• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PIUTANG HEAD OFFICE PT XYZ : SEBUAH KAJIAN TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIJAKAN PIUTANG HEAD OFFICE PT XYZ : SEBUAH KAJIAN TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PIUTANG HEAD OFFICE PT XYZ : SEBUAH KAJIAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Manajemen

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Oleh :

DOMINICUS ADITYA NOVEN ARNANDA 212013002

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2017

(2)
(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

 

(7)

vi Abstract

The pupose of the research examine the policies receivable in PT Head Office XYZ to include the cost and profitability of the accounts receivable and recommend policies more effective. This study used case study with a qualitative descriptive technique of the studies included in this type of qualitative research, the purpose of this study is to reveal the facts, circumstances, phenomena, variables and circumstances that occurred while running the research and presenting what it is.

The intensive search is a case study with the object of modern store company, PT XYZ. Results of research at PT Head Office XYZ is on credit standards using only indicator character and capacity as the assessment in the evaluation of credit standards, in credit terms do not see the guarantee (collateral) and the condition in implementing the terms of payment, as well as the billing policy no action juridical when it occurs bad debts and only let into the cost. Taking into account the risks and profits using the sensitivity analysis of the income approach, a policy receivable PT XYZ has not been fully effective because it is based on the calculation premises tighten credit policy decision by 5C and cash discount can increase profits.

Keywords : Credit Policy,Credit Standard, Credit Terms, Collection Policies

(8)

vii Saripati

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai kebijakan piutang yang ada di PT XYZ dengan menyertakan biaya dan profitabilitas dari piutang tersebut serta merekomendasikan kebijakan piutang yang lebih efektif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian case study dengan teknik deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif, tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan objek perusahaan toko modern yaitu PT Head Office XYZ. Hasil penelitian pada PT Head Office XYZ adalah pada standar kredit hanya menggunakan indicator character dan capacity sebagai assessment dalam penilaian standar kredit, dalam credit terms tidak melihat mengenai jaminan (collateral) dan condition dalam menerapkan terms of payment, serta dalam kebijakan penagihan belum ada langkah yuridis ketika terjadi piutang tak tertagih dan hanya membiarkan menjadi biaya. Dengan mempertimbangkan risiko dan laba dengan menggunakan analisis senstivitas dengan pendekatan laba maka kebijakan piutang PT XYZ belum sepenuhnya efektif karena berdasarkan hasil perhitungan denga keputusan memperketat kebijakan kredit dengan 5C dan cash discount dapat meningkatkan laba.

Kata Kunci : Kebijakan Kredit, Standar Kedit, Perjanjian Kredit, Penagihan Kredit

(9)

viii

Kata Pengantar

Penlitian bersifat case study pada PT XYZ mnegeni kajian kebijakan piutang pada pendapatan lain-lain disajikan secara deskriptif kualitatif guna memaparkan bagaimana kebijakan yanga terdapat di perusahaan tersebut dan sejauh mana efektivitas dari kebijakan tersebut. Riset terdahulu belum banyak menyajikan kebijakan piutang pada perusahaan dagang khususnya piutang pada pendapatan lain- lain. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, memberikan pengembangan khususnya dalam hal manajemen piutang.

Poin-poin yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi latar belakang penelitian yang disajikan pada bagian pendahuluan, desain penelitian kualitatif deskriptif, literatur mengenai kebijakan kredit dengan 5 C (Character, Capacity, Capital, Colleteral, Condition), dan hasil pembahasan. Kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian ini menjadi dasar untuk riset yang akan datang. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi perusahaan yang diteliti dan bagi pengembangan manajemen piutang pada konteks kebijakan piutang.

Salatiga, Januari 2017

Dominicus Aditya Noven Arnanda

(10)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Sembah Puji dan Syukur kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Berbagai pihak telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih kepada:

1. Ibu Apriani Dorkas Rambu Atahau, SE., M.Com., PhD. selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penelitian ini.

2. Papa, mama, adik dan saudara yang telah senantiasa memberikan dukungan baik moril dan materil.

3. Ibu Yudi Agustin yang telah membantu dalam persyaratan adminstratif serta keperluan administatif lainnya berkaaitan mengenai tugas akhir ini.

4. Sahabat-sahabat saya Gea Stephani, Xiao Fransisca, Hanriska, Bella,Jessica Zhang, Veve, Christa Immanuela, Monica Ratna, Kevin Huang, Iremia Desna, Kezia Ariska, Meme,dan Sari Kunti.

Semga tugas akhir ini dapat bermanfaat dapat berkontribusi untuk penelitian- penelitian berikutnya .

Salatiga, Januari 2017

Dominicus Aditya Noven Arnanda

(11)

x

Daftar Isi

Halaman Judul………..……….……..i

Surat Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Abstract ... v

Saripati ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima kasih... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Grafik ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Persoalan Penelitian ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

KERANGKA TEORITIS ... 3

Piutang ... 3

Kebijakan Kredit ... 4

Efektivitas kebijkan piutang dilihat berdasarkan profitabilitas dan risk ... .8

Bad Debt ... 9

METODE PENELITIAN ... 10

Desain Penelitian ... .10

(12)

xi

Objek Penelitian ... 11

Batasan Masalah ... 11

Sumber Data ... 12

Tipe Data... 12

Teknik Pengumpulan Data... 12

Teknik Analisis data ... 13

Analisis Data Dan Pembahasan ... ……..15

Kebijakanpiutang pada Head office PT XYZ ... 15

Efektivitas Kebijakan piutang pada Head Office PT XYZ ... 21

KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ……….25

Kesimpulan ... 24

Implikasi ... .25

Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 26

REFERENSI ... 27

Lampiran………28

(13)

xii

Daftar Tabel

Tabel 1 Dampak kebijakan memperketat standar kredit terhadap profit……...…...5 Tabel 2 Dampak kebijakan memperpanjang credit period………...5 Tabel 3 Dampak kebijakan cash discount terhadap profit.………..…….6 Tabel 4 Analisis Sensitivitas Skenario 1 dan 2 ... ……….24

(14)

xiii

Daftar Gambar

Gambar 1 Struktur organisasi Head Office PT XYZ……….…...11

(15)

xiv

Daftar Grafik

Grafik 1 Piutang tak tertagih PT

XYZ……….……….…...17

(16)

1

Kebijakan Piutang other income Head Office PT XYZ : Sebuah Kajian

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dengan penduduk sebesar 252 juta jiwa, 50% di antaranya merupakan usia produktif, merupakan pasar yang paling potensial di Asia Tenggara. PDB per kapita Indonesia sebesar US$ 3.500 melampaui negara pesaing di Asean seperti Filipina dan Vietnam. Jumlah rumah tangga di Indonesia dengan anggaran belanja tahunan berkisar US$ 5.000-US$ 15.000 diperkirakan meluas dari 36% pada saat ini menjadi 58% pada 2020. Total pasar industri consumer goods di Indonesia pada 2030 diperkirakan US$ 810 miliar. Hal ini mendorong permintaan konsumen meningkat, dibuktikan dengan belanja konsumen di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun sekitar 11,8% periode 2012-2015. Pada 2015, belanja konsumen untuk makanan diperkirakan Rp 1.930 triliun, sementara produk di luar makanan sebesar Rp 4.369 triliun. Industri ritel modern (modern trade) untuk kategori fast moving consumer goods (FMCG) di Indonesia tumbuh rata-rata 10,8% pada 2015, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di segmen minimarket sebesar 11% dan super/hypermarket sebesar 10,6%. Penjualan toko modern per kapita di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 60 dengan komposisi 56% di minimarket dan 44% di super/hypermarket. Market size (ukuran pasar) industri minimarket di Indonesia sekitar Rp 73 triliun dengan pertumbuhan rata- rata tahunan 13,5% periode 2012-2015 (duniaindustri.com).

