• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISI DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kota Binjai

Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatra Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.

Letak geografis Binjai 03°03'40" - 03°40'02" LU dan 98°27'03" - 98°39'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai yang panjangnya 22 km, 9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah Kota Binjai.

Ada 2 sungai yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota, masih banyak penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang masih layak dikonsumsi.

Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut.

4.1.2 Perekonomian Kota Binjai

Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara, sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300 ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.

Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih

berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 5,32 persen.

Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa

Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Sayangnya, kapasitas sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi komoditi unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit. Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai sendiri dan Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:

 Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.

 Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara

 Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat

 Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan

Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:

 Binjai Supermall

 Pusat perbelanjaan Suzuya

 Mini Market Tahiti

 Toserba Binjai Ramayana

 Mall Ramayana

Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat makanan di malam hari.

4.2 Deskriptif Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Binjai 4.2.1. Penerimaan Daerah Kota Binjai

APBD disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa harus meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu anggaran disusun harus dilaksanakan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai kota satelit penerimaan/pendapatan Kota Binjai pada hakekatnya diperoleh Pemerintah Kota Binjai melalui mekanisme penerimaan pajak dan retribusi atau beban lainnya yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah Kota Binjai berkewajiban mengalokasikan penggunakan secara

adil dan merata agar dapat dinikmati seluruh kelompok masyarakat tanpa ada diskriminasi dalam pemberian pelayanan.

Tabel 4.1 Penerimaa (APBD) Pemerintah Kota Binjai Tahun 2005 dan 2007 (juta rupiah) Tahun No Penerimaan 2005 2007 13.217.431.199 13.673.285.199 4.512.092.555 5.848.580.00 3.907.702.034 4.412.220.199 - 160.000.000 1 Pendapatan Asli Daerah

 Pajak daerah

 Retribusi daerah

 Bagian laba usaha daerah

 Lain-lain pendapatan asli daerah 470.796.813 2.772.485.000 176.268.055.000 328.863.136.624 26.230.138.492 52.236.136.624 148.019.830.000 254.241.000.000 7.460.000.000 22.386.000.000 2 Dana perimbangan

 Bagi hasil pajak dan bukan pajak

 Dana alokasi umum

 Dana alokasi khusus

 Dana perimbangan dari provinsi 12.621.183.293 18.661.765.000 3 Lain-lain pendapatan yang sah 11.123.000.000 - Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Dapat dilihat pada tabel 4.1. perbedaan jumlah penerimaan APBD pemerintah Kota Binjai pada tahun 2005 dengan tahun 2007 dimana peningkatan terjadi di setiap bagiannya. Peningkatan yang paling besar terlihat pada bagian dana perimbangan yang mencapai 86,60 persen melebihi persentase peningkatan PAD. Persentase jumlah peningkatan PAD dari tahun 2005 ke 2007 hanya sebesar 3,45 persen saja.

Tabel 4.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Binjai Tahun 1993-2007

(milyar rupiah)

No. Tahun PAD

1 1993 1.03 2 1994 1.15 3 1995 1.44 4 1996 2.13 5 1997 2.62 6 1998 2.66 7 1999 2.75 8 2000 2.9 9 2001 3.91 10 2002 5.7 11 2003 8.31 12 2004 11.51 13 2005 13.21 14 2006 13.32 15 2007 13.67

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Tabel 4.2 menunjukan perkembangan PAD Kota Binjai setiap tahunnya dari tahun 1993-2007, penerimaan PAD yang paling besar tejadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 13,67 miliar, PAD Kota Binjai setiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun pada tahun 1997/1998 terjadi krisis ekonomi di Indonesia namun jumalah PAD Kota Binjai tetap terus meningkat ( tidak terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi ).

4.2.2. Pengeluaran Pemerintah Kota Binjai

Belanja pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pembangunan, pada umumnya biaya pembangunan tersebut sudah diprogram dalam Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA). Seluruh pengeluaran pembangunan diprogramkan dalam berbagai proyek disetiap sektor/subsektor. Secara sektoral belanja pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai

berbagai proyek di setiap sektor yang terdiri dari sector Industri; Pertanian dan Kehutanan; Sumber Daya Air dan Irigasi; Tenaga Kerja; Perdagangan; Pengembangan Usaha Daerah; Keuangan Daerah dan Koperasi; Telekomunikasi; Pembangunan Daerah dan Pemukiman, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang; Pendidikan, Kebudayaan, Kepercayaan terhadap Tuhan YME; Pemuda dan Olah Raga; Kependudukan dan Keluarga Sejahtera; Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja; Agama; Hukum; dan sektor lainnya.

