• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN LELANG BARANG JAMINAN

B. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan

Pada dasarnya penjualan lelang dilakukan tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk perjanjian di luar KUHPerdata.Penjualan

lelang dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli yang diatur dalam KUHPerdata Buku III tentang perikatan. Pasal 1319 KUHPerdata berbunyi, “semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum Pasal 1457 KUHPerdata, merumuskan jual beli adalah suatu persetujuan, dengan salah satu pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda, dn pihak lain membayar harga yang dijanjikan. Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan pembeli.Di dalam perjanjian itu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan objek jual beli kepada pembeli dan berhak menerima harga dan pembeli berkewajiban untuk membayar harga dan berhak menerima objek tersebut.Sehingga lelang mengandung unsur-unsur dari definisi jual beli adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli.Adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli tentang barang dan harga, adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan pembeli.Esensi dari jual dan lelang beli adalah penyerahan barang dan pembayaran harga. Penjualan lelang memiliki identitas dan karakteristik sendiri, dengan adanya pengaturan khusus dalam

Vendu Reglement, namun dasar penjualan lelang sebagian masih mengacu pada KUHPerdata mengenai jual beli, sehingga penjualan lelang tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam hukum perdata, seperti ditegaskan dalam Pasal 1319 Vendu Reglement (Stbl. Tahun 1908 Nomer 189 diubah dengan Stbl. 1940 nomer 56)yang masih berlaku sebagai dasar hukum lelang.

Pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang mengambil ketentuan hukum gadai.Hukum Perdata tentang kebendaan khususnya Bab 20 tentang Gadai dari Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Pasal tersebut mengatur mengenai pelaksanaan gadai, antara lain Jaminan, Perjanjian Pokok, Hak Kreditur Gadai, Penyerahan Barang Jamnian dari Debitur ke Krediturdan Penguasaan Barang Jaminan, Pemeliharaan Barang Gadai, Perhitungn Bunga, Hapusnya Gadai, dan Eksekusi Gadai.

Sedangkan untuk pelaksanaan lelang di Pegadian Syariah cabang Majapahit Semarang menjadikan dasar hukum lelang pada KUHPerdata buku kedua bab 20 Pasal 1150

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang debitur untuk orang lain atas namanya, dan yang member kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya dan para kreditur-kreditur lainnya dengan pengecualian mendahulukan pembayaran-pebayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di keluarkan untuk menyelamatkan barang yang dapat digadaikan itu”. (tjitrosuddibyo:248)

Dengan landasan hukum ini pihak Pedagaian Syariah cabang Majapahit Semarang melakukan pelelangan barang jaminan nasabah yang tidak melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo dan tidak melakukan pembaharuan hutang pinjamannya.Dan hasil lelang tersebut digunakan untuk membayar/ melunasi semua kewajiban nasabah.

Sebelum melakukan pelelangan, pihak Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang akan memberikan pemberitahuan kepada nasabah dengan upaya-upaya persuasif maupun somasi (peringatan). Jika dengan upaya persuasif tidak mencapai kesepakatan maka dilakukan dengan peringatan. Jika

dari upaya tersebut gagal maka akan dilakukan lelang, hal ini dijelaskan dengan Pasal 1156 ayat 2 KUHPerdata yang menyatakan :

“tentang penandatanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini dan pasal yang lampu, kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari ada hubungan pos atau telegrap, atau jika tidak begitu halnya, dengan pos yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat dianggap sebagai berita yang pantas”.

Setelah pelaksanaan lelang yang telah di lakukan, selanjutnya ia harus memberikan perhitungan tentang pendapatan dari penjualan lelang gadai tersebut. Jika ada kelebihan dari pelunasan utang maka kelebihan tersebut harus dikembalikan kepada debitur.Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1158 KUHPerdata.

C. Analisis Pelaksanaan Pelelangan Barang Jaminan Berdasarkan Hukum Islam

Dari data yang diperoleh dari prosedur pelelangan barang jaminan di pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang, pihak pegadaian memberikan kebebasan kepada calon pembeli untuk melihat dengan jelas barang yang akan dilelang oleh pihak pegadaian tanpa menyembunyikan bagian-bagian yang cacat. Panitia lelang atau tim ketua pelaksanaan lelang juga menunjukkan dan menjelaskan ciri-ciri barang yang akan dilelang tersebut. Dengan demikian pelelangan barang gadai di pegadaian syariah tidak adanya unsurgharar

(penipuan), maisir, karena mereka melakukan atas dasar suka sama suka terhadap kondisi barang yang akan dilelang tersebut.