Salah satu perusahaan minimarket modern yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia adalah PT XYZ Total gerai pada tahun 2016 telah mencapai lebih dari 10.000 gerai dan akan terus bertambah dan berkembang setiap harinya dan saat ini telah memiliki lebih dari 20 cabang yang tersebar di berbagai kota di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai perusahaan retail yang memiliki toko tersebar di berbagai daerah di Indonesia, hal ini menjadi daya tarik para produsen baik food maupun non food dalam memasarkan produknya di toko-toko milik PT XYZ.

(17)

2

Dalam hal ini PT XYZ menyediakan fasilitas untuk meningkatkan penjualan dari produk yang ditawarkan oleh supplier yaitu dengan penyediaan tempat strategis dan promosi. Namun hal tersebut terdapat biaya yang harus dibayarkan oleh supplier jika ingin mendapatkan fasilitas tersebut dari PT XYZ. Penerimaan dari fasilitas tersebut oleh PT XYZ dicatat sebagai pendapatan other income.

Other income ini dibayarkan oleh supplier melalui dua cara yaitu transfer dan potong utang dagang. Pembayaran dari transfer merupakan supplier langsung melakuan pembayaran via transfer ke finance PT XYZ namun hal ini terjadi risiko jika supplier bersangkutan mengalami keterlambatan pembayaran atau mengganti metode pembayaran dengan cara potong hutang dagang. Untuk potong hutang dagang adalah suatu sistem potong hutang dagang PT XYZ terhadap supplier atas piutang other income yang ditagihkan , sistem pembayaran ini menimbulkan beberapa kemungkinan risiko yaitu terjadi A/P (Account Payable) minus yaitu ketika terjadi banyak return sehingga hutang akan beralih menjadi piutang other income atau A/P tidak cukup ketika Piutang other income lebih besar dari hutang dagang. Dalam hal ini piutang terjadi karena suatu kasus yang tidak diharapkan oleh perusahaan PT XYZ. Maka dibutuhkan suatu kajian terhadap proses penagihan pendapatan other income ini agar pendapatan other income ini dapat tertagih dengan tepat waktu dan meminimalisir kemungkinan pendapatan other income ini menjadi piutang yang berisiko menjadi piutang tak tertagih (bad debt) yang menyebabkan menjadi biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan PT XYZ. Mendorong untuk diperlukan suatu kajian dalam penagihan piutang other income yang terdapat dalam manajemen piutang untuk pengendalian terhadap piutang other income pada PT XYZ sehingga dapat meminimalisir pendapatan tidak terbayar atau bad debt guna memaksimalkan laba yang diperoleh perusahaan.

Pengendalian yang diterapkan dalam sistem pengendalian intern atas manajemen piutang other income ini, adalah suatu alat yang penting dalam menjaga kekayaan perusahaan dari segala bentuk penyimpangan yang mungkin terjadi dalam penjualan, baik tunai maupun kredit dan terhadap piutang other income serta penagihan piutang other incomenya. Namun penelitian mengenai pengendalian piutang sebagian besar mengacu pada Perusahaan manufaktur

(18)

3

diantaranya adalah (Rizal:2013);(Farah:2014); dan (Riwayati: 2014) membahas pada mengenai piutang other income dagang yang berkaian dengan penjualan produk. Sedangkan penelitian mengenai perusahaan dagang masih sedikit khususnya yang membahas mengenai piutang dari pendapatan other income masih belum banyak yang membahasnya . Padahal other income dalam perusahaan retail modern khususnya PT XYZ merupakan pendapatan yang memberikan kontribusi cukup besar dari presentase margin perusahaan. Permasalahannya adalah sebagian besar supplier tidak ingin membayar di awal ketika kuitansi/ invoice diberikan oleh supplier dan terjadilah piutang. Hal ini dibutuhkan sebuah pengendalian piutang yaitu dengan melakukan manajemen piutang yang baik yaitu dengan melakukan kajian terhadap kebijakan piutang yang prinsipnya terdapat pada kebijakan kredit yang meliputi credit standards, credit terms, credit collection policy, dan monitoring accounts receivables. Maka dari itu penelitian ini membahas mengenai kajian kebijakan kredit pada Head Office PT XYZ.

Persoalan Penelitian

1. Bagaimana Kebijakan Piutang Other income pada Head Officxe PT XYZ?

2. Sejauh Mana Efektivitas Kebijakan Piutang other income yang tepat untuk PT XYZ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai kebijakan piutang other income yang ada di PT XYZ dengan menyertakan cost dan profitabilitas dari piutang other income tersebut serta merekomendasikan kebijakan piutang other income yang lebih efektif.

KERANGKA TEORITIS Piutang

(19)

4

Dalam perkembangannya di era modern ini konsumen semakin selektif dalam melakukan keputusan pembelian, dibutuhkan strategi bisnis oleh para penjual agar dapat menarik minat beli dari konsumen tersebut. Sehingga dalam perkembangannya para penjual khususnya menjual kepada end costumer (retailer) memberikan beberapa fasilitas kepada supplier diantaranya adalah promosi, sewa tempat, dan lain-lain agar produk dari supplier tersebut mengalami peningkatan penjualan.Pemberian fasilitas ini memberikan pendapatan yang dinamakan pendapatan other income oleh perusahaan retail tersebut karena supplier harus membayarakan sejumlah biaya untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Perusahaan mengharapkan agar supplier membayarkan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan dan tercatatat sebagai pendapatan. Namun ekspektasi tidak selalu dengan faktanya, permasalahan yang sering muncul adalah keterlambatan pembayaran oleh pihak pembeli jasa (supplier), keterlamtan ini menyebabkan piutang. Pengertian piutang menurut James,et al (2005:372) adalah jumlah uang yang masih belum dibayar ke perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit.

Dalam Piutang other income merupakan piutang dari penghasilan yang diperoleh dari sumber selain kegiatan utama bisnis. Dalam suatu perusahaan khususnya perusahaan retail penerimaan other income memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pendapatan perusahaan.

Kebijakan Kredit (credit policy)

Credit policy merupakan standar dari factor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko atas tertagihnya piutang other income yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan . Credit Policy terdiri dari 4 Variabel, Yaitu :

a. Credit standards

1. Credit standards merupakan standar yang menetapkan kemampuan keuangan minimum dari calon pelanggan agar dapat memperoleh pembelian secara kredit. Penetapan standar kredit memerlukan pengukuran atas kualitas kredit (credit quality), yaitu probabilitas terjadinya penunggakan oleh pelanggan. Penerapan standar kredit ini digterapkan guna meminimalisir terjadinya piutang dan menghindari terjadinya piutang

(20)

5

tak tertagih. Dilihat dari proses munculnya piutang ini karena suatu kasus yang menyebabkan supplier tertunda pembayarannya. Hal ini bisa diminamlisir dengan melakukan sebuah assessment yang diukur untuk batasan supplier membeli jasa dari perusahaan retail ini . Assesment ini diukur dengan jaminan ketika supplier tersebut jika terjadi keterlambatan pembayaran karena suatu kondisi dan akhirnya tidak bisa membayar maka terdapat jaminan dalam membayarkannya. Selain itu juga dilihat dari Character dan capacity yang dilihat sejauh mana supplier tersebut memiliki kemauan dan kemampuan membayar dengan memberlakukan uang muka yang harus dibayar lunas di awal .

