• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah

Dalam dokumen Volume 2, Nomor 2, Februari 2015 (Halaman 108-116)

AX RATIO 5 NEGARA ASEAN - 2015

4. Analisis Nilai Tambah

Berdasarkan hasil analisis marjin keuntungan dari pelaku usaha bagan perahu, pengolah teri kering dan pedagang teri kering, maka dapat dihitung nilai tambahnya dari nelayan hingga ikan teri kering diterima oleh konsumen.

258

Tabel 6. Nilai Tambah Perikanan Teri

Pelaku Harga Jual (Rp/Kg Kering) Biaya Produksi (Rp/Kg Kering) Biaya Penjualan (Rp/Kg Kering) Marjin Keuntungan (Rp/Kg Kering) % Kontribusi Nilai Tambah Nelayan Bagan Perahu Rp. 6.487 (basah) x 5 = Rp. 32.436 Rp. 5.538 X 5 = Rp. 27.692 Rp. 151 x 5 = Rp. 753 Rp. 798 x 5 = Rp. 3.991 63% Pengolah Ikan Teri Kering Rp. 36.000 Rp. 33.491 Rp. 1.069 Rp. 1.440 23% Pedagang Ikan Teri Kering Rp. 40.000 Rp. 36.000 Rp. 3.106 Rp. 894 14% Nilai Tambah Rp. 6.325 100% Keterangan: 1 Kg teri kering memerlukan 5 Kg teri segar (basah)

Hasil analisis nilai tambah menunjukkan bahwa kontributor terbesar nilai tambah adalah nelayan bagan perahu, yang mengeksploitasi sumberdaya perairan. Selanjutnya, diikuti oleh pengolah ikan yang melakukan transformasi produk, dari ikan segar menjadi ikan kering. Sedangkan pedagang ikan teri kering memberikan nilai tambah terkait dengan distribusi, yaitu dari produsen dibawa ke konsumen. Apabila nilai tambahnya ingin dinaikkan, maka proses value chain perlu diperbanyak, yaitu melalui diversifikasi produk bernilai tambah tinggi, misal dengan pendirian pabrik ikan teri kaleng untuk keperluan ekspor dan perdagangan nasional. Terkait dengan nilai marekting efficiency index (ME=3) yang nilainya lebih dari 1, maka mengindikasikan bahwa saluran distribusi perikanan teri Kabupaten Konawe Utara yang berlaku sekarang bersifat efisien.

Gambar 2. Value Chain dan Margin Keuntungan Perikanan Teri Tabel 7. Kontribusi Peran Pelaku Usaha Perikanan Teri

Pelaku Proses

Pensuplai Faktor Input • Membeli atau memproduksi faktor input yang diperlukan oleh nelayan bagan apung, diantaranya bambu, kayu, jaring, lampu, mesin, bahan bakar minyak, dan perbekalan (diantaranya beras, gula, kopi, teh, minyak goreng, gas LPG), dsb.

• Menjual faktor input yang diperlukan untuk operasi penangkapan ikan teri kepada nelayan bagan perahu Nelayan Bagan Perahu • Merancang dan membangun alat tangkap bagan perahu

• Mengeksploitasi sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara

• Mendistribusikan hasil tangkapan ikan teri ke fishing

base untuk dijual ke pengolah ikan teri

Pengolah Ikan Teri Kering • Membersihkan ikan teri hasil tangkapan nelayan dan menjadikan ikan teri segar sebagai bahan baku ikan pengolahan ikan teri kering untuk meningkatkan daya

Distribusi/ Perdagangan Rp. 894; 14% Pengolahan Teri Rp 1.440/Kg; 23% Penangkapan Teri Rp 3.991/Kg; 63% Pensuplai Faktor Input

259

Pelaku Proses

tahan waktu keawetan ikan teri untuk kepentingan konsumsi masyarakat

• Mengemas ikan teri kering dan menjualnya kepada pedagang ikan teri kering

Pedagang Ikan Teri Kering • Membeli ikan teri kering dari para pengolah ikan.

