A. Analisis Rasio Keuangan
Untuk menjawab pertanyaan pertama maka dilakukan analisis terhadap
laporan keuangan dari masing-masing tahun sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
- Rasio Lancar (Current Ratio) Aktiva Lancar
Current Ratio=
Kewajiban Lancar
Table V.1
Current Rasio
Tahun Aktiva lancar Kewajiban lancar Rasio 1996 66,194,228,093 69,377,743,798 0.95 1997 81,104,293,611 75,538,536,448 1.07 1998 156,351,018,124 28,560,019,211 5.47 1999 256,958,912,181 51,971,978,773 4.94 2000 409,687,000,000 73,419,000,000 5.58 2001 537,942,000,000 104,393,000,000 5.15 2002 579,304,000,000 73,389,000,000 7.89 2003 762,305,000,000 90,499,000,000 8.42 2004 942,826,000,000 168,228,000,000 5.6 2005 824,503,000,000 117,777,000,000 7 Sumber : lampiran 1
Current Ratio menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Dari
tabel V. 1 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk mempunyaicurrent ratio 0,95 pada tahun 1996. Artinya perusahaan tidak likuid karena nilai current ratio
kurang dari standar likuiditas yaitu 1,00. Tahun 1997 sebesar 1,07 dan pada tahun
1998 serta 1999 masing-masing sebesar 5,47 dan 4,94. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 1997 setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar
Rp 1,07. Pada tahun 1999 current ratio mengalami penurunan sebesar 0,53 dari 5,47 ditahun 1998 menjadi 4,94. Pada tahun 2000 current ratio kembali meningkat
sebesar 0,64 dari 4,94 ditahun 1999 menjadi 5,58.
Tahun 2001current ratioperusahaan adalah sebesar 5,15, turun dari tahun sebelumnya yaitu tahun 1999 sebanyak 0,43. Pada tahun 2002 perusahaan
memiliki current ratio sebesar 7,89. Artinya bahwa pada tahun 2002 setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp 7,89. Tahun 2003 current ratio
meningkat sebanyak 0,53 dari tahun 2002 yaitu menjadi sebesar 8,42. Pada tahun
2004 current ratio menurun sebanyak 2,82, menjadi 5,6. Tahun 2005 current ratiokembali meningkat menjadi sebesar 7,00.
- Rasio Cepat (Quick Ratio)
Aktiva Lancar - Persediaan
Quick Ratio=
Tabel V.2
Quick Ratio
Tahun Aktiva lancar Persediaan Kewajiban lancar Rasio
1996 66,194,228,093 33,499,312,846 69,377,743,798 0.47 1997 81,104,293,611 21,209,402,876 75,538,536,448 0.79 1998 156,351,018,124 41,010,033,959 28,560,019,211 4.04 1999 256,958,912,181 79,076,022,575 51,971,978,773 3.42 2000 409,687,000,000 111,931,000,000 73,419,000,000 4.06 2001 537,942,000,000 102,492,000,000 104,393,000,000 4.17 2002 579,304,000,000 139,689,000,000 73,389,000,000 5.99 2003 762,305,000,000 132,601,000,000 90,499,000,000 6.96 2004 942,826,000,000 130,829,000,000 168,228,000,000 4.83 2005 824,503,000,000 141,302,000,000 117,777,000,000 5.8 Sumber : lampiran 1
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemmpuan perusahaan membayar
hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Dari tabel V.2 dapat
diketahui bahwa perusahaan memiliki quick ratio sebagai berikut: Pada tahun 1996 perusahaan memiliki quick ratio sebesar 0,47. Artinya pada tahun 1996 setiap hutang lancar perusahaan dijamin oleh aktiva yang paling likuid Rp 0,47.
Tahun 1997 quick ratio sebesar 0,79 dan tahun 1998 serta 1999 quick ratio
masing-masing sebesar 4,04 dan 3,42. Tahun 1999 quick ratio menurun dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 1998 sebanyak 0,62.
Pada tahun 2000 dan 2001 quick ratio kembali meningkat masing-masing
tahun 2001 menjadi sebesar 5,99. Untuk tahun 2003 Quick ratio sebesar 6,96. Hal
ini menunjukkan bahwa pada tahun 2003 setiap Rp 1,00 hutang lancar perusahaan
dijamin oleh aktiva yang paling likuid sebesar Rp 6,96. Tahun 2004 quick ratio
turun sebanyak 2,13 dari tahun 2003 yaitu menjadi sebesar 4,83. Namun pada
tahun 2005 quick ratio kembali naik sebesar 0,97 dari tahun 2004 menjadi 5,8.
