• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

Dari penelitian diatas, penulis memberikan beberapa rekomendasi antara lain. 1. Dalam proses deradikalisasi terorisme BNPT harus melibatkan para tokoh

agama, masyarakat, kaum intelektual dan seluruh komponen masyarakat. 2. Harus adanya program yang intens, teratur, terarah dan terukur khususnya

di LP Cipinang dalam pembinaan kepribadian dan menyentuh kepada tiap-tiap individu narapidana maupun terhadap keluarga pelaku terorisme di seluruh Indonesia.

3. Perlu diadakannya evaluasi dan rekonstruksi silabus pendidikan baik sekolah maupun pesantren dengan spirit multikultur, selama ddi butuhkan. 4. Revitalisasi nilai-nilai Islam wawasan kebangsaan dan bela negara kepada

para narapidana terorisme di LP Cipinang sebagai bentuk antisipasi semakin terkikisnya rasa nasionalisme generasi muda.

5. Diadakannya pesantren di Lapas sebagai bentuk pendidikan agama seperti halnya yang dilakukan di Kab. Batang Jawa Tengah.

89

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Mudhofir, Jihad Tanpa Kekerasan, Jakarta: Inti Media, 2009.

Amirsyah, Meluruskan Salah Paham Terhadap Deradikalisasipemikiran, Konsep Dan Strategi Pelaksanaan, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2012.

Amsyari Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, Bandung: Mizan, 1990.

Arkunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2009

Chaniago Amran Ys, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Cholis Madjid Nur, Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Penerbit Yayasan Paramadina, 2005

David Fred R, Strategic Management Concept and Cases, New Jersey: Prentice Hall, 2001

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997

Elang Muttaqin Akhmad, “Mengakrabi Radikalisme Islam” dalam Erlangga Husada, dkk. Kajian Islam Kontemporer, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Endarmoko Eko, Treasur Bahasa Indonesia, Jakarta: GPU, 2006

Hendrojono, Kriminologi, pengaruh Perubahan Masyrakat dan Hukum, Surabaya: PT. Dieta Persada, 2005.

Hidayatullah Syarif, Islam Isme-Isme, Aliran dan Paham Islam di indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta :PT. Grafindo Persada, 2011

Jamhari dan Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010

Kahf Mozer, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam Penerjemah Machnun Husein, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995 Makaarim Mufti dan Andika Wendy (eds),Almanak Hak Asasi Manusia di Sektor

Keamanan Indonesia 2009, Jakarta: institut For Defence Security and Peace Studies (IDSPS), 2009.

Mansyur Marini, Peranan Rumah Tahanan Nagara Dalam Pembinaan Narapidana, Makasar: UNHAS Skripsi, 2011

Marbun B.N., Kamus Politik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003

Moloeng Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007

Nawawi Hadari, Manajemen Strategi : Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gajamada University Press, 2005

Nazir Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia, 1998

Odea Thomas E, Sosiologi Agamasuatu Pengenalan Awal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

PB Troton, Marketing Strategic Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2008

Qadir Zuly, Radikal Agama di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014. Rahmat Jaaludin, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis

Statistik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002

Reindard Golose Petrus, Deradikalisasi Terorisme, Soul Approach Dan Menyentuh Akar Rumput, Jakarta: Yayasan Pengembangan Ilmu Kepolisian, 2009

Rubaidi A, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama ; Masa Depan Moderatisme di Indonesia, Jawa Timur: PWNU Jawa Timur, 2010

Siagian Sondang P, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Struktur Organisasi, Jakarta: CV Haji Masagung, 1994

Simbullah Umi, Konfigurasi Fundamentalisme Islam, Malang: UIN Malang Press, 2009.

Stainer, George dan Johm Miller, Manajemen Strategi, Jakarta: Erlangga, 2008. Steiner Geoge A, Kebijakan dan Strategi Manajemen, Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 1997

Sukadi Sadiman Arif, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa, 1946

Syam Nur, Tantangan Indonesia Dari Radikalisme Menuju kebangsaan,

Yogyakarta: Kanisius, 2009

Syamsudin Din, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, Jakarta: Logos 2000.

Tisnawati Sule Erinie dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana, 2005.

Usman Syarif, Strategi pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,

Jakarta: Firma Jakarta, 1998

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011, Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelolaan Zakat. Jakarta : Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008.