Dalam memutuskan kebijakan credit standard terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu memperketat dengan cara memberlakuakan kelima unsur dalam penilaian kredit tersebut atau melonggarkan kredit standar dengan tetap melakukan yang sudah ada atau menghilangkan atau mengurangkan unsur penilaian yang sudah ada. Dalam tabel 1 dibawah ini akan memaparkan mengenai dampak dari memperlonggar standar kredit :

Tabel 1

Dampak kebijakan memperketat standar kredit terhadap profit

Variable Direction Of

change

Effects On Profit

Sales volume Decrease Negatives

Investement in account receivable

Decrease Positives

Bad debt Expenses Decrease Positives

Sumber : Gitman (2015)

b. Credit terms

Credit terms adalah kondisi yang disyaratkan dalam pembayaran kembali piutang other income dari para pelanggan.

(21)

6 Kondisi tersebut meliputi :

1. Credit period, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pelanggan . Dalam hal kebijakan mengenai jangka waktu pembayaran yang diberikan kepada pelanggan akan mempengaruhi laba yang dihasilkan.

Alternatif keputusan perusahaan adalah memperpanjang kebijakan pembayaran atau memperpendek kebijakan pembayaran. Berikut ini tabel mengenai kemungkinan terhadap perusahaan dari kebijakan memperpanjang dari credit period :

Tabel 2

Dampak kebijakan memperpanjang credit period Variable Direction Of Change Effect on Profit

Sales Volume Increase Positive

Investment in accounts receivable

Increase Negative

Sumber : Gitman (2015)

2. Cash discount, yaitu pengurangan nominal yang diberikan untuk mendorong pelanggan agar membayar lebih cepat . Ketika perusahaan melakukan kebijakan cash discount pada credit terms maka akan mempengaruhi laba yang akan ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

Dampak kebijakan cash discount terhadap profit Variable Direction Of Change Effect on Profit

Sales Volume Increase Positive

Investment in accounts receivable due to nondiscount takers

Decrease Positive

(22)

7 paying earlier

Investment in accounts receivable due to new customers

Increase Negative

Bad debt expenses Decrease Positive

Profit Derease Negative

Sumber : Gitman (2015)

c. Credit collection policy

Credit collection policy adalah prosedur yang harus dijalankan untuk memperoleh pembayaran atas piutang other income atau kredit yang telah jatuh tempo. Perusahaan mengharapkan pendapatannya tertagih dengan tepat waktu, sehingga diperlukan teknik penagihan dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Melalui surat

Bilamana waktu pembayaran hutang dari langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan dapat mengirimkan surat dengan nada “mengingatkan”

(menegur) langganan tersebut bahwa hutangnya sudah jatuh tempo.

Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan, maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras.

2. Melalui telepon

Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata hutang-hutang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya pelanggan mempunyai alasan yang dapat diterima maka

(23)

8

mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai suatu jangka waktu tertentu.

3. Kunjungan Personal

Teknik penagihan piutang other income dengan jalan melakukan kunjungan personal atau pribadi ke tempat langganan sering kali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha penagihan piutang other income.

4. Tindakan Yuridis

Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar hutang- hutangnya makan perusahaan dapat menggunakan tindakan- tindakan hukum dengan mengajikan gugatan perdata melalui pengadilan.

Pemantauan Piutang other income (Monitoring Accounts Receivable)

Pemantauan atau monitoring adalah tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai penilai efektivitas dalam system pengendalian intern. Pemantauan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pemantauan berkelanjutan (on going monitoring), evaluasi yang terpisah (separate evaluation), dan tindak lanjut atas temuan audit. Pemantauan ini dapat dilakukan setiap saat, dapat menggunakan sarana laporan pekerjaan harian (daily activity), mingguan atau laporan bulanan. Pemantauan meliputi berbagai aspek kegiatan pekerjaan sesuai kebijakan dan prosedur yang ada. Sedangkan evaluasi terpisah adalah penilaian secara periodic atas kinerja organisasi dengan standar pengukuran yang sudah disepakati sebelumnya. Peranan pemantauan atau monitoring pengendalian internal memiliki peran yang sangat penting dalam seluruh komponen pengendalian internal.

(24)

9

Efektivitas Kebijakan Piutang other income dilihat berdasarkan profitabilitas dan risk

Dalam menentukan kebijaksanaan kredit ini perlu membandingkan risiko dan profitabilitas. Apabila perusahaan menurunkan standar kredit maka penjualan akan meningkat , yang berarti peningkatan piutang other income dan menimbulkan profitabilitas meningkat. Tetapi dengan peningkatan kredit ini menyebabkan perusahaan harus menanggung beban investasi pada piutang other income yang semakin besar, ditambah dengan kemungkinan peningkatan piutang other income yang tidak tertagih (bad debt). Selain itu risiko yang muncul dari piutang other income adalah opportunity cost . Opportunity cost adalah biaya yang timbul akibat memilih sebuah peluang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Opportunity cost pada piutang other income ini secara sederhana ditunjukkan dari keuntungan perusahaan yang diperoleh dengan melakukan investasi lain seaindainya perusahaan tidak perlu memiliki piutang other income sebesar itu .

Bad debt

Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik pembeli, sehingga volume penjualan meningkat dan menaikkan pendapatan perusahaan. Dipihak lain penjualan secara kredit sering kali mendatangkan kerugian yaitu apabila debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Bila suatu barang atau jasa dijual secara kredit, biasanya sebagian dari piutang other income langganan tidak dapat ditagih. Hal ini sudah merupakan gejala umum dan resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan penjualan kredit. Biaya operasi yang timbul dari tak tertagihnya piutang other income tersebut disebut kerugian dari piutang other income tak tertagih. Piutang other income Tak Tertagih timbul karena adanya resiko piutang other income yang tidak dapat terbayar oleh debitur perusahaan karena berbagai alasan, misalnya pailit/bangkrut, force major, karakteristik

(25)

10

pelanggan. Semakin banyak piutang other income usaha yang diberikan maka semakin banyak pula jumlah piutang other income yang tak terbayar.

Menurut (Sukirno, 2002) Jika perusahaan tidak mampu menagih piutang other income dari pelanggan sehingga menciptakan beban, maka disebut dengan beban piutang other income tak tertagih Menurut Kieso (2007:350) yang diterjemahkan oleh Emil salim piutang other income tak tertagih adalah sebagai berikut :

“Kerugian pendapatan, yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang other income usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba”.