2. Rasio Profitabilitas.
- Rasio Antara Laba dengan Penjualan
a.Gross Profit Margin
Laba Kotor
Gross Profit Margin =
Penjualan
Tabel V.3
Gross Profit Margin
Tahun Laba kotor Penjualan GPM
1996 86,677,722,730 194,694,798,067 0.45 1997 102,674,645,570 225,801,097,214 0.45 1998 80,459,426,687 240,976,934,336 0.33 1999 175,766,665,818 428,770,975,754 0.41 2000 232,879,000,000 606,242,000,000 0.38 2001 355,628,000,000 932,942,000,000 0.38 2002 266,844,000,000 733,378,000,000 0.36 2003 374,094,000,000 796,677,000,000 0.47 2004 571,020,000,000 1,235,159,000,000 0.46 2005 669,443,000,000 1,583,143,000,000 0.42 Sumber : lampiran 2
Ukuran atau rasio laba dengan penjualan ini digunakan untuk mengukur
ini dapat diketahui kemampuan margin laba untuk menutup biaya tetap dan bunga
serta kemampuan perusahaan untuk membagikan dan membayar dividen. Gross Profit Marginmerupakan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan. Rasio ini untuk mengukur efisiensi operasi perusahaan. Semakin besar gross profit marginmaka semakin efisien operasi perusahaan. Pada tabel V.3 dapat diketahui bahwa: Pada tahun 1996 dan tahun 1997 gross profit margin PT. Sari Husada Tbk. masing – masing sebesar 0,45. Tahun 1998 gross profit margin mengalami penurunan dari tahun 1997 sebanyak 0,12 yaitu menjadi sebesar 0,33. Namun
pada tahun 1999 kembali naik sebanyak 0,08 yaitu menjadi sebesar 0,41.
Tahun 2000 dan 2001 gross profit marginmasing – masing sebesar 0,38. Tahun 2000 dan tahun 2001 gross profit margin turun sebanyak 0,03 dari tahun 1999. Pada tahun 2002 dan 2003 gross profit margin masing – masing sebesar 0,36 dan 0,47. Untuk tahun 2004 gross profit margin turun sebanyak 0,01 dari tahun 2003 yaitu menjadi sebesar 0,46, dan tahun 2005 gross profit margin
kembali meningkat menjadi 0,42.
b.Operating Profit Margin
EBIT
Operating Profit Margin =
Tabel V.4
Operating profit margin
Tahun EBIT Penjualan OPM
1996 50,622,823,835 194,694,798,067 0.26 1997 60,414,344,211 225,801,097,214 0.27 1998 46,252,455,371 240,976,934,336 0.19 1999 121,824,207,870 428,770,975,754 0.28 2000 169,252,000,000 606,242,000,000 0.28 2001 267,552,000,000 932,942,000,000 0.29 2002 184,337,000,000 733,378,000,000 0.25 2003 248,461,000,000 796,677,000,000 0.31 2004 249,894,000,000 1,235,159,000,000 0.2 2005 397,069,000,000 1,583,143,000,000 0.25 Sumber : lampiran 2
Operating Profit Margin, yaitu perbandingan antara laba operasi ( laba sebelum biaya bunga dan pajak/ EBIT ) dengan penjualan. Dari tabel V.4 dapat
diketahui bahwa : Pada tahun 1996 operating profit margin sebesar 0,26. Tahun 1997 naik sebanyak 0,01 menjadi sebesar 0,27.Operating profit margindi tahun 1998 sebesar 0,19, turun dari tahun 1997 yaitu sebanyak 0,08. Tahun 1999 dan
2000 operating profit margin masing – masing sebesar 0,28. Pada tahun 2001
operating profit marginnaik sebanyak 0,01 dari tahun 2000 yaitu menjadi sebesar 0,29.
Tahun 2002 operating profit margin kembali turun sebanyak 0,04 dari tahun 2001 yaitu menjadi sebesar 0,25, namun di tahun 2003 operating profit
margin kembali naik sebanyak 0,06 yaitu menjadi 0,31. Tahun 2004 operating profit marginsebesar 0,20 dan tahun 2005 naik menjadi 0,25.
