• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Piutang other income di Head Office PT XYZ

Pendapatan non dagang di Head Office PT XYZ adalah penerimaan dari aktivitas non dagang berdasarkan atas kesepakatan antara pihak PT XYZ yaitu MDS dengan supplier .Pendapatan non dagang meliputi pendapatan sewa posisi strategis , pendapatan joint promo, pendapatan distribution fee, pendapatan insentif, dan pendapatan rabate. Posisi atau tempat suatu produk yang berada di gondola di sebuah toko merupakan bagian penting dari peningkatan penjualan suatu produk dikarenakan posisinya yang mudah dijangkau dan terlihat secara kasat mata oleh custiomer sehingga kemungkinan customer untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk itu lebih tinggi.. Untuk mendapatkan fasilitas itu supplier yang menaarkan produknya di toko-toko di bawah naungan PT XYZ maka harus membayarkan biaya sewa posisi strategis untuk mendapatkan posisi tertentu yang strategis. Sehingga dalam hal ini PT XYZ mencatat biaya itu sebagai pendapatan sewa posisi strategis. Pendapatan sewa posisi strategis yang merupakan pendapatan timbul karena adanya penyewaan posisi strategis yang ada di toko oleh supplier.

16

Selain posisi strategis juga ditunjang dengan promosi dalam hal ini PT XYZ juga melakukan program kerja sama kepada para supplier untuk melakukan promosi sehingga dapat meningkatkan penjualan . Untuk itu suppplier wajib turut andil dalam membayar biaya joint promo kepada PT XYZ . Biaya ini dicatat oleh PT XYZ sebagai pendapatan joint promo. Pendapatan Joint promo merupakan pendapatan yang timbul karena adanya kerjasama promosi PT XYZ dengan supplier, dimana supplier ikut serta menanggung sejumlah dana promosi yang dikeluarkan. Periode promosi biasanya lebih dari 1 bulan. Selain itu untuk memasok produk dari distribution center ke toko-toko , supplier wajib membayar biaya pengiriman. Dan biaya ini dicatat sebagai pendapatan distribution fee, pendapatan ini merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebagai kompensasi atas pendistribusian barang dagangan dari DC ( Distribution Center) ke toko-toko (sesuai perjanjian antara PT XYZ dengan supplier).

Jika perusahaan PT XYZ mampu melakukan penjualan dalam level tertentu maka perusahaan akan mendapatkan bonus dari supplier terkait. Bonus tersebut meliputi pendapatan insentif, pendapatan rabate, dan penadapat rabate conditional . Pendapatan Insentif merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai insentif. Besar presentasenya tergantung kesepakatan supplier dengan MD. Di Head Office (HO) pendapatan Insentif / Bonus diamortisasi sampai dengan akhir tahun. Pendapatan Rabate merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai rabate. Besar %-nya tergantung kesepakatan supplier dengan MD (sama dengan Insentif/Bonus, hanya berbeda pada perpajakannya). Pendapatan Rabate Conditional merupakan piutang other income yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai rabate conditional kondisi khusus.

Besar %-nya tergantung kesepakatan supplier dengan MD (sama dengan Insentif / Bonus, hanya berbeda pada perpajakannya). Pendapatan Rafaksi merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebagai kompensasi atas stock yang

17 menjadi permasalahan adalah ketika supplier melakukan pembayaran dengan sistem transfer namun sampai batas waktu yang telah disepakati, supplier belum membayarnya. Hal ini akan dicatat sebagai piutang other income oleh PT XYZ, dan jika melebihi 30 hari sejak di berikan kuitansi oleh finance PT XYZ kepada supplier maka hal ini akan menjadi piutang other income outstanding dan finance akan mendorong MD untuk melakukan penagihan kepada supplier terkait . Dan metode kedua yaitu dengan melakukan potong utang dagang adalah yang aman dari risiko outstanding namun yang menjadi permasalahan adalah ketika kasus banyaknya terjadi retur barang dari PT XYZ kepada produk dari supplier terkait maka menyebabkan utang dagang berkurang sehingga menyebabkan A/P minus atau A/P tidak cukup . Hal ini menjadi piutang yang ada belum terbayarkan karena tidak bisa potong utang dagang. Untuk melunasi pembayarannya terdapat dua kemungkinan dimana pihak PT XYZ akan order produk tersebut dengan kuantitas yang sama atau mendorong supplier untuk melakukan pembayaran melalui transfer . Dengan semakin lama belum terbayarkan dan menjadi piutang other income outstanding ini menyebakan biayanya akan piutang other income yang meliputi opportunity cost dan biaya penagihan serta risiko kemungkinan tidak tertagih juga lebih tinggi.