Wawancara Pribadi dengan Prof. Irfan Idris , Direktur Deradikalisasi BNPT di Jakarta, 26 Mei 2016.

Wawancara Pribadi dengan Muslih, Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT, Jakarta 1 Juni 2016.

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama, diakses 25 April 2015, pukul 10.00 WIB

http://marhamahsaleh.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Mei 2016, pukul. 15.37

WIB

http://nasional.kompas.com/read/2016/01/15/07230891/Bachrum.Naim.Bom.Sarinah.dan. Konser.yang.Tertunda, Jumat,, diakses Sabtu, 25 April 2016, pukul. 14.29 WIB. https://www.academia.edu/7242507/Radikalisme_Keagamaan_dan_Terorisme, diakses

pada tanggal 14 Mei 2016 pukul. 16.35 WIB

http://www.bnpt.go.id/profil.php pada tanggal 20 Mei 2016 pada pukul 11.02 WIB.

Nama : Prof. Irfan Idris

Jabatan : Direktur Deradikalisasi BNPT

Hari/ Tanggal : kamis, 26 Mei 2016

Waktu : 13.30 – 14.20 WIB

Pertanyaan :

1. Untuk saat ini pengertian teroris sangat beragam, kira-kira jika menurut bapak atau BNPT sendiri definisi teroris seperti apa ?

Jawaban :

Kesepakatan global mengenai definisi ini belum ada. Tapi tidak berarti bahwa tidak ada definisi terorisme dan tiap negara mempunyai definisi sendiri. Menurut undang-undangnya, definisi itu tentu akan diwarnai kepentingan masing-masing dan karakteristik ancaman yang mereka hadapi. Tapi secara definisi universal itu belum ada.

2. Mengenai tindakan, apakah sudah di sepakati, pak?? Jawaban :

PBB sendiri hanya memberikan kriteria-kriteria tentang terorisme itu apa. Ya sama, di kita pun di undang-undang hanya merumuskan kriteria perbuatan apa yang diklasifikasi sebagai terorisme.

3. Bagaimana penanganan terorisme di Indonesia? Jawaban:

Sebagai upaya penanganan terorisme di Indonesia, pemerintah menempatkan BNPT sebagai leading sector yang berwenang untuk menyusun dan membuat kebijakan dan

perlindungan dan deradikalisasi, 2) Bidang penindakan dan pembinaan kemampuan dan 3). Bidang kerjasama internasional.

Kebijakan BNPT dalam penanggulangan terorisme menekankan pada upaya penanggulangan terorisme yang integratif dan komprehensif, yakni dengan tidak hanya fokus pada aspek penindakan (hard approach) saja, tetapi dipadukan, bahkan, mengedepankan pendekatan pencegahan (persuasive approach) dengan berbagai program yang menyentuh akar persoalan. Yakni ideologi, sosial, ekonomi dan ketidakadilan.Selain itu, ada kebijakan lain yang dijalankan oleh BNPT dalam upaya penanggulangan terorisme, yakni kerjasama internasional dengan dasar pemikiran bahwa terorisme adalah ancaman dan gerakan yang mempunyai jaringan lintas batas negara.

4. Bagaimana sinergi antara beberapa elemen yang tadi anda sebutkan? Jawaban:

Masing-masing kebijakan, baik penindakan, pencegahan maupun kerjasama internasional berjalan sinergis sebagai bentuk kebijakan yang integral yang dijalankan oleh BNPT dalam menanggulangi terorisme. Di samping itu kebijakan integratif dan komprehensif memiliki pengertian adanya pelibatan seluruh komponen bangsa baik pemerintah (K/L) maupun masyarakat dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia. Dalam posisi inilah BNPT menjadileading sector yang mengkoordinasikan seluruh potensi daya dari berbagai elemen bangsa dalam penanggulangan terorisme.

5. Lalu, bagaimana kebijakan dan strategi pencegahan terorisme yang selama ini dilakukan BNPT?

kebijakan penanggulangan terorisme di Indonesia melalui pendekatan halus (soft approach). Kebijakan pencegahan diarahkan pada penangkalan paham radikal terorisme agar tidak menular dan mempengaruhi masyarakat. Tujuan dari pencegahan ini adalah meningkatkan daya tahan masyarakat dari pengaruh paham radikal terorisme dengan cara pelibatan peran serta seluruh komponen masyarakat dalam pencegahan terorisme.