c.Net Profit Margin
EAT
Net Profit Margin=
Penjualan
Tabel V.5
Net Profit Margin
Tahun EAT Penjualan NPM
1996 35,094,662,883 194,694,798,067 0.18 1997 37,287,234,731 225,801,097,214 0.17 1998 10,302,262,675 240,976,934,336 0.04 1999 86,502,772,788 428,770,975,754 0.2 2000 131,411,000,000 606,242,000,000 0.22 2001 224,766,000,000 932,942,000,000 0.24 2002 106,316,000,000 733,378,000,000 0.14 2003 16,253,800,000 796,677,000,000 0.02 2004 181,878,000,000 1,235,159,000,000 0.15 2005 289,768,000,000 1,583,143,000,000 0.18 Sumber : lampiran 2
Net Profit Margin, yaitu perbandingan antara laba bersih ( laba setelah biaya bunga dan pajak/ EAT ) dengan penjualan. Dari tabel V.5 dapat diketahui
bahwa : Pada tahun 1996 net profit margin perusahaan sebesar 0,18. Tahun 1997
dan 1998 net profit margin mengalami penurunan masing – masing menjadi 0,17
menerus maningkat dari tahun sebelumnya. Tahun 1999, 2000, dan 2001 masing –
masing sebesar 0,20, 0,22, dan 0,24.
Pada tahun 2002 dan 2003 kembali turun dari tahun sebelumnya yaitu
masing – masing sebesar 0,14 dan 0,02. Tahun 2004net profit marginperusahaan sebesar 0,15 dan di tahun 2005net profit marginsebesar 0,18.
- Rasio Antara Laba dengan Aktiva dan Modal Sendiri
a. Return On Investment(ROI)
EAT
Return On Investment =
Total Aktiva
Tabel V.6
Return On Investment
Tahun EAT Total aktiva ROI
1996 35,094,662,883 176,672,045,100 0.2 1997 37,287,234,731 213,970,267,274 0.17 1998 10,302,262,675 280,800,286,144 0.04 1999 86,502,772,788 390,083,459,295 0.22 2000 131,411,000,000 542,867,000,000 0.24 2001 224,766,000,000 796,532,000,000 0.28 2002 106,316,000,000 848,599,000,000 0.13 2003 16,253,800,000 1,045,105,000,000 0.02 2004 181,878,000,000 1,220,026,000,000 0.15 2005 289,768,000,000 1,087,263,000,000 0.27 Sumber : lampiran 1 dan 2
Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur
rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mengunakan dan
menghasilkan aktiva dan modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan laba
yang memuaskan.
Return On Investment ( ROI ), yaitu perbandingan antara laba setelah biaya bunga dan pajak ( laba bersih/EAT) dengan total aktiva perusahaan. Dari
tabel V.6 dapat diketahui bahwa : Pada tahun 1996 ROI perusahaan sebesar 0,2.
Pada tahun 1997 dan 1998 ROI masing – masing sebesar 0,17 dan 0,04. Tahun
1999, 2000, dan 2001 ROI terus menerus meningkat masing – masing sebesar
0,22, 0,24 dan 0,28. Namun untuk tahun 2002 ROI mengalami penurunan
sebanyak 0,15 dari tahun 2001 yaitu menjadi sebesar 0,13. Tahun 2003 dan 2004
ROI perusahaan masing – masing sebesar 0,02 dan 0,15. Dan untuk tahun 2005
ROI sebesar 0,27.
b.Operating Income On Operating Asset
EBIT
Operating Income On Operating Asset=
Aktiva Operasi
Operating Income On Operating Asset, yaitu perbandingan antara laba sebelum biaya bunga dan pajak ( laba operasi/EBIT) dengan aktiva operasi
( aktiva yang secara aktif digunakan dalam operasi perusahaan ). Dari tabel V.7
dibawah ini, dapat diketahui bahwa : Pada tahun 1996 Operating Income On Operating Asset sebesar 0,29 dan di tahun 1997 sebesar 0,28. Operating Income On Operating Asset kembali menurun di tahun 1998 sebanyak 0,11 yaitu menjadi sebesar 0,17. Tahun 1999 dan tahun 2000 Operating Income On Operating Asset
naik dari tahun sebelumnya sebanyak 0,03 yaitu menjadi 0,34. Pada tahun 2002
dan 2003 Operating Income On Operating Assetmasing – masing 0,22 dan 0,24. Tahun 2004 turun sebanyak 0,03 menjadi sebesar 0,21. Untuk tahun 2005
Operating Income On Operating Assetsebesar 0,3. Tabel V.7
Operating Income On Operating Asset
Tahun EBIT Aktiva operasi Rasio
1996 50,622,823,835 175,382,243,554 0.29 1997 60,414,344,211 213,496,751,231 0.28 1998 46,252,455,371 278,299,922,693 0.17 1999 121,824,207,870 387,144,096,767 0.31 2000 169,252,000,000 542,562,000,000 0.31 2001 267,552,000,000 793,478,000,000 0.34 2002 184,337,000,000 838,473,000,000 0.22 2003 248,461,000,000 1,042,515,000,000 0.24 2004 249,894,000,000 1,215,587,000,000 0.21 2005 397,069,000,000 1,082,060,000,000 0.37 Sumber : lampiran 1 dan 2
c. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa ( Return on Common Equity= ROE ).
