• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peluang Usaha Pada Industri Animasi

Dalam dokumen BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN (Halaman 45-50)

Setelah membahas keadaan industri kreatif di Indonesia, keadaan industri animasi di Indonesia dan hambatan yang menyebabkan industri animasi di Indonesia sulit untuk berkembang selanjutnya akan dilalakukan analisis mengenai peluang usaha dalam industri animasi di Indonesia. Agar dapat diketahui seperti apa peluang usaha pada industri animasi sebelum memasuki industri animasi di Indonesia.

Dalam menganalisis kondisi bisnis suatu perusahaan atau suatu industri, dapat digunakan analisis lima kekuatan bersaing (five competitive forces). Analisis lima kekuatan bersaing ini dapat menentukan profitabilitas perusahaan atau suatu industri yang menjadi daya tarik suatu industri. Aturan persaingan berdasarkan Michael E Porter meliputi

masuknya pesaing baru, ancaman dari produk pengganti (substitusi), kekuatan penawaran (tawar-menawar) pembeli, kekuatan penawaran pemasok dan persaingan diantara pesaing yang ada.

Analisis lima kekuatan bersaing pada industri animasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Persaingan antar perusahaan dalam industri sejenis

Persaingan dalam industri animasi ini masih akan terus berkembang. Semakin berkembangnya teknologi dan kebebasan berkreasi menjadikan industri kreatif bidang animasi ini dapat menjadi primadona dimasa mendatang. Saat ini saja sudah mulai bermunculan animator-animator kita yang berani membuat perusahaan animasi di Indonesia. Walaupun jumlahnya masih sedikit, tetapi dipastikan akan terus bertambah banyak tiap tahunnya. Apalagi mulai tahun 2007 pemerintah mulai menggiatkan industri kreatif untuk dikembangkan. Dan pada tahun 2009 ini direncanakan akan dibuat undang-undang yang dapat membuat industri kreatif akan semakin di lindungi. Dalam industri animasi ini mereka saling berkompetisi untuk memberikan kualitas yang terbaik pada hasil karya animasi yang mereka buat. Atara lain mereka yang bersaing dalam industri animasi ini adalah Gepetto production, Castle Prouction, Digital Studio, Rumah animasi Indonesia, Nada Cipta Raya, republic animasi, studio 611 dan merekayang menjadi anggota AINAKI, adapun mereka yang tidak tergabung dalam keanggotaan AINAKI adalah Hellomotion, KOJO Anima, CAMS Sulution dan masih banyak lagi.

2. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Dalam industri animasi kemungkinan masuknya pesaing baru sangatlah besar. Karena pesaing yang datang dari luar negeri sangatlah banyak. Mereka datang dengan membawa film animasi yang lebih murah sehingga menyulitkan pemain lokal untuk menjual film animasi mereka pada stasiun televisi nasional. Mereka

diantaranya adalah Walt Disney, Fujiko F Fujio, Nikelodeon, Cortoonetwork dan masih banyak lagi. Selama pihak pemerintah belum memberikan perlindungan terhadap animasi dalam negeri persaingan dengan pendatang baru di industri animasi Indonesia masih sangat berat.

3. Pegembangan produk subtitusi

Pada industri animasi ancaman produk subtitusi adalah datang dari Production House yang bergerak dibidang perfilman. Tingginya biaya produksi animasi yang menyebabkan tingginya harga film animasi membuat stasiun televisi lebih memilih film biasa untuk menjadi tayangan dalam program acara televisi tersebut.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli / konsumen

Perlu diketahui konsumen dari industi animasi adalah stasiun televisi, gedung film, dan mereka yang membutuhkan untuk iklan atau video clip. Hasil kreatifitas yang baik dan harga yang terjangkau oleh pembeli ataupun konsumen akan membuat industri animasi ini semakin diminati oleh konsumennya untuk di konsumsi.

5. Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar pemasok pada industri animasi adalah lembaga pendidikan seperti SMK, perguruan tinggi maupun tempat kursus dalam membuat animasi. Hal ini terjadi karana industri animasi merupakan industri yang dilandasi dari kreatifitas dari kemampuan manusia. Semakin baik manusia yang tercipta dalam industri animasi maka akan semakin baik pula kualitas yang dihasilkan dari pembuatan animasi di Indonesia. Semakin banyaknya SMK, Perguruan tinggi ataupun tempat kursus animasi di Indonesia maka akan semakin banyak pula hasil karya animasi yang akan dihasilkan.

