• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI RADEN HAJI ABDUL HABIB

C. Makam Raden Haji Abdul Habib

Menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Raden Haji Abdul Habib itu dimakamkan dibelakang PM lama Jalan Talang Keranggo. Sedangkan menurut Raden Abdul Rachman adik dari Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Lokasi makam Raden Abdul Habib posisinya terletak diluar komplek makam, memiliki kubah, keadaan makam pada batu nisan tidak terdapat inskripsi tulisan Arab Melayu batu nisan polos tidak ada tulisan sehingga peneliti sulit menentukan tahun berapa

15 Fetri Fajeri, “Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II Di Ternate Maluku Utara”, dalam Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, (Palembang: Fakultas Adab dan Budaya Islam IAIN Raden Fatah, 2014), h. 51.

16 Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

Raden Abdul Habib Wafat dan apakah kebenaran makam ini makam Raden Abdul Habib. 17

Gambar 1

Makam Raden Abdul Habib

Selanjutnya Raden Abdurrachman dan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja mendapatkan cerita dari kakek dan ayahnya18 menurut mereka di sanalah lokasi makam Raden Abdul Habib.19 Peneliti kesulitan untuk mencari informasi tentang makam Raden Abdul Habib karena informasi yang dianggap tahu tentang Raden Haji Abdul Habib ialah keluarga Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja itu sendiri dan faktor lain belum pernah ada yang secara spesifik melakukan penelitian tentang biografi Raden Haji Abdul Habib tersebut.

17 Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

18 Wawancara pribadi dengan Raden Abdurrahman, Palembang, 10 Januari 2016.

19 Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 29 Desember 2015.

BAB III

DESKRIPSI NASKAH

CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Inventarisasi Naskah

Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah naskah dengan judul yang sama di manapun berada, di dalam maupun di luar Negeri.1 Naskah dapat dicari melalui katalogus perpustakaan-perpustakaan besar yang menyimpan koleksi naskah, museum-museum dan lain-lain.2 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib terdapat pada Katalog Naskah Palembang, Achadiati Ikram, yang diterbitkan oleh YANASSA, bekerjasama dengan Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Tahun 2004. Di dalam Katalog ini, naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dicatat dengan kode LL/8/MSPD dan LL/08/MSPD dengan judul

naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib.3

Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja merupakan naskah tunggal yang dimiliki oleh ahli waris keturunan Sultan Mahmud Badaruddin II, yaitu Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Di kediamannya beliau hanya menyimpan naskah-naskah dari Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II), bukan hanya naskah catatan harian Raden Haji

1 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode penelitian Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1996), h. 64-65.

2 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan (Palembang: NoerFikri Offset,2013), h. 60.

3 Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 135.

Abdul Habib, melainkan masih banyak lagi koleksi naskah yang dimilikinya seperti naskah Denah Perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate Maluku

Utara, yang diteliti oleh Fetri Fajeri dan naskah Al-Qur’an yang diteliti oleh Ridho.

Menurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja semua naskah-naskah yang dimilikinya di dapat dari ayahnya Raden Haji Abdul Hamid.4

B. Deskripsi Naskah

Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah melakukan deskripsi naskah. Deskripsi naskah adalah memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci keadaan naskah yang diteliti. Dalam tahap mendeskripsikan naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib, naskah tersebut dijelaskan menggunakan kodikologi atau Manuscript Description ilmu tentang pernaskahan yang menjaring, mempelajari seluk-beluk semua aspek fisik naskah, antara lain bahan, umur, tempat penulisan dan perkiraan penulisan penulis naskah.5 Kemudian Dain juga mengatakan bahwa Kodikologi ialah ilmu yang mengenai naskah dan ditambahkannya bahwa salah satu di antara berbagai tugas dan “daerah” atau masalah penyusunan katalog.6

4 Wawancara Pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

5Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan publikasi Fakultas (BPPF), Seksi Filologi, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada, 1994), h. 56.

6 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994), h. 37.