Tabel V.8
Return on Common Equity
Tahun Laba bersih Modal sendiri ROE
1996 35,094,662,883 29,838,875,000 1.18 1997 37,287,234,731 59,677,750,000 0.62 1998 10,302,262,675 88,024,681,500 0.12 1999 86,502,772,788 88,024,681,500 0.98 2000 131,411,000,000 91,762,000,000 1.43 2001 224,766,000,000 91,762,000,000 2.45 2002 106,316,000,000 94,177,000,000 1.13 2003 16,253,800,000 94,177,000,000 0.17 2004 181,878,000,000 98,500,000,000 1.85 2005 289,768,000,000 98,676,000,000 2.94 Sumber : lampiran 1 dan 2
ROE adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa.
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham
biasa. Semakin besar nilainya maka semakin baik. Dari tabel V.8 dapat diketahui
bahwa : Pada tahun 1996 ROE perusahaan sebesar 1,18 . Tahun 1997 dan 1998
nilai ROE turun dari tahun 1996 yaitu masing – masing sebesar 0,62 dan 0,12.
Artinya kemampuan perusahaan untuk mengembalikan investasi bagi pemegang
saham biasa menurun di tahun 1997 dan 1998. Tahun 1999, 2000 dan 2001 nilai
ROE perusahaan masing – masing sebesar 0,98, 1,43 dan 2,45. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk mengembalikan investasi kepada
para pemegang saham biasa, dan kemampuan itu terus meningkat di tahun 1999,
2000, dan 2001. Pada tahun 2002 ROE turun dari tahun sebelumnya yaitu tahun
turun dari tahun 2002. Namun tahun 2004 dan 2005 ROE kembali meningkat
masing – masing sebesar 1,85 dan 2,94.
3. Rasio Aktivitas
- Inventory Turn Over
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turn Over=
Rata-rata Persediaan
Tabel V.9
Inventory Turn Over
Tahun HPP Rata-rata persediaan ITO
1996 108,017,075,337 33,499,312,846 3.22 1997 123,126,451,644 21,209,402,876 5.81 1998 160,517,507,649 41,010,033,959 3.91 1999 253,004,309,936 79,076,022,575 3.2 2000 373,363,000,000 111,931,000,000 3.34 2001 577,314,000,000 102,492,000,000 5.63 2002 (466,534,000,000) 139,689,000,000 -3.3 2003 (422,583,000,000) 132,601,000,000 -3.2 2004 664,139,000,000 130,829,000,000 5.08 2005 913,700,000,000 141,302,000,000 6.47 Sumber : lampiran 1 dan 2
Dari rasio ini dapat ditentukan berapa lama rata-rata persediaan tersebut
ada di gudang. Semakin tinggi angka perputaran maka makin rendah angka hari
rata-rata persediaan. Semakin besar nilai perputarannya maka semakin cepat
tahun 1996 ITO perusahaan sebesar 3,22x. Tahun 1997 ITO perusahaan sebesar
5,81. Angka perputaran di tahun 1997 lebih besar dari angka perputaran di tahun
1996, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja perusahaan untuk merubah
persediaan menjadi kas atau piutang. Tahun 1998 dan 1999 ITO menurun masing
– masing bernilai 3,91 dan 3,2. Namun tahun 2000 dan 2001 ITO kembali
meningkat yaitu masing – masing sebesar 3,34 dan 5,63. Tahun 2002 dan 2003
ITO perusahaan turun hingga mencapai nilai negatif, masing – masing sebesar –
3,3 dan –3,2. Hal ini dikarenakan jumlah harga pokok penjualan yang negatif.
Pada tahun 2004 dan 2005 ITO kembali meningkat masing – masing bernilai 5,08
dan 6,47. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2004 dan 2005 terdapat
peningkatan kinerja perusahaan dalam merubah persediaan menjadi kas atau
piutang.
