• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan Dengan Variabel yang Diambil 1.Pasar Modal 1.Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat pasar modal perusahaan (Irham Fahmi, 2012: 55). Pasar modal merupakan alternatif mengenai pembiayaan pembangunan, modal yang didapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Di pasar modal yang diperjualbelikan adalah kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang suatu perusahaan. Kepemilikan ini berupa surat efek atau surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, setiap derivatif dari efek seperti warrant dan opsi, efek beragun aset, dan sertifikat penitipan efek Indonesia. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal sebagai alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan.

Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis–jenis pasar modal tersebut ada dua macam, yaitu:

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana merupakan penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pasar perdana adalah jenis pasar pada pasar modal dimana saham dan sekuritas lainnya dijual pertama kali pada masyarakat sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa (Kristiantari, 2012: 13). Kegiatan ini disebut penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) (Kristiantari, 2012:13). Pada pasar perdana, hasil penjualan saham keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.

Dalam pasar primer, proses penjualan saham atau obligasi dikoordinasi oleh underwriter. Underwriter yang memegang peran dalam proses penawaran umum mulai dari proses pernyataan pendaftaran, penyusunan dan penyebaran prospektus, penetapan harga, sampai dengan pencatatan di bursa (listing). Seringkali keberhasilan emisi saham atau obligasi dipengaruhi oleh reputasi dan pengalaman penjamin emisi. Keberhasilan suatu emisi ditandai dengan terjadinya kelebihan permintaan (oversubscribed) pada saat

penawaran umum. Untuk kasus tertentu, terkadang pasar perdana surat-surat berharga dari suatu perusahaan sering tidak banyak diketahui oleh publik karena penjualannya kepada investor atau pembeli utama dilakukan secara tertutup (Dahlan Siamat, 2005: 24). Bila diklasifikasikan, lembaga penunjang pasar perdana terdiri dari underwriter, akuntan publik, notaris, agen penjual dan perusahaan penilai (Dahlan siamat, 2005: 490-491).

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Oleh karena itu pasar sekunder merupakan tempat di mana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Pasar sekunder adalah pasar perdagangan efek antar investor dilakukan melalui anggota bursa (setelah pasar perdana) sehingga tercipta likuiditas efek tersebut (Suhartono dan Qudsi, 2009: 139).

Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Perdagangan pasar sekunder, bila dibandingkan dengan perdagangan pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar. Hasil penjualan saham pada pasar sekunder biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang bersangkutan.

Pasar sekunder memiliki dua fungsi yang pertama untuk mempermudah penjualan instrumen keuangan untuk mendapatkan dana sehingga dapat menyebabkan instrumen keuangan untuk mendapatkan dana sehingga dapat menyebabkan instrumen keuangan menjadi lebih likuid. Semakin likuid surat-surat berharga semakin diminati investor. Kedua, pasar sekunder menentukan harga surat-surat berharga yang dijual oleh perusahaan penerbit di pasar perdana. Pembentukan harga di pasar sekunder dipengaruhi oleh oleh mekanisme pasar. Investor hanya akan membeli surat-surat berharga yang ditawarkan di pasar perdana dengan harga yang mungkin dapat memberi keuntungan di pasar sekunder (Dahlan siamat, 2005: 25). Lembaga yang menjadi penunjang di pasar sekunder terdiri dari pedagang efek, perantara pedagang efek (broker), perusahaan efek biro dan biro administrasi efek (Dahlan siamat, 2005: 492).

2. Struktur Pasar Modal di Indonesia

Pasar modal sangat erat hubungannya dengan perkembangan perekonomian suatu negara dan perekonomian sangat dipengaruhi oleh stabilnya politik. Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM). Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari pasar modal (Ahmad Rodoni, 2005: 119).