6. Pada implementasinya seberapa efektifkah BNPT melakukan dan menjalankan strategi tersebut?

Jawaban:

Dalam melaksanakan kebijakan bidang pencegahan, BNPT melakukan Strategi kontra radikalisasi, atau penangkalan ideologi radikal yang ditujukan kepada seluruh elemen masyarakat. Termasuk dalam strategi kontra radikalisasi adalah bidang perlindungan yang mencakup pengamanan obyek vital dan lingkungan. Strategi kontra radikalisasi merupakan upaya melakukan penangkalan paham dan gerakan terorisme kepada masyakat dalam rangka peningkatan kewaspadaan dan daya tahan masyarakat dari pengaruh paham radikal terorisme.

Strategi ini dijalankan dengan berbagai program: mengkoordinasikan instansi pemerintah dalam upaya penangkalan paham radikal terorisme, memberdayakan kekuatan masyarakat sipil (Ormas keagamaan, NGO, lembaga pendidikan, tokoh agama, tokoh adat, generasi muda) dan mantan teroris dalam penangkalan paham radikal terorisme dan memberdayakan media online dalam penangkalan paham radikal di dunia maya.

pendukung dan simpatisan. Strategi deradikalisasi merupakan upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya).

7. Siapa saja sasaran dari strategi yang dilakukan BNPT? Jawaban :

Sasaran dari strategi ini adalah: narapidana terorisme, mantan narapidana terorisme, mantan kelompok teroris, keluarga narapidana teroris, individu dan kelompok potensi radikal. Dalam implementasinya, strategi pembinaan dilakukan dalam beberapa program. a). Pembinaan dalam Lapas terhadap Napi Terorisme dengan kegiatan: Identifikasi, Rehabilitasi, Reedukasi dan Resosialisasi. b) Pembinaan di masyarakat terhadap mantan napi, keluarga dan jaringannya dengan kegiatan: Identifikasi, pembinaan wawasan kebangsaan dan nasionalisme, pembinaan wawasan keagamaan yang moderat dan pelatihan kewirausahaan.

8. Seberapa banyak kerugian yang dilakukan oleh aksi terosisme dan bagaimana mengaman dan penanggulangan yang dilakukan oleh BNPT sendiri?

Selain korban nyawa, kerugian material yang diakibatkan oleh aksi terorisme sangat besar. Berdasarkan catatan Global Terrorism Database (2014), target serangan dan ancaman aksi teror sangat beragam mulai dari gedung pemerintahan, fasilitas asing, pariwisata, transportasi, jaringan telekomunikasi hingga lembaga pendidikan.

Dari target tersebut, sedikitnya ada 60 aksi teror terhadap fasilitas publik, gedung dan bangunan asing serta lingkungan. Beberapa contoh dalam kasus ini misalnya peristiwa bom I dan II, bom Hotel Marriot I dan II serta bom di Hotel Rizt Carlton. Untuk kategori serangan terhadap fasilitas pemerintah asing, ada 25 aksi dan

Filipinan di Manado.

Untuk aksi teror yang mengarah pada jaringan transportasi, ada 6 aksi teror. Beberapa di antaranya adalah peristiwa Bom di terminan II F Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan ancaman terhadap Pesawat Garuda. Karena itulah, perlindungan merupakan salah satu aspek dari bidang pencegahan terorisme. Bidang Perlindungan merupakan upaya pengamanan terhadap asset pemerintah dan lingkungan masyarakat. Bidang perlindungan dibagi dalam dua area.

Pengamanan lingkungan yang mencakup dua area: fasilitas pemerintahan dan fasilitas publik seperti Obyek wisata, rumah sakit, rumah ibadah, hotel, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Dalam implementasinya perlindungan dijalankan dengan kegiatan: Koordinasi dengan stakeholder, Penyusunan Database Sistem Keamanan, Pembuatan SOP Sistem Keamanan dan Sosialisasi Sistem Keamanan kepada stakeholder.