Biaya tak tertagih atau bad debt menjadi risiko yang harus diperhatikan dalam penjualan secara kredit. Berikut biaya piutang other income teak tertagih yang dialami oleh PT XYZ dari tahun 2013 hingga tahun 2016

18 Grafik 1

Piutang other income Tak Tertagih PT XYZ periode 2013-2016 (Sumber : Data sekunder perusahaan PT XYZ)

Dari tabel diatas pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan, dan merupakan jumlah piutang other income tak tertagih tertinggi selama periode tahun 2013-2016. Piutang other income tak tertagih yang tinggi merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan. Semakin besar piutang other income tak tertagih maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan. Maka dari itu perusahaan harus mengkaji kebijakan piutang other income dengan tujuan memaksimalkan laba yang diperoleh dengan melakukan efektivitas pada kebijakan piutang other income. Efektivitas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh badan usaha atau perorangan untuk mencapai hasil yang maksimal. Kebijakan piutang other income tidak lepas dari Kebijakan kredit meliputi : credit standard, credit terms, credit policy dan monitoring credit.

a. Credit standard

Credit Standads merupakan standar yang menetapkan kemampuan keuangan minimum dari calon pelanggan. Dalam melakukan assesment terhadap supplier dilakukan oleh MD . Dalam hal ini lebh diterapkan pada produk baru yang akan masuk dimana produk yang ingin dipasarkan di toko-toko PT XYZ harus melengkapi beberapa persyaratan administrative yaitu

a. Sample produk, dimana suplier harus mampu menyediakan minimal 1000 pcs sample untuk didistribusikan ke 1000 customer PT XYZ secara random.

b. Price list merupakan daftar harga mengenai produk.

c. Dimensi dan barcode pcs merupakan ukuran produk beserta barcode dari produk tersebut .

d. Dimensi produk untuk e-commerce, adalah gambar produk yang memiliki kualitas gambar tinggi.

e. TVC, merupakan iklan yang ditampilkan di TV di toko-toko PT XYZ.

19

f. Listing fee merupakan biaya untuk masuknya produk baru dari supplier yang dipasarkan di toko PT XYZ .

g. Kesepakatan Produk Baru merupakan hasil kesepakatan supplier dengan MDS, diantaranya kesanggupan atas:

c. Discount produk baru merupakan potongan dari harga HPP dari produk baru yang akan dipasarkan.

d. Kesanggupan mengenai poin a-f serta pembayaran atas biaya-biaya tersebut yang dibayarkan langsung secara tunai sebelum produk tersebut di distribusikan ke DC PT XYZ .

Setelah persayaratan terpenuhi maka akan dievaluasi selama 6 bulan mengenai existing dari produk tersebut . Penilaian produk berdasarkan sales per day dimana batas minimal sales per day adalah 0,17 yang diperoleh dari perhitungan target rupiah/ harga jual / jumlah toko / 30 hari. Jika produk tersebut selama masa evaluasi memiliki memenuhi standar tersebut maka produk tersebut akan tetap dilanjutkan penjualannya di PT XYZ namun jika sebaliknya jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka produk tersebut akan di discontinue. Di-discontinue artinya adalah produk tersebut akan ditarik peredarannya dari toko-toko PT XYZ dan di kumpulkan di DC kemudian dari DC akan dikembalikan ke supplier degan catatan supplier telah memenuhi kewajiban pembayaran kepada PT XYZ.