Sedangkan menurut James D. Stice (2009:417) yang diterjemahkan oleh Syam Setya piutang other income tak tertagih adalah sebagai berikut :

“Piutang other income yang nyata-nyata tidak dapat ditagih karena penjualan secara kredit, yang merupakan kerugian bagi kreditur”

Peningkatan dari piutang other income tak tertagih berhubungan dengan kelonggaran dari kebijakan piutang other income yang ditetapkan dan berpengaruh negative terhadap laba yang didapat perusahaan. Sebaliknya jika standar kredit diperketat maka bad debt akan menurun dan profit akan meningkat.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif, tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya (Damayanti: 2009). Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian

(26)

11

deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur. Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan dalam penelitian ini dibatasi untuk menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya.

Objek Penelitian

Objek penelitian pada Head Office PT XYZ. Head Office PT XYZ meliputi Corporate Internal Audit, Information Technology, Finance & Accounting, HRD,Policy & System , Operasional meliputi Merchandising ,Marketing, Project , dan Operation. Kedua lokasi ini saling berhubungan khusunya untuk permasalahan piutang other income adalah bagian MDS bagian yang berhubungan langsung dengan supplier dan bernegoisasi mengenai perjanjian dalam piutang other income , serta Internal Audit yang melakukan monitoring piutang other income , dan Finance yang melakukan eksekusi piutang other income berdasarkan memo dari MDS. Maka dari itu ketiga depertemen tersebut berkaitan dengan topik penelitian ini yaitu mengenai kebijakan piutang other income. Peranan Head Office sendiri adalah sebagai Controlling bagi semua cabang PT XYZ di seluruh Indonesia, Konsolidasi, serta pembuatan kebijakan. Dalam hal ini kebijakan mengenai supplier untuk bisa memasuki produknya di toko-toko PT XYZ diatur oleh Head Office melalui departemen Merchandising. Kebijakan yang diatur adalah mengenai syarat administrative dimana supplier harus menyanggupi beberapa pembayaran yang meliputi

(27)

12

Gambar 1

Struktur Organisasi Head Office PT XYZ (Sumber : Internal Perusahaan) Batasan masalah

Penelitian ini akan membahas mengenai piutang other income yang meliputi piutang other income; piutang rebate & incentive; Piutang Joint promo ,dan distributor fee.

Sumber data

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu berupa proses standar kredit dan kebijakan penagihan serta data sekunder berupa daftar piutang other income melalui memo intern dan neraca (balance sheet).

Tipe data

Dalam penelitian ini menggunakan data bersifat kualitatif untuk menerangkan gambaran mengenai kebijakan piutang other income khususnya dalam standar penilaian kredit serta kebijakan penagihan piutang other income serta data kuantitatif yang bersifat angka dalam mengetahui profit dan biaya yang terkandung dalam piutang other income .

Teknik pengumpulan data

(28)

13

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan narasumber Bapak Hendra sebagai Manager Corporate Internal Audit, Ibu Luisa sebagai assistant manager audit finance HO, Ibu Ivana sebagai assistant manager Keuangan dan Bapak Stevanus Andre sebagai Manager merchandising PT PT XYZ serta didukung dengan data-data laporan keuangan serta memo intern.

Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menganaisis data dengan cara menentukan, mengumpulkan, mengklarifikasi, menganalisis serta menginterprestasi sehingga menghasilkan gambaran yang jelas mengenai manajemen piutang other income yang meliputi kebijakan piutang other income, monitoring piutang other income , serta biaya dan risiko yang muncul dari kebijakan piutang other income tersebut.

Untuk kebijakan piutang other income dijelaskan dengan metode kualitatif deskriptif dengan metode yang digunakan perusahaan untuk mengukur kualitas kredit yaitu Five Cs of Credit (5Cs), yang terdiri dari

Berkaitan mengenai efektifitas kebijakan piutang other income yang berkaitan dengan biaya dan manfaat akan dilakukan analisis secara kuantitatif dengan analisis sensitivitas yang dibuat simulasi untuk mengetahui sejauh mana kebijakan piutang other income yang lebih efektif bagi PT PT XYZ. Analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis pendekatan laba . Dalam menggunakan pendekatan laba terdapat beberapa perhitungan yaitu perhitugan kemungkinan terjadi penurunan laba , biaya investasi dalam perhitungan , dan bad debt.

Dalam perhitungan pendekatan laba akan dilakukan 2 skenario yaitu dengan memperketat kebijakan kredit dengan menggunakan indikator 5C dan kombinasi memperketat 5C dengan cash discount. Berikut perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan 2 skenario :

Dalam 2 skenario tersebut memiliki dasar perhitungan yang sama yaitu menghitung penurunan atau peningkatan laba , biaya investasi dalam piutang other

(29)

14

income serta biaya piutang other income tak tertagih. Langkah pertama yang perlu diperhitungkan adalah menghitung kemungkinan terjadi penurunan profit, untuk scenario pertama disebabkan sebagai akibat dari mempererat kebijakan kredit.

Perhitungan diperoleh dari profit selama tahun 2016 dikurangi dengan 1% dari total profit. 1% adalah perkiraan dari kemungkinan penurunan profit sebagai akibat dari mempererat dari kebijakan kredit. Kemudian skenario kedua diperoleh dari profit selama satu tahun dikurangi dengan biaya discount (2% dari penjualan).

Kemudian langkah kedua adalah menghitung biaya investasi dalam piutang other income. Biaya investasi dalam piutang other income diperoleh dari total biaya variable dari penjualan tahunan dibagi dengan perputaran piutang other income . Perputaran piutang other income diperoleh dari 360 ( jumlah hari dalam setahun) dibagi dengan rata-rata pengumpulan piutang other income. Perputaran piutang other income dalam skenario 1 terdapat 2 perhitungan yaitu dengan usulan yang memiliki makna perhitungan rata-rata perputaran piutang other income yang direncanakan dengan rata-rata pengumpulan piutang other income 2 minggu hari kerja atau 21 hari kalender (angka ini diperoleh dengan asumsi ang direncanakan adalah sesuai dengan terms of payment dari PT XYZ yaitu 14 hari kerja atau 21 hari kalender). sedangkan sekarang yang memiliki makna kondisi perputaran piutang other income PT XYZ dengan kondisi rata-rata pengumpulan saat ini pada perusahaan PT XYZ adalah 27 hari kalender. Selanjutnya menghitung biaya variable dengan menggunakan skema dengan usulan dan kondisi saat ini . Kondisi dengan usulan memperhitugkan biaya variable sama dengan pendapatan dikurangkan dengan biaya kerugian dari penurunan laba akibat dari memperketat kebijakan kredit ( 1% dikalikan dengan pendapatan) . Setelah biaya variable diperoleh kemudian menghitung biaya investasi pada piutang other income dengan cara rata-rata usulan perputaran piutang other income dengan rata-rata perputaran piutang other income pada kondisi sekarang kemudian dikalikan dengan required investment (Total Penjualan – Investasi ) / Investasi). Perbdedaan dengan scenario 2 adalah pada rata-rata pengumpulan piutang other income yaitu pada scenario 2 adalah pada usulan lebih cepat yaitu 14 hari kalender karena dengan cash discount

(30)

15

maka lebih terpancing untuk melakukan pembayaran lebih awal sehingga menyebabkan rata-rata pengumpulan piutang other income lebih cepat.