Ditambah lagi dengan gambaran fisik naskah, kertasnya apakah terdapat tanda pabrik pembuatan kertas yang disebut “ watermark”.7 Selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib sebagai berikut:

1. Judul Naskah

Judul yang terdapat pada naskah diteliti tidak memiliki judul yang dibuat oleh penulis naskah. Telah dilakukan pencarian terhadap teks naskah bahwasanya naskah tersebut tidak memiliki judul dan tidak mempunyai kolofon, tetapi di dalam Katalog

Naskah Palembang naskah tersebut diberi judul dengan catatan harian, sebab isi

naskah itu menginformasikan berbagai peristiwa yang terjadi sekitar tahun 1860 M pada saat itu dan peristiwa demi peristiwa dicatat dengan rapi. Misalnya “Pada tahun sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan pada hari senin Pahing jam pukul dua dizahir Raden Adipatih Sibajaya bin Pangeran Pasarean di Negeri Pasirihan dan ibu Raden Adipatih Sibajaya itu Raden Ayu Rohmah. Pada Katalog Naskah Palembang, penyunting utama Achadiati Ikram, yang diterbitkan oleh YANASSA, bekerjasama dengan Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Tahun 2004.8 Di dalam Katalog ini, naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dicatat dengan kode LL/8/MSPD dan LL/08/MSPD dengan judul naskah catatan harian Raden Haji

Abdul Habib.9

7 Nyimas Umi Kalsum, Filologi dan Terapan, h. 62.

8

Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 135.

9 Judul naskah yang terdapat pada naskah juga sudah terinventarisasi dalam Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 135.

2. Tempat Penyimpanan Naskah

Tempat penyimpanan naskah merupakan hal terpenting terhadap kondisi naskah itu sendiri. Naskah-naskah Nusantara banyak tersimpan di berbagai negara. Kecuali Indonesia, tidak kurang dari 26 negara lainnya yang menyimpan naskah-naskah sastra lama kita, yaitu Malaysia, Singapura, Brunei, Srilanka, Thailand, Mesir, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Negeri Belanda, Inggris, Australia, Irlandia, Swedia, Swiss, Denmark, Norwegia, Polandia, Cekoslowakia, Spanyol, Prancis, Italia, Jerman Barat, Jerman Timur, Belgia dan Rusia.10 Sedangkan di dalam negeri naskah-naskah Nusantara banyak disimpan di museum, perpustakaan-perpustakaan lembaga kebudayaan dan masih banyak lagi yang tersebar di masyarakat pemiliknya (milik perorangan atau ahli waris dari generasi ke generasi). Pada saat ini naskah-naskah Palembang terdapat di dalam maupun di luar negeri. Kini tersimpan di dalam perpustakaan Indonesia dan Belanda. Pada perpustakaan Universitas Leiden terdapat 65 koleksi naskah Palembang pasca keruntuhan Kesultanan Palembang Darussalam dikalahkan Belanda pada tahun 1825.11 Adapun dalam perpustakaan Nasional menyimpan kurang lebih 45 naskah Palembang.12

Sebagian besar naskah di Palembang saat ini tersimpan sebagai koleksi pribadi di masyarakat. Naskah-naskah itu sebagian besar merupakan harta warisan yang diterima secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Pada katalog naskah

10 Hendri Chambert-Loir dan Oman fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia (Jakarta: Yaysan Obor Indonesia, 1999), h. 195-196.

11 Iskandar, Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad (Jakarta: Libra, 1999), h. 433.

12 Achadiati Ikhram, Jati Diri Yang Terlupakan:Naskah-Naskah Palembang (Jakarta: Yayasan Naskah Nusantara, 2004), h. 67-69.

Palembang yang disusun oleh Achadiati Ikhram, dkk tahun 2004 diketahui naskah koleksi milik pribadi di masyarakat Palembang jumlahnya cukup banyak tercatat 215 naskah.13Termasuk naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini.

Tempat penyimpanan naskah-naskah yang ada pada ahli waris di Palembang tersebut berada di rumah pribadi. Cara menyimpannya yang beragam, mereka merawat naskah dengan bungkus kain, diletakkan pada pelapon, kotak kayu, lemari dan lain-lain sebagainya.14 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dimiliki oleh ahli waris yaitu Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Beliau ini merupakan zuriat dari Sultan Mahmud Badaruddin II, yang dikenal oleh orang Palembang sebagai Sultan Mahmud Badaruddin III (SMB III) Prabu Diradja.15 Prabu Diradja bertempat tinggal di Jalan Sultan Mansyur, Rt 059, Rw 03, 32 Ilir Palembang, No 776. Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini banyak menyimpan koleksi naskah peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang berupa silsilah keluarga, stempel (cap) Sultan Mahmud Badaruddin II, naskah Tasawuf, Rukun Islam, Al-Qur’an, Denah perkampungan Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate Maluku Utara dan naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib, yang menjadi objek

13 Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, artikel diakses pada 28Oktober2015 dari http://www.kumpulannaskah-naskahdipalembang.mit.edu90/index.html.