• Mengemas kembali ikan teri kering yang dibeli dari para pengolah ikan teri, serta mendistribusikannya kepada konsumen, baik masyarakat Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe, Kota Kendari, maupu kabupaten lain di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Analisis Permasalahan dan Alternatif Solusi

Untuk pengembangan perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara, maka perlu diidentifikasi permasalahan dan pengembangan alternatif solusinya. Menurut Parke (2014), perbaikan kinerja value chain dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (1) perbaikan rencana, legal, dan kerangka manajemen sumberdaya, (2) meningkatkan kuantitas, keteraturan dan keberlanjutan produksi, (3) memperbaiki kualitas dan keamanan produk, (4) mengurangi waktu yang diperlukan untuk mencapai pelanggan, (5) meminimalkan biaya transaksi, dan (6) memperbaiki kapasitas pelaku agar mampu beradaptasi dengan teknologi dan pengembangan pasar.

Tabel 8. Analisis Permasalahan dan Alternatif Solusi

Tahapan Value Chain Pelaku: Pensuplai Faktor Input

Permasalahan • Harga faktor input tertentu masih relatif mahal

Penyebab • Jumlah pensuplai di dekat lokasi fishing base masih terbatas dan beberapa

• Biaya pengiriman yang tinggi dan ketergantungan terhadap pensuplai faktor produksi tertentu dari Makassar dan Surabaya, seperti pengadaan mesin.

Alternatif

Solusi • Perbaikan infrastruktur transportasi agar biaya logistik semakin efisien • Pendirian koperasi perikanan yang dapat menyediakan faktor produksi dengan biaya yang wajar.

Pelaku: Nelayan Bagan Perahu

Permasalahan • Produksi per trip masih relatif tinggi (325-525 Kg/trip), namun cenderung mengalami penurunan secara time series

• Harga jual ikan teri hasil tangkapan relatif rendah • Inefisiensi proses bongkar hasil tangkapan

• Suplai BBM masih mengandalkan penjual BBM eceran dengan harga relatif mahal

Penyebab • Kemungkinan sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara sedang mengalami deplesi.

• Belum ada tempat pelelangan ikan (TPI) yang dapat mendorong

terbentuknya harga yang saling menguntungkan bagi nelayan, pedagang ikan dan pengolah ikan.

260 Tahapan Value Chain

• Belum tersedia stasiun penyedia BBM (SPDN) bersubsidi untuk nelayan dengan kapal < 30 GT

Alternatif

Solusi • Perlu penelitian mengenai MSY (maximum sustainable yield) dan kebijakan kuota penangkapan ikan teri agar kelestarian terjaga. • Perlu pembangunan pelabuhan perikanan yang didukung fasilitas pokok (termasuk dermaga dan jetty), fungsional (termasuk TPI dan SPDN) dan penunjang yang memadai.

Pelaku: Pengolah Ikan Teri Kering

Permasalahan • Lokasi pengolahan belum memenuhi memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi sehingga kualitas ikan teri kering belum optimal

• Pengemasan produk masih sederhana

Penyebab • Pelaku usaha pengolahan ikan teri kering belum menguasai prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi

• Pengemasan yang menarik dan baik belum dianggap penting Alternatif

Solusi • Perlu dilakukan pembinaan mutu dan standarisasi kualitas produk teri kering. Pelaku: Pedagang Ikan Teri Kering

Permasalahan • Pengemasan produk masih sederhana

• Biaya transportasi dan distribusi masih relatif tinggi

Penyebab • Pengemasan yang menarik dan baik belum dianggap penting • Kondisi infrastruktur transportasi masih belum memadai Alternatif

Solusi

• Perlu dilakukan pembinaan mutu dan standarisasi kualitas produk teri kering.