- Total Asset Turn Over
Penjualan
Total Asset Turn Over=
Total Aktiva
Total Asset Turn Over adalah rasio untuk mengukur perputaran semua aktiva dalam perusahaan. Semakin besar nilai perputarannya berarti semakin
efisien perusahaan menggunakan aktivanya. Dari tabel V.10 dibawah ini, dapat
diketahui bahwa : Pada tahun 1996 total asset turn overperusahaan sebesar 1,1. Tahun 1997 dan 1998 total asset turn over menurun dari tahun – tahun sebelumnya, yaitu masing – masing bernilai 1,06 dan 0,86. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 1996, 1997 dan 1998 kinerja perusahaan dalam memanfaatkan
over naik menjadi 1,1. Hal ini menunjukkan adanya perningkatan kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan secara efisien.
Pada tahun 2000 dan 2001 total asset turn overmasing – masing bernilai 1,12 dan 1,17. Dilihat dari tahun 1999 sampai 2001 perusahaan menunjukkan
peningkatan kinerja dalam pemanfaatan aktivanya secara efisien. Namun ditahun
2002 dan 2003 total asset turn over menurun sebanyak masing-masing 0,31 di tahun 2002 dari tahun 2001 dan 0,10 di tahun 2003 dari tahun 2002.Total asset turn over pada tahun 2002 dan 2003 masing – masing bernilai 0,86 dan 0,76. Tahun 2004 total asset turn over perusahaan naik sebanyak 0,25 yaitu menjadi 1,01. Di tahun 2005total asset turn over bernilai 1,46. Naik sebanyak 0,45 dari tahun 2004.
Tabel V.10
Total Asset Turn Over
Tahun Penjualan Total aktiva TATO
1996 194,694,798,067 176,672,045,100 1.1 1997 225,801,097,214 213,970,267,274 1.06 1998 240,976,934,336 280,800,286,144 0.86 1999 428,770,975,754 390,083,459,295 1.1 2000 606,242,000,000 542,867,000,000 1.12 2001 932,942,000,000 796,532,000,000 1.17 2002 733,378,000,000 848,599,000,000 0.86 2003 796,677,000,000 1,045,105,000,000 0.76 2004 1,235,159,000,000 1,220,026,000,000 1.01 2005 1,583,143,000,000 1,087,263,000,000 1.46 Sumber : lampiran 1 dan 2
- Fixed Asset Turn Over
Penjualan
Fixed Asset Turn Over =
Aktiva Tetap Bersih
Tabel V.11
Fixed Asset Turn Over
Tahun Penjualan Aktiva tetap bersih FATO
1996 194,694,798,067 110,477,817,007 1.76 1997 225,801,097,214 132,865,973,663 1.7 1998 240,976,934,336 124,449,268,020 1.94 1999 428,770,975,754 133,124,547,114 3.22 2000 606,242,000,000 133,180,000,000 4.55 2001 932,942,000,000 258,590,000,000 3.61 2002 733,378,000,000 269,295,000,000 2.72 2003 796,677,000,000 282,800,000,000 2.82 2004 1,235,159,000,000 277,200,000,000 4.46 2005 1,583,143,000,000 262,760,000,000 6.03 Sumber : lampiran 1 dan 2
Fixed Asset Turn Over adalah rasio untuk mengukur perputaran aktiva tetap dalam perusahaan. Semakin besar maka semakin efisien perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Dari tabel V.11 dapat diketahuim bahwa : Pada
tahun 1996fixed asset turn overperusahaan bernilai 1,76. Tahun 1997fixed asset turn over turun sebanyak 0,06 dari tahun 1996 yaitu menjadi 1,7. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya
turn over naik masing-masing sebanyak 0,24 di tahun 1998 dari tahun 1997, di tahun 1999 sebanyak 1,28 dari tahun 1998, dan 1,33 di tahun 2000 dari tahun
1999.Fixed asset turn overtahun 1998, 1999, dan 2000 masing – masing bernilai 1,94, 3,22, dan 4,55.
Pada tahun 2001 dan 2002 fixed asset turn over kembali mengalami penurunan sebanyak masing – masing 0,94 untutk tahun 2001 turun dari tahun
2000 dan 0,89 ditahun 2002 turun dari tahun 2001. Tahun 2003 dan 2004 fixed asset turn overmasing – masing bernilai 2,82 dan 4,46. Untuk tahun 2005 fixed asset turn overnaik sebanyak 1,57 yaitu menjdi bernilai 6,03.
