• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Analisis PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan

Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah.

Pada kurun waktu 1993-1996, perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara. Sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki pertumbuhan yang positif dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,68 persen pada tahun 1996.

Tabel 5.1. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara dan Provinsi Sumatera Utara Sebelum Otonomi Daerah Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (Juta Rupiah)

Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah No Sektor Perubahan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara(1993- 1996) Persen Perubahan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara(1997- 2000) Persen Perubahan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara(2001- 2004) Persen 1. Pertanian 60747.63 23.46 25329.64 7.38 31185.23 13.46 2. Pertambangan 125.44 27.39 -51.01 -8.00 61.34 14.60 3. Industri pengolahan 1137.50 35.00 35.52 0.75 593.77 13.29 4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 441.78 30.72 468.85 23.09 251.02 12.97 5. Bangunan 3816.36 13.46 -12318.86 -40.831 2085.38 15.17 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 12681.09 19.95 392.09 0.48 6922.64 14.02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4990.9 23.95 -6804.49 -24.42 2176.35 14.08 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3888.8 22.25 -7003.21 -30.81 1427.29 13.14 9. Jasa-Jasa 20330.96 30.03 842.59 0.94 7518.87 13.96 TOTAL PDRB 108163.46 23.41 891.12 0.15 52221.89 13.68

Berdasarkan Tabel 5.1, sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 35,00 persen. Pada tahun 1993 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Tapanuli Utara adalah sebesar 0,70 persen meningkat menjadi 0,77 persen pada tahun 1996. Besarnya laju pertumbuhan sektor industri pengolahan ini adalah karena besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap perkembangan industri pengolahan. Selain itu, banyak investor yang menanamkan modalnya untuk pengembangan agroindustri di Kabupaten Tapanuli Utara. Jenis industri yang terdapat di Tapanuli Utara adalah industri kecil dan menengah. Selain itu ada industri pengolahan kopi terpadu dan industri pengolahan nenas terpadu dimana hasilnya sudah di ekspor ke luar negeri seperti Taiwan, Perancis dan Jepang. Tingkat pertumbuhan kedua ditempati oleh sektor listrik, gas dan air bersih yakni sebesar 30,72 persen. Pada tahun 1993 kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,31 persen meningkat menjadi 0,33 persen pada tahun 1996. Besarnya peranan sektor listrik, gas dan air bersih ini karena Kabupaten Tapanuli Utara memiliki potensi energi terbaru yang dapat berproduksi dalam jumlah yang besar dan salah satu sumur eksplorasi yang terdapat di Silakitang merupakan sumur terbesar di dunia.

Urutan ketiga ditempati oleh sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 30,03 persen. Besarnya tingkat pertumbuhan sektor jasa hampir sama dengan tingkat pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih. Meskipun tingkat pertumbuhan sektor jasa menempati urutan ketiga akan tetapi sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB Tapanuli Utara yaitu sebesar 14,65 persen tahun 1993 meningkat menjadi 15,44 persen pada tahun 1996.

Urutan selanjutnya ditempati oleh sektor pertambangan yaitu sebesar 27,39 persen. Walaupun menempati urutan keempat, sektor pertambangan ini merupakan

penyumbang terkecil terhadap PDRB Tapanuli Utara yaitu sebesar 0,10 persen pada tahun 1996. Hal ini terjadi karena pengolahan bahan tambang yang ditemukan di Kabupaten Tapanuli Utara masih bersifat tradisional, sehingga belum memberikan nilai tambah yang optimal terhadap perekonomian karena secara umum usaha pertambangan yang ada masih merupakan pertambangan rakyat.

Urutan selanjutnya ditempati oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 23,95 persen dengan kontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 4,51 persen pada tahun 1993 meningkat menjadi 4,53 persen pada tahun 1996. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar keempat terhadap PDRB Tapanuli Utara. Begitu pula halnya dengan sektor pertanian. Walaupun tingkat pertumbuhannya hanya sebesar 23,46 persen, tetapi sektor ini merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 56,07 persen pada tahun 1996.

Urutan berikutnya ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 22,25 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,95 persen. Sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terendah adalah sektor bangunan sebesar 13,46 persen. Walaupun sektor bangunan ini memiliki tingkat pertumbuhan terkecil, akan tetapi sektor ini merupakan penyumbang terbesar keempat terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebesar 5,64 persen pada tahun 1996.

Peningkatan PDRB Kabupaten Tapanuli Utara diikuti pula oleh peningkatan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Pada PDRB Sumatera Utara sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 26,88 persen pada tahun 1993 menurun menjadi 26,14 persen pada tahun 1996 yang diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,61 persen pada tahun 1993.

Awal tahun 1997, kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan ketidakstabilan, tepatnya pada tahun 1998 perekonomian Indonesia diterpa krisis yang ditandai dengan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar sampai pada tingkat Rp. 16.000,00, sehingga harga barang-barang khususnya barang impor menjadi sangat mahal dan selama itu keadaan politik Indonesia juga tidak stabil sehingga para investor menarik modalnya dari Indonesia dan lari ke luar negeri karena lebih aman dan lebih menguntungkan. Kondisi krisis tersebut juga berpengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara. Pada saat itu perekonomian Tapanuli Utara mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -5,64 persen. Sebagian sektor perekonomian Tapanuli Utara memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB Tapanuli Utara.