Langkah ketiga adalah menghitung biaya bad debt, perusahaan PT XYZ kondisi saat ini dan kondisi yang akan kita usulkan yaitu diperoleh dari kondisi bad debt dalam riwayat yang paling rendah karena dengan pertimbangan pada tahun 2013 merupakan pencapaian bad debt paling rendah dan pada tahun tersebut kebijakan kredit lebih ketat daripada tahun yang lain. Kemudian seteleh ketiga langkah tersebut diperoleh maka langkah yang terakhir adalah menghitung profit yang diperoleh dari penurunan laba dikurangi dengan biaya investasi dalam piutang other income serta dikurangi dengan biaya piutang other income tak tertagih.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Piutang other income di Head Office PT XYZ

Pendapatan non dagang di Head Office PT XYZ adalah penerimaan dari aktivitas non dagang berdasarkan atas kesepakatan antara pihak PT XYZ yaitu MDS dengan supplier .Pendapatan non dagang meliputi pendapatan sewa posisi strategis , pendapatan joint promo, pendapatan distribution fee, pendapatan insentif, dan pendapatan rabate. Posisi atau tempat suatu produk yang berada di gondola di sebuah toko merupakan bagian penting dari peningkatan penjualan suatu produk dikarenakan posisinya yang mudah dijangkau dan terlihat secara kasat mata oleh custiomer sehingga kemungkinan customer untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk itu lebih tinggi.. Untuk mendapatkan fasilitas itu supplier yang menaarkan produknya di toko-toko di bawah naungan PT XYZ maka harus membayarkan biaya sewa posisi strategis untuk mendapatkan posisi tertentu yang strategis. Sehingga dalam hal ini PT XYZ mencatat biaya itu sebagai pendapatan sewa posisi strategis. Pendapatan sewa posisi strategis yang merupakan pendapatan timbul karena adanya penyewaan posisi strategis yang ada di toko oleh supplier.

(31)

16

Selain posisi strategis juga ditunjang dengan promosi dalam hal ini PT XYZ juga melakukan program kerja sama kepada para supplier untuk melakukan promosi sehingga dapat meningkatkan penjualan . Untuk itu suppplier wajib turut andil dalam membayar biaya joint promo kepada PT XYZ . Biaya ini dicatat oleh PT XYZ sebagai pendapatan joint promo. Pendapatan Joint promo merupakan pendapatan yang timbul karena adanya kerjasama promosi PT XYZ dengan supplier, dimana supplier ikut serta menanggung sejumlah dana promosi yang dikeluarkan. Periode promosi biasanya lebih dari 1 bulan. Selain itu untuk memasok produk dari distribution center ke toko-toko , supplier wajib membayar biaya pengiriman. Dan biaya ini dicatat sebagai pendapatan distribution fee, pendapatan ini merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebagai kompensasi atas pendistribusian barang dagangan dari DC ( Distribution Center) ke toko-toko (sesuai perjanjian antara PT XYZ dengan supplier).

Jika perusahaan PT XYZ mampu melakukan penjualan dalam level tertentu maka perusahaan akan mendapatkan bonus dari supplier terkait. Bonus tersebut meliputi pendapatan insentif, pendapatan rabate, dan penadapat rabate conditional . Pendapatan Insentif merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai insentif. Besar presentasenya tergantung kesepakatan supplier dengan MD. Di Head Office (HO) pendapatan Insentif / Bonus diamortisasi sampai dengan akhir tahun. Pendapatan Rabate merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai rabate. Besar %-nya tergantung kesepakatan supplier dengan MD (sama dengan Insentif/Bonus, hanya berbeda pada perpajakannya). Pendapatan Rabate Conditional merupakan piutang other income yang timbul kepada supplier sebesar sekian % dari pembelian barang dalam setahun yang diperhitungkan sebagai rabate conditional kondisi khusus.

Besar %-nya tergantung kesepakatan supplier dengan MD (sama dengan Insentif / Bonus, hanya berbeda pada perpajakannya). Pendapatan Rafaksi merupakan pendapatan yang timbul kepada supplier sebagai kompensasi atas stock yang

(32)

17

1 2 3 4

Tahun 2013 2014 2015 2016

Jumlah 191.61 7.43 189.00 530.53

0 500 1000 1500 2000 2500

dalam jutaan

Pendapatan tersebut akan tercatat di PT XYZ ketika supplier telah meakukan transfer atau melakukan potong tagihan utang dagang . Namun yang menjadi permasalahan adalah ketika supplier melakukan pembayaran dengan sistem transfer namun sampai batas waktu yang telah disepakati, supplier belum membayarnya. Hal ini akan dicatat sebagai piutang other income oleh PT XYZ, dan jika melebihi 30 hari sejak di berikan kuitansi oleh finance PT XYZ kepada supplier maka hal ini akan menjadi piutang other income outstanding dan finance akan mendorong MD untuk melakukan penagihan kepada supplier terkait . Dan metode kedua yaitu dengan melakukan potong utang dagang adalah yang aman dari risiko outstanding namun yang menjadi permasalahan adalah ketika kasus banyaknya terjadi retur barang dari PT XYZ kepada produk dari supplier terkait maka menyebabkan utang dagang berkurang sehingga menyebabkan A/P minus atau A/P tidak cukup . Hal ini menjadi piutang yang ada belum terbayarkan karena tidak bisa potong utang dagang. Untuk melunasi pembayarannya terdapat dua kemungkinan dimana pihak PT XYZ akan order produk tersebut dengan kuantitas yang sama atau mendorong supplier untuk melakukan pembayaran melalui transfer . Dengan semakin lama belum terbayarkan dan menjadi piutang other income outstanding ini menyebakan biayanya akan piutang other income yang meliputi opportunity cost dan biaya penagihan serta risiko kemungkinan tidak tertagih juga lebih tinggi.

Biaya tak tertagih atau bad debt menjadi risiko yang harus diperhatikan dalam penjualan secara kredit. Berikut biaya piutang other income teak tertagih yang dialami oleh PT XYZ dari tahun 2013 hingga tahun 2016

(33)

18 Grafik 1

Piutang other income Tak Tertagih PT XYZ periode 2013-2016 (Sumber : Data sekunder perusahaan PT XYZ)

Dari tabel diatas pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan, dan merupakan jumlah piutang other income tak tertagih tertinggi selama periode tahun 2013-2016. Piutang other income tak tertagih yang tinggi merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan. Semakin besar piutang other income tak tertagih maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan. Maka dari itu perusahaan harus mengkaji kebijakan piutang other income dengan tujuan memaksimalkan laba yang diperoleh dengan melakukan efektivitas pada kebijakan piutang other income. Efektivitas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh badan usaha atau perorangan untuk mencapai hasil yang maksimal. Kebijakan piutang other income tidak lepas dari Kebijakan kredit meliputi : credit standard, credit terms, credit policy dan monitoring credit.

a. Credit standard

Credit Standads merupakan standar yang menetapkan kemampuan keuangan minimum dari calon pelanggan. Dalam melakukan assesment terhadap supplier dilakukan oleh MD . Dalam hal ini lebh diterapkan pada produk baru yang akan masuk dimana produk yang ingin dipasarkan di toko-toko PT XYZ harus melengkapi beberapa persyaratan administrative yaitu

a. Sample produk, dimana suplier harus mampu menyediakan minimal 1000 pcs sample untuk didistribusikan ke 1000 customer PT XYZ secara random.

b. Price list merupakan daftar harga mengenai produk.

c. Dimensi dan barcode pcs merupakan ukuran produk beserta barcode dari produk tersebut .

d. Dimensi produk untuk e-commerce, adalah gambar produk yang memiliki kualitas gambar tinggi.

e. TVC, merupakan iklan yang ditampilkan di TV di toko-toko PT XYZ.