Berdasarkan ketentuan Al-Quran Surah An-Nisa ayat 29:





29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Adapun barang yang dijual belikan (obyeknya) adalah barang jaminan (barang gadai) yang telah habis masa gadainya dan pemilik barang tidak dapat melunasinya.menurut sebagian ulama abu hanafiah hal ini dibenarkan, karena menjual barang adalah hak murtahin apabila rahin tidak dapat melunasi atau memenuhi kewajibannya dalam waktu yang telah ditentukan.Apabila hal tersebut sudah disepakati bersama, mereka harus menaati peraturan yang telah dibuat dalam perjanjian tersebut.

Begitu pula sebelum melakukan lelang, pemilik barang sudah diberitahu terlebih dahulu dan memberi kesempatan untuk menebusnya sebelum lelang dilaksanakan, dengan demikian memberi kesempatan lagi bagi pemilik barang untuk menebus dan memiliki barangnya kembali.oleh karena itu jika pemilik barang tidak dapat melakukan penebusan berarti telah member ijin kepada penerima gadai untuk menjual barang tersebut. Dengan demikian

obyek yang dijadikan jual beli dalam prosedur pelelangan barang jaminan di pegadaian syariah semarang telah memenuhi standard dan sesuai yang ditentukan oleh dewan syariah nasional.

Sedangkan dalam pelaksanaan lelang, untuk mempengaruhi pembeli dan menarik minat masyarakat, panitia lelang memberikan pengumuman beberapa hari sebelum lelang tesebut dilaksanakan. Diadakan uji coba (uji kualitas maupun uji kadarnya) di depan calon pembeli mengenai barang yang akan dilelang, harga yang ditawarkan diusahakan lebih rendah dari harga pasar tapi lebih tinggi dari jumlah kredit. Disamping itu juga sikap ramah yang selalu ditunjukkan pada setiap calon pembeli.Akan tetapi dilarang mempengaruhi calon pembeli dengan unsur (gharar) penipuan. Sebagaimana hadist nabi yang diriwayatkan oleh abu hurairah ra:

Sedangkan harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga pasar adalah agar pembeli merasa puas dan tidak dirugikan karena boleh jadi barang tersebut tidak baru lagi, baik dari segi barang atau bentuk barang tapi masih memiliki kualitas bagus.Hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk melunasi utang rahin yang belum terbayar, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. Sedangkan jika terdapat kelebihan mahrun dapat mengambilnya, sebaliknya jika terdapat kekurangan hutang rahin dari hasil penjualan mahrun tersebut, maka rahin

wajib membayar kekurangannya.

Sedangkan dalam proses tawar menawar barang dilakukan secara terbuka di depan umum untuk bersaing dengan pembeli lain jika pembelinya

perorangan dengan harga limit yang berlaku di pasar saat itu. Dan apabila pembeli pemborong mereka sudah memiliki harga lelang tersendiri artinya harga yang ditawarkan setelah atau uji kualitas barang tersebut kemudian mereka menghitung harga yang mereka inginkan. Harga lelang pembeli juga ada kesepakatannya dengan harga lelang penjual yang telah ditetapkan artinya adalah pembeli borongan dapat menawar harga dibawah harga yang ditetapkan saat lelang dengan tidak melakukan penawaran dibawah harga limit (bawah) yang telah ditetapkan oleh pegadaian.

Dari proses tawar menawar harga inilah, sebuah kesepakatan antara pihak penjual (panitia lelang) dengan nasabah terjadi. Untuk mencegah terjadinya perselisihan, para ulama memberikan landasan hukum dalam pelaksanaan penawaran barang lelang.Pertama, pembeli dapat menawar harga barang yang dilelang walaupun disitu sudah ada penawar, selagi penawaran masih terbuka untuk umum.Kedua, pembeli tidak dapat menawar jika lelang sudah ditutup.

(http://www.konsultasisyariah.com/hukum-jual-beli-lelang) Diakses pada tanggal 10 Februari 2017

Agar proses ini sesuai dengan ketentuan yang berprinsip syariah, maka disetiap cabang dalam wilayah atau daerah di tempatkan seorang petugas dari pihak kantor wilayah pusat yang memeriksa tentang sistem operasional dan prosedurnya. Agar sistem operasional dan prosedurnya sesuai dengan ketentuan syariah atau aturan Dewan Syariah Nasional (DSN), dalam proses ijab qabul dan penyerahan barang di pegadaian syariah cabang

Majapahit Semarang yaitu untuk ijab qabul dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli dengan menyatakan menjual barang kepada pembeli sebagai ijab dan disambut oleh pembeli sebagai tanda qabul dengan menggunakan bahasa lisan dan diberikan bukti pembelian dengan menggunakan surat bukti rahn (SBR) yang di tanda tangani oleh kedua belah pihak. Sehingga dalam proses ijab dan qabul tersebut tidak adanya unsur keterpaksaan diantara kedua belah pihak dalam tata cara yang dilakukan. Dan kedua belah pihak saling rela atau merelakan dalam prosedurnya. Dan sebagai bukti bahwa telah terjadi kesepakatan jual beli barang jaminan tersebut cara melakukan ijab dan qabul dalam prosedurnya harus dengan lisan tetapi juga harus berupa tulisan.