14 Ibid,.

15 Pada hari senin tanggal 29 Dzulhijjah 1423 H atau 3 Maret 2003 pada pukul 10.00 WIB di Masjid Lawang Kidul Palembang dikukuhkan Drs. Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja sebagai Sultan Palembang Darussalam dengan gelar Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Prabu Diradja atau Sultan Mahmud Badaruddin III, pengukuhan yang dihadiri oleh Para Zuriat/ Kerabat dan utusan dari daerah (Bangka, Belitung, Komering, Lahat, Musi Banyuasin dll) untuk lebih jelasnya lihat Buku Salayang Pandang Kesultanan Palembang Darussalam: Hambatan Gangguan dan Rintangan Aset dan Peninggalannya (Palembang: Kesultanan Palembang, 2009), h. 31.

penelitian. Naskah tersebut berada di kediaman Prabu Diradja yang disimpan di dalam bungkusan Kain Putih Transparan dan Sorban Merah Putih di dalam lemari. Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ini diletakkan bersama koleksi naskah-naskah yang dimiliki oleh Prabu Diradja.16

Gambar 2

( Lemari Tempat Penyimpanan Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ) 3. Ukuran Naskah

Setiap naskah memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan bagaimana tulisan yang ditorehkan khususnya Sumatera Selatan tertulis diatas bahan, yaitu bilah-bilah bambu (disebut gelumpai), batang bambu, kulit kayu, tongkat rotan, tanduk, kertas dan lain sebagainya.17 Pengukuran dimulai dari lipatan halaman atau panjang halaman baru kemudian lebar halaman. Kalau alas naskah berupa lontar, yang diukur ialan panjang lontar lebih dahulu.18 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib

16 Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

17 Hendri Chambert-Loir dan Oman Fathurrahman, Khazanah Naskah Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia, h. 196.

Koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja setelah diukur dengan menggunakan alat ukur, naskah ini memiliki ukuran Panjang 24,5 cm dan Lebar 17,5 cm dengan ketebalan 0,6 cm.

Sama seperti dalam Katalog Naskah Palembang yang disusun oleh Achadiati Ikhram dkk yang menyebutkan dengan ukuran 17,5 x 24,5 cm, hanya saja dalam katalog tersebut tidak menyebutkan ketebalannya. Setelah dilakukan pengukuran terhadap naskah di dapati ketebalan 0,6 cm, naskah catatan harian ini tanpa sampul. Adapun jarak atau spasi tulisan di dalam Naskah catatan harian ini yaitu bagian kanan berukuran 4,6 cm, bagian kiri 1,5 cm, bagian bawah 4 cm dan bagian atas 3 cm.

4. Jumlah Halaman Naskah

Dalam penghitungan halaman lebih banyak dipakai dibandingkan dengan penghitungan menurut lembar. Sebaiknya, juga mencantumkan jumlah halaman yang kosong, kalau ada; baik yang terdapat sebelum, di tengah, dan sesudah teks. Pada waktu orang menjilid, biasanya orang menambahkan juga halaman-halaman kosong sebelum dan sesudah teks (lembar pelindung). Hal ini perlu diketahui, supaya kita tidak terkecoh karena biasanya ada perbedaan antara kertas tambahan pada waktu penjilidan dan kertas naskah.19

Setelah dilakukan penghitungan terhadap naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib milik Prabu Diradja ini memiliki lembaran 40 dan halaman berjumlah

38, terjadi perbedaan dalam jumlah halaman pada Katalog Naskah Palembang. Dalam Katalog Naskah Palembang memiliki jumlah 29 halaman, sedangkan dilakukan penghitungan kembali jumlah lembaran 40 sedangkan halaman yang terdapat pada naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib Prabu Diradja berjumlah 38 halaman,20 Selisih 11 lembar.

5. Aksara dan Bahasa Dalam Naskah

Aksara dalam pernaskahan ini mengunakan Aksara Jawi, dengan mengadopsi tulisan Arab dengan bunyi bahasa Jawi/ Arab Melayu. Sehingga bahasa yang digunakan dalam pernaskahan ini yaitu bahasa melayu.