Dalam penilaian diatas PT XYZ sudah menetapkan penilaian berdasarkan character yang melihat berdasarkan kemauan supplier untuk memenuhi kewajibannya yang dilihat dari persyaratan yang diajukan di atas, capacity berdasarkan kemampuan supplier membayar dari kewajiban yang dinilai

20

berdasarkan kemampuan supplier memenuhi kewajiban pembayaran administrative untuk produk yang akan dijual di PT XYZ

b. Credit terms

Dalam persyaratan pembayaran untuk produk baru dibayarkan di awal saat terjadi kesepakatan perjanjian credit terms antara MD dengan supplier. Namun untuk produk yang sudah existing di PT XYZ sudah terdapat ketentuan dimana pembayaran untuk promosi adalah maksimal 2 minggu setelah kuitansi diberikan oleh finance kepada supplier.

c. Credit Policy

Dalam melakukan penagihan kepada supplier MD memberikan penawaran kepada supplier yaitu tetap melalui transfer atau melalui potong tagihan utang dagang ( bisa dilakukan jika memiliki utang dagang cukup dengan jumlah piutang other income dagang di PT XYZ). Jika supplier tetap ingin melakukan pembayaran melalui transfer maka supplier harus melakukan pembayaran maksimal 2 minggu setelah diberikan kuitansi oleh finance. Dan jika 2 minggu belum terbayarkan maka finance akan melakukan penagihan kepada supplier, dan jika lebih dari 1 bulan dari saat diberikan kuitansi supplier belum juga membayarkan maka finance meminta MD untuk mem follow up kepada supplier untuk menyelesaikan pembayaran, baik melalui transfer atau melalui potong tagihan utang dagang. MD akan menginfokan kepada supplier melalui email kepada supplier untuk mendorong supplier agar melakukan kewajiban pembayaran kepada PT XYZ. Dalam hal ini supplier diberi hak untuk melalukan penggantian metode pembayaran dari transfer ke potong tagihan utang dagang jika memiliki utang dagang cukup untuk dipotong sesuai jumlah piutang other income terhadap PT XYZ. Namun jika supplier tetap ingin melakukan transfer maka diberi tenggang waktu berdasarkan hasil kesepakatan baru antara supplier dan MD. Dan jika pada saat jatuh tempo atas kesepakatan tersebut supplier belum membayar maka MD akan menelpon terkait untuk mendorong melakukan pembayaran jika dalam hari yang telah disepakatai belum membayar maka MD akan mengadakan

21

pertemuan dengan pihak marketing atau perwakilan dari perusahaan atas supplier tersebut.

d.Monitoring

Dalam hal monitoring menggunakan aging yang bertujuan untuk mengetahui umur piutang other income guna finance melakukan penagihan kepada supplier. Aging yang dibuat meliputi current untuk piutang other income yang baru terjadi , overdue sampai 1 bulan untuk piutang other income yang belum terbayarkan hingga satu bulan , dan over 1 lebih dari 1 bulan untuk piutang other income yang belum terbayarkan lebih dari 1 bulan .

Ketika piutang other income belum terbayarkan lebih dari 1 bulan setelah kuitansi diberikan kepada supplier maka finance akan mengeluarkan memo intern, yang berisikan meliputi 2 hal , yaitu posisi piutang other income ke supplier pada saat bulan tersebut yang berisikan aging piutang other income, perbandingan overdue piutang other income dalam 3 bulan terkahir, 15 pareto terbesar dengan sistem pembayarn transfer, 15 pareto Overdue terbesar dengan pembayaran system potong A/P ,dan bagian kedua adalah mengenai posisi piutang other income yang belum bisa ditagih ke supplier karena belum ada memo penagihan dari MD kepada supplier .

