dan A1 tidak

berbeda nyata, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A5=A6=A2=A1. Kadar air dan zar menguap sabun A3 tidak berbeda nyata dengan sabun A1 tetapi berbeda nyata dengan sabun A5, A6 dan A2, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A3=A1 tetapi A3≠A5, A6 dan A2. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Kadar Air dan Zat Menguap Sabun Transparan

Menurut SNI 1994, kadar air dan zat menguap sabun batang (hard soap) maksimal adalah 15%. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan yang dihasilkan memiliki kadar air dan zat menguap yang sesuai dengan SNI 1994. Shrivastava (1982) menyatakan bahwa kadar air dan zat menguap sabun maksimal adalah 30%. Jika kadar airnya kurang dari 30% berarti sabun tersebut telah mengalami proses pengeringan buatan atau menjadi lebih kering karena pengaruh lingkungan tempat penyimpanan sabun. Dalam penelitian ini, kadar air sabun kurang dari 30% kemungkinan besar dikarenakan sabun telah mengalami proses pengeringan secara alami selama penyimpan sebelum sabun tersebut dianalisis.

4.2.2 Jumlah Asam Lemak

Asam lemak merupakan komponen utama penyusun minyak atau lemak. Pengukuran jumlah asam lemak dilakukan untuk mengetahui jumlah asam lemak yang terdapat dalam sabun dengan memutus ikatan antara asam lemak dengan Na pada sabun menggunakan asam kuat. Jenis asam lemak yang digunakan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan.

Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Asam lemak yang terkandung dalam sabun transparan berasal dari asam stearat dan minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku. Bahan lain yang mungkin menjadi sumber asam lemak adalah DEA dan gliserin. Menurut Williams dan Schmitt (2002), reaksi pembentukan DEA dan gliserin yang tidak sempurna mungkin masih menyisakan asam-asam lemak dalam bentuk aslinya.

Sabun transparan yang dihasilkan memiliki jumlah asam lemak berkisar antara 29.23-33.47%. Rekapitulasi data hasil analisis sampel untuk jumlah asam lemak dapat dilihat pada Lampiran

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 A1 A2 A3 A4 A5 A6 K a d a r A ir d a n Z a t M en g u a p (%)

Perlakuan Kombinasi Minyak

Keterangan :

A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15) A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10) A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5) A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10) A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

22

6. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati

berpengaruh nyata terhadap jumlah asam lemak sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa jumlah asam lemak sabun A2, A1, A3 dan A4 tidak berbeda nyata, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A2=A1=A3=A4. Jumlah asam lemak sabun A4 berbeda nyata dengan sabun A6 dan A5, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A4≠A6 dan A5. Jumlah asam lemak sabun A6 tidak berbeda nyata dengan sabun A5, sehingga sabun A6=A5. Hasil analisis jumlah asam lemak dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan

Standar khusus jumlah asam lemak untuk sabun transparan belum ditemukan sehingga sebagai standar pembanding digunakan SNI 06-3532-1994 untuk sabun mandi pada umumnya. Menurut SNI 1994, jumlah asam lemak yang baik dalam sabun mandi adalah minimal 70%. Artinya bahan-bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam sabun sebaiknya kurang dari 30%. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan proses pembersihan kotoran berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan.

Hasil analisis jumlah asam lemak sampel tidak sesuai dengan SNI, karena sabun transparan yang dihasilkan memiliki jumlah asam lemak yang jauh di bawah SNI yaitu berkisar antara 29.23-33.47%. Hal ini terjadi karena adanya penambahan transparent agent dan berbagai bahan lain yang membuat sabun transparan mengandung lebih sedikit asam lemak daripada sabun mandi biasa (Mitsui, 1997). Selain itu, rendahnya jumlah asam lemak pada sabun transparan dapat disebabkan karena adanya pengaruh alkohol yang berfungsi sebagai pelarut. Sifat polar alkohol akan menyebabkan asam lemak larut.