• Perlu pembangunan infrastruktur pendukung agar perekonomian perikanan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa masing-masing pelaku dalam value chain perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai tambah. Marjin pemasaran dan marjin keuntungan yang terbesar dinikmati oleh nelayan bagan perahu, diikuti oleh pengolah ikan teri dan pedagang ikan teri. Total nilai tambah perikanan teri di Kabupaten Konawe Utara adalah sebesar Rp. 6.325/kg teri kering.

Saran

Sebaiknya perlu dilakukan pembinaan mutu terhadap pelaku usaha perikanan teri yang masih bersifat tradisional, agar produknya semakin sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi. Selain itu, juga perlu diteliti level eksploitasi sumberdaya ikan teri yang lestari (maximum sustainable yield atau MSY) untuk menghindari resiko deplesi sumberdaya ikan teri yang menyebabkan penurunan produksi dan kelangkaan sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Konawe Utara. Apabila hasil kajian selanjutnya menunjukkan bahwa eksploitasi sumberdaya ikan teri masih dapat ditingkatkan, maka dapat dirancang pengembangan industri teri olahan untuk meningkatkan nilai tambah dan pemasarannya tidak hanya di Provinsi Sulawesi Tenggara.

261

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Sdr. Muhammad Agung Dharmawan yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi.

Daftar Pustaka

Achchuthan, S., and Kajananthan, R. 2012. A Study on Value Chain Analysis in Dairy Sector Kilinochchi District, Sri Lanka. Global Journal of Management and Business Research, 12(21): 1-14.

BPS Kabupaten Konawe Utara, 20151. Kabupaten Konawe Utara dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Konawe Utara. pp. 385

BPS Kabupaten Konawe Utara. 20152. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Konawe Utara Menurut Lapangan Usaha 2010-2014. BPS Kabupaten Konawe Utara. pp.85 BPS Kabupaten Konawe Utara. 20153. Kecamatan Lasolo Dalam Angka 2015. BPS

Kabupaten Konawe Utara. pp.123.

BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2013. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2013. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. pp. 458.

Dzanja, J., Kapondamgaga, P. and Tchale, H. 2013. Value Chain Analysis of Beef in Central and Southern Malawi (Case Studies of Lilongwe and Chikhwawa Districts). 4(6): 92-102.

Eurofish International Organisation, 2012. Overview of the world’s anchovy sector and trade possibilities for Georgian anchovy products. Eurofish International Organisation. pp. 40.

Gudmundsson, E., Asche, F. and Nielsen, M. 2006. Revenue Distribution Through The Seafood Value Chain. FAO. pp. 42.

Jung, S.C. 2014. The Analysis of Strategic Management Samsung Electronics Company through the Generic Value Chain Model Company. International Journal of Software Engineering and Its Applications. 8(12): 133-142.

Kabu, E., and Tira, D.S. 2015. Value Chain Analysis Towards Sustainability: A Case Study of Fishery Business in Kota Kupang, Indonesia. International Journal of Economics and Financial Issues. 5(Special Issue): 150-156.

KKP. 2014. Statistik Perikanan Tangkap Di Laut Menurut Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), 2005-2013. KKP. pp. 448

Mwirigi, F.M and Theuri, F.S.. 2012. The Challenge of Value Addition in The Seafood Value Chain Along The Kenyan North Coast. International Journal of Business and Public Management 2(2): 51-56.

262 Odebiyi, O.C, George, F.O.A, Odulate, D.O., Agbonlahor, M.U. and Olaoye, O. 2013.

Value-Chain Analysis for Coastal Fisheries Development in Nigeria. Global Journal of Science Frontier Research Agriculture and Veterinary. 13(11): 6-15.

O'Neill, E.D. 2013. A Value Chain Analysis of the Tuna Industry in Ghana. Thesis. Universidade do Algarve. pp. 125.

Parke, A. 2014. Value Chain Approaches In Fisheries Planning. CRFM, Policy Brief No. 4, September 2014. Pp 1-8.

Phiri, L.Y., Dzanja, J., Kakota, T. And Hara, M. 2013. Value Chain Analysis of Lake Malawi Fish: A Case Study of Oreochromis spp (Chambo). International Journal of Business and Social Science. 4(2): 170-181.