Efektivitas kebijakan piutang other income pada Head Office PT XYZ

Melihat indikator dari biaya piutang other income tak tertagih pada tahun 2016 memiliki jumlah yang laing tinggi maka hal ini perlu dikaji mengenai kebijakanan piutng di PT XYZ. Yang awal dilihat adalah dari kebijakan kredit meliputi credit standar, credit terms,dan credit policy . Credit standar akan dilihat berdasarkan 5 C yaitu character ,capacity, capital,colleteral, dan condition .Untuk credit terms dilihat dengan menggunakan terms of payment dan rata-rata pengumpulan piutang other income. Sedangkan untuk credit policy dilihat dari bagaimana cara penagihannya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faradhillah (2007) untuk memperkecil piutang other income tak tertagih adalah dengan melakukan 5 C (Character, Capacity,Capital,Colleteral, dan Condition) dalam standar kredit

22

sedangkan menurut Wicaksana (2010) memperkecil piutang other income tak tertagih adalah dengan melakukan cash discount untuk memperpendek days sales outstanding. Dalam analisis kualitatif yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai kebijakan piutang other income di perusahaan PT XYZ masih belum menerapkan lima C dalam standar kreditnya serta tidak menerapkan cash discount dalam credit terms. Maka disarankan agar PT XYZ memperketat kebijakan piutang other income dengan melakukan lima C dalam standar kredit serta memberikan cash discount dalam credit terms agar memacu supplier agar lebih tepat waktu dalam melakukan pembayaran atas piutang other income kepada perusahaan PT XYZ.

Namun sebelum dilakukan perubahan kebijakan piutang other income dilakukan terlebih dahulu analisis sensitivitas dengan tujuan untuk sejauh mana efektivitas kebijakan piutang other income yang baru dengan membandingkan profit yang dihasilkan antara kebijakan piutang other income lama dengan kebijakan piutang other income yang baru.

Berikut ini analisis sensitivitas dengan 3 skenario perhitungan meliputi jika perusahaan PT XYZ memperketat credit standar dengan indikator 5 C ( Character, Capacity,Capital,Coleteral, dan Condition), jika perusahaan menggunakan cash discount dalam credit terms dalam kebijakan piutang other income, dan jika PT XYZ menggunakan kombinasi 5C dan cash discount dalam kebijakan piutang other income.

Dalam credit standar dalam PT XYZ dilihat dari 5 C sudah melaksanakan 2 indikator dalam penilaian kelayakan kredit, yaitu character dan capacity yang melihat dari kesanggupan dan kemauan atas pemenuhan persyaratan administratif . Dalam PT XYZ menjadikan utang dagang sebagai jaminan dalam piutang other income namun permasalahannya ketika terjadi retur barang tersebut dan supplier mengalami bangkrut menyebabkan terjadi A/P minus sehingga A/P minus ini akan menjadi tagihan piutang other income. Sehingga piutang other income akan meningkat dan ketika piutang other income tersebut tidak terbayarkan maka akan menjadi piutang other income tak tertagih dan menjadi biaya dalam perusahaan.

23

Sehingga perlu agar PT XYZ menambahkan persyaratan jaminan lain atas piutang other income baik selain utang dagang.

Dalam terms of payment PT XYZ adalah14 hari kerja atau 21 hari kalender namun dalam kenyataannya dalam rata-rata pengumpulan piutang other income adalah 27 hari kalender . Dalam hal ini terjadi perlambatan pengumpulan piutang other income disebabkan terjadi beberapa supplier yang terlambat untuk membayar dan berikut presentase overdue dalam pembayaran piutang other income oleh supplier .

Dalam credit terms di PT XYZ tidak menerapkan cash discount sehingga tidak ada pacuan untuk suppplier membayar lebih disiplin. Pemberlakuan kebijakan discount and charge ini akan memacu supplier untuk membayar tagihan dengan tepat waktu. Dan yang perlu ditambahkan adalah bagaimana mengatur mengenai jaminan atas piutang tersebut dengan utang dagang PT XYZ terhadap supplier terkait serta di tambahkan klausa mengani peraturan untuk potong utang dagang secara otomatis ketika supplier tersebut tidak membayarkan sesuai dengan terms of payment (berlaku untuk metode transfer).Namun pemberlakuan ini dikecualikan untuk suppllier tertentu yang memiliki power terhadap perusahaan PT XYZ, umumnya supplier khusus ini memiliki banyak variant produk dan telah memiliki brand awareness di masyarakat.