Asam lemak dalam sabun transparan berperan sebagai pengatur konsistensi sabun. Hal ini dikarenakan sabun memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air (Spitz, 1996), sehingga jika jumlah asam lemak sabun rendah maka sabun akan cepat habis ketika digunakan.

4.2.3 Kadar Fraksi Tak Tersabunkan

Fraksi tak tersabunkan adalah senyawa-senyawa yang dapat larut dalam minyak tetapi tidak dapat membentuk sabun dengan soda alkali. Kadar fraksi tak tersabunkan merupakan jumlah komponen yang tidak tersabunkan dalam pembuatan sabun transparan. Keberadaan fraksi tak tersabunkan dapat menurunkan kemampuan detergensi (membersihkan) sabun (Spitz, 1996). Menurut Ketaren (1986), contoh senyawa yang dapat larut dalam minyak tetapi tidak dapat disabunkan dengan soda alkali yaitu sterol, zat warna dan hidrokarbon.

27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 A1 A2 A3 A4 A5 A6 J u m la h A sa m L em a k ( %)

Perlakuan Kombinasi Minyak

Keterangan :

A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15) A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10) A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5) A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10) A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

23

Sabun transparan yang dihasilkan memiliki kadar fraksi tak tersabunkan yang berkisar antara 1.29- 2.42%. Rekapitulasi data hasil analisis kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak

berpengaruh nyata terhadap kadar fraksi tak tersabunkan sabun transparan.

Menurut SNI 1994, jumlah maksimal kadar fraksi tak tersabunkan dalam sabun adalah 2.5%. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil analisis yang diperoleh sudah sesuai dengan standar. Dalam pembuatan sabun transparan, penggunaan NaOH mempengaruhi kadar fraksi tak tersabunkan. Semakin banyak NaOH yang digunakan maka kadar fraksi tak tersabunkan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan ada sebagian NaOH yang tidak ikut tersabunkan pada proses pembuatan sabun, sehingga penambahan NaOH harus dilakukan dalam jumlah yang tepat.

4.2.4 Bagian Tak Larut dalam Alkohol

Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama. Dalam pembuatan sabun transparan, yang berfungsi sebagai pelarut adalah etanol karena mempunyai sifat mudah larut dalam minyak dan air (Puspito, 2008). Bagian yang tidak dapat larut dengan sempurna dalam alkohol adalah garam alkali seperti karbonat, borat, silikat, fosfor, sulfat serta pati dan protein.

Sabun transparan yang dihasilkan memiliki bagian tak larut dalam alkohol berkisar antara 0.75- 2.19%. Rekapitulasi data hasil analisis bagian tak larut dalam alkohol dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak

nabati tidak berpengaruh nyata terhadap bagian tak larut dalam alkohol sabun transparan.

Menurut SNI 1994, bagian tak larut dalam alkohol maksimal adalah 2.5%. Dengan demikian, hasil analisis yang diperoleh sudah sesuai dengan standar sabun mandi. Bagian tak larut dalam alkohol digunakan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari sabun yang tidak larut dalam alkohol. Semakin banyak bagian yang tidak larut dalam alkohol maka semakin sedikit stok sabun yang terdapat dalam sabun transparan. Selain itu, bagian tak larut dalam alkohol menimbulkan gumpalan-gumpalan yang mengganggu penampilan sabun transparan.

4.2.5 Kadar Alkali Bebas Dihitung sebagai NaOH

Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat sebagai senyawa pada saat pembuatan sabun karena adanya penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan. Shrivastava (1982) menyatakan bahwa sebagian besar alkali dalam sabun terikat dengan asam lemak, namun ada juga yang bebas dari asam lemak. Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Na, karena alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah NaOH. Adanya alkali bebas menandakan kurangnya jumlah asam lemak dalam formula sabun.

Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kadar alkali bebas yang berkisar antara 0.16-0.49%. Rekapitulasi data hasil analisis kadar alkali bebas dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alkali bebas sabun transparan.