David Boy Tonara

263

Implementasi Frontend Website Dinamis Sebagai Company Profile dan Delivery Order Restaurant Hotel Olympic Surabaya

Nazarinus Artasawarga Purnomo1,*, Rinabi Tanamal 2, dan David Boy Tonara3

1 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 2 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra 3 Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra

r.tanamal@ciputra.ac.id

Abstrak.

Teknologi informasi sangat berkembang pesat pada saat ini, salah satunya adalah website. Website membantu sebuah perusahaan untuk menunjang media promosi terhadap produk – produk yang dimiliki. Restoran Hotel Olympic Surabaya merupakan restoran yang membutuhkan media promosi online dan juga dapat melakukan proses delivery order. Kebutuhan website yang difokuskan untuk delivery order berguna untuk mendapatkan target baru melalui media online. Berdasarakan masalah yang ada, pihak Technovision memberikan solusi berupa website delivery order. Website tersebut dapat menambah penjualan melalui online dengan delivery order. Metode yang akan digunakan adalah metode RAD (Rapid Application Development). Langkah pertama menganalisa aliran proses bisnis Restoran Hotel Olympic (business modeling), langkah kedua adalah data modeling, langkah ketiga adalah mengamati proses – proses yang dapat dijabarkan melalui aktivitas diagram, langkah keempat adalah melakukan application generation, dan langkah terakir adalah melakukan testing dan turnover dengan melakukan proses UAT ( User Acceptance Test). Hasil akhirnya adalah Restoran Hotel Olympic Surabaya membuat website delivery order untuk membantu kenaikan penjualan online serta untuk mempromosikan restoran tersebut.

Kata Kunci: Restoran Hotel Olympic Surabaya,website, dinamis, e-commerce, delivery

order

1. Pendahuluan.

1.1 Latar Belakang.

Saat ini merupakan jaman yang sudah memasuki jaman yang modern, segala sesuatu yang dikerjakan sangat membutuhkan bantuan kemajuan tehnologi yang sangat berkembang pesat saat ini. Website merupakan suatu kemajuan teknologi yang sudah dibutuhkan untuk membantu kinerja dari suatu perusahaan untuk berkembang walaupun perusahaan tersebut baru startup. Website membuat pasar dari perusahaan tersebut menjadi lebih besar, yang dahulu hanya offline saja kini perusahaan juga bisa online dengan bantuan website tersebut. Pengaruhnya juga dapat sebagai media promotion , meningkatkan penjualan melalui media

online, menambah profit melalui iklan yang dipasang di website, selain itu juga dapat sebagai

sumber informasi untuk kemajuan bisnis.

Menurut kutipan yang diambil data statistik resmi dari (APJII) Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia, untuk tingkat pembelanjaan online di Indonesia, adalah 22.8% (14 juta) dari 63 juta pengguna internet di Indonesia, 34.6% beranggapan takut terjadinya penipuan, dan 13.8% sisanya beranggapan barang online cenderung mahal. Namun pihak APJII beranggapan bahwa pembelanjaan online di Indonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan berkembangnya teknologi.

David Boy Tonara

264

Kemudian berlanjut pada data survery APJII pada tahun 2012, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 63 juta penduduk, dan diproyeksikan terus naik mencapai 139 juta penduduk pada tahun 2015. Survei yang dilakukan APJII tersebut merupakan jalinan kerjasama dengan pusat Badan Statitistika Indonesia, dengan populasi sampel rentang usia 12 - 65 tahun, dilakukan di 42 kota dan 31 propinsi. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi market online di Indonesia sangat tinggi, dan akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan.

Website E-commerce dapat juga diterapakan pada bisnis restoran, dimana website yang

dibentuk merupakan website delivery order. Website yang diterapkan pada restoran dengan cara pembelanjaan / pembelian menu – menu yang tersedia secara online. Delivery order sendiri memliki kriteria dan prosedur yang tergantung di setiap restoran yang memakai delivery

order, karena setiap delivery order antara satu restoran dengan restoran yang lain tidak sama.