Kebijakan penagihan di PT XYZ untuk teknik penagihan sudah seperti pada umumnya yaitu mulai dari surat maupun surat elektronik , telepon, dan pesonal. Namun tidak adanya langkah yuridis atau secara hukum ketika tiga langkah tersebut tidak berhasil. Dan ketika melalui surat, telpon maupun personal tidak mencapai sebuah hasil maka hanya dijadikan beban dan menjadi berita acara.

Pada tahap monitoring perlu dilakukan pengkajian mengenai utang dagang karena utang dagang bisa digunakan sebagai jaminan ketika supplier tidak bisa mebayarkan kewajiban kepada PT XYZ sehingga nantinya ketika hal itu terjadi akan dilakukan dalam proses netting yang sudah disepakatai dalam credit terms di awal.

24

Berdasarkan hasil pemaparan diatas terdapat beberapa hal yang PT XYZ harus mengkaji mengenai kebijakan piutang other income . Berikut ini adalah analisis sensitivitas dengan pendekatan laba dengan 2 skenario yaitu dengan memperketat kebijakan piutang other income dan kombinasi antara memperketat kebijakan piutang other income dan cash discount.

Tabel 4

Analisis Sensitivitas skenario 1 dan 2

Skenario 1 Skenario 2

Penurunan laba (4.718.123.456,04) (4.765.304.690,60) Biaya investasi dalam

Dalam tabel diatas memaparkan bahwa ketika memperkuat kebijakan kredit dengan 5 C yang terjadi adalah penurunan laba sebagai akibat memperketat kebijakan kredit, namun pada biaya investasi dalam piutang other income terjadi penurunan sebesar Rp 2.349.414.354,86 disebabkan oleh percepatan rata-rata penagihan piutang other income yang menyebabkan meningkatnya perputaran piutang other income dan biaya piutang other income tak tertagih juga mengalami penurunan sebesar Rp 523.094.222,80 disebabkan oleh supplier membayar tepat waktu dan dengan filterasi dengan assesment 5 C membuat risiko akan piutang other income tak tertagih semakin rendah. Namun pada perhitungan laba bersih terjadi penurunan laba sebesar Rp 1.891.233.301,06 Dalam kebijakan dengan mengkombinasikan antara 5C dengan cash discount yang terjadi adalah penurunan laba sebesar 4,765,304,690.60 hal ini diakibatkan dari biaya diskon.

Kemudian dalam biaya investasi dalam piutang other income mengalami penurunan sebesar 4,801,594,292.35 hal ini disebabkan oleh percepatan rata-rata pengumpulan piutang other income yang diakibatkan oleh cash discount yang dapat memacu supplier untuk melakukan pembayaran dengan tepat waktu. Serta

25

biaya piutang other income tak tertagih juga mengalami penurunan sebesar Rp 525.223.380,13 disebabkan oleh supplier membayar tepat waktu dan dengan filterasi dengan assesment 5 C membuat risiko akan piutang other income tak tertagih semakin rendah. Namun pada perhitungan laba bersih terjadi peningkatan laba sebesar Rp 561.512.981,88.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN dan SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian diatas PT XYZ dalam standar kredit hanya menggunakan indicator character dan capacity sebagai assessment dalam penilaian standar kredit, dalam credit terms tidak melihat mengenai jaminan (collateral) dan condition dalam menerapkan terms of payment, serta dalam kebijakan penagihan belum ada langkah yuridis ketika terjadi piutang other income tak tertagih dan hanya membiarkan menjadi biaya. Mempertimbangkan risiko dan laba menggunakan analisis senstivitas dengan pendekatan laba maka kebijakan piutang other income PT XYZ belum sepenuhnya efektif karena berdasarkan hasil perhitungan dengan keputusan memperketat kebijakan kredit dengan 5C dan cash discount dapat meningkatkan laba.