Menurut SNI 1994, kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH maksimal dalam sabun mandi adalah 0.1%. Dengan demikian, hasil analisis yang diperoleh tidak sesuai dengan standar, karena kadar alkali bebas sabun yang dihasilkan seluruhnya lebih besar dari 0.1% yaitu berkisar antara 0.16-0.49%. Ini terjadi karena penambahan NaOH saat pembuatan stok sabun sesuai dengan bilangan penyabunan minyak kelapa. Sabun yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan campuran dua jenis minyak nabati, yaitu minyak kelapa dengan RBDPO dan minyak kelapa dengan minyak jarak kepyar.

24

Diantara ketiga jenis minyak, bilangan penyabunan tertinggi dimiliki oleh minyak kelapa, sehingga pencampuran minyak kelapa dengan minyak lain akan menghasilkan kadar alkali bebas yang sedikit lebih besar. Faktor lain yang mungkin menyebabkan kadar alkali bebas sabun tidak sesuai dengan SNI adalah karena dalam pembuatan sabun tidak semua NaOH berikatan dengan asam lemak dan membentuk sabun.

Penambahan alkali dalam pembuatan sabun transparan sebaiknya dilakukan dalam jumlah yang tepat. Hal ini dikarenakan kelebihan alkali dalam sabun dapat menyebabkan iritasi. NaOH memiliki sifat higroskopis dan dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat. NaOH termasuk golongan alkali kuat yang bersifat korosif dan dapat dengan mudah menghancurkan jaringan organik halus.

4.2.6 Nilai pH

Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimiawi untuk mengetahui sabun yang dihasilkan bersifat asam atau basa. Nilai pH sabun mandi sebaiknya disesuaikan dengan pH kulit yaitu sebesar 4.5-7. Sabun merupakan garam alkali yang bersifat basa. Nilai pH sabun yang terlalu terlalu rendah dan terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorbansi kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit. Mencuci dengan sabun akan meningkatkan pH kulit untuk sementara karena pH kulit akan pH kulit akan menjadi normal kembali setelah 5-10 menit pemakaian sabun.

Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki nilai pH yang berkisar antara 10.57-11. Rekapitulasi data hasil analisis nilai pH dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap

pH sabun transparan.

Menurut ASTM (2001), kriteria mutu nilai pH yang baik untuk sabun berkisar antara 9-11, sehingga hasil analisis nilai pH untuk sabun yang dibuat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan literatur.

4.2.7 Kekerasan

Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan untuk mencapai perubahan bentuk. Kekerasan merupakan karakteristik yang dimiliki oleh benda padat dan menggambarkan ketahanannya terhadap perubahan bentuk secara permanen. Benda yang lebih keras memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap kerusakan atau perubahan bentuk yang disebabkan karena gangguan fisik yang berasal dari lingkungan.

Pengukuran tingkat kekerasan terhadap sabun transparan yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer. Kekerasan suatu bahan diukur dengan menusukkan jarum penetrometer ke dalam sabun selama selang waktu tertentu. Hasil pengukuran kekerasan diperoleh dengan membaca skala yang tertera pada alat. Semakin besar nilai penetrasi jarum berarti sampel semakin lunak.

Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki nilai kekerasan yang berkisar antara 1.94-2.10 mm/detik. Rekapitulasi data hasil analisis nilai kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan sabun transparan.

Kekerasan sabun dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak jenuh dalam sabun. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap dan memiliki titik cair yang lebih tinggi daripada asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap. Semakin banyak jumlah asam

25

lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Kekerasan sabun juga dipengaruhi kadar air yang terdapat dalam sabun. Semakin tinggi kadar air sabun, maka sabun akan semakin lunak.

4.2.8 Stabilitas Emulsi

Salah satu parameter mutu produk emulsi adalah kestabilan emulsinya. Stabilitas emulsi merupakan daya tahan sistem emulsi yang terdapat dalam suatu produk untuk mempertahankan kestabilannya pada berbagai kondisi. Stabilitas emulsi berpengaruh terhadap daya detergensi (sifat membersihkan) sabun transparan.