9. Lalu bagaimana upaya deradikalisasi dengan para narapidana di lapas sendiri? Jawaban:

Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bisa aktif membantu Direktorat Deradikalisasi Deputi I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam melakukan program deradikalisasi kepada warga binaan terorisme baik di dalam Lembaga Pemasyarakat (Lapas) maupun di luar Lapas. Untuk itu diharapkan peran proaktif FKPT dalam membuat program-program deradikalisasi agar lebih memaksimalkan program deradikalisasi, sehingga proses penyadaran para mantan warga binaan terorisme itu bisa lebih mengena.

untuk menjalankan program deradikalisasi. Intinya menjadi tugas kita untuk menjadi mediator bagi mantan teroris agar tidak dicap terus oleh masyarakat. Selain itu, kita juga harus menyiapkan para warga binaan setelah mereka keluar dari Lapas. Tentu saja BNPT butuh peran aktif FKPT dalam program deradikalisasi.

10.Bagaiman implementasi strategi tersebut di Lp Cipinang? Jawaban :

sebagaimana dijelaskan ada beberapa tahapan dalam proses deradikalisasi yaitu; identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, dan resosialisasi. proses deradikalisasi itu mulai dari identifikasi, selanjutnya bila mereka keluar Lapas, tidak boleh dibiarkan. Termasuk mendata di mana mereka tinggal begitupula yang dilakukan pada para narapidana di LP Cipinang.

Mereka harus pahami bahwa negara ini negara darussalam, bukan negara perang. Ajak mereka diskusi secara religi dan paham keagamaan. Sebenarnya para warga binaan terorisme banyak yang justru tidak tahu agama. Mereka hanya sekadar ikut-ikutan dan tidak paham konsep jihad. Padahal dalam Alquran kata jihad disebut 41 kali, dan tak satu pun yang mengajarkan kekerasan

Dalam proses identifkasi itu pertama membina warga binaan terorisme di LP Cipinang agar meninggalkan pandangan, pemikiran, sikap dan tindakan radikal terorisme melalui pendekatan agama, sosial, budaya, dan ekonomi. Kemudian memberikan pencerahan pemikiran kepada narapidana terorisme dengan pengetahuan agama yang damai dan toleran serta wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI. Selain itu juga membina kemandirian kepada warga binaan terorisme berupa

11.Adakah strategi upaya BNPT dalam deradikalisasi kepada narapidana di LP Cipinang setelah bebas?

Jawaban:

Para mantan warga binaan terorisme harus disiapkan sebelum kembali dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Dan lebih penting lagi adalah memberdayakan keluarga warga binaan terorisme, seperi keahlian kewirausahaan dan keterampilan agar bisa membuka usaha sendiri dan masyarakat agar dapat menerima kembali mantan warga binaan terorisme untuk bersosialisasi di tengah masyarakat.

Sejak konsep awal Rehabilitasi dan Resosialisasi negara selalu ikut. Proses deradikalisasi butuh dukungan negara karena tidak hanya menyadarkan mereka yang masih di dalam Lapas, tetapi juga harus terus mengawal mereka setelah keluar Lapas, sampai nantinya radikalisasi mereka benar-benar sembuh

12.Dari bebrapa strategi yang dipaparkan oleh bapak kira-strategi manakah yang paling efektif dalam pelaksaannya di LP Cipinang?

Jawaban:

Sejauh ini kedua strategi baik soft approach maupun hard approach sangat efektif, tapi jika ditarik dalam pelaksaannya untuk para narapidana di terorisme ya khususnya di LP Cipinang dan umumnya di semua Lapar pastinya soft approach karena hal yang dilakukan dalam soft approach adalah mengajak para narapidana terorisme untuk sadar atau di beri kesadaran untuk bertaubat, kita lakukan diskusi dan memberikan pemaparan mengenai tafsir al quran yang mereka gunakan sebagai dalil untuk melakukan aksi terorisme dan kekerasan, sebenarnya hard approach itukan dilakukan penanggkapan dan dihukum sesuai dengan uud kepada para pelaku teroris. Jadi,

Jakarta, 26 Mei 2016

Interviewer Interviewe

Jabatan : Kasi Resosialisasi dan Rehabilitasi BNPT

Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Juni 2016

Waktu : Pukul 09.30 – 11.13 WIB

Pertanyaan :

1. Apa yang dilakukan oleh BNPT dalam upaya deradikalisasi narapidana di LP Cipinang?

Jawaban :

Kalau kami mengartikan deradikalisasi itu sama dengan perang merebut hati dan pemikiran para warga Binaan atau narapidana tindak pidana terorisme. Mereka adalah kawan-kawan kita yang berbeda pandangan dan ideologi dengan kita. Nantinya dengan adanya modul itu, petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) memiliki panduan dan dasar dalam menjalankan tugasnya di lapangan