(34)

19

f. Listing fee merupakan biaya untuk masuknya produk baru dari supplier yang dipasarkan di toko PT XYZ .

g. Kesepakatan Produk Baru merupakan hasil kesepakatan supplier dengan MDS, diantaranya kesanggupan atas:

a. biaya promosi merupakan biaya untuk keperluan kegiatan promosi selama periode tertentu .

b. Discount fee DC merupakan protongan dari harga HPP dari produk baru yang akan dipasarkan untuk biaya pengiriman dari DC ke toko- toko PT XYZ.

c. Discount produk baru merupakan potongan dari harga HPP dari produk baru yang akan dipasarkan.

d. Kesanggupan mengenai poin a-f serta pembayaran atas biaya-biaya tersebut yang dibayarkan langsung secara tunai sebelum produk tersebut di distribusikan ke DC PT XYZ .

Setelah persayaratan terpenuhi maka akan dievaluasi selama 6 bulan mengenai existing dari produk tersebut . Penilaian produk berdasarkan sales per day dimana batas minimal sales per day adalah 0,17 yang diperoleh dari perhitungan target rupiah/ harga jual / jumlah toko / 30 hari. Jika produk tersebut selama masa evaluasi memiliki memenuhi standar tersebut maka produk tersebut akan tetap dilanjutkan penjualannya di PT XYZ namun jika sebaliknya jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka produk tersebut akan di discontinue. Di- discontinue artinya adalah produk tersebut akan ditarik peredarannya dari toko- toko PT XYZ dan di kumpulkan di DC kemudian dari DC akan dikembalikan ke supplier degan catatan supplier telah memenuhi kewajiban pembayaran kepada PT XYZ.

Dalam penilaian diatas PT XYZ sudah menetapkan penilaian berdasarkan character yang melihat berdasarkan kemauan supplier untuk memenuhi kewajibannya yang dilihat dari persyaratan yang diajukan di atas, capacity berdasarkan kemampuan supplier membayar dari kewajiban yang dinilai

(35)

20

berdasarkan kemampuan supplier memenuhi kewajiban pembayaran administrative untuk produk yang akan dijual di PT XYZ

b. Credit terms

Dalam persyaratan pembayaran untuk produk baru dibayarkan di awal saat terjadi kesepakatan perjanjian credit terms antara MD dengan supplier. Namun untuk produk yang sudah existing di PT XYZ sudah terdapat ketentuan dimana pembayaran untuk promosi adalah maksimal 2 minggu setelah kuitansi diberikan oleh finance kepada supplier.

c. Credit Policy

Dalam melakukan penagihan kepada supplier MD memberikan penawaran kepada supplier yaitu tetap melalui transfer atau melalui potong tagihan utang dagang ( bisa dilakukan jika memiliki utang dagang cukup dengan jumlah piutang other income dagang di PT XYZ). Jika supplier tetap ingin melakukan pembayaran melalui transfer maka supplier harus melakukan pembayaran maksimal 2 minggu setelah diberikan kuitansi oleh finance. Dan jika 2 minggu belum terbayarkan maka finance akan melakukan penagihan kepada supplier, dan jika lebih dari 1 bulan dari saat diberikan kuitansi supplier belum juga membayarkan maka finance meminta MD untuk mem follow up kepada supplier untuk menyelesaikan pembayaran, baik melalui transfer atau melalui potong tagihan utang dagang. MD akan menginfokan kepada supplier melalui email kepada supplier untuk mendorong supplier agar melakukan kewajiban pembayaran kepada PT XYZ. Dalam hal ini supplier diberi hak untuk melalukan penggantian metode pembayaran dari transfer ke potong tagihan utang dagang jika memiliki utang dagang cukup untuk dipotong sesuai jumlah piutang other income terhadap PT XYZ. Namun jika supplier tetap ingin melakukan transfer maka diberi tenggang waktu berdasarkan hasil kesepakatan baru antara supplier dan MD. Dan jika pada saat jatuh tempo atas kesepakatan tersebut supplier belum membayar maka MD akan menelpon terkait untuk mendorong melakukan pembayaran jika dalam hari yang telah disepakatai belum membayar maka MD akan mengadakan

(36)

21

pertemuan dengan pihak marketing atau perwakilan dari perusahaan atas supplier tersebut.

d.Monitoring

Dalam hal monitoring menggunakan aging yang bertujuan untuk mengetahui umur piutang other income guna finance melakukan penagihan kepada supplier. Aging yang dibuat meliputi current untuk piutang other income yang baru terjadi , overdue sampai 1 bulan untuk piutang other income yang belum terbayarkan hingga satu bulan , dan over 1 lebih dari 1 bulan untuk piutang other income yang belum terbayarkan lebih dari 1 bulan .

Ketika piutang other income belum terbayarkan lebih dari 1 bulan setelah kuitansi diberikan kepada supplier maka finance akan mengeluarkan memo intern, yang berisikan meliputi 2 hal , yaitu posisi piutang other income ke supplier pada saat bulan tersebut yang berisikan aging piutang other income, perbandingan overdue piutang other income dalam 3 bulan terkahir, 15 pareto terbesar dengan sistem pembayarn transfer, 15 pareto Overdue terbesar dengan pembayaran system potong A/P ,dan bagian kedua adalah mengenai posisi piutang other income yang belum bisa ditagih ke supplier karena belum ada memo penagihan dari MD kepada supplier .

Efektivitas kebijakan piutang other income pada Head Office PT XYZ

Melihat indikator dari biaya piutang other income tak tertagih pada tahun 2016 memiliki jumlah yang laing tinggi maka hal ini perlu dikaji mengenai kebijakanan piutng di PT XYZ. Yang awal dilihat adalah dari kebijakan kredit meliputi credit standar, credit terms,dan credit policy . Credit standar akan dilihat berdasarkan 5 C yaitu character ,capacity, capital,colleteral, dan condition .Untuk credit terms dilihat dengan menggunakan terms of payment dan rata-rata pengumpulan piutang other income. Sedangkan untuk credit policy dilihat dari bagaimana cara penagihannya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faradhillah (2007) untuk memperkecil piutang other income tak tertagih adalah dengan melakukan 5 C (Character, Capacity,Capital,Colleteral, dan Condition) dalam standar kredit

(37)

22

sedangkan menurut Wicaksana (2010) memperkecil piutang other income tak tertagih adalah dengan melakukan cash discount untuk memperpendek days sales outstanding. Dalam analisis kualitatif yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai kebijakan piutang other income di perusahaan PT XYZ masih belum menerapkan lima C dalam standar kreditnya serta tidak menerapkan cash discount dalam credit terms. Maka disarankan agar PT XYZ memperketat kebijakan piutang other income dengan melakukan lima C dalam standar kredit serta memberikan cash discount dalam credit terms agar memacu supplier agar lebih tepat waktu dalam melakukan pembayaran atas piutang other income kepada perusahaan PT XYZ.