Emulsi yang baik adalah emulsi yang memiliki tingkat konsistensi yang tinggi, di dalamnya tidak membentuk lapisan-lapisan dan tidak terjadi perubahan warna. Penentuan stabilitas emulsi pada sabun bertujuan untuk mengetahui daya simpan sabun. Sabun yang memiliki stabilitas emulsi tinggi akan memiliki umur simpan yang lebih lama. Prinsip kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya tarik menarik dan tolak menolak antar partikel dalam sistem emulsi. Sistem emulsi yang stabil akan diperoleh jika digunakan bahan penstabil (emulsifier) yang larut dalam fase dominan. Fase dominan (pendispersi) pada sabun mandi adalah minyak. Dalam penelitian ini, emulsifier yang digunakan adalah DEA.

Sabun yang dihasilkan memiliki stabilitas emulsi berkisar antara 82.64-85.44%. Rekapitulasi data hasil analisis stabilitas emulsi dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil analisis keragaman (α= 0.05)

menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap stabilitas emulsi sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa stabilitas emulsi sabun A4 tidak berbeda nyata dengan sabun A1 sehingga sabun A4=A1. Stabilitas emulsi sabun A4 dan A1 berbeda nyata dengan stabilitas emulsi sabun A5, A2, A6, dan A3, sehingga dapat dituliskan bahwa sabun A4=A1≠A5≠A2≠A6≠A3. Stabilitas emulsi sabun A5, A2, A6, dan A3 tidak berbeda nyata sehingga sabun A5=A2=A6=A3. Hasil analisis stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Stabilitas Emulsi Sabun Transparan

Stabilitas emulsi tertinggi terdapat pada sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan minyak jarak (5:15) dan stabilitas emulsi terendah terdapat pada sabun yang dibuat dari campuran minyak kelapa dengan RBDPO (15:5). Menurut Suryani et al. (2002), jumlah asam lemak mempengaruhi tingkat kestabilan emulsi serta berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Dengan demikian, sabun yang stabilitas emulsinya paling tinggi adalah sabun yang terbuat dari minyak jarak

81.00 81.50 82.00 82.50 83.00 83.50 84.00 84.50 85.00 85.50 86.00 A1 A2 A3 A4 A5 A6 S ta b il it a s E m u ls i (%)

Perlakuan Kombinasi Minyak

Keterangan :

A1 = minyak kelapa : RBDPO (5:15) A2 = minyak kelapa : RBDPO (10:10) A3 = minyak kelapa : RBDPO (15:5) A4 = minyak kelapa : minyak jarak (5:15) A5 = minyak kelapa : minyak jarak (10:10) A6 = minyak kelapa : minyak jarak (15:5)

26

yang memiliki jumlah asam lemak paling tinggi daripada minyak kelapa dan RBDPO, dan sabun yang memiliki stabilitas emulsi terendah adalah sabun yang terbuat dari minyak kelapa yang memiliki jumlah asam lemak paling rendah dari pada RBDPO dan minyak jarak.

Kestabilan emulsi sabun transparan biasanya dipengaruhi oleh kadar air dan keberadaan bahan yang bersifat higroskopis seperti gliserin dan glukosa. Selain itu, stabilitas emulsi dalam sabun transparan juga dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung dalam sabun. Kestabilan emulsi dapat diamati dari fenomena yang terjadi selama emulsi dibiarkan atau disimpan dalam jangka waktu dan kondisi tertentu.

4.2.9 Stabilitas Busa

Busa merupakan suatu struktur yang relatif stabil dan terdiri atas kantong-kantong udara yang terbungkus dalam lapisan tipis. Stabilitas busa merupakan hal yang penting dalam produk pembersih tubuh. Busa yang banyak dan stabil biasanya lebih disukai daripada busa yang sedikit dan tidak stabil. Busa dapat stabil dengan penambahan zat pembusa dalam pembuatan sabun. Zat pembusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEA yang berfungsi untuk menstabilkan busa dan membuat sabun menjadi lembut.

