• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI RADEN HAJI ABDUL HABIB

C. Analisis Teks Naskah Catatan Harian

Naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini disimpan di rumah Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja yang bertempat tinggal di Jalan Veteran Lorong RRI No. 1-A, Palembang atau di Jalan Sultan Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang. Naskah ini berisi teks catatan harian berisi berbagai hal, misalnya catatan yang mengisahkan bahwa pada tahun 1305 pada hari selasa, 7 likur, bulan Sya’ban, pukul setengah lima, diperanakkan Raden Ayu Zubaedah yang dikubur dekat saudaranya yaitu Raden Abdullah.26

Pada bagian awal sampul naskah ini menurut Abd. Azim Amin mengatakan bahwa isi dari pada sampul naskah tersebut yakni bertuliskan tentang penomoran angka dalam abjad Arab yang merupakan suatu kekhususan dan keunikan, Abd. Azim Amin juga mengungkapkan selain bermakna sebagai kaidah penyusunan kata dan bahasa, ia dapat menjadi simbol-simbol yang bersifat seni, budaya, bilangan maupun akhirnya menyangkut simbol-simbol spiritual. Bahkan sejatinya, simbolisme angka dalam abjad Arab merupakan suatu hasil dari olah spiritual sebagai pengetahuan tertinggi yang mensintesiskan kaidah pengenalan geometri dan bentuk, bilangan dan akhirnya menjadi huruf.Sistem ini juga digunakan untuk memberikan nilai pada kata atau kalimat dalam lafaz Alquran, semisalnya lafaz Allah (ﷲ) memiliki nilai 66, dan

lafaz basmalah (ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ) memiliki nilai 786 yang didapat dari penjumlahan susunan dan nilai hurufnya.P26 F

27

P

Contoh Susunan penomoran abjad Arab yang terdapat pada awal sampul naskah catatan harian.

Kemudian pada awal sampul naskah catatan harian juga terdapat tulisan yaitu Alamat kitab milik Raden Abdul Habib bin Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Muhammad Bahauddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Suhunan Ahmad Najamuddin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Alpalimbani Ghafarā’ Allāhu lahum dżunūbahum āmỉn.28

Selanjutnya di dalam naskah ini juga dituliskan tentang nama-nama bulan Arab, hari dan tahun Hijriah yang dibuat di dalam bentuk tabel29 kemudian angka dalam bentuk angka, kemudian tabel bulan dan hari dalam tahun Masehi dan cara

27

Wawancara Pribadi dengan Abd. Azim Amin, Palembang, 01 Juni 2016.

28 Lihat Sampul Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib.

penghitungan transliterasi dari tahun Masehi ke Hijriah, dan juga berisi tentang tahun, bulan, dan hari dalam Masehi misalnya “Bermula inilah beberapa ruang yang dengan dialah di ketahui akan hari yang awal tahun Arab awal hari bulan Muharram maka hendaklah ditilik akan suatu ruang dari pada beberapa ruang ini yang bersamaan dengan bilangan tahun yang telah lalu dari pada tahun Hijriah hingga tahun yang dikehendaki awalnya itu dan jikalau adalah tahun itu sudah lebih dari pada dua ratus sepuluh maka hendaklah digugurkan dari padanya itu. Dua ratus sepuluh hingga tinggal kurang dari pada dua ratus sepuluh atau dua ratus sepuluh maka ditilik akan suatu ruang daripada beberapa ruang ini yang mana bersamaan.”30 Serta ada ilmu falak atau ilmu perbintangannya juga.31

Kemudian dari pada itu naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini juga berisikan tentang silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang yang ditulis dengan rapi, dalam hal ini silsilah serta keturunannya dibedakan menjadi dua, yang pertama menuliskan tentang silsilah dan keturunan Raja-raja dari Kerajaan Palembang misalnya “Adapun peringatan lamanya raja-raja di dalam Negeri Palembang di atas kerajaan yaitu Ki Gede Ing Suro dua likur tahun lamanya maka adalah pada tahun dari pada Hijrah Nabi Saw sembilan ratus enam puluh enam masa itu lah Ki Gede Ing Suro muda menjadi Raja, maka diganti puteranya Kimas Adipati dua belas tahun lamanya, maka diganti saudaranya Pangeran Madi Ing Sako tiga

30 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 7.