6. Kertas Naskah

Kertas (paper) adalah salah satu alas naskah yang paling banyak digunakan untuk menulis manuskrip. Melihat asal usul katanya dalam bahasa inggris (paper) kata ini biasa jadi memiliki akar hubungan dengan (papyrus), yang merupakan bahan tulis asal Mesir kuno. Kertas untuk pertama kalinya ditemukan di China. Bangsa Eropa sendiri, yang belakangan kertas hasil produksinya yang paling banyak di gunakan di Nusantara.21 Meski dunia Arab dan Eropa belajar membuat kertas dari China, tetapi hasil produksinya tetap tidak persis sama mengingat bahan dasar yang digunakan untuk membuat kertas disatu tempat tidak selalu dapat ditemukan di tempat lain, itulah mengapa kertas China berbeda dengan kertas ropa, seperti halnya

20 Naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib dilakukan pengukuran dan penghitungan tanggal 22 Desember 2015, pukul 11.45 dirumah Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja yang beralamatkan di Jalan Sultan Mahmud Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang.

21 Oman Fathurahman, Filologi dan Islam Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010). h. 50.

juga kertas Mesir (papyrus), atau kertas Jepang, atau kertas buatan Nusantara, akan berbeda satu sama lainnya.22Kertas yang digunakan dalam pembuatan naskah Catatan Harian ini menggunakan kertas Eropa yang sudah berwarna kuning kecoklatan, tanpa cap kertas. Tinta yang dipakai dua warna, hitam dan merah; hitam untuk menulis teks dan merah untuk membuat rubrikasi.23

7. Pengarang, Penyalin, Tempat dan Tanggal Penulisan Naskah

Nama penulis atau nama penyalin, tempat dan tanggal penulisan biasanya dapat dicari pada kolofon naskah.24Kolofon adalah catatan penulis, umumnya pada akhir naskah, berisi keterangan mengenai tempat, waktu dan penyalinan naskah.25Pada naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini peneliti tidak menemukan sebuah kolofon yang dapat menginformasikan tentang penulis, tanggal dan tempat dimana naskah catatan harian ini dibuat.

Peneliti hanya mendapati teks yang berupa tulisan pada bagian akhir naskah, yang isi dari tulisan bagian akhir teks naskah ini menjadi penutup dan sekaligus sebagai bagian terakhir dari naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini. Berikut isi teks naskah yang terdapat pada bagian akhir naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib ini:

22 Ibid,.h. 51.

23

Achadiati, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 135.

24 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 40.

Gambar 3: Lembaran terakhir yang berisi teks pada naskah catatan harian Raden Haji Abdul Habib.26

8. Keadaan Naskah

Keadaan atau kondisi naskah baik buruknya harus diutarakan, tanpa mendominasi satu pihak dan juga tidak memberi komentar kalau keadaan naskah baik ataupun buruk.27 Kondisi keadaan naskah Catatan Harian Raden Haji Abdul Habib koleksi Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ini masih bagus namun beberapa tulisannya saja yang hangus atau terhapus dibeberapa halaman dan belum ada yang sobek atau rusak sama sekali kertasnya. Naskah tersebut sudah berada pada Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja ketika ayahnya Raden Abdul Hamid meninggal

26 Observasi sekaligus Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

27 Sri Wulan Rujiati Mulyadi, Kodikologi Melayu di Indonesia, h. 41.

Raden Syarif bin Raden Haji Abdul Habib bin Pangeran Haji Prabu Diradjah

Abdullah bin Suhunan Mahmud Badaruddin bin Sultan Muhammad

Bahauddin bin Suhunan Ahmad Najamuddin

dunia, semua koleksi naskah-naskah diserahkan kepada anak pertamanya Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja.

