• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR % offering closing

B. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan terhadap data return on asset (ROA), reputasi auditor (RAUD), dan ukuran perusahaan (SIZE) terhadap initial return (IR). Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari analisis tersebut, dapat diketahui nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik Microsoft Excel 2010 dan SPSS 21.0 dalam melakukan pengolahan data. Fasilitas elektronik tersebut digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis dan menjelaskan variabel yang diteliti. Berikut ini merupakan statistik deskriptif dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini.

Tabel 4.5

Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 117 .001 .732 .06412 .086589 SIZE 117 20.352 30.448 27.05764 1.701497 IR 117 1.316 158.400 30.77080 26.026491 Valid N (listwise) 117

Sumber: data diolah SPSS 21

Pada tabel 4.5 menggambarkan bahwa rata-rata nilai underpricing dari 117 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 30,77% dengan standar deviasi 26,03%. Tingkat underpricing yang paling rendah yaitu sebesar 1,39% terjadi pada PT. Elang Mahkota Tekhnologi Tbk. (EMTK) yang melaksanakan IPO pada tanggal 19 Januari 2010. EMTK melaksanakan IPO pada tahun ke 27 perusahaan berdiri yakni pada tanggal 3 Agustus 1983 dengan total ekuitas sebesar Rp 2.892.598.490, menggunakan KAP yang bereputasi tinggi yaitu KAP Purwanto, Suherman & Surja (Ernst & Young), dan ROA sebesar 0,10% (Sumber: Data diolah).

Underpricing yang paling tinggi yaitu sebesar 76,92% terjadi pada PT. Cowell Development Tbk. (COWL), yang melaksanakan IPO pada tanggal 19 Desember 2007. COWL melaksanakan IPO pada tahun ke 26 perusahaan berdiri yakni pada tanggal 25 Maret 1981 dengan total aset

sebesar Rp 113.075.319.936, menggunakan KAP yang tidak bereputasi tinggi yaitu KAP Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja, dan ROA sebesar 0,03% (Sumber: Data diolah). Rata-rata perusahaan yang mengalami underpricing tinggi yaitu berkisar 70% - 76,92% adalah yang melakukan IPO pada tahun 2007 dan 2008 dan mayoritas dialami oleh perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate.

2. Uji-t Satu Sampel (one sample t-test) Tabel 4.6

Hasil Uji t-satu sampel Initial Return One-Sample Test Test Value = 0 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper IR 12.788 116 .000 30.770803 26.00512 35.53649 Sumber: data diolah di SPSS 21

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan derajat kebebasan n-1= 117-1 = 116 adalah 12,788 > t-tabel (2,0003) dan nilai

p-values adalah 0,000 < α = 0,05 maka H0 ditolak sehingga Ha diterima dimana telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Rata-rata tingkat underpricing didapatkan sebesar 30,77% (hasil pembulatan).

Harga saham pada penawaran perdana yang relatif rendah, disebabkan adanya asimetris informasi di pasar perdana (Suyatmin dan

Sujadi, 2006: 12). Informasi asimetris ini dapat terjadi antara perusahaan emiten dengan perusahaan penjamin (Suyatmin dan Sujadi, 2006: 12).

Adanya fenomena underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) dari hasil perhitungan konsisten dengan penelitian yang dilakukan dengan Zouari et al. (2009), Indriyani (2008), Brimadiyanto (2007), Suyatmin dan Sujadi (2006). Sementara, hasil ini berbeda dengan Ahmad Rodoni (2003) yang menyimpulkan rendahnya keuntungan perdana (initial return) dan tidak underpricing bagi penawaran umum perdana untuk periode penelitiannya tahun 1990-1998.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression) sehingga harus dipenuhi asumsi-asumsi klasik persamaan regresi berganda, yaitu tidak adanya heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan data terdistribusi normal.

a. Uji Normalitas

Untuk melihat normalitas data maka dilakukan uji statistik non-parametrik Smirnov (K-S). hasil uji Kolmogorov-Smirnov tampak di bawah ini.