Berikut ini gambar analisis lima kekuatan Porter untuk industri animasi:

Gambar 4.15 Analisis Lima Kekuatan Porter Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru

• Masuknya pesaing baru adalah datangnya perusahaan animasi dari Luar Nageri

Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli / Konsumen

Cenderung lemah, Karena harga produk animasi di Indonesia khususnya masih sangat tinggi. Jadi konsumen masih menimbang ulang untuk membeli produk animasi. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Gepetto Production • Castle Production • Digital Studio • KOJO Anima • CAMS Solution • dll Kekuatan Tawar-Menawar Penjual / Pemasok

Cenderung tinggi, karena pihak lembaga

pendidikan SMK, Perguruan Tinggi dan Lembaga Kursus sebagai pemasok terus banyak dan terus berkembang.

Potensi Pengembangan Produk Subtitusi

• Pesaing dalam industri animasi adalah Production House yang memproduksi film biasa

Peluang yang ada untuk masuk kedalam industri animasi di Indonesia sangatlah besar. Ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan dalam industri ini masih belum sebanyak seperti yang ada pada industri kerajinan ataupun fesyen. Jumlah perusahaan yang ada pada industri aimasi saat ini masih sangat sedikit. Hal ini dapat menjadi momen yang sangat bagus untuk membuka perusahaan animasi baru bagi para mereka yang memiliki kemampuan lebih dalam bidang animasi. Jangan takut untu membuat perusahaan animasi karena masih sedikit pesaing dalam industri ini.

Kemungkinan masuknya pesaing baru sangat dikhawatirkan oleh para perusahaan animasi dan para animator di Indonesia. Mereka adalah perusahaan animasi besar seperti, Nikelodeon, WernerBross, Turner, Fujiko F. Fujio, dan masih banyak lagi perusahaan animasi dari luar negeri yang membanjiri Indonesia. Karena mereka lebih banyak membawa film animasi yang sudah popoler di belahan dunia. Dan mereka membawa film animasi dengan harga yang jauh lebih murah dari harga film animasi buatan dalam negeri.

Konsumen untuk industri animasi adalah perusahaan-perusahaan penyiaran atau satsiun televisi Nasional maupun stasiun televisi Lokal. Mereka membeli film animasi untuk disiarkan pada program acara mereka. Segmentasi mereka biasanya kepada anak-anak adapun orang dewasa itu sangat kecil. Pak Raden mengatakan ”selama masih ada anak-anak industri animasi masih akan tetap hidup”. Intinya, industri animasi memiliki konsumen yang sangat besar di Indonesia.

Produk subtitusi pada industri animasi adalah perusahaan Production House yang membuat film ataupun sinetron yang diperankan oleh aktor. Kemudahan dalam menjual dan harga yang lebih murah membuat konsumen lebih menyukai film ini.

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam membuat suatu karya animasi diperlukan talenta dan bakat yang baik dan sudah diasah dalam perjalanannya. Mereka akan mendapatkanya didalam bangku sekolah. Diantranya mereka

dapat masuk perguruan tinggi dan mengambil jurusan animasi atau SMK dan mereka juga dapat melanjutkan pada lembaga kursus yang mengambil keterampilan di bidang animasi.

Setelah melihat gambar di atas dan pembahasannya maka dapat dikatakan bahwa untuk masuk kedalam industri animasi di Indonesia peluangnya sangatlah besar. Ini dapat dilihat dari keadaan industri kreatif di Indonesia yang terus tumbuh dari tahun 2002-2006. Hal ini dilihat dari PDB yang terus meningkat, tenaga kerja yang semakin banyak diserap, jumlah perusahaan yang terus tumbuh, serta nilai ekspor yang terus meningkat. Dan pada industri animasi tentunya juga mengalami hal yang sama. Film-film animasi buatan negeri sendiri sudah mulai tumbuh, walaupun dengan kualitas dan biaya produksi yang masih tinggi industri animasi mulai memperlihatkan peningkatannya. Ini dapat dilihat dari mulai banyaknya film animasi yang sudah tayang di beberapa televisi lokal daerah.

Hal ini dapat dikatakan oleh beberapa praktisi di bidang animasi masih sangat lambat, dikarenakan hambatan-hambatan yang ada masih cukup banyak. Dengan penelitian ini sedikit banyak telah diketahui hambatan apa saja yang menyebabkan industri animasi di Indonesia masih sulit untuk berkembang.

Dalam dokumen BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN (Halaman 45-50)

Dokumen terkait