9. Pemilik Naskah dan Perolehan Naskah

Palembang memiliki warisan kebesaran masa lampau yang sebagian telah dilestarikan dalam bentuk naskah dan kini aman tersimpan dalam perpustakaan di Indonesia dan Belanda. Dalam perpustakaan Universitas Leiden terdapat kumpulan naskah Sultan Mahmud Badaruddin berjumlah 65 manuskrip yang ditempatkan disana setelah kekalahan Palembang oleh Belanda. Sebagian besar naskah di Palembang kebanyakan dimiliki oleh perorangan sebagai harta warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi.28

Di antara para pemilik naskah yang mempunyai hubungan dengan mantan keluarga Kesultanan adalah Alm. Johan Hanafiah, Alm. R. M. Akib yang koleksinya kini ditangan cucunya R. Ibrahim, Kemas Andi Syarifudin dan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja. Para pemilik naskah keagamaan umumnya keturunan Arab, dan kebanyakan bekerja sebagai guru ngaji, adapun nama-nama pemilik naskah tersebut, Idrus Al-Munawar yang memperoleh naskahnya dari Alm Gurunya, Ustadz Ahmad Alwi Bahsin, Idrus Al-Munawar bertempat tinggal di Lorong Al-Munawar, 13 Ulu. Said Alwi Assegaf (17 Manuskrip), Lorong BBC 12 Ulu, Alwi Habib Ba’sin (7 Manuskrip), Haji Ahmad Fauzi (17 Manuskrip), yang berasal dari kakek buyutnya, Kiai Haji Abdullah Azhari, 5 Ulu Laut, Muhammad Jafri yang memiliki (20

28 Titik Padjiastuti, “Memandang Palembang dari Khazanah Naskahnya”, makalah dalam format pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2015, h. 3.

Manuskrip) dari Masagus Haji Abdul Azim, 7 Ulu Rt 05 Rw 11, seberang Ulu, Ustadz Ending yang memiliki (3 Naskah Wayang), Lorong Agung, K.H. Muhammad Zen Syukri, Salman Ali, Rizal Pahlevi, Nyimas Laili Yulita dan Baba H. Machmud Abbas, Bchk.29Koleksi naskah yang terakhir ini disimpan oleh keponakannya yaitu Nyimas Umi Kalsum.

Ketika pendataan naskah dalam pembuatan Katalog Naskah Palembang, Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja bertempat tinggal di Jalan Veteran Lorong RRI No. 1-A, Palembang. Saat ini Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja bertempat di Jalan Sultan Mansyur No. 776, Kelurahan 32 Ilir Palembang. Semua koleksi naskah-naskah yang diperolehnya di dapat dari ayahnya Raden Haji Abdul Hamid. Berikut zuriat dari Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja sebagai berikut:

Silsilah Sultan Mahmud Badaruddin Prabu Diradja

29 Achadiati Ikhram, dkk., Katalog Naskah Palembang, h. 10.

SUSUHUNAN ABDURRAHMAN Khalifatul Mukminin Saydul Iman (Kiai Mas Endi Pangeran Ario Kesumo) Istrinya Ratu Agung Binti Kimas Martayuda

1659-1707 M

SULTAN MUHAMMAD MANSYUR Jaya Ing Lgo

Istrinya Ratu Nyimas Singo (Putri Jambi) 1706-1758 M

SULTAN MAHMUD BADARUDDIN JAYA WIKRAMA (SMB I)

Istrinya Raden Nayu Ciblung Binti Pangeran Suryo Wikrama Subakti1724-1758 M

Sultan Agung Komaruddin 1714-1724

Sultan Anom Alimuddin 1714 M

SUSUHUNAN AHMAD NAJAMUDDIN ADI KESUMO

Istrinya Ratu Sepuh (Raden Nayu Murati) 1758-1776 M

SULTAN MUHAMMAD BAHAUDDIN Istrinya Ratu Agung

1776-1803 M

RADEN HAJI ABDUL HAMID Prabu Diradja

Wafat 1987 RADEN HAJI SYARIF

Prabu Diradja Wafat 1985 M Raden Haji Abdul Habib

Prabu Diradja(1900) Pangeran Prabu Diradja

Haji Abdullah

SUSUHUNAN RATU MAHMUD BADARUDDIN Raden Hasan Pangeran Ratu (Sunan Tuo) diberi Gelar

Sultan Mahmud Badaruddin II 1803-1852 M

Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu Susuhunan Husin Diauddin (S Mudo) Sultan Ahmad Najamuddin Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (1921)

Silsilah di atas merupakan keturunan Prabu Diradja, Raden Haji Abdul Habib merupakan nenek buyut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja.30Manurut Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Naskah Catatan Harian ini merupakan hasil tulisan tangan Raden Haji Abdul Habib, karena Raden Haji Abdul Habib ini merupakan penulis naskah, beliau memperoleh naskah semenjak Ayahnya Raden Haji Abdul

30 Team Penyusun, Salayang Pandang Kesultanan Palembang Darussalam: Hambatan, Gangguan dan Rintangan Aset dan Peninggalannya (Palembang: Kesultanan Palembang, 2009), h.64.