Tabel 4.7

Tabel Kolmogorov-Smirnov 1

ROA RAUD SIZE IR

N 117 117 117 117 Normal Parametersa,b Mean .06412 .38 27.05764 30.77080 Std. Deviation .086589 .486 1.701497 26.026491 Most Extreme Differences Absolute .235 .404 .065 .129 Positive .207 .404 .042 .129 Negative -.235 -.276 -.065 -.129 Kolmogorov-Smirnov Z 2.544 4.372 .706 1.396 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .702 .041 Sumber: data diolah SPSS 21

Dari tabel 4.7 dapat dilihat hanya variabel SIZE yang bersifat normal, karena nilai signifikansinya 0,702 > 0,05. Sedangkan variabel ROA, RAUD, dan IR bersifat tidak normal karena nilai signifikansi ROA dan RAUD 0,000 sedangkan nilai signifikansi IR adalah 0,041 yang berarti kurang dari 0,05.

Maka dilakukan transformasi variabel menjadi bentuk logaritma natural, hanya variabel RAUD yang tidak di logaritma karena pengukurannya berupa dummy sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8

Tabel Kolmogorov-Smirnov 2

RAUD Ln_ROA Ln_IR

N 117 117 117 Normal Parametersa,b Mean .38 -3.3121 2.9738 Std. Deviation .486 1.12117 1.07792 Most Extreme Differences Absolute .404 .081 .107 Positive .404 .045 .101 Negative -.276 -.081 -.107 Kolmogorov-Smirnov Z 4.372 .873 1.162 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .431 .134 Sumber: data diolah SPSS 21

Dari tabel diatas, besarnya p value untuk variabel Ln_ROA, dan Ln_IR berturut-turut adalah 0,431 dan 0,134. Nilai ini lebih

besar dari α = 0,05. Jadi kita tidak dapat menolak H0 yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual terdistribusi normal. Normalitas data juga dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada gambar yang dihasilkan dari grafik normal P-Plot dibawah ini yang variabelnya menjadi bentuk logaritma natural.

Gambar 4.1

Output Kurva Normal P-Plot

Sumber: data diolah SPSS 21

Dasar pengambilan keputusan menurut Imam Ghozali (2012: 163) adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik hitogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil output kurva P-Plot dari SPSS 21 yang ditunjukkan pada gambar 4.1 bahwa semua titik mendekati garis diagonal. Dan dapat diambil simpulan bahwa model ini memenuhi syarat normalitas data.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot yang ditunjukkan dengan gambar seperti di bawah ini.

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Sumber: data diolah SPSS 21

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW).

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 1 .389a .151 .129 1.006223 .151 6.707 3 Model Summaryb

Model Change Statistics Durbin-Watson df2 Sig. F Change

1 113a .000 1.660

Sumber: data diolah SPSS 21

Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,660 dibandingkan dengan ketentuan nilai Durbin Watson yang terdapat dalam Algiafari (1997) dalam Kristiantari (2012: 70), yaitu jika nilai DW sebesar 1,55 hingga 2,46 berarti tidak ada autokorelasi, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada persamaan regresi dalam penelitian ini.

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Kristiantari, 2012: 69). Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan tolerance value dan variance Inflation Factor (VIP).

Batas tolerance value adalah 0,10 atau VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model 95.0% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics Lower Bound Upper Bound

Zero-order Partial Part Tolerance (Constant) -2.025 4.106 Ln_ROA -.336 .001 -.235 -.182 -.171 .962 RAUD -1.138 -.326 -.333 -.318 -.309 .878 SIZE -.053 .175 .002 .099 .092 .907 Coefficientsa Model Collinearity Statistics VIF 1 (Constant) Ln_ROA 1.040 RAUD 1.139 SIZE 1.103

Sumber: data diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, dapat diketahui bahwa tolerance value semua variabel independen berada di atas 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIP) dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Analisis model regresi

Dalam pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda dapat memberikan pandangan terhadap pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linear berganda dan diinterpretasikan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.041 1.547 .673 .503 Ln_ROA -.167 .085 -.174 -1.969 .051 RAUD -.732 .205 -.330 -3.571 .001 SIZE .061 .058 .097 1.060 .291 Sumber: data diolah SPSS 21