Implikasi

PT XYZ disarankan perlu melakukan pengkajian terhadap kebijakan piutang other income yaitu dengan melakukan pemberian cash discount terhadap supplier guna memacu agar membayar lebih tepat waktu agar meminimalisir risiko piutang other income tak tertagih selain itu juga perusahaan PT XYZ agar lebih mengkaji terhadap credit standar yang digunakan dalam kebijakan piutang other income menambahkan collateral (jaminan) dalam assessment credit yaitu uang dagang yang ada di PT XYZ disertai dengan cash discount untuk memacu untuk

26

mempercepat receivable turn over piutang other income , meminimalisir risiko bad debt serta dapat meningkatkan laba perusahaan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian yang Akan Datang

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu mengenai teori yang dikaitkan adalah mengenai piutang other income yang bersifat ex-ante (belum terjadi) sedangkan piutang yang di PT XYZ bersifat ex-pose (sudah terjadi),selai itu juga keterbatasan mengenai data piutang other income hanya diperoleh dari bulan april – desember 2016 dan data mengenai standar kredit untuk perusahaan retail lainnya yang sejenis yang dimaksudkan. Sehingga disarankan untuk penelitian piutang other income di PT XYZ selanjutnya agar dikaitkan dengan teori piutang yang bersifat ex-ante, dan untuk data mengenai piutang other income dianjurkan menggunakan data satu periode agar hasil analisa lebih dalam, serta menggunakan data standar kredit perusahaan lainnya yang sejenis untuk dijadikan acuan pembanding untuk kajian agar lebih mendalam.

27 REFERENSI

Damayanti, S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan dan Bahasa. Bandung: PT.

Remaja Rosdakaya.

Faradhilah. (2007). Analisis Keputusan Kredit studi kasus pada PT Sentral Multi Gemilang. Skripsi, Universitas Kristen Petra, Fakultas Ekonomi, Surabaya.

Farah. (2014). Pengendalian Piutang other income pada Perusahaan Manufaktur.

Skripsi, Universitas Veteran, Fakultas Ekonomi, Sukoharjo.

J.Gitman, L. (2015). Principle of Financial Management. United States of America.

Riwayati, S. (2014). Analisis Pengendalian Piutang other income terhadap Resiko Piutang other income Tak Tertagih pada PT XYZ. Skripsi, UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI, Fakultas Ekonomi.

Rizal. (2013). Manajemen Kebijakan Piutang other income PT Sritex. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Fakultas Ekonomi, Surakarta.

Salim, E. (1988). Pembangunan Berwawasan Lingkungan.

Santosa. (2016, Juli). Retrieved September 12, 2016, from dataindustri.com:

http://duniaindustri.com/downloads/data-industri-minimarket-supermarket-hypermarket-di-indonesia/

Stice, J. D. (2009). Intermediate Accounting.

Sukirno. (2002). Analisis Laporan Keuangan PO Sedya Mulya. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi, Semarang.

Wicaksana. (2010). Analisis Piutang other income Tak Tertagih pada profitabilitas perusahaan tbk. Skripsi, Universitas Siliwangi, Fakultas Ekonomi, Tasikmalaya.

28

29 Lampiran 2

Analisa kebijakan piutang other income dengan memperketat standar dengan 5 C terhadap laba

Less Profit from other income = (4,718,123,456.04) Cost of marginal investment in A/R:

1. Turnover of accounts receivable : Under Proposed Plan = =17,14 Under Present Plan = = 13,3 2. Total variable cost of annual sales Under Proposed plan : 667,277,460,213.41 Under Present plan : 674,017,636,579.20 Average Investment in account receivable Under Proposed Plan =

= 38,931,007,013.62 Under present Plan =

= 50,678,017,787.91 Cost Marginal Investment in accounts receivable :

Average Investment under proposed plan :38,931,007,013.62 Average Investment under present plan : 50,678,017,787.91 Marginal investment in accounts receivable (11,747,010,774.3)

Required return on Investment 0,2

Cost of marginal investment in A/R (2,349,414,354.86) Cost Of Bad debt (477,475,800.12) Under proposed plan estimate 10% from fact bad debt) 53,052,866.68

Under present 530,528,666.80

Net Profit (1,891,233,301.06)

30 Lampiran 3

Analisa kebijakan piutang other income dengan memberikan cash discount &

5C pada credit terms terhadap laba

5C pada credit terms terhadap laba

Dokumen terkait