31

puluh lima tahun lamanya,”32 yang kedua menuliskan tentang silsilah dan keturunan Raja-raja dari Kesultanan Palembang yang wafatnya di Palembang misalnya “Bermula Raja yang penghabis yang ada ia tetap di dalam kerajaan hingga wafatnya di dalam Negeri Palembang, yaitu Sultan Muhammad Bahauddin bin Sultan Suhunan Ahmad Najamudin bin Sultan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad Mansyur bin Suhunan Abdurrahman bin Pangeran Ratu Mangkurat bin Tumanggung Mancanegara adanya”33 masing-masing informasi tentang silsilah serta keturunan Raja-raja Palembang itu tulisannya dimulai dengan kalimat “basmalah”.

Naskah ini juga di dalam teksnya berisikan tentang nama-nama ibu dari Sultan-sultan Palembang itu sendiri misalnya “Adapun Ibu Suhunan Abdurahman itu maka yaitu Masayu Adi Wigaya gelar Ratu Mas Mangkurat binti Kemas Panji Wirosinga bin Tumanggung Bayu bin Ki Gedeng Mempelam bin Ki Gedeng Sungai, dan Ki Gedeng Sungai itu anak Raja-raja dari Negeri Tademan, dan Tademan itu di darat Negeri Surabaya Adanya. Adapun ibu Sultan Muhammad Mansyur itu maka yaitu Ratu Agung, dan Ratu Agung itu anak Kemas Martayuda, dan Kemas Martayuda itu anak Kemas Martayuda Tua dan Kemas Martayuda Tua itu anak Ki Panca Tanda dan Ki Panca Tanda itu anak Ki Gede Ing Karang Panjang adanya. Adapun Ibu Sultan Mahmud Badaruddin itu maka yaitu Nyimas Sungai, orang Negeri Jambi adanya.

32 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 13-14.

Adapun ibu Suhunan Ahmad Najamudin itu maka yaitu Raden Ayu Cibalung, dan Raden Ayu Cibalung itu anak Pangeran Surya Wikrama Subekti, dan Pangeran Surya Wikrama Subekti itu anak Suhunan Abdurrahman adanya. Adapun Ibu Sultan Muhammad Bahauddin itu maka yaitu Raden Ayu Muroti yang digelari Ratu Sepuh, dan Raden Ayu Muroti itu anak pangeran Arya Kusuma bin Pangeran Purbaya bin Sultan Muhammad Mansyur adanya.34

Kemudian di dalam naskah catatan harian ini juga di tuliskan tentang saudara-saudara Suhunan Mahmud Badaruddin yang seibu sebapak misalnya “saudara-saudara SMB yang pertama Raden Ayu Purba Negara Nakiyah yang kedua Raden Ayu Mangku Negara Hamidah yang ketiga Raden Ayu Wikroma Aisyah, yang kelima Suhunan Husein Diyauddin, yang keenam Raden Ayu Sutawikrama Bariah yang ketujuh Raden Muhammad Hanifah, yang kedelapan Pangeran Bupati Panembahan Hamim, yang kesembilan Pangeran Adipati Abdurrahman.”35

Selanjutnya di dalam naskah catatan harian ini dituliskan juga tentang perang Sultan Mahmud Badaruddin dengan Belanda atau Holanda misalnya “Bahwa adalah permulaan kembali Holanda duduk di Palembang kemudian dari pada Inggris dari Palembang pada tahun seribu dua ratus tiga puluh dua pada hari Selasa yang keselikur hari bulan Muharram dan pada tahun 1816 Holanda pada yang kesepuluh hari bulan Desember adanya.

34

Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 16.

35

Berperang Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan Holanda ya di Ilir Menteng hingga tiga hari berperang, dua kapal perang Holanda dengan kuat nyatu. Maka pada hari Selasa, keluarlah semuanya Holanda dari dalam Negeri Palembang. Adapun permulaan berperang itu pada hari yang kesembilan belas hari, bulan Sya’ban, di dalam tahun seribu dua ratus tiga puluh empat dari pada Hijriah. Pada tahun seribu dua ratus tiga puluh enam, dan pada hari Rabu yang keempat hari hingga bulan Syawal, dikeluarkan Sri Paduka Sultan Suhunan Ratu Mahmud Badaruddin dengan anaknya Pangeran Ratu Sultan Ahmad Najamuddin dari Negeri Palembang oleh Jendral De Kock Holanda.36

Selain itu, naskah ini juga menjelaskan tentang saudara-saudara Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Hajimah, yang kedua Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa, yang ketiga Raden Ayu Azimah, yang kelima Raden Ayu Nadhimah Cik Ning, yang keenam pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyyah Cik Kecik, yang kesembilan Raden Ayu Aminah. Dan Raden Ayu Aminah itu diperanakkan di dalam Negeri Ternate, umurnya tiada sampai sehari di dalam dunia wafatlah adanya.37

Naskah ini juga berisikan tentang silsilah serta keturunan Raden Haji Abdul Habib, isteri serta anak-anaknya yang semuanya ditulis di dalam naskah ini misalnya

36 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 20.