Y = 1,041 - 0,167 - 0,732 + 0,061 + e

Berdasarkan model regresi yang terbentuk pada persamaan di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Nilai konstanta diperoleh sebesar 1,041. Hasil ini dapat diasumsikan jika tiga variabel bebasnya bernilai nol, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 1,041.

b. Nilai koefisien regresi reputasi auditor diperoleh sebesar -0,732. Hasil ini menunjukkan apabila reputasi auditor yang bereputasi baik yang ditunjukkan dengan angka 1, maka nilai underpricing akan turun sebesar 0,732. Hasil ini menunjukkan bahwa KAP big four akan menurunkan tingkat underpricing. Tanda negatif pada koefisien reputasi auditor konsisten dengan penelitian Apriliani Triani dan Nikmah (2006: 12).

5. Pengujian Hipotesis a. Uji t (parsial)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen terdiri dari ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu initial return.

Tabel 4. 12 Uji T (Parsial) Coefficientsa Model Unstandardiz ed Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.041 1.547 .673 .503 Ln_ROA -.167 .085 -.174 -1.969 .051 RAUD -.732 .205 -.330 -3.571 .001 SIZE .061 .058 .097 1.060 .291 Sumber: data diolah SPSS 21

Dari tabel 4. 12 dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengaruh variabel ROA terhadap initial return menunjukkan angka signifikansi 0,051 yang berarti tidak signifikan pada level 0,05. Dengan kata lain, investor tidak melihat variabel ROA untuk membeli saham IPO. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (1999), Daljono (2000), dan Kristiantari (2012: 72).

Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. (1993), Abdullah (2000), Gerianta (2008) dan Sandhiaji (2004) yang telah membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Tidak berpengaruhnya ROA (profitabilitas perusahaan) pada underpricing dapat diakibatkan oleh

ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh emiten.

Rini (2010), yang melakukan penelitian atas perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2007 menemukan bahwa perusahaan yang melakukan IPO di BEI melakukan manajemen laba sebelum IPO (dua tahun dan satu tahun sebelum IPO) dengan pola income maximization (menaikkan laba). Terkait hasil penelitian Rini (2010), maka ROA yang disajikan dalam prospektus adalah ROA yang mengandung unsur manajemen laba. Terjadinya manajemen laba mengakibatkan informasi keuangan yang disajikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Profitabilitas yang besar sebagaimana yang disajikan dalam prospektus belum tentu dapat menunjukkan kinerja perusahaan tersebut baik. (Kristiantari, 2012: 81)

Variabel reputasi auditor memiliki nilai signifikansi 0,001 yang berarti lebih kecil dari dari derajat signifikansi (α = 0,05). Penelitian ini dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel reputasi auditor dengan initial return yang didapatnya dilihat dari sisi investor. Nilai koefisien regresi menunjukkan negatif yang berarti setiap perusahaan yang diaudit oleh auditor yang bereputasi baik mengalami initial return yang rendah, dan terbukti auditor bereputasi baik (KAP big four) berhasil menurunkan tingkat underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian Beatty (1989)

dan Yona Octiani Lestari (2003: 10) tetapi berbeda dengan hasil penelitian Trisnawati (1998), Daljono (2000), Sandhiaji (2004) dan Gerianta (2008).

Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,291 yang berati lebih tinggi dari 0,05. Sehingga tidak berpengaruh antara variabel ukuran perusahaan dengan initial return. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka initial return semakin kecil. Hasil ini konsisten dengan penelitian Abdullah (2000) dan Gerianta (2008).

Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan kemungkinan disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan ukuran perusahaan yang besar, maka prospek perusahaan bagus di masa yang akan datang setelah pasar IPO

b. Uji F (Simultan)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan terhadap initial return.

Tabel 4. 13 Uji F (Simultan) ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 20.372 3 6.791 6.707 .000b Residual 114.411 113 1.012 Total 134.783 116 Sumber: data diolah SPSS 21

Dari tabel 4. 13 (ANOVA) diatas dapat dilihat bahwa secara simultan/bersama-sama variabel independen yang terdiri dari ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan F-hitung sebesar 6,707. Karena tingkat signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,005 atau 5%, maka hal ini bermakna bahwa model yang digunakan layak (fit). Model regresi dapat digunakan untuk memprediksi initial return atau dapat dikatakan bahwa variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh pada initial return. 6. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (adjusted R2) mengukur seberapa jauh kemampuan variabel ROA, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan dalam menerangkan variasi variabel initial return.

Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 1 .389a .151 .129 1.006223 .151 6.707 3 Model Summaryb

Model Change Statistics Durbin-Watson df2 Sig. F Change

1 113a .000 1.660

Sumber: data diolah SPSS 21

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,129 yang berarti validitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 12,9%. Sedangkan sisanya 87,1% dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Pengaruh variabel-variabel independen di dalam penelitian ini tergolong rendah terhadap initial return. Hal ini mengindikasikan bahwa emiten maupun investor kurang mempertimbangkan faktor-faktor variabel yang ada di dalam penelitian yaitu Return on Asset (ROA), reputasi auditor, dan ukuran perusahaan. Investor maupun emiten kemungkinan menggunakan faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti reputasi underwriter, earning per share, umur perusahaan, jenis industri, dan financial leverage.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai hasil pengujian dengan analisis regresi berganda:

a. Pengaruh ROA terhadap Initial Return

Hipotesis 1 menyatakan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai signifikansi koefisien sebesar 0,051 yang berarti tidak signifikan pada level 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H1 yang menyatakan ROA tidak berhasil didukung, sehingga hipotesis ditolak.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 1 tidak berhasil didukung karena ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap initial return. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya ROA tidak akan mempengaruhi tingkat initial return pada perusahaan yang melakukan IPO. Walaupun variabel ROA tidak berpengaruh terhadap initial return tetapi tanda dari koefisiennya telah sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu negatif.

Tidak berpengaruhnya ROA pada initial return dapat diakibatkan oleh ketidakpercayaan investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh emiten. Terkait dengan penelitian Rini (2010) bahwa kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IPO. Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. (1993), Abdullah (2000), Gerianta (2008) dan Sandhiaji (2004) yang telah

membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan negatif pada underpricing. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian kristiantari (2012) dan Yona Octiani Lestari (2003).

b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Initial Return

Hipotesis 2 menyatakan Reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap Initial Return. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa reputasi auditor memiliki nilai koefisien negatif dengan tingkat signifikansi 0,001. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H2 berhasil didukung, sehingga hipotesis 2 diterima.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis 2 berhasil didukung karena reputasi auditor memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap initial return. Hasil tersebut disebabkan oleh banyaknya sampel pada penelitian ini yang menggunakan KAP big four dalam mengaudit laporan keuangannya. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Beatty (1989) dan Yona Octiani Lestari (2003: 10) bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan (negatif) terhadap initial return. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Trisnawati (1998), Daljono (2000), Sandhiaji (2004) dan Gerianta (2008).

c. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Initial Return

terhadap Initial Return. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,291. Nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H3 tidak berhasil didukung, sehingga hipotesis 3 ditolak. Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil kemungkinan initial return yang terjadi di saham IPO.

Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin dikenal oleh masyarakat sehingga akan semakin banyak informasi mengenai perusahaan yang dapat diterima oleh investor. Informasi ini berguna untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dimiliki investor. Perusahaan dengan modal yang besar juga akan memiliki kemampuan untuk melunasi hutang-hutangnya, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abdullah (2000) dan Gerianta (2008). Tidak signifikannya variabel ukuran perusahaan kemungkinan disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan ukuran perusahaan yang besar, maka prospek perusahaan bagus di masa yang akan datang setelah pasar IPO.

Hasil uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada IPO berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005), Trisnaningsih (2005) yang

mendapatkan bahwa terjadi underpricing pada saham IPO berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan.

Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa hanya reputasi auditor yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap underpricing. ROA dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat level 0,05.

Dari hasil koefisien adjusted R2 menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi sebesar 12,9% dari variance initial return dapat dijelaskan oleh variabel Return on Asset (ROA), reputasi auditor, dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 87,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Variabel lain tersebut yaitu, Earning per Share, return on equity (ROE), debt to equity ratio, reputasi underwriter, persentase penawaran saham, dan umur perusahaan.

BAB V

Dokumen terkait