Sumber: Ahmad Rodoni (2005: 120)

Sumber: Ahmad Rodoni (2005: 120)

3. Initial Public Offering (IPO)

Salah satu keinginan perusahaan pada saat ingin berekspansi adalah mendapatkan tambahan dana serta bisa memperkenalkan perusahaan yang dimiliki ke publik secara jauh lebih transparan dan bertanggungjawab. Sarana untuk mewujudkan semua itu salah satunya dapat dilakukan melalui keputusan go public. Go public adalah Perusahaan Efek - Penjamin Emisi - Pedagang Perantara Efek - Manajer Investasi Provesi Penunjang - Akuntan - Konsultasi Hukum - Penilai - Notaris Emiten - Perusahaan Publik - Reksa Dana Bursa Efek Lembaga Kriling dan

Penjamin (LKP)

Lembaga Penyimpanan dan Penyeleseaian (LPP) Menteri Keuangan Bapepam-LK Lembaga Penunjang - Biro Administrasi Efek - Bank Kustodian - Wali Amanat - Penasihat Investasi - Pemeringkat Efek Gambar. 2.1

perusahaan telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka (Jogiyanto, 2007: 16). Go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya (Tandelilin, 2001: 35). Saat pertama kali perusahaan go public sering disebut dengan Initial Public Offering (IPO).

Perusahaan yang membutuhkan dana dapat melakukan penerbitan surat berharga seperti saham (stock), obligasi (bond), dan sekuritas lainnya untuk meningkatkan modal perusahaan. Sekuritas tersebut yang dijual ke publik melalui bankir investasi (underwriter) dalam pasar yang disebut pasar perdana (primary market). Terdapat dua jenis saham biasa (common stock) yang diterbitkan melalui melalui pasar perdana (Bodie et al., 2008: 86). Pertama, penawaran perdana (IPO) adalah saham perusahaan yang awalnya berbentuk perseroan terbatas (Bodie et al., 2008: 86). Kedua, saham baru musiman (seasoned new issues) ditawarkan oleh perusahaan yang sudah pernah menerbitkan saham (Bodie et al., 2008: 86). IPO merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana. Setelah saham dijual di pasar perdana kemudian saham tersebut di daftarkan di pasar sekunder (listing). Dengan mendaftarkan saham tersebut di bursa, saham tersebut mulai dapat diperdagangkan di bursa efek bersama dengan efek yang lain.

Menurut Ang (1997) dalam Kristiantari (2012: 15-17), dalam proses IPO calon emiten harus melewati empat tahapan yaitu:

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan pernyataan pendaftaran ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Dalam tahapan ini, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan langkah awal untuk mendapat persetujuan pemegang saham mengenai rencana go public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai dengan anggaran dasar perusahaan publik. Kegiatan lain dalam tahapan ini antara lain menunjuk underwriter serta lembaga dan profesi pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan publik, konsultan hukum, penilai, notaris, dan lainnya. Kegiatan terakhir dalam tahap ini adalah perusahaan mengadakan perjanjian pendahuluan dengan bursa efek untuk mencatatkan saham perseroan guna diperdagangkan di pasar sekunder dan perjanjian pendahuluan dengan underwriter.

b. Tahap Pemasaran

Langkah penting yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:

1) Due dilligence meeting yaitu pertemuan dengar pendapat antara calon emiten dan underwriter dimana dilakukan pertukaran informaasi yang dimiliki kedua belah pihak sehingga emiten

mampu menjawab pertanyaan yang nantinya diajukan oleh investor.

2) Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada

masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan dan menyebarkan informasi penawaran saham kepada investor. Rangkaian public expose yang dilakukan secara berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi lainnya disebut istilah roadshow, dimana calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal.

3) Book building merupakan proses pengumpulan jumlah saham yang diminati investor atau investor yang sudah menyatakan kesediaan untuk membeli sejumlah saham pada harga tertentu.

4) Penentuan harga perdana yang dilakukan antara underwriter dan calon emiten.

c. Tahap Penawaran Umum

Pada tahap ini, calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, dilanjutkan dengan penyebaran prospektus perusahaan lengkap final, penyebaran FPPS (Formulir Pemesanan Pembeli Saham), menerima pembayaran, melakukan penjatahan, membayar kembali (refund) dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi pihak yang memperoleh penjatahan saham.

d. Tahap Perdagangan di Pasar Sekunder

Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan ketentuan. First issue adalah pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO yang biasanya berjumlah sekitar 10% sampai dengan 40% sedangkan sisa saham belum dapat diperdagangkan sampai perusahaan melakukan pencatatan saham tersebut. Terdapat dua cara pencatatan sisa saham tersebut agar dapat diperdagangkan di pasar sekunder yaitu, partial listing, dimana perusahaan melakukan pencatatan sahamnya secara secara partial (sebagian) dan company listing, dimana perusahaan mencatatkan seluruh sisa saham yang dimilkinya sehingga seluruh saham dapat diperdagangkan di pasar saham.