4. Rasio Leverage
- Total Debt to Total Asset Ratio
Total Hutang
Total Debt to Total Asset Ratio=
Total aktiva
Tabel V.12
Total Debt to Total Asset Ratio
Tahun Total hutang Total aktiva TDTA
1996 70,057,141,715 176,672,045,100 0.4 1997 75,573,951,313 213,970,267,274 0.35 1998 36,049,725,369 280,800,286,144 0.13 1999 58,816,742,598 390,083,459,295 0.15 2000 85,123,000,000 542,867,000,000 0.16 2001 116,633,000,000 796,532,000,000 0.15 2002 95,549,000,000 848,599,000,000 0.11 2003 102,155,000,000 1,045,105,000,000 0.1 2004 196,379,000,000 1,220,026,000,000 0.16 2005 142,744,000,000 1,087,263,000,000 0.13
Sumber : lampiran 1
. Rasio leverage menunjukkan kamampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Total Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan total hutang dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa total aktiva yang disediakan untuk menjamin
hutang perusahaan. Semakin besar nilai rasio maka semakin beresiko. Dari tabel
V. 12 dapat diketahui bahwa : Pada tahun 1996 nilai total debt to total asset PT. Sari Husada Tbk. adalah sebesar 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
1996 perusahaan menggunakan dana pinjaman sebesar 0,4 bagian ( 40% ).
Artinya perusahaan memiliki aktiva yang dapat digunakan untuk menjamin
hutang – hutangnya. Tahun 1997 dan 1998 total debt to total asset perusahaan turun menjadi masing – masing bernilai 0,35 ( 35% ) dan 0,13 ( 13% ). Penurunan
nilai total debt to total asset ini baik karena hal ini menunjukkan bahwa penggunaan dana pinjaman oleh perusahaan semakin sedikit. Artinya perusahaan
dapat membiayai kegiatan perusahaan dengan menggunakan sebagian besar biaya
sendiri.
Tahun 1999 dan 2000 total debt to total assetperusahaan bernilai masing – masing 0,15 ( 15% ) dan 0,16 ( 16% ). Pada tahun 2001 dan 2002total debt to total asset perusahaan turun masing – masing bernilai 0,15 ( 15% ) dan 0,11 ( 11% ). Tahun 2003 total debt to total asset masih terus turun dari tahun 2002 yaitu bernilai 0,1 ( 10% ). Untuk tahun 2004 total debt to total asset naik sebanyak 0,06 dari tahun 2003 yaitu menjadi sebesar 0,16 ( 16% ). Namun tahun
2005 total debt to total asset kembali menurun sebanyak 0,03 yaitu menjadi sebesar 0,13 ( 13% ).
- Total Debt to Equity Ratio
Total Hutang
Debt to Equity Ratio =
Total Modal
Tabel V.13
Debt to Equity Ratio
Tahun Total hutang Total modal DER
1996 70,057,141,715 106,334,885,385 0.66 1997 75,573,951,313 136,400,317,191 0.55 1998 36,049,725,369 244,750,560,775 0.15 1999 58,816,742,598 331,253,333,563 0.18 2000 85,123,000,000 457,744,000,000 0.19 2001 116,633,000,000 679,899,000,000 0.17 2002 95,549,000,000 766,555,000,000 0.12 2003 102,155,000,000 929,445,000,000 0.11 2004 196,379,000,000 693,040,000,000 0.28 2005 142,744,000,000 701,265,000,000 0.2 Sumber : lampiran 1
Merupakan perbandingan total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan berapa rupiah modal sendiri yang disediakan untuk membayar
hutang. Dari tabel V.13 dapat diketahui bahwa: Pada tahun 1996debt equity yang dimiliki PT. Sari Husada Tbk. adalah sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan menyediakan dana sebesar Rp 0,66 dari modal sendiri untuk
membayar hutangnya. Tahun 1997 dan 1998 debt equity turun dari tahun sebelumnya, masing – masing bernilai 0,55 dan 0,15. Artinya pada tahun 1997
semakin sedikit. Di tahun 1999 dan 2000 debt equity kembali meningkat yaitu masing – masing sebesar 0,18 dan 0,19.
Pada tahun 2001 hingga tahun 2003 debt equity kembali turun sampai pada nilai 0,11. Debt equity pada tahun 2001 bernilai 0,17, untuk tahun 2002 bernilai 0,12 dandebt equitydi tahun 2003 bernilai 0,11. Namun pada tahun 2004
debt equity naik sebanyak 0,17 yaitu menjadi bernilai 0,28. Tahun 2005 debt equity kembali turun menjadi bernilai 0,2. Artinya pada tahun 2005 perusahaan menyediakan dana sebesar Rp 0,2 dari modal sendiri untuk membayar hutangnya.