Pada kurun waktu 1997 sampai 2000 krisis ekonomi berpengaruh terhadap perkembangan sektor perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara. Terdapat lima sektor yang memberikan kontribusi yang positif terhadap PDRB Tapanuli Utara. Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa sektor yang tingkat pertumbuhannya paling besar adalah sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 23,09 persen. Pada tahun 1997 kontribusi sektor listrik, gas, dan air bersih terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 0,34 persen meningkat menjadi 0,41 persen pada tahun 2000. Berkembangnya sektor ini karena Kabupaten Tapanuli Utara kaya dengan sumber energi alami yaitu air terjun Batang Toru, dimana pendayagunaan potensi ini dapat memasok listrik industri-industri, mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Selain itu adanya kerjasama pembangunan listrik antara Pertamina dan PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara-UNOCAL NORTH SUMATERA GEOTHERMAL.

Tingkat pertumbuhan terbesar kedua ditempati oleh sektor pertanian sebesar 7,38 persen. Sektor pertanian ini adalah penyumbang terbesar terhadap PDRB Tapanuli

Utara yaitu sebesar 56,87 persen pada tahun 1997 meningkat menjadi 60,98 persen pada tahun 2000. Pertanian tanaman pangan dan holtikultura di Kabupaten Tapanuli Utara sangat menjanjikan untuk dikembangkan di masa mendatang dengan potensi lahan kering untuk pengembangannya seluas 66.683 Ha. Urutan ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,94 persen. Walaupun kontribusi sektor jasa ini kecil terhadap PDRB yaitu hanya sebesar 0,94 persen, akan tetapi sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB Tapanuli Utara yaitu sebesar 14,90 persen pada tahun 1997 meningkat menjadi 15,02 persen pada tahun 2000.

Urutan selanjutnya ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,75 persen. Kontribusi yang diberikan oleh sektor ini adalah sebesar 0,78 persen pada tahun 1997 meningkat menjadi 0,79 persen pada tahun 2000. Urutan yang berikutnya ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,48 persen dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 13,61 persen pada tahun 1997 meningkat menjadi 13,66 persen pada tahun 2000. Kelima sektor ini memiliki tingkat pertumbuhan yang positif karena proses produksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh krisis ekonomi sebab input yang dibutuhkan untuk proses produksinya tidak bergantung pada barang-barang impor yang harganya sangat mahal sehingga masih bisa bertahan.

Adapun sektor yang memiliki pertumbuhan yang negatif adalah sektor pertambangan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang paling terpuruk dengan adanya krisis ekonomi adalah sektor bangunan dengan tingkat pertumbuhan sebesar -40,83 persen. Kontribusinya terhadap PDRB juga mengalami penurunan yaitu sebesar 5,00 persen pada tahun 1997 menurun menjadi 2,95 persen pada tahun 2000. Penurunan ini

disebabkan pada masa krisis ekonomi banyak proyek-proyek bangunan yang tidak berjalan dengan lancar akibat mahalnya bahan baku, sehingga pada masa krisis ekonomi sektor ini sangat terpuruk.

Sektor lainnya yang juga mengalami penurunan adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan sebesar -30,81 persen. Kontribusinya terhadap PDRB juga mengalami penurunan sebesar Rp. -700,21 juta. Pada tahun 1997 kontribusi sektor ini terhadap PDRB adalah sebesar 3,77 persen menurun menjadi 2,60 persen pada tahun 2000. Urutan berikutnya ditempati oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan tingkat pertumbuhan sebesar -24,42 persen. Kontribusinya terhadap PDRB juga menurun sebesar Rp. -6.804,49 juta. Pada tahun 1997 kontribusi sektor ini terhadap PDRB adalah sebesar 4,62 persen menurun menjadi 3,49 persen pada tahun 2000. Urutan yang terakhir ditempati oleh sektor pertambangan dengan tingkat pertumbuhan sebesar -8,01 persen. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB adalah sebesar 0,11 persen pada tahun 1997 menurun menjadi 0,10 persen pada tahun 2000. Sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan yang negatif ini adalah sektor yang di dalam proses produksinya sangat bergantung pada barang-barang impor, sehingga pada saat terjadinya krisis ekonomi sektor ini tidak dapat bertahan karena mahalnya harga bahan baku untuk proses produksi mereka.