“Adapun Nasab atau Silsilah Raden Haji Abdul Habib yakni Raden Haji Abdul Habib bin Muhammad Paduka Prabu Diradja Abdullah bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (SMB II) bin Almarhum Sri Paduka Sultan Mahmud Bahaudin bin Almarhum Sri Paduka Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin bin Almarhum Sri Paduka Temenggung Mancanegara.”38Selanjutnya naskah catatan harian ini juga berisikan tentang saudara-saudara Pangeran Prabu Diradja misalnya ” Dan adapun Pangeran Prabu Diraja Abdullah itu sembilan bersaudara yang seibu sebapak, yaitu yang pertama Raden Ayu Hajimah, yang kedua Raden Ayu Najimah Kerama Diwangsa, yang ketiga Raden Ayu Azimah, yang kelima Raden Ayu Nadhimah Cik Ning, yang keenam pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman, yang ketujuh Pangeran Prabu Wikrama Tohir, yang kedelapan Raden Ayu Zakiyyah Cik Kecik, yang kesembilan Raden Ayu Aminah.”39

Naskah ini juga berisikan tentang “Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Prabu Diraja Abdullah bin al-Marhum Sri Paduka Sultan Suhunan Mahmud Badaruddin menikah dengan Raden Ayu Maliha Cik Besak binti Raden Muhammad Said bin Pangeran Putera Dinata Ali di dalam Negeri Palembang.”40 Selain itu naskah catatan harian ini juga berisikan tentang saudara-saudara Raden Haji Abdul Habib, anak-anaknya dan isterinya misalnya “Raden Haji Abdul Habib ini merupakan anak

38 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 22.

39

Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 19.

ketiga, anak pertama Raden Muhammad Aminullah, yang kedua Raden Abdussomad, keempat Raden Abdul Mujib, kelima Raden Hasan, keenam Raden Ayu Zubaidah yang ketujuh Raden Ayu Aisyah dan kedelapan Raden Ayu Nur mereka semua lahir di Ternate, orang tuanya bernama Pangeran Prabu Diradja dengan Nyonya Fatimah binti Haji Abbas bin Haji Abdurrahman.41

Selain itu naskah ini juga di dalamnya berisikan tentang anak-anak Raden Haji Abdul Habib dengan Raden Ayu Maliha bahwa dia mempunyai 8 anak yang semuanya itu diperanakkan di Palembang yaitu : Raden Muhammad Ali wafat waktu masih kecil, Raden Abdurrahman, Raden Muhammad Saman, Raden Umar, Raden Utsman, Raden Ayu Alawiyah, Raden Abdullah wafat waktu masih kecil, Raden Ayu Zubaidah wafat waktu masih kecil.42 Pada tahun seribu tiga ratus enam dan pada malam Kamis yang kesepuluh hari, bulan Sya’ban menikah lagi Raden Haji Abdul Habib bin Almarhum Paduka Pangeran Prabu Diraja Abdullah di dalam Negeri Singapura dengan Cik Hajjah Maimunah binti Haji Abdul Hamid bin Ledin bin Murod Juana.43 Sehingga dapat diketahui bahwa Raden Haji Abdul Habib itu mempunyai dua orang isteri yakni Ayu Maliha Cik Besak dan Cik Hajjah Maimunah, dari isterinya Ayu Maliha Raden Haji Abdul Habib mempunyai delapan orang anak yaitu dua orang perempuan dan enam orang laki-laki, sedangkan dari isterinya Cik

41 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 22.

42 Lihat Naskah “Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib”, h. 29.

Hajjah Maimunah Raden Haji Abdul Habib mempunyai tiga orang anak yang kesemuanya adalah laki-laki.

Sedangkan tulisan yang terdapat pada bagian akhir dari halaman naskah catatan harian ini yaitu berisikan tentang ”Mendengar anaknda Umar dan anaknda Abdurrahman, mendapat anak itupun nyata. Di karunia Allah Malikurrohman, ya Allah lanjutkan kiranya umurnya di dalam amin. Singapura pada hari Kamis selikur Jumadil Akhir, tahun 1312. Melainkan Masygul di dalam diri sebab ke Mekkah al-Musyarrafah hendak dicari jikalau dilanjutkan Allah Ta’ala umur hendaklah dilihat cucunda Zahrah binti Azhari.44 Adapun naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib ini dibagian sampul belakangnya terdapat tulisan dengan kalimat “Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diraja Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin.”

44

Dokumen terkait