Namun sebelum dilakukan perubahan kebijakan piutang other income dilakukan terlebih dahulu analisis sensitivitas dengan tujuan untuk sejauh mana efektivitas kebijakan piutang other income yang baru dengan membandingkan profit yang dihasilkan antara kebijakan piutang other income lama dengan kebijakan piutang other income yang baru.

Berikut ini analisis sensitivitas dengan 3 skenario perhitungan meliputi jika perusahaan PT XYZ memperketat credit standar dengan indikator 5 C ( Character, Capacity,Capital,Coleteral, dan Condition), jika perusahaan menggunakan cash discount dalam credit terms dalam kebijakan piutang other income, dan jika PT XYZ menggunakan kombinasi 5C dan cash discount dalam kebijakan piutang other income.

Dalam credit standar dalam PT XYZ dilihat dari 5 C sudah melaksanakan 2 indikator dalam penilaian kelayakan kredit, yaitu character dan capacity yang melihat dari kesanggupan dan kemauan atas pemenuhan persyaratan administratif . Dalam PT XYZ menjadikan utang dagang sebagai jaminan dalam piutang other income namun permasalahannya ketika terjadi retur barang tersebut dan supplier mengalami bangkrut menyebabkan terjadi A/P minus sehingga A/P minus ini akan menjadi tagihan piutang other income. Sehingga piutang other income akan meningkat dan ketika piutang other income tersebut tidak terbayarkan maka akan menjadi piutang other income tak tertagih dan menjadi biaya dalam perusahaan.

(38)

23

Sehingga perlu agar PT XYZ menambahkan persyaratan jaminan lain atas piutang other income baik selain utang dagang.

Dalam terms of payment PT XYZ adalah14 hari kerja atau 21 hari kalender namun dalam kenyataannya dalam rata-rata pengumpulan piutang other income adalah 27 hari kalender . Dalam hal ini terjadi perlambatan pengumpulan piutang other income disebabkan terjadi beberapa supplier yang terlambat untuk membayar dan berikut presentase overdue dalam pembayaran piutang other income oleh supplier .

Dalam credit terms di PT XYZ tidak menerapkan cash discount sehingga tidak ada pacuan untuk suppplier membayar lebih disiplin. Pemberlakuan kebijakan discount and charge ini akan memacu supplier untuk membayar tagihan dengan tepat waktu. Dan yang perlu ditambahkan adalah bagaimana mengatur mengenai jaminan atas piutang tersebut dengan utang dagang PT XYZ terhadap supplier terkait serta di tambahkan klausa mengani peraturan untuk potong utang dagang secara otomatis ketika supplier tersebut tidak membayarkan sesuai dengan terms of payment (berlaku untuk metode transfer).Namun pemberlakuan ini dikecualikan untuk suppllier tertentu yang memiliki power terhadap perusahaan PT XYZ, umumnya supplier khusus ini memiliki banyak variant produk dan telah memiliki brand awareness di masyarakat.

Kebijakan penagihan di PT XYZ untuk teknik penagihan sudah seperti pada umumnya yaitu mulai dari surat maupun surat elektronik , telepon, dan pesonal. Namun tidak adanya langkah yuridis atau secara hukum ketika tiga langkah tersebut tidak berhasil. Dan ketika melalui surat, telpon maupun personal tidak mencapai sebuah hasil maka hanya dijadikan beban dan menjadi berita acara.

Pada tahap monitoring perlu dilakukan pengkajian mengenai utang dagang karena utang dagang bisa digunakan sebagai jaminan ketika supplier tidak bisa mebayarkan kewajiban kepada PT XYZ sehingga nantinya ketika hal itu terjadi akan dilakukan dalam proses netting yang sudah disepakatai dalam credit terms di awal.

(39)

24

Berdasarkan hasil pemaparan diatas terdapat beberapa hal yang PT XYZ harus mengkaji mengenai kebijakan piutang other income . Berikut ini adalah analisis sensitivitas dengan pendekatan laba dengan 2 skenario yaitu dengan memperketat kebijakan piutang other income dan kombinasi antara memperketat kebijakan piutang other income dan cash discount.

Tabel 4

Analisis Sensitivitas skenario 1 dan 2

Skenario 1 Skenario 2

Penurunan laba (4.718.123.456,04) (4.765.304.690,60) Biaya investasi dalam

piutang other income (2.349.414.354,86)

(4,801.594.292,35) Biaya piutang other income

tak tertagih

(477.475.800,12)

(525.223.380,13) Laba bersih

(1.891.233.301,06) 561.512.981,88 Sumber : Data diolah, 2016

Dalam tabel diatas memaparkan bahwa ketika memperkuat kebijakan kredit dengan 5 C yang terjadi adalah penurunan laba sebagai akibat memperketat kebijakan kredit, namun pada biaya investasi dalam piutang other income terjadi penurunan sebesar Rp 2.349.414.354,86 disebabkan oleh percepatan rata-rata penagihan piutang other income yang menyebabkan meningkatnya perputaran piutang other income dan biaya piutang other income tak tertagih juga mengalami penurunan sebesar Rp 523.094.222,80 disebabkan oleh supplier membayar tepat waktu dan dengan filterasi dengan assesment 5 C membuat risiko akan piutang other income tak tertagih semakin rendah. Namun pada perhitungan laba bersih terjadi penurunan laba sebesar Rp 1.891.233.301,06 Dalam kebijakan dengan mengkombinasikan antara 5C dengan cash discount yang terjadi adalah penurunan laba sebesar 4,765,304,690.60 hal ini diakibatkan dari biaya diskon.

Kemudian dalam biaya investasi dalam piutang other income mengalami penurunan sebesar 4,801,594,292.35 hal ini disebabkan oleh percepatan rata-rata pengumpulan piutang other income yang diakibatkan oleh cash discount yang dapat memacu supplier untuk melakukan pembayaran dengan tepat waktu. Serta

(40)

25

biaya piutang other income tak tertagih juga mengalami penurunan sebesar Rp 525.223.380,13 disebabkan oleh supplier membayar tepat waktu dan dengan filterasi dengan assesment 5 C membuat risiko akan piutang other income tak tertagih semakin rendah. Namun pada perhitungan laba bersih terjadi peningkatan laba sebesar Rp 561.512.981,88.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN PENELITIAN dan SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian diatas PT XYZ dalam standar kredit hanya menggunakan indicator character dan capacity sebagai assessment dalam penilaian standar kredit, dalam credit terms tidak melihat mengenai jaminan (collateral) dan condition dalam menerapkan terms of payment, serta dalam kebijakan penagihan belum ada langkah yuridis ketika terjadi piutang other income tak tertagih dan hanya membiarkan menjadi biaya. Mempertimbangkan risiko dan laba menggunakan analisis senstivitas dengan pendekatan laba maka kebijakan piutang other income PT XYZ belum sepenuhnya efektif karena berdasarkan hasil perhitungan dengan keputusan memperketat kebijakan kredit dengan 5C dan cash discount dapat meningkatkan laba.