Untuk website delivery order restoran yang terdapat di Hotel Olympic Surabaya yang memiliki nama Oresto memiliki cara pembayaran untuk pemesanan menu makanan / minuman yaitu cash on delivery (COD). Dengan menggunakan sistem COD diharapkan dapat menarik minat dari 34.6% populasi sampel yang beranggapan takut terkena penipuan. Dari sudut pandang tersebut, dapat dilihat bahwa peluang bisnis ini adalah sangat dibutuhkan saat sekarang, karena menurut proyeksi dari data survey APJII, pengguna internet dari tahun ketahun akan terus berkembang.

Pembuatan website dlivery order yang akan diterapakan kepada restoran Hotel Olympic Surabaya atau yang bernama Oresto diharapkan dapat meningkatkan jumlah penjualan take

away . Berdasarkan data – data penjualan yang didapatkan dari pihak restoran tercatat bahwa

pada bulan Agustus, September, Oktober terhitung omset penjualan dari 3 bulan terakir adalah sebesar Rp.83.487.800. Nilai rata-rata penjualan yang dihasilkan untuk setiap bulannya adalah Rp. 27.829.266,- dihasilkan dari rata-rata 1012 penjualan, dan 14 pesanan take away per bulannya. Dengan demikian diharapkan juga banyak peminat / pembeli menu makanan / minuman untuk take away dapat meningkat pada bulan – bulan berikutnya dengan adanya

website delivery order tersebut.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Bagaimana membuat sebuah website dynamic menggunakan konsep prinsip website usability kepada Hotel Olympic Surabaya?

2. Bagaimana Website delivery order yang telah dibuat dapat di implementasikan kepada Hotel Olympic Surabaya?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian.

Pembuatan sebuah buah website dan satu buah design brosur untuk pihak restaurant Hotel Olympic Surabaya. Jenis website yang diinginkan pihak client adalah website dynamik untuk company profile dan delivery order. Website company profile dan delivery order dibuat menggunakan framework PHP Codeigniter, dengan spesifikasi fitur yang diinginkan oleh pihak client adalah terbatas untuk wilayah Surabaya, dan minimum price Rp 40.000.

Fitur yang diinginkan oleh pihak klien dalam website yang akan dibuat adalah terdapat akun yang dapat mengatur semua kendali yaitu dengan menggunakan master account, kemudian juga terdapat seseorang yang dari pihak klien yang akan mengoperasikan website untuk delivery order yang akan di pegang oleh resepsionis yang akan mengecek setiap order yang masuk dalam website, resepsionis akan mendapatkan admin account untuk dapat melakukan penerimaan order. Untuk user akan diberikan fitur untuk dapat melakukan register

David Boy Tonara

265

dan juga dapat melakukan order setelah guest mendapatkan user account. Website yang dibuat mempunyai fokus design untuk desktop, yang akan digunakan sebagai tampilan untuk profil restoran dan untuk delivery order. Framework yang digunakan untuk pembuatan website tersebut adalah PHP Codeigniter,

Pembayaran dilakukan menggunakan konsep cash on delivery, yakni dilakukan pembayaran ditempat lokasi antar. Untuk menimalisasi terjadinya pembatalan, pihak

restaurant Hotel Olympic Surabaya akan melakukan panggilan telepon ke pihak buyer terlebih

dahulu setelah mendapatkan notifikasi order. Apabila terjadi pembatalan, nomor telepon buyer tersebut akan direkap dalam database pembatalan. Kategori makanan yang dijual adalah berdasarkan menu makanan restaurant Hotel Olympic Surabaya saat ini, dan dapat ditambahkan sewaktu-waktu. Kontrak tidak meliputi biaya maintenance, selepas selesainya

project.

Dalam dokumen Volume 2, Nomor 2, Februari 2015 (Halaman 108-116)

Dokumen terkait