Pada prinsipnya pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Besar kecilnya pengeluaran ini sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besarnya penerimaan. Makin besar pemerimaan maka pengeluaran akan semakin besar pula.

Namun di Binjai pengeluaran pemerintah untuk pembangunan selama kurun waktu tahun 1993 sampai 2007 terjadi berfluktuasi, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan terjadi peningkatan yang sangat besar jumlahnya dalam 15 tahun terakhir yaitu pada tahun 1993 anggaran pembangunan bekisar 5 miliar rupiah dan pada tahun 2007 dapat mencapai 172,20 miliar rupiah.

Tabel 4.3 Perkembangan Anggaran Pembangunan Kota Binjai Tahun 1993-2007

(milyar rupiah)

No. Tahun Anggaran Pembangunan

1 1993 5.00 2 1994 4.60 3 1995 7.30 4 1996 7.10 5 1997 8.10 6 1998 6.80

7 1999 12.70 8 2000 14.70 9 2001 40.40 10 2002 71.60 11 2003 58.50 12 2004 54.90 13 2005 52.30 14 2006 81.60 15 2007 172.20

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Dari tabel 4.3. terlihat persentase penurunan pengeluaran pemerintah yang paling besar dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 1999 yaitu sekitar 86.76 persen dari tahun 1998 ini terjadi disebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang menyebabkan perekonomian mengalami penurunan. Dan peningkatan yang paling besar persentasenya terjadi pada tahun 2007 sebesar 111,02 persen dari tahun 2006.

4.3. Perkembangan PDRB Kota Binjai

Untuk melihat perkembangan struktur perekonomian dari tahun ke tahun disajikan perubahan PDRB atas dasar harga berlaku secara berkala. Perubahan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat juga dapat meningkat, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan.

Dari tabel 4.3. dapat dilihat secara umum, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Binjai mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 4.4. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Binjai Tahun 1993-2007

(juta rupiah) No. Tahun PDRB 1 1993 1.01 2 1994 1.62 3 1995 1.77 4 1996 1.86 5 1997 1.94 6 1998 2.79 7 1999 3.36 8 2000 3.89 9 2001 4.56 10 2002 6.84 11 2003 7.82 12 2004 9.04 13 2005 10.48 14 2006 11.83 15 2007 13.33

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kota Binjai tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang terjadi di tingkat nasional dan regional, khususnya Sumatera Utara. Seperti yang terlihat pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 10,90 persen yang di barengi dengan laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai sebesar 12,26 persen. Walaupun pada tahun 1997/1998 terjadi krisis ekonomi di Indonesia namun tidak begitu berpengaruh terhadap PDRB Kota Binjai, ini dapat terlihat dari data perkembanmgan PDRB pada tabel 4.4 yang menunjukan peningkatan setiap tahunnya.

4.4.Analisis Hasil Penelitian

Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, yaitu variabel dependen (PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku) dan variabel independen (Pendapatan Asli Daerah (PAD), Anggaran Pembanguna dan Dummy). Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut, penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Anggaran Pembangunan dan Dummy.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya dalam lampiran II.

4.4.1. Interpretasi Model

Model persamaan adalah sebagai berikut :

Y =  112233………..(2) Dimana :

Y = PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku (Juta Rupiah) X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Milyar Rupiah)

X2 = Anggaran Pembangunan (Milyar Rupiah) X3 = Dummy

 = Intercept / Konstanta 2

1,

,3 = Koefisien Regresi

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews 5.1 diperoleh estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Regresi Y = 0,734337 + 0,584450X1 + 0,022401X2 + 0,911182X3 Std.Error = (0,180242) (0,046385) (0,004487) (0,348425) t- Statistik = (12,59990)*** (4,992466)*** (2,615146)** R2 = 0,991264 F-statistik = 416,0478 Adjusted R2 = 0,988881 Prob.Statistik = 0,000000 DW- stat = 1,796787

Keterangan: ***) Signifikan pada α = 1%, **) Signifikan pada α=5%

Dari hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB perkapita Kota Binjai dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisien 0,597471 artinya setiap kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 1 Milyar Rupiah pertahun maka akan menyebabkan peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai 0,597471 Juta Rupiah,cateris paribus.