Sedangkan dalam penyerahan barang jaminan adalah ketik terjadi akad ijab qabul telah selesai dilaksanakan pembeli dapat membawa barangnya dan ada pula ditangguhkan ampai proses pelelangan selesai. Ini dilakukan guna menghindari kelalaian dalam praktek-praktek yang merugikan kerugian pada nasabah.

Setelah proses pelelangan selesai, uang hasil penjualan barang lelang digunakan untuk melunasi sebua hutang nasabahnya. Tetapi jika terdapat selisih, artinya barang yang dilelang tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban rahin berupa marhun bih, bea penjual dan bea pembeli serta ujrah maka rahin wajib membayar kekurangan tersebutdab begitupun sebaliknya jika terdapat kelebihan nasabah berhak mengmbil uang kelebihan tersebut dan jangka waktu yang telah ditentukan yaitu: Satu tahun sejak tanggal penjualan

lelang dan jika dari waktu itu tidak diambil maka nasabah telah menyatakan sebagai seedekah yang pelaksanaannya diserahkan kepada murtahin.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan lelang pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Karena tidak ada unsur penipuan yang merugikan orang lain, baik dari memperlihatkan barangnya maupun proses tawar menawar barang itu sendiri. Dikarenakan dari dua hal tersebut itu sangat penting dalam pelaksanaan lelang, dan rawan dengan penipuan yang disebabkan bentuk barang tidak sesuai dengan barang yang dijual pada saat lelang.Dan dalam ijab qabul untuk memberikan kepercayaan kepada pembeli maka diberikan bukti jual beli dengan Surat Bukti Rahn (SBR) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, berdasarkan rumusan masalah mengenai pelaksanaan lelang barang jaminan di pegadaian syariah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan lelang barang jaminan di perum pegadaian syariah cabang majapahit Semarang terjadi apabila debitur atau nasabah tidak memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan atau memperpanjang pinjamnnya, maka perum pegadaian berhak untuk menjual barang jaminan dalam pelelangan. Sebelum lelang dilaksanakan perum pegadaian harus memberitahukan terlebih dahulu kepada debitur yang melakukan tindak wanprsetasi melalui peringatan lisan, tertulis atau pendekatan persuasif yaitu mendatangi nasabah bahwa barang jaminannya akan dilelang. Pelaksanaan lelang yang dilakukan pegadaian syariah cabang Majapahit Semarang dengan metode terbuka di depan umum.

2. Pelaksanaan lelang di Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang telah sesuai dengan dasar hukum lelang, yakni KUHPerdata buku kedua bab 20 Pasal 1150

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang debitur untuk orang lain atas namanya, dan yang memberi kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya dan para kreditur-kreditur lainnya dengan pengecualian

mendahulukan pembayaran-pebayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di keluarkan untuk menyelamatkan barang yang dapat digadaikan itu”.

Berdasarkan ketentuan diatas, Pelaksanaan lelang barang jaminan di Pegadaian Syariah Semarang telah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, karena debitur memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk menggunakan barang yang telah diserahkan dan digunakan sebagai jaminan untuk melunasi hutangnya apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo/wanprestasi. Dan pihak pegadaian menggunakan uang hasil lelang tersebut untuk melunasi semua kewajiban nasabah. 3. Pelaksanaan lelang Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena tidak ada unsur penipuan yang merugikan orang lain, baik dari memperlihatkan barangnya maupun proses tawar-menawar barang itu sendiri, dengan kata lain telah dilakukn dengan sistem terbuka. Dan dalam ijab qabul

untuk memberikan kepercayaan kepada pembeli maka diberikan bukti jual beli dengan Surat Bukti Rahn (SBR) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan kepuasan konumen, manajemen Perum Pegadaian pada cabang Majapahit Semarang harus mempertahankan bahkan lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen.