- Long Term Debt to Equity Ratio
Hutang Jangka Panjang
Long Term Debt to Equity =
Modal Sendiri
Long Term Debt to Equitymerupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan jaminan atas
hutang jangka panjang yang tersedia dari modal sendiri. Dari tabel V.14 dibawah,
dapat diketahui bahwa : Pada tahun 1996long term debt to equitybernilai 0,2. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mnyediakan dana sebanyak 0,2 bagian dari
modal sendiri untuk menjamin hutang jangka panjang. Tahun 1997long term debt to equityturun menjadi bernilai 0. Artinya perusahaan tidak memberikan jaminan dari modal sendiri untuk hutang jangka panjangnya. Tahun 1998 dan 1999long term debt to equitymasing – masing bernilai 0,09 dan 0,08.
Pada tahun 2000 dan 2001 nilai long term debt to equitymemiliki nilai sama yaitu 0,13. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2000 dan 2001
perusahaan memberikan jaminan dalam jumlah yang sama dari modal sendiri
2002 jaminan yang disediakan oleh perusahaan dari modal sendiri untuk hutang
jangka panjangnya meningkat sebanyak 0,11, yaitu menjadi sebesar 0,24. Hal ini
menunjukkan bahwa beban perusahaan untuk menjamin hutang jangka
panjangnya semakin besar. Namun pada tahun 2003 nilailong term debt to equity
turun sebanyak 0,12, yaitu menjadi sebesar 0,12. Tahun 2004 nilailong term debt to equitykembali meningkat yaitu menjadi sebesar 0,29. Artinya pada tahun 2004 perusahaan menyediakan jaminan untuk hutang panjang sebesar 0,29 dari modal
sendiri. Untuk tahun 2005 jaminan yang disediakan untuk hutang jangka panjang
turun menjadi 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 beban
perusahaan berkurang.
Tabel V.14
Long Term Debt to Equity
Tahun
Hutang jangka
panjang Modal sendiri LTD
1996 679,397,917 29,838,875,000 0.02 1997 35,414,865 59,677,750,000 0 1998 7,489,706,158 88,024,681,500 0.09 1999 6,844,763,825 88,024,681,500 0.08 2000 11,704,000,000 91,762,000,000 0.13 2001 12,240,000,000 91,762,000,000 0.13 2002 22,160,000,000 94,177,000,000 0.24 2003 11,656,000,000 94,177,000,000 0.12 2004 28,151,000,000 98,500,000,000 0.29 2005 24,967,000,000 98,676,000,000 0.25 Sumber : lampiran 1
- Times Interest Earned
EBIT
Times Interest Earned =
Bunga
Tabel V.15
Times Interest Earned
Tahun EBIT Bunga TIE
1996 50,622,823,835 (3,213,484,346) -15.8 1997 60,414,344,211 (8,434,834,637) -7.16 1998 46,252,455,371 (22,746,355,351) -2.03 1999 121,824,207,870 5,365,984,080 22.7 2000 169,252,000,000 10,635,000,000 15.9 2001 267,552,000,000 10,810,000,000 24.8 2002 184,337,000,000 5,707,000,000 32.3 2003 248,461,000,000 6,791,000,000 36.6 2004 249,894,000,000 13,789,000,000 18.1 2005 397,069,000,000 16,846,000,000 23.6 Sumber : lampiran 2
Times Interest Earnedmerupakan perbandingan antara laba opersi (EBIT) dengan biaya bunga. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Rasio ini menghubungkan antara kemampuan peusahaan
memperoleh laba dengan pembayaran bunga atas hutang terutama hutang jangka
panjang. Dengan laba berarti perusahaan akan mampu membayar bunga yang
menjadi kewajibannya. Dari tabel V.15 dapat diketahui bahwa : Pada tahun 1996
time interest earnedperusahaan sebesar –15,8. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1996 perusahaan belum mampu membayar bunga dengan menggunakan
masing-masing bernilai –7,16 dan –2,03. Meskipun masih dalam nilai negatif,
namun dari tahun 1996 sampai 1998 perusahaan memperlihatkan peningkatan
kemampuannya dalam membayar bunga dengan laba yang diperoleh. Tahun 1999
nilaitime interest earned sebesar 22,7. Namun pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2000 nilaitime interest earnedturun menjadi 15,9.
