• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir

4.2.5 Analisis Observasi

Aktivitas siswa yang dikaji melalui lembar observasi ini meliputi memperhatikan penjelasan guru, kerja kelompok aktif dan terarah, presentasi kelompok, respon postitif terhadap kelompok yang presentasi, dan menyelesaikan tugas secara kelompok. Penilaian instrumen lembar observasi ini dilaksanakan 2 observer yaitu guru mata pelajaran fisika dan teman sejawat. Hasil observasi ini dapat dilihat dalam Tabel 4.3, sedangkan diagram aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi ini dapat dilihat dalam Gambar 4.5. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 21.

Tabel.4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Aktivitas Observer

Observer 1 Observer 2

memperhatikan penjelasan guru 76,67% 82,50%

kerja kelompok aktif dan terarah 75,83% 78,33%

presentasi kelompok 69,17% 76,67%

respon postitif terhadap kelompok yang

presentasi 71,67% 70,83%

4.3 Pembahasan

Terdapat tiga komponen siswa dalam suatu kelas yaitu (1) siswa berkemampuan tinggi, (2) siswa berkemampuan sedang, dan (3) siswa berkemampuan rendah. Ketiga komponen ini dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran yang dapat memanfaatkan ketiga komponen siswa untuk bekerjasama mencapai suatu tujuan tertentu adalah pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru, melainkan pada masing-masing siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan model pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk memahami setiap materi yang disajikan secara individu dengan bekerja secara kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota yang lain agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa dalam kelompok yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Sanjaya, 2007: 241). Setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa yang mempunyai kemampuan berbeda sehingga mereka diharapkan dapat saling membantu dengan cara berdiskusi untuk menemukan konsep materi cahaya.

Materi cahaya sangat erat kaitannya dengan fenomena ataupun permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari. Menurut Bruner sebagaimana dikutip Trianto (2007: 67), jika siswa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, maka akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis bahwa dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah maka akan memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah serupa karena pengalaman tersebut dapat memberikan makna tersendiri bagi siswa. Mata pelajaran fisika yang erat dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah dipelajari jika belajar dari permasalah nyata untuk diselesaikan secara nyata. Oleh karena itu, selain mengandalkan kerja sama antarsiswa dalam pemahaman konsep, pelaksanaan pembelajaran kooperatif juga didukung dengan pendekatan Problem Based Instruction (PBI) sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bervariasi. Jumlah anggota dalam setiap kelompok terdiri atas lima siswa. Penentuan jumlah anggota kelompok didasarkan untuk menciptakan kelompok yang heterogen dan setiap siswa mempunyai tanggungjawab. PBI mendorong siswa belajar dari fakta menuju ke suatu konsep.

Model pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan tujuan agar siswa dapat menguasai materi secara optimal (Sanjaya, 2007: 179). Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Guru dalam pembelajaran ekspositori memegang peran yang sangat dominan. Melalui pembelajaran ekspositori guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Pembelajaran ekspositori menuntut guru harus lebih aktif dalam memotivasi siswa agar pembelajaran berlangsung dengan baik. Peran guru dalam pembelajaran ini tidak lain hanya sebagai fasilitator, moderator, motivator, dan evaluator dalam proses pembelajaran.

Penelitian di SMP Negeri 1 Juwana dengan materi cahaya dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai dengan 21 April 2011. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan. Setiap pertemuan beralokasi waktu 2 x 40 menit. Pertemuan pertama berupa pretest, pertemuan kedua sampai kelima berupa penerapan pembelajaran, dan pertemuan kelima dilaksanakan posttest. Pretest dan posttest berupa tes tertulis dengan soal berbentuk pilihan ganda.

Hasil analisis tahap awal menunjukkan bahwa F2hitung < F2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil homogen dan mempunyai keadaan awal yang sama, yaitu pengetahuan awal yang sama. Data awal yang digunakan adalah nilai rapor fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Juwana semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Setelah dilakukan pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling, diperoleh dua kelas yang dijadikan sampel, yaitu kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Selanjutnya, kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran ekspostitori.

Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan pertama di kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah memberikan pretest. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh nilai pretest. Nilai pretest ini merupakan variabel dalam uji peningkatan hasil belajar kognitif siswa.

Siswa dalam kelas eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Pada awal pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI terdapat sedikit hambatan, yaitu siswa kurang bisa diarahkan, dan cenderung membuat gaduh. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini cukup menyita waktu dan diperlukan perhatian yang lebih, tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai bisa diarahkan sehingga pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI dapat dilaksanakan dengan baik.

Setiap pertemuan yang dilaksanakan di kelas eksperimen selalu dimulai dengan pemunculan masalah. Permasalahan ini kemudian diselesaikan dengan cara praktikum sederhana. Praktikum sederhana ini mendorong siswa untuk menemukan konsep dari suatu fakta. Siswa melaksanakan praktikum berdasarkan LKS panduan. LKS ini juga digunakan sebagai bahan diskusi kelompok. Setelah melaksanakan percobaan, siswa berdiskusi mengerjakan soal LKS dalam

kelompok dan saling membantu antar anggota kelompok untuk dapat memahami konsep cahaya. Siswa dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran. Ketika dalam kelompok tersebut siswa mengalami kesulitan, guru membantu siswa secara individu.

Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran ekspositori. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran ini. Semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Guru di kelas kontrol menyampaikan materi cahaya secara terstruktur dengan harapan materi cahaya dapat dikuasai siswa kelas kontrol dengan baik.

Kedua kelas sampel diberi posttest dengan jenis soal yang sama di akhir penelitian. Kondisi awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai keadaan awal yang sama (homogen) tetapi setelah diberi perlakuan, terdapat perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil posttest

menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif kelas eksprimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu 71,15 untuk kelas eksperimen dan 60,67 untuk kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut, berarti ada faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil belajar siswa.

Hasil belajar kognitif siswa selanjutnya dianalisis menggunakan gain ternormalisasi dan diperoleh peningkatan hasil belajar kognitif antara kelas eksperimen dan kontrol berbeda. Kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar yang besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan gain kelas eksperimen sebesar 0,53 dan kelas kontrol sebesar

0,39 yang sama-sama tergolong sedang. Hasil perhitungan gain ternormalisasi

menunjukkan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih besar. Hal ini menunjukkan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan lebih optimal dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.

Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol semakin diperkuat melalui uji signifikansi. Uji signifikansi ini menggunakan uji t perbedaan rata-rata satu pihak yaitu uji pihak kanan digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji-t menggunakan taraf ketidakpastian 5% dengan n1=30 dan n2=30 diperoleh harga ttabel= 2,00 sedangkan harga thitung= 4,10. Harga thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak, terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.

Analisis aktivitas siswa kelas eksperimen juga dilakukan berdasarkan kriteria pada lembar observasi. Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh dua orang observer yaitu Mulyono, S.Pd dan Siti Masfuah, S.Pd. Hal ini dimaksudkan agar guru-guru mata pelajaran fisika bisa mengamati langsung aktivitas siswa dan mengetahui pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI, sehingga dapat dijadikan alternatif pembelajaran fisika selanjutnya.

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran harus didesain untuk membelajarkan siswa. Model pembelajaran yang diterapkan harus menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Proses pembelajaran ditekankan berorientasi pada

aktivitas siswa. Pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa secara optimal akan mendorong motivasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

Aktivitas siswa kelas eksperimen selama proses pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI dalam kategori baik. Hasil observasi aktivitas siswa oleh Mulyono, S.Pd didapatkan nilai rata-rata aktivitas siswa 75,67%. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa oleh Siti Masfuah, S.Pd didapatkan nilai rata-rata aktivitas siswa 72,33%. Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang baik akan memberikan hasil belajar kognitif yang baik bagi siswa. Hal ini didasarkan bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 71,15 dan peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen 0,53.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Hal itu di dukung oleh Zakaria (2010: 274) bahwa prestasi belajar pada pembelajaran kooperatif lebih baik daripada pembelajaran tradisional dan Tanel (2008) bahwa siswa yang menerima pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar. Bilgin (2009) mengemukakan bahwa siswa di kelas PBI menunjukkan aktivitas yang baik sehingga hasil belajar akademik siswa juga baik.

Kelas eksperimen memperoleh hasil belajar yang lebih baik karena menerapkan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI. Proses pembelajaran ini lebih menekankan pada kerjasama dalam kelompok. Siswa

secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah. Siswa juga lebih mudah menemukan dan memahami materi jika saling berdiskusi dengan anggota yang lain. Pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk belajar karena setiap anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam kelompok. Kelompok dibentuk dengan anggota yang heterogen untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk memahami setiap materi yang disajikan secara individu dengan bekerja secara kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab membantu anggota yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen juga disebabkan oleh keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi cahaya. Permasalahan ini mendorong siswa untuk melaksanakan praktikum sederhana. Penyelesaian masalah melalui praktikum sederhana membuat siswa belajar dari suatu fakta menuju suatu konsep. Hal inilah yang dapat membuat siswa memahami materi bukan hanya menghafal materi.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI dalam penelitian mengalami beberapa kendala. Siswa sulit untuk diarahkan melaksanakan pembelajaran dan berdiskusi karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Beberapa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran karena sudah terbiasa bersikap pasif dalam pembelajaran

sebelumnya dan belum adanya penyesuaian terhadap model pembelajaran yang baru diterapkan. Beberapa siswa juga kurang terampil dalam melaksanakan praktikum. Hal ini menyebabkan banyak waktu yang terbuang.

Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran baru bagi guru karena pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan dapat mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol.

66

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI. Nilai hasil belajar kognitif siswa sebelum pembelajaran adalah 39,22 , sedangkan nilai hasil belajar siswa setelah pembelajaran adalah 71,75. Hasil uji gain ternormalisasi menunjukkan peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebesar 0,53.

Perhitungan gain ternormalisasi hasil belajar kognitif pada pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI lebih tinggi yaitu 0,53 daripada hasil belajar kognitif pembelajaran ekspositori yaitu 0,39. Hal tersebut sejalan dengan hasil uji beda hasil belajar kognitif, yang menunjukkan thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI guru disarankan dapat mengelola kelas dan waktu dengan baik. Guru juga disarankan untuk dapat memotivasi siswa dan memberikan bimbingan secara individu maupun kelompok. Pemakaian kartu identitas pada siswa diperlukan agar guru lebih mudah mengobservasi keaktifan siswa. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan sebagai pengembangan diri sehingga dapat mengembangkan penelitian dalam lingkup yang lebih luas.

68

Dokumen terkait