Proses IPO Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya ke publik disebut melakukan penawaran perdana (IPO). Sebelum perusahaan go public, awalnya saham–saham perusahaan tersebut dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai–pegawai kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor. Keputusan perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go public) merupakan suatu keputusan yang tidak tanpa perhitungan yang matang karena dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan. Manfaat dari melakukan go

public menurut Jogiyanto (2007) dalam Kristiantari (2012: 17) adalah:

1) Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang. 2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. 3) Nilai pasar perusahaan diketahui.

Disamping manfaat yang diperoleh perusahaan melalui go public, terdapat beberapa kerugian go public, diantaranya adalah: 1) Biaya laporan yang meningkat.

2) Untuk perusahaan yang sudah going public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan–laporan kepada regulator. Laporan–laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.

3) Pengungkapan (disclosure) informasi kepada publik maupun pesaing.

4) Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer tidak mau mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedangkan pemilik tidak mau mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.

5) Ketakutan untuk diambil alih.

6) Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan

publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer baru jika perusahaan diambil alih.

4. Underpricing

Underpricing adalah suatu kondisi dimana secara rata–rata harga pasar perusahaan yang baru go public, biasanya dalam hitungan hari atau minggu, lebih tinggi dibandingkan dengan harga penawarannya (Yolana dan Martani, 2005: 38). Kebalikan dari underpricing adalah overpricing, yaitu suatu kondisi dimana harga pasar saham yang baru ditawarkan secara rata–rata cenderung lebih rendah dibandingkan dengan harga penawarannya (Yasa, 2008: 15). Fenomena terjadinya underpricing dijumpai di hampir semua pasar modal yang ada di dunia.

Underpricing merupakan biaya tidak langsung (indirect cost) bagi perusahaan yang melakukan IPO (Brealey et al., 2008: 416). Artinya, bila harga saham dapat diterima di pasar dengan harga yang lebih tinggi, kenapa tidak dijual pada harga tersebut, yaitu harga pada saat penutupan hari pertama di pasar sekunder (Brealey et al., 2008: 416). Underpricing disebabkan oleh penetuan harga saham saat IPO yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada waktu jangka pendek. Underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada investor (Beatty, 1989: 18). Apabila terjadi underpricing, dana yang diperoleh perusahaan dari go public tidak maksimum dan memberikan keuntungan bagi investor. Underpricing terjadi karena adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder

dengan harga saham pada saat IPO (Suyatmin dan Sujaadi, 2008: 12). Apabila underpricing terjadi, maka investor berkesempatan memperoleh abnormal return berupa initial return positif. Menurut Husnan (2003: 274) abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Pihak investor lebih mengharapkan tingginya underpricing karena dengan demikian para investor dapat menerima initial return. Initial

return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena

perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (IPO) dengan harga jual saham bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder (Ismiyanti dan Armansyah, 2010: 11).

Setiap investor menginginkan return yang maksimal dari investasinya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Melalui pasar sekunder para investor berusaha untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan faktor risiko yang mungkin muncul atas alternatif investasi yang dipilih (Ismiyanti dan Armansyah, 2010: 11).

Risiko yaitu peluang bahwa hasil aktual yang diperoleh dari suatu investasi berbeda dari hasil yang diharapkan, khususnya jika hasil aktual lebih kecil dari hasil yang diharapkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan

yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan. Naik turun pada harga saham juga dapat ditemui pada return. Ada banyak faktor yang mempengaruhi return ini. Investor menggunakan informasi akuntansi dan non akuntansi untuk dapat menganalisis initial return.