Tahun 2001, 2002, dan 2003 nilaitime interest earnedkembali meningkat yaitu masing-masing menjadi bernilai 24,8 pada tahun 2001, 32,3 untuk tahun
2002, dan 36,6 di tahun 2003. Peningkatan nilai time interest earned
menunjukkan adanya peningkatan kinerja perusahaan sehingga laba yang
diperoleh dapat digunakan untuk membayar biaya bunga. Pada tahun 2004 time interest earned kembali turun sebanyak 18,5, yaitu menjadi sebesar 18,1, dan kembali meningkat pada tahun 2005 dengan nilai 23,6.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap laporan keuangan, maka penulis
melakukan penilaian kinerja terhadap PT. Sari Husada Tbk. dengan menggunakan
sistem pemberian ranking dan point sebagai berikut:
1. Tabel V.16 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk. memiliki kinerja keuangan
terbaik berdasarkan rasio likuiditas adalah pada tahun 2003. Kinerja terbaik
kedua berdasarkan rasio likuiditas adalah tahun 2002. Tahun yang memiliki
kinerja terburuk adalah pada tahun 1996. Tingginya tingkat kinerja
berdasarkan rasio likuiditas ini menandakan bahwa PT. Sari Husada Tbk.
dapat menjamin hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya.
2. Tabel V.17 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk. memiliki kinerja keuangan
terbaik berdasarkan rasio leverage adalah pada tahun 2005. Kinerja terbaik
rasio ini adalah tahun 1996 dan 1997. Rasioleverage yang baik menandakan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan dapat menjamin keseluruhan hutang
sehingga kinerja perusahaan dalam mengelola hutang perusahaan semakin
baik.
3. Tabel V.18 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk. memiliki kinerja keuangan
terbaik berdasarkan rasio aktivitas adalah pada tahun 2005. Terbaik kedua
adalah tahun 2001. Kinerja terburuk berdasarkan rasio ini adalah tahun 2002.
Rasio aktivitas yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dapat mengelola
sumber dana yang dimilikinya dengan baik.
4. Tabel V.19 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk. memiliki tingkat rasio
profitabilitas terbaik adalah tahun 2001 dan terbaik kedua adalah 2005.
Tingkat rasio terburuk adalah tahun 1998. Tingkat rasio profitabilitas yang
baik menunjukkan bahwa kinerja manajemen untuk menghasilkan laba bagi
perusahaan semakin baik.
5. Tabel V.20 diketahui bahwa PT. Sari Husada Tbk. memiliki kinerja terbaik
berdasarkan rasio keuangan secara keseluruhan adalah pada tahun 2005
dengan total point sebanyak 120. Terbaik kedua adalah pada tahun 2001
dengan total point 107. Dan untuk kinerja keuangan terburuk adalah pada
tahun 1997.
B. Evaluasi Tingkat Pertumbuhan
Untuk menjawab pertanyaan kedua maka dilakukan evaluasi tingkat
EPSt– EPSt—1 g =
EPSt-1
Tabel V.21
Evaluasi Tingkat Pertumbuhan
Tahun EPS g 1996 621 -1997 500 -0,20 1998 80 -0,84 1999 491 5,14 2000 716 0,46 2001 1225 0,71 2002 565 -0,54 2003 863 0,53 2004 95,94 -0,89 2005 154,35 0,61 Sumber : Lampiran 2
Dari tabel V.21 dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan PT. Sari
Husada Tbk. berdasarkan perbandingan pendapatan laba per saham bersih dari
tahun ke tahun berfluktiasi. Pada tahun 1997 pendapatan laba per saham bersih
menurun sebanyak 121, dengan nilai evaluasi sebesar 0,20. Untuk tahun 1998
pendapatan laba bersih masih terus menurun dari tahun 1997 dengan nilai
evaluasi sebesar 0,84. Tanda negatif dalam hasil evaluasi menunjukkan bahwa
pendapatan laba per saham pada tahun yang bersangkutan mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Tahun 1999 sampai tahun 2001 pendapatan laba per
saham bersih meningkat, masing – masing memiliki nilai evaluasi sebesar 5,14,
Untuk tahun 2002 pendapatan bersih per saham kembali menurun sebesar
yaitu dengan nilai evaluasi sebesar 0,54. Namun pada tahun 2003 pertumbuhan
perusahaan kembali meningkat yaitu dengan nilai evaluasi sebesar 0,53. Tahun
2004 kembali tingkat pertumbuhan perusahaan menurun menjadi sebesar 0,89.
Tapi kembali meningkat sebesar 0,61 di tahun 2005.
C. Pembahasan
1. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rasio keuangan dapat
diketahui bahwa kinerja PT. Sari Husada Tbk. selama tahun 1996 sampai
tahun 2005 dapat dikatakan tidak stabil. Pada tahun 1997 dan 1998 terjadi
penurunan kinerja, hal ini dikarenakan pada dua tahun tersebut terjadi
krisis moneter. Perkenomian negara menjadi tidak stabil, semua harga