Krisis ekonomi juga berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Pada kurun waktu 1997 sampai 2000 ini sektor yang tingkat pertumbuhannya paling kecil adalah sektor industri pengolahan dengan penurunan sebesar Rp. - 819.551,81 juta atau sebesar -13,70 persen. Sektor ini mengalami penurunan yang paling besar dari semua sektor yang ada. Pada perekonomian Sumatera Utara sektor yang memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB adalah sektor pertanian

dengan kontribusi sebesar 26,95 persen pada tahun 1997 meningkat menjadi 31,15 persen pada tahun 2000 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,74 persen. Secara total PDRB Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar Rp. -1.039.809,68 juta atau sebesar -4,15 persen. Tahun 1997 PDRB Sumatera Utara sebesar Rp. 25.056.405 juta menurun menjadi Rp. 24.016.595,32 juta pada tahun 2000.

Pada masa sebelum otonomi daerah, peranan pemerintah pusat sangat besar dalam menentukan kebijakan pembangunan di daerah. Hal ini mengakibatkan daerah tidak memiliki kewenangan untuk menentukan arah pembangunannya. Adanya reformasi tahun 1998, memaksa pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah, sehingga daerah bebas menentukan arah pembangunannya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Implementasi dari kebijakan otonomi daerah juga berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara. Ini terlihat dari peningkatan total PDRB Kabupaten Tapanuli Utara berdasarkan harga konstan 1993, yaitu sebesar Rp. 381.846,78 juta pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 434.068,67 pada tahun 2004. Pada tahun 2004, semua sektor perekonomian di Kabupaten Tapanuli Utara mengalami peningkatan.

Berdasarkan Tabel 5.1, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar adalah sektor bangunan, yaitu sebesar 15,17 persen. Pada tahun 2001 kontribusi sektor bangunan terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 3,60 persen meningkat menjadi 3,65 persen pada tahun 2004. Tingginya pertumbuhan sektor bangunan karena sektor ini merupakan sektor yang paling besar dalam menyerap investasi, dimana investasi yang ditanamkan di sektor bangunan sebesar 23,31 persen dari rata-rata investasi total yang ada. Hal ini disebabkan adanya pemekaran wilayah sehingga terbentuk beberapa kecamatan baru selama periode 2001-2004, sehingga pembangunan

meningkat. Selain itu juga anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk membiayai pembangunan besar. Tingkat pertumbuhan terbesar kedua diduduki oleh sektor pertambangan, yaitu sebesar 14,60 persen. Bahan tambang yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dan telah ada kerjasama dengan pihak-pihak yang tertarik untuk mananamkan modalnya di pertambangan. Walaupun sektor pertambangan mempunyai tingkat pertumbuhan yang besar, akan tetapi sektor ini merupakan penyumbang terkecil terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu sebesar 0,11 persen pada tahun 2004. Urutan ketiga ditempati oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 14,08 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan penyumbang terbesar keempat terhadap PDRB Kabupatan Tapanuli Utara yaitu sebesar 4,05 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 4,06 persen pada tahun 2004. Investasi yang ditanamkan di sektor ini juga besar, yaitu dengan dibangunnya lapangan udara di Silangit, selain itu adanya kecamatan-kecamatan yang baru dengan adanya pemekaran wilayah membuat sektor pengangkutan dan komunikasi ini berkembang dengan cepat

Urutan selanjutnya ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan tingkat pertumbuhan yang hampir sama dengan sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 14,02 persen. Walaupun menempati urutan keempat, tetapi sektor ini merupakan penyumbang terbesar ketiga terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebesar 12,93 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 12,97 persen pada tahun 2004. Berikutnya diduduki oleh sektor jasa-jasa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,96 persen. Sektor jasa-jasa merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB Tapanuli Utara yaitu sebesar 14,10 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 14,14 persen pada tahun 2004. Sektor pertanian memiliki tingkat pertumbuhan yang

hampir sama yaitu sebesar 13,46 persen. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebesar 60,69 persen pada tahun 2001 menurun menjadi 60,57 persen pada tahun 2004. Urutan selanjutnya ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,29 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 1,17 persen pada tahun 2004. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir sama yaitu sebesar 13,14 persen dengan kontribusinya terhadap PDRB sebesar 2,84 persen pada tahun 2001 menurun menjadi 2,83 persen pada tahun 2004. Terakhir, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terkecil yaitu sebesar 12,97 persen. Kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 0,51 persen pada tahun 2001 menurun menjadi 0,50 persen pada tahun 2004.

Kebijakan otonomi daerah tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terlihat dari penurunan PDRB Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. -2.882.447,16 juta. Pada tahun 2001 PDRB Provinsi sumatera Utara sebesar Rp. 2.911.045,77 juta menurun menjadi Rp. 28.598,61 juta pada tahun 2004. Pada kurun waktu 2001 sampai 2004, semua sektor ekonomi memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara. Sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan sebesar -99,90 persen. Kontribusi sektor ini menurun sebesar Rp. -309.446. Pada tahun 2004 kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi sumatera Utara sebesar 1,49 persen. Rendahnya kontibusi sektor ini karena kurangnya penguasaan yang memadai termasuk interpretasi data informasi sumber daya mineral yang lengkap dan menyeluruh. Selain itu juga karena

penyediaan sarana dan prasarana pertambangan yang masih kurang sehingga mempengaruhi kegiatan operasional.

Dokumen terkait