2. Anggaran Pembangunan (AP) mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB perkapita Kota Binjai dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisien 0,022401 artinya setiap kenaikan Anggaran Pembangunan (AP) sebesar 1 Milyar maka akan menyebabkan peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai sebesar 0,022401 Juta Rupiah, cateris paribus.

3. Adanya otonomi daerah mempunyai pengaruh positif terhadap PDRB perkapita Kota Binjai dengan tingkat kepercayaan 95% dan besarnya koefisien 0,911182 artinya dengan dilakukannya otonomi daerah maka akan menyebabkan peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai sebesar 0,911182 Juta Rupiah, cateris paribus.

4.4.2. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 4.4.2.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi diperoleh nilai R2 = 0,991264 atau 99,13%, yang berarti bahwa variabel dependen yaitu peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan (AP) sebesar 99,13% dan sisanya 0,87% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

4.4.2.2. Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Hipotesis: Ho:bi = 0 Tidak signifikan Ha:bi ≠ 0 Signifikan

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho:β1 = 0 Ho diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* < t-tabel).

Ha: β2 ≠ 0 Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* > t-tabel).

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1)

Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 12.59990 α = 1%, df = n-k-1 = 15-3-1

df = 11 maka t-tabel = 2,7181

Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Pendapatan Asli Daerah (X1) signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (12,59990>2,7181). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel PDRB perkapita Kota Binjai (Y) pada tingkat kepercayaan 99%. Ha diterima Ha diterima 12,59990 2,7181 --2,7181 H0 diterima

2. Variabel Anggaran Pembangunan (X2)

Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 4,992466 α = 1%, df = n-k-1 = 15-3-1

df = 11 maka t-tabel = 2,7181

Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Anggaran Pembangunan (X2) signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (4,992466 >2,7181). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Anggaran Pembangunan (X2) berpengaruh nyata terhadap variabel PDRB perkapita Kota Binjai (Y) pada tingkat kepercayaan 99%. Ha diterima Ha diterima H0 diterima --2,7181 2,7181 4,992466

3. Dummy (X3)

Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 2,615146 α = 5%, df = n-k-1 = 15-3-1

df = 11 maka t-tabel = 1,7959

Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Dummy (X3) signifikan pada α = 5% dengan t-hitung > t-tabel (2,615146>1,7959). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Dummy (X3) berpengaruh nyata terhadap variabel PDRB perkapita Kota Binjai (Y) pada tingkat kepercayaan 95%.

Ha diterima Ha diterima

Gambar 4.3 Kurva uji t-statistik variabel Dummy (X3)

H0 diterima

4.4.2.3. Uji F-Statistik

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho:bi = 0 …... Tidak signifikan Ha: bi ≠ 0 …... Signifikan Dengan industri pengambilan keputusan:

Ho diterima: jika F hitung < F tabel artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima: jika F hitung > F tabel artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 416,0478 Dimana, α = 1%

df= (k-1,n-k)=(3-1,15-2) Maka F- tabel = 6,70

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (416,0478>6,70). Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Anggaran Pembangunan (AP) dan Dummy (Dum) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap PDRB perkapita Kota Binjai (Y) pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.

0 6,70 416,0478 Ho diterima

Ha diterima

Gambar 4.4 Uji F-Statistik

4.4.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.4.3.1. Mulikolinieritas ( Multicolinearity)

Mulikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat mulikolinieritas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.

Dari model analisa:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ ...(1) R2 = 0,990780

Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

Pendapatan Asli Daerah (X1) = f (Anggaran Pembangunan (X2), Dummy (X3)

(X1) = α + β2X2 + β3X3 + µ ...(2)

Maka didapat R2 = 0,735968 dari hasil R2 persamaan (2) ini dapat disimpulkan tidak ada mulikolinieritas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0,735968< 0,990780).

Anggaran Pembangunan (X2), = f (Pendapatan Asli Daerah (X1),Dummy (X3)

(X2), = α + β1X1 + β 3X3 +µ………..….(3)

Maka didapat R2 = 0,679167 dari hasil R2 persamaan (3) ini dapat disimpulkan tidak ada mulikolinieritas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (3) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0,679167< 0,990780).