2. Dalam pelaksanaan lelang dipegadaian belumlah mencakup seluruh lapisan masyarakat artinya masih segelintir masyarakat yang tahu akan lelang, sehingga saran saya pihak pegadaian harus memberikan informasi kepada masyarakat umum ketika akan melakukan lelang, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam proses tersebut sehingga memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang lelang dan secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah nasabah. Dan meningkatkan kualitas produk gadai syariah yang berbasis barang emas atau barang lainnya. Serta memberikan pelayanan terbaik dalam pelaksanaan operasionalnya. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik dari Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang.

3. Skripsi ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi pengambilan data sehigga saya harapkan di kemudian hari bila akan melakukan penelitian lebih lanjut kiranya dapat memberikan data yang lebih memadai dari apa yang telah saya teliti dan saya tulis sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat guna menambah wawasan bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA Al- Quran

Ahmad. Aiyub, 2004. Fikih Lelang Prespektif Hukum Islam dan HukumPositif. Jakarta: Kiswah

Ali,Zainuddin,2008. Hukum Gadai Syariah.Jakarta: Sinar Grafika

Badrulzaman, Mariam Darus, Bab-bab tentang Credietverband, gadai dan fidusia, Alumni, Bandung.

Buku Pedoman Pegadaian Syariah, Pedoman Operasional Gadai Syariah, Jakarta: 1 Januari 2007)

Hadi, Muhammad Sholikul, 2003. Pegadaian Syariah, Jakarta: Salemba Diniyah Hakim, Lukman, 2012. Prinsip-pinsip Ekonomi, Bandung: Erlangg

Hendi, Suhendi, 2010. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo http//eprint.ums.ac.id (Diakses pada tanggal 17 November 2016) http//lib.ui.ac.id (Diakses pada tanggal 17 November 2016) Hunniah, Rafiqatul, 2005. Lelang Dalam Pandangan Islam

http://RafiqatulHunniah.blogspot.com/html

Mulazid,Ade Sofyan,2012.Kedudukan Pegadaian Syariah. Jakarta: Kementrian Agama

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, 2005. Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek, Jakarta: Prenada Media.

Satrio, J, 2002. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti

Sianturi,Purnama Tioria.Perlindunan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang.cv.Mandar Maju

Sudarsono, Heri,2003.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia

Tim Laskar Pelangi,Metodologi Fikih Muamalah.Lerboyo:press, 2013

Usman, Rachmadi, 2008. Hukum Perjanjian Keperdataan, Banjarmasin: Sinar Grafika

Dokumentasi Wawancara dengan Pimpinan Perum Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang?

2. Apakah ada kesepakatan tertentu apabila nasabah tidak dapat

melunasi hutangnya dan pihak Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang akan melakukan pelelangan barang jaminan nasabah?

3. Kapan pelaksanaan lelang dilakukan Pegadaian Syariah cabang

Majapahit Semarang?

4. Persiapan apa saja yang dilakukan oleh pihak Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang dalam melaksanakan pelelangan?

5. Bagaimana cara memperlihatkan barang lelang?

6. Cara apa saja yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah cabang Majapahit Semarang dalam mempengaruhi calon pembeli?

7. Bagaimana pelaksanaan tawar-menawar barang lelang yang

dilakukan oleh calon pembeli?

8. Bagaimana cara menetapkan harga akhir dalam proses pelaksanaan

lelang?

9. Bagaimana pelaksanaan Ijab dan Qabul?

10.Bagaimana cara melakukan penyerahan barang hasil lelang tersebut?

11.Setelah barang jaminan nasabah telah dilelang, bagaimana proses penyelesaian utang nasabah tersebut?

12.Jika terdapat kelebihan/sisa uang dalam penyelesaian utang

nasabah, apakah kelebihan/sisa uang tesebut dikembalikan kepada nasabah?

13.Jika nilai sisa uang tersebut tidak diambil oleh nasabah setelah jangka waktu tertentu, dialokasikan kemana dana nasabah yang tidak diambil tersebut?

Curriculum Vitae A. Biodata Pribadi

1. Nama : Ilmiana Sofia

2. Tempat, Tgl. Lahir : Sukorejo, 13 April 1994

3. Agama : Islam

4. Domisili : Ngablak Kidul Rt: 05 Rw: 05 Kel. Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Status : Belum Menikah

7. Tinggi, Berat Badan: 155cm, 42 Kg

8. No Hp : 081548866613

9. E-mail : ilmianasofia2@gmail.com B. Riwayat Pendidikan

1. Lulusan SDN 02 Salatiga (2001)

2. Lulusan SMP Muhammadiyah Salatiga (2009) 3. Lulusan SMK PGRI 2 Salatiga (2012)

Dokumen terkait