Karakteristik busa yang dihasilkan oleh sabun dipengaruhi oleh jenis asam lemak yang digunakan. Asam laurat dan miristat dapat menghasilkan busa yang lembut pada sabun, sementara asam palmitat dan stearat memiliki sifat menstabilkan busa. Asam oleat dan risinoleat dapat menghasilkan busa yang stabil dan lembut (Cavitch, 2001).

Stabilitas busa sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 8.16-42.31%. Rekapitulasi data hasil analisis stabilitas busa dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati tidak berpengaruh nyata terhadap stabilitas busa sabun transparan.

Kecepatan pembentukan dan kestabilan busa dipengaruhi oleh konsentrasi ion logam dalam air. Menurut Piyali et al. (1999), keberadaan ion-ion logam seperti Ca+ dan Mg2+ dalam air dapat menurunkan stabilitas busa karena ion Ca+ dan Mg2+ dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga membentuk endapan berminyak yang menyebabkan busa sabun semakin berkurang. Keberadaan ion ini juga akan mengurangi daya bersih sabun karena sabun tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut.

Selain itu, kecepatan pembentukan dan kestabilan busa juga dipengaruhi oleh bilangan iod dan bilangan penyabunan minyak yang digunakan. Jika bilangan iod semakin kecil dan bilangan penyabunan semakin besar, maka sabun yang dihasilkan memiliki daya pembentukan busa yang sangat baik.

4.2.10 Daya Bersih

Daya bersih merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan sabun transparan dalam mengangkat kotoran, debu dan minyak yang terdapat pada permukaan kulit. Analisis dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah diolesi margarin sebagai kotoran berminyak ke dalam larutan sabun. Kekeruhan yang diperoleh diasumsikan sebagai kotoran yang dapat diangkat oleh sabun transparan dan dinyatakan dalam satuan ftu turbidity.

27

Sabun merupakan produk emulsi yang memiliki gugus polar dan nonpolar. Pada saat terjadi mekanisme pembersihan sabun, ujung molekul yang bersifat polar akan berikatan dengan air sementara ujung molekul yang bersifat nonpolar akan berikatan dengan kotoran berminyak. Bagian nonpolar ini akan mengendurkan kotoran berminyak (margarin) dari kain dan mendispersikan kotoran tersebut sehingga menyebabkan warna larutan sabun menjadi keruh.

Kotoran yang menempel pada kulit dan pakaian umumnya berupa minyak. Jika lapisan minyak ini dapat dilepaskan, maka kotoran dapat dicuci. Jika sabun dilarutkan dalam air, maka akan membentuk dispersi koloid yang disebut misel (micelle). Struktur misel sabun dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Struktur Misel pada Sabun

Bagian hidrofobik sabun akan mengarah ke pusat misel dan bagian hidrofilik akan membentuk permukaan misel dan berikatan dengan air. Dalam kerjanya untuk melepaskan kotoran, molekul sabun akan mengelilingi dan mengemulsi butiran minyak. Gugus hidrofobik pada sabun akan melarutkan minyak dan gugus hidrofilik pada sabun akan berikatan dengan air. Dengan demikian, tegangan permukaan air akan berkurang dan minyak akan terikat ke dalam misel dan akan terlepas jika dibilas dengan air. Proses pelepasan kotoran dari bahan yang dicuci dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proses Pelepasan Kotoran dari Bahan yang Dicuci

Daya bersih sabun transparan yang dibuat dalam penelitian ini berkisar antara 33-285.5 ftu turbidity. Rekapitulasi data hasil analisis daya bersih dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil analisis keragaman (α= 0.05) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi minyak nabati berpengaruh nyata terhadap daya bersih sabun transparan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa daya bersih sabun A1 tidak berbeda nyata dengan A3 namun berbeda nyata dengan A2, sehingga sabun A3=A1≠A2. Daya

bersih sabun A2, A6, A5 dan A4 saling berbeda nyata, sehinga dapat dituliskan bahwa sabun A2≠A6A5A4. Daya berHasil analisis daya bersih sabun dapat dilihat pada Gambar 10.

28

Gambar 10. Hubungan Antara Perlakuan Kombinasi Minyak Nabati terhadap Daya Bersih Sabun

Dokumen terkait