2. Bagaiaman peran para petugas lapas dal upaya deradikalisasi tersebut, karena tidak dapat dipungkir bahwa mereka pun punya peran penting dalam perkembangannya? Jawaban:

Apa yang dilaksanakan para petugas Lapas di lapangan saat ini sudah cukup bagi, walaupun masih ada kelemahan. Bahkan dunia internasional pun mengakui proses deradikalisasi napi terorisme di Indonesia sudah sangat baik dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Yaman, Mesir, dan Arab Saudi. Padahal di Indonesia, dana untuk menjalankan program itu masih sangat terbatas. Para kawan-kawan petugas Lapas tugasnya sangat berat menghadapi narapidana tindak pidana terorisme yang beda ideologi. Jujur, saya saja belum tentu mampu melaksanakan tugas seperti itu,

3. Bagaimana cara BNPT membuat strategi dalam upaya deradikalisasi khususnya di LP Cipinang?

Kita mempunyai modul untuk menyusun bebrapa strategi yang memang harus dilakukan oleh BNPT. Modul ini akan menjadi hal penting yang akan mengantar kita dalam menjalankan proses deradikalisasi warga binaan atau narapidana tindak pidana terorisme. Nantinya diharapkan mereka (terpidana terorisme) lama-lama bisa bercerita dengan sendirinya siapa dia. Mereka juga bisa terbuka kepada para petugas dan akhirnya menyadari ternyata tidak ada gunanya menjadi teroris dan juga sadar bahwa di Lapas mereka kooperatif. Itulah, yang menjadi sasaran BNPT, khususnya Direktorat Deradikalisasi. Seperti orang sakit yang butuh obat, tugas kita disini adalah mencari formula terbaik. Kalau kita tidak tahu sakitnya, kita tidak tahu obatnya apa. Seperti yang inti itu bagaimana, yang militan harus diapakan, juga untuk yang sekadar jadi pendukung dan simpatisan. Kalau ini berjalan dengan baik, Insya Allah tujuan kita untuk menjalankan program deradikalisasi bakal lebih mudah dan terwujud. 4. Bagaimana cara mngidentifikasi program strategi untuk dilaksanakan di Lapas

Cipinang? Jawaban:

Sebelum tuntas identifikasi, kita tidak akan lanjut ke tahap rehabilitasi dan resosialisasi. Pak Deputi I telah meminta bila tahap identifikasi ini tidak selesai selama 6 bulan, harus dilanjutkan selama setahun. Dengan demikian, diharapkan kawan-kawan petugas Lapas di lapangan bisa mengerti dan memiliah ‘obat’ buat Napi terorisme.

membuat pihaknya harus mampu merumuskan modul tersebut. Selain itu, BNPT juga mengimbau kepada para petugas Lapas untuk menyampaikan data di lapangan apa adanya.Kita semua sama bekerja untuk Merah Putih untuk negara, bukan BNPT atau Dirjen PAS, tapi bagaimana negara ini tetap kokoh. Karena selama ideologi mereka belum tercapai, warga binaan tindak pidana terorisme itu akan tetap ada. Jadi kuncinya adalah kejujuran kita untuk menyampaikan fakta sehingga di Tahap Ketiga ini bisa membawa hasil baik untuk negara kita tercinta, Republik Indonesia

6. Apa yang dilakukan oleh BNPT khususnya di kasi resosialisasi dan rehabilitasi dalam upaya deradikalisasi?

Jawaban:

Kasi Resosialisai dan Rehabilitasi BNPT, tidak semata kepada narapidana, rehabilitasi juga dilakukan pada keluarga terorisme. Muslih yang selama menjadi orang terdepan dalam melakukan deradikalisasi terhadap pelaku kejahatan terorisme memaparkan sejauh ini pembinaan kemandirian terhadap narapidan terorisme baru bisa dilakukan di Jakarta, Palu dan Palembang.

7. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembinaan tersebut dilakukan? Jawaban:

Bentuk pembinaanya pun baru satu format yakni pemberian pelatihan perbengkelan. Sedangkan pembinaan kemandirian terhadap keluarga narapidana baru dilaksanakan di Palu dengan cara memberikan pelatihan pembuatan kue kering dan basah, rehabilitasi tidak an sich dilakukan kepada keluarga inti, melainkan keluarga besar pelaku terorisme. Salah satu adalah dari sembilan narapidana terorisme di LP

8. Apa tujuan dari pembinaan tersebut?

Tidak lain karena sejauh ini kita menyadari bahwa hubungan keluarga menjadi faktor dominan dalam penyebaran doktrin terorisme

9. Pembinaan apa saja yang dilakukan oleh BNPT kepada para keluarga terpidana terorisme di LP Cipinang?

Jawaban :

Pembinaan terhadap keluarga narapidana terorisme di LP Cipinang tidak sekedar kemandirian, tapi juga pembinaan kepribadian. Di sela-sela pelatihan pengembangan

skill pembuatan kue basah dan kue kering, pihak BNPT mengajak dialog dengan hati kepada mereka terkait faham keberagamaan. Walhasil ada beberapa istri dan keluarga narapidana terorisme yang mau melepaskan cadar dan kembali kepada kehidupan semula dan bersosialisasi.

10.Apakah terdapat kesulitan yang dihadapi oleh BNPT dalam melakukan pembinaan dalam upaya deradikalisasi tersebut?

Jawaban:

Pembinaan kepribadian adalah proses yang paling berat, setidaknya ada dua alasan:

Pertama, para teroris dan keluarga mereka phobia dan anti pemerintah yang dianggap tidak islami. Parahnya dalam sudut pandang mereka BNPT merupakan skenario Amerika yang hendak menghancurkan Islam. Kedua, sebagian besar para pelaku kejahatan terorisme mempunyai landasan baik nash maupun rasionalisasi yang kuat mengapa mereka melakukan teror. Namun semua itu bukanlah penghalang bagi BNPT menhentikan rehabilitasi terhadap pelaku kejahatan terorisme.

BNPT harus menggunakan baju selain BNPT, Muslih sendiri setiap melakukan kunjungan ke berbagai lapas khususnya lapas Cipinang selalu menggunakan baju MUI. Kedua, karena mereka memiliki landasan yang kuat secara nash maupun rasionalisasi, maka perlu membangun dialog faham keagamaan dengan mereka. Satu tips yang selama ini digunakan BNPT adalah jangan pernah menjustifikasi atau memberi vonis salah terhadap mereka, hormati dan berusaha menerima keadaan mereka, sehingga mereka akan menghormati dan menerima kita. Ketika nuansa kenyamanan telah tercipta, saat itulah kita menerima suntikan doktrin keberagamaan yang mau menerima perbedaan.

12.Lalu bagaimana pembinaan preventif dilakukan dan dilaksanakan oleh BNPT? Jawaban:

Sedangkan dalam rangka pembinaan preventif berkelanjutan BNPT menggandeng beberapa organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, LSM dan institusi lain yang peduli terhadap maraknya terorisme. Pada akhir maret 2012, BNPT berkerja sama dengan LSM Lembaga Pengembangan Pendidikan Sumber Daya Manusia (LPPSDM) mengadakan Training Of Trainer (TOT) anti radikalisme dan terorisme. Acara tersebut dihadiri oleh 60 peserta yang merupakan perwakilan tokoh agama, masyarakat maupun ilmuwan yang ada di Surakarta dan sekitar. Dalam TOT tersebut pihak panitia menghadirkan sejumlah pembicara baik tingkat lokal maupun nasional yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Bahkan dalam kesempataqn tersebut dihadirkan juga salah seorang mantan aktivis NII yang membedah pergerakan NII hingga saat ini. Diakhir kesempatan, seluruh peserta diajak berevaluasi dan

13.Dalam hal deradikalisasi apakah BNPT berkerja sama dengan beberapa lembaga? Jawaban :

Selalu, kita selalu bersinergi dengan beberapa lembaga khususnya lembaga Islam seperti Nahdatul Ulama, karena kemarin kita baru menjalin kerja sama dengan lembaga tersebut dan NU termasuk lembaga yang berkomitmen penuh untuk melawan aksi terorisme.

14.Bagaimana bentuk kerjasama tersebut khususnya pada narapidana di LP Cipinang? Jawaban:

Ya itu dengan dialog, karenakan banyak para narapidana terorisme yang salah kaprah terhadap pemahaman agama dan tafsir ayat jadi Kyai NU yang memberikan

Dokumen terkait