SULTAN MAHMUD BADARUDDIN Prabu Diradja (SMB III)

Drs. Raden Muhammad Syafei PrabuDiradja

Raden Ayuh Rati Rania Pangeran Bupati Hamzah

Pangeran Prabu Wikrama Abdurrahman Pangeran Prabu Kesumo Abdul Hamid Pangeran Prabu Nandito Muhammad Pangeran Prabu Dilaga Mukhlis Pangeran Prabu Manggala Umar

Pangeran Prabu Dikara Muhammad Yasin Pangeran Prabu Dwingso Muhammad Zen Pangeran Noto Anggala Alwi

Pangeran Suryo Dilaga Toha

Pangeran Kesumo Muhammad Syeh Pangeran Kesumo Manggalo Mahdor Pangeran Suto Wijaya Usman Pangeran Suto Wijaya Akil

Pangeran Suto Diradjah Abu Bakar Pangeran Kesumo Diradjah Muhammad Syafin

Pangeran Kesumo Dimkian Muhammad Hasan

Pangeran Putro Dinoto Ali

Raden Nayu Fatimah Purbayo Abdul Rohim Raden Nayu Halimah Kerama Noto

Raden Nayu Azimah Sayid Asegaf

d h i h

Raden Ayuh Ratnah Mutia

Hamid meninggal dunia pada tahun 1987 M.31 Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja mendapat naskah dari Raden Haji Abdul Hamid, dari Raden Haji Syarif, dari Raden Haji Abdul Habib, dari Pangeran Prabu Diradja Haji Abdullah Bin Sultan Mahmud Badaruddin II.

31 Wawancara pribadi dengan Raden Muhammad Syafei Prabu Diradja, Palembang, 22 Desember 2015.

BAB IV SUNTINGAN TEKS

CATATAN HARIAN RADEN HAJI ABDUL HABIB A. Pertanggungjawaban Transliterasi

Untuk melakukan suntingan, penulis menggunakan beberapa tanda sebagai pedoman dalam melakukan suntingan, ini harus dilakukan secara konsisten. Adapun pedoman yang digunakan penulis antara lain:

1. Edisi teks disesuaikan dengan Pedoman Teransliterasi Arab-Latin sesuai dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1997 dan No. 0543 b/U/1987 Tertanggal 12 Januari 1988 sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Latin Huruf Keterangan

ا Alif _ Tidak dilambangkan

ب Bā’ B _

ت Tā’ T _

ث Ṡā’ Ṡ S dengan titik di atasnya

ج Jim J _

ح Ḥā’ Ḥ H dengan titik di bawahnya

خ Khā’ Kh _

د Dāl D _

ر Rā’ R _

ز Zā’ Z _

س Sin S _

ش Syin Sy _

ص Ṣād Ṣ S dengan titik di bawahnya

ض Ḍād Ḍ D dengan titik di bawahnya

ط Ṭā’ Ṭ T dengan titik di bawahnya

ظ Ẓā’ Ẓ Z dengan titik di bawahnya

ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atasnya

غ Gain G _ ف Fā’ F _ ق Qāf Q _ ك Kāf K _ ل Lām L _ م Mim M _ ن Nūn N _ و Wāwu W _ ه Hā’ H _ ء Hamzah ‘ Apostrof ي Yā’ Y _

2. Perbaikan teks meliputi penggantian, penambahan dan penghapusan bacaan yang dianggap menyimpang. Bagian bacaan yang dihapus diletakkan dalam aparat kritik supaya tidak mengganggu kelangsungan teks.

3. Dalam suntingannya, digunakan beberapa tanda, yaitu: \\ dua garis miring untuk pindah halaman

(....) untuk menandai kata-kata yang susah dibaca atau mengalami korup/rusak.

4. Kata ulang yang tertulis dengan angka 2 (dua) dalam teks akan ditransliterasikan sesuai dengan EYD bahasa Indonesia, seperti: tersedu2 menjadi tersedu-sedu, dan lain sebagainya.1

Dokumen terkait