5. Return on Assets (ROA)

Rasio profitabilitas mengindikasikan seberapa efektis keseluruhan perusahaan dikelola (Pearce dan Robinson, 2007: 241). Rasio profitabilitas menggambarkan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Menurut Brigham dan Houston (2009: 107) rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya serta menunjukkan kemampuan perusahaan untuk going concern. Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2010: 115). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata aset yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun rumus ROA yaitu:

Semakin tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar (Brigham dan Houston, 2009: 107). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena dapat memberikan keuntungan (return) yang besar bagi investor. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh investor.

6. Reputasi Auditor

Pemeriksaan akuntansi atau audit adalah pemeriksaan yang berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Boynton et al., 2006: 6).

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap Sumber: Kasmir (2010: 115)

laporan keuangan. Auditor eksternal dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar dapat menyajikan informasi keuangan secara andal dan terbebas dari praktek kecurangan akuntansi atau salah saji material. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan.

Auditor yang memiliki reputasi yang baik maka akan memberikan hasil audit yang semakin baik (Almilia dan Devi, 2007: 9). Reputasi auditor yang baik adalah auditor yang berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Ikhsan dkk., 2012: 5).

Dalam dunia profesi akuntan publik dikenal KAP kelompok besar atau sering disebut dengan big four, dan non big four. Maka KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan big four juga disebut KAP big four, dan yang lain disebut kelompok KAP sedang dan kelompok KAP kecil. Sebenarnya pengelompokan ini bersifat informal dan lebih banyak diukur bukan dari jumlah penghasilannya tetapi dari jumlah auditornya (Adityasih, 2010). Berdasarkan data dari Departemen Keuangan per tahun 2008, jumlah KAP di Indonesia adalah 389 KAP, yang bila diukur berdasarkan jumlah auditornya adalah sebagai berikut:

b. 13 KAP dengan jumlah professional staff antara 100-400 orang. c. 372 KAP dengan jumlah professional staff dibawah 100 orang.

KAP di Indonesia bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Asing atau Organisasi Akuntan Asing. Mereka membentuk jejaring (network) yang di koordinasikan oleh suatu non-profit entity. Kerja sama ini meliputi brand image, quality control, knowledge management training, global staff mobility dan lain-lainnya. Bentuk kerja sama lainnya adalah dalam bentuk asosiasi, yang disebut Association of Independent Accounting Firm (AIF), dimana masing-masing KAP yang menjadi anggota dapat memilih sendiri manfaat apa yang diinginkan. Kerja sama internasional ini bagi KAP Indonesia dapat berpengaruh langsung kepada kualitas audit karena adanya transfer of knowledge atau hanya merupakan brand strategy (Adityasih, 2010).

Ukuran KAP, jenis klien dan jenis hubungan internasionalnya akan membentuk karakteristik lingkungan kerja untuk masing-masing kelompok KAP, yang akan berperan dan berpengaruh pada kualitas audit. Menurut Arens et.al., (2010: 11) terdapat 4 (empat) kategori ukuran Kantor Akuntan Publik di Amerika Serikat, antara lain: (1) Kantor Akuntan Publik Internasional, (2) Kantor Akuntan Publik Nasional, (3) Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional, dan (4) Kantor Akuntan Publik Kecil. Di Indonesia KAP dikategorikan menjadi dua berdasarkan reputasinya, yaitu:

b. KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four.

KAP yang berafiliasi dengan The Big Four dari tahun 2005-2012 Tahun 2005 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di

Indonesia Osman Ramli Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

Tahun 2006 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di

Indonesia Osman Ramli Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

Tahun 2007 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

Tahun 2008 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan. b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di

Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta dan Widjaja. Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

Tahun 2009 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu

Siddharta, dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

Tahun 2010 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman & Surja.

Tahun 2011 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Rekan.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman & Surja.

Tahun 2012 a) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.

b) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman Bing Satrio dan Eny.

c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta dan Widjaja.

d) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Purwantono, Suherman dan Surja.

Auditor yang mempunyai reputasi tinggi, akan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas yang tinggi terhadap hasil auditannya (Kristiantari, 2012: 23). Jika kualitas pengauditannya tinggi, maka auditor akan dihargai dalam bentuk premium harga oleh klien (emiten). Penggunaan auditor yang profesional dijadikan sebagai tanda terhadap kualitas perusahaan emiten. Dengan memakai auditor profesional akan mengurangi kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke pasar saham.

Dokumen terkait