Implikasi

PT XYZ disarankan perlu melakukan pengkajian terhadap kebijakan piutang other income yaitu dengan melakukan pemberian cash discount terhadap supplier guna memacu agar membayar lebih tepat waktu agar meminimalisir risiko piutang other income tak tertagih selain itu juga perusahaan PT XYZ agar lebih mengkaji terhadap credit standar yang digunakan dalam kebijakan piutang other income menambahkan collateral (jaminan) dalam assessment credit yaitu uang dagang yang ada di PT XYZ disertai dengan cash discount untuk memacu untuk

(41)

26

mempercepat receivable turn over piutang other income , meminimalisir risiko bad debt serta dapat meningkatkan laba perusahaan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian yang Akan Datang

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu mengenai teori yang dikaitkan adalah mengenai piutang other income yang bersifat ex-ante (belum terjadi) sedangkan piutang yang di PT XYZ bersifat ex-pose (sudah terjadi),selai itu juga keterbatasan mengenai data piutang other income hanya diperoleh dari bulan april – desember 2016 dan data mengenai standar kredit untuk perusahaan retail lainnya yang sejenis yang dimaksudkan. Sehingga disarankan untuk penelitian piutang other income di PT XYZ selanjutnya agar dikaitkan dengan teori piutang yang bersifat ex-ante, dan untuk data mengenai piutang other income dianjurkan menggunakan data satu periode agar hasil analisa lebih dalam, serta menggunakan data standar kredit perusahaan lainnya yang sejenis untuk dijadikan acuan pembanding untuk kajian agar lebih mendalam.

(42)

27 REFERENSI

Damayanti, S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan dan Bahasa. Bandung: PT.

Remaja Rosdakaya.

Faradhilah. (2007). Analisis Keputusan Kredit studi kasus pada PT Sentral Multi Gemilang. Skripsi, Universitas Kristen Petra, Fakultas Ekonomi, Surabaya.

Farah. (2014). Pengendalian Piutang other income pada Perusahaan Manufaktur.

Skripsi, Universitas Veteran, Fakultas Ekonomi, Sukoharjo.

J.Gitman, L. (2015). Principle of Financial Management. United States of America.

Riwayati, S. (2014). Analisis Pengendalian Piutang other income terhadap Resiko Piutang other income Tak Tertagih pada PT XYZ. Skripsi, UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI, Fakultas Ekonomi.

Rizal. (2013). Manajemen Kebijakan Piutang other income PT Sritex. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Fakultas Ekonomi, Surakarta.

Salim, E. (1988). Pembangunan Berwawasan Lingkungan.

Santosa. (2016, Juli). Retrieved September 12, 2016, from dataindustri.com:

http://duniaindustri.com/downloads/data-industri-minimarket-supermarket- hypermarket-di-indonesia/

Stice, J. D. (2009). Intermediate Accounting.

Sukirno. (2002). Analisis Laporan Keuangan PO Sedya Mulya. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi, Semarang.

Wicaksana. (2010). Analisis Piutang other income Tak Tertagih pada profitabilitas perusahaan tbk. Skripsi, Universitas Siliwangi, Fakultas Ekonomi, Tasikmalaya.

(43)

28 Lampiran 1

Days Current 0-30 Over 30 Grand Total

Month

Mei 432,242,612,88 7.00

78,787,245,00 2.00

129,659,944,76 8.00

640,689,802,65 7.00

67% 12% 20% 100%

Juni 358,315,774,98 6.00

44,156,677,56 6.00

59,293,708,723.

00

461,766,161,27 5.00

78% 10% 13% 100%

Juli 579,739,100,93 2.00

67,876,449,38 9.00

31,896,772,350.

00

679,512,322,67 1.00

85% 10% 5% 100%

Agustus 538,823,815,64 6.00

30,216,119,02 5.00

34,062,782,630.

00

603,102,717,30 1.00

89% 5% 6% 100%

Septrem ber

586,602,892,41 9.00

28,670,053,74 6.00

28,670,063,746.

00

643,943,009,91 1.00

91% 4% 4% 100%

Oktober 379,846,303,42 8.00

25,399,107,40 9.00

30,409,279,848.

00

435,654,690,68 5.00

87% 6% 7% 100%

Novembe r

494,517,682,59 8.00

30,528,532,45 6.00

19,190,028,699.

00

544,236,243,75 3.00

91% 6% 4% 100%

(44)

29 Lampiran 2

Analisa kebijakan piutang other income dengan memperketat standar dengan 5 C terhadap laba

Less Profit from other income = (4,718,123,456.04) Cost of marginal investment in A/R:

1. Turnover of accounts receivable : Under Proposed Plan = =17,14 Under Present Plan = = 13,3 2. Total variable cost of annual sales Under Proposed plan : 667,277,460,213.41 Under Present plan : 674,017,636,579.20 Average Investment in account receivable Under Proposed Plan =

= 38,931,007,013.62 Under present Plan =

= 50,678,017,787.91 Cost Marginal Investment in accounts receivable :

Average Investment under proposed plan :38,931,007,013.62 Average Investment under present plan : 50,678,017,787.91 Marginal investment in accounts receivable (11,747,010,774.3)

Required return on Investment 0,2

Cost of marginal investment in A/R (2,349,414,354.86) Cost Of Bad debt (477,475,800.12) Under proposed plan estimate 10% from fact bad debt) 53,052,866.68

Under present 530,528,666.80

Net Profit (1,891,233,301.06)

(45)

30 Lampiran 3

Analisa kebijakan piutang other income dengan memberikan cash discount &

5C pada credit terms terhadap laba

Less Profit from other income (4,765,304,690.60) Cost of marginal investment in A/R:

1. Turnover of accounts receivable :

Under Proposed Plan = = 25.71428571 Under Present Plan = = 13,3

2. Total variable cost of annual sales Under Proposed plan : 808,821,163,895.04 Under Present plan : 674,017,636,579.20 Average Investment in account receivable Under Proposed Plan =

= 31,471,640,618.48 Under present Plan =

= 50,678,017,787.91 Cost Marginal Investment in accounts receivable :

Average Investment under proposed plan 31,471,640,618.48 Average Investment under present plan 50,678,017,787.91 Marginal investment in accounts receivable (19,206,377,169.43)

Required return on Investment 0,25

Cost of marginal investment in A/R (4,801,594,292,35) Cost Of Bad debt (525,223,380.13)

Under proposed plan (estimate 1% from fact bad debt) 5,305,286.67 Under present 530,528,666.80

Net Profit 561,512,981.88

Gambar

Tabel 1 Dampak kebijakan memperketat standar kredit terhadap profit……...…...5  Tabel 2 Dampak kebijakan memperpanjang credit period………………………...5  Tabel 3 Dampak kebijakan cash discount terhadap profit.…………………..…….6  Tabel 4 Analisis Sensitivitas Skenario 1
Gambar 1 Struktur organisasi Head Office PT XYZ……………………….…...11
Grafik 1 Piutang tak tertagih PT

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Anugerah-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Profitabilitas

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti Ujian Sertifikasi Chartered Accountant (CA) (Studi Kasus Pada Politeknik Negeri

Pada penelitian ini membuktikan bahwa penerapan GCG dengan melihat dari sisi struktural dan mekanisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peringkat

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah peneliti ingin menguji apakah terdapat pengaruh country of origin dan

Keluarga besar Rantung terutama Ayah dan almarhum Ibu yang selalu memberikan doa serta dukungan dari segi moral maupun materi, kakak –kakak yaitu Randy Rantung dan Steven

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh teknologi informasi, pemanfaatan teknologi informasi, keahlian karyawan, dan pengendalian internal terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya pengaruh variabel persepsi manfaat dan persepsi risiko terhadap loyalitas penggunaan e wallet serta