Dummy (X3) = f (Pendapatan Asli Daerah (X1),Anggaran Pembangunan (X2)

(X3) = α + β1X1 + β2X2 + µ……….….(4)

Maka didapat R2 = 0,585880dari hasil R2 persamaan (4) ini dapat disimpulkan tidak ada mulikolinieritas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (4) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0,585880< 0,990780).

4.4.3.2. Autokorelasi (Serial Correlation)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Hipotesa:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dari hasil analisa regresi diketahui DW-hitung = 1,796787 K = 3; n = 15; α = 1% dl=0,59 du=1,46 4-dl=3,41 4-du=2,54 Inconclusive Autokolerasi(-) Ho diterima

(no serial correlation) Autokorelasi (+)

0 0,59 1,46 1,79 2 2,54 3,41

Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa DW-hitung =1,796787, berada pada posisi du< dw < 4-du. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam pengujian dengan tingkat kepercayaan 99%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), anggaran pembangunan (AP) dan Dummy terhadap PDRB perkapita Kota Binjai (Y), maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Koefesien Determinasi (R-square) sebesar 0.991264 atau 99,13% hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (Pendapatan asli daerah (PAD) dan Anggaran pembangunan (AP)) dapat menjelaskan variabel dependen (PDRB perkapita Kota Binjai (Y)) sebesar 99,13% sedangkan sisanya sebanyak 0,87% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi.

2. Pendapatan asli daerah (PAD) memiliki pengaruh positif terhadap PDRB perkapita Kota Binjai (Y). Hal ini dapat kita lihat atau ditunjukkan oleh koefisien pendapatan total yaitu sebesar 0,597471 . Artinya setiap kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 1 Milyar Rupiah pertahun maka akan menyebabkan peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai 0,597471 Juta Rupiah, cateris paribus.

3. Anggaran pembangunan (AP) memiliki pengaruh positif terhadap PDRB perkapita Kota Binjai (Y). Hal ini dapat kita lihat atau ditunjukkan oleh koefisien anggaran pembangunan (AP) yaitu sebesar 0.022401. artinya setiap

kenaikan Anggaran Pembangunan (AP) sebesar 1 Milyar maka akan menyebabkan peningkatan PDRB perkapita Kota Binjai (Y) sebesar 0.022401

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas maka diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Otonomi daerah berdampak positif bagi pendapatan daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah diharapkan dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga pendapatan masyarakat (dilihat dari PDRB perkapita) terjadi merata di semua lapisan masyarakat, dengan demikian kesenjangan sosial menjadi kecil maka tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Binjai meningkat.

2. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah di Kota Binjai maka peran serta pemerintah pusat dalam pengambilan keputusan / kebijakan menjadi kecil oleh sebab itu Pemerintah Daerah diharapkan dapat membuat kebijakan- kebijakan yang tepat. Pengawasan terhadap dana-dana yang dialokasikan untuk tiap bidangnya haruslah sesuai dengan program-program yang telah dicanangkan. Jika ditemukan ketidaksesuaian hendaknya pemerintah Kota Binjai dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana guna terciptanya tujuan yang diharapkan. Dan jika telah tercapai tujuan yang diharapkan tinggal bagaimana meningkatkan dan mempertahankannya agar menjadi lebih baik lagi.

3. Bagi peneliti-peneliti yang ingin malakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini agar memasukan variable-variabel lain dalam penelitiannya untuk memperoleh hasil yang signifikan. Dan juga memperhatikan periode

waktu yang digunakan, akan lebih baik jika periode waktu yang digunakan lebih banyak dan lebih aktual dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara; Sumatera Utara Dalam Angka (1993- 2008); Badan Pusat Statistik (BPS).

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Indikator Kesejahteraan Masyarakat Sumatera Utara. (1993-2008); Badan Pusat Statistik (BPS).

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Binjai; Binjai Dalam Angka (1993-2008) ; Badan Pusat Statistik (BPS).

Boediono,2001, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE Yogyakarta

Jhinghan, M.L, 1975. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Kuncoro,Mudrajat, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta; Erlangga. Mubyarto,2001, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis

Ekonomi, Yogyakarta; BPFE Yogyakarta.

Manurung, Jonni J, Adler Haymans Manurung dan Ferdinand Dehoutman Saragih, 2005, Ekonomertika Teori dan Aplikasi, Jakarta; Elex Media Komputindo. Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007, Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews Dalam Ekonometrika, Medan; USU Press.

Safi’i, H.M, 2007, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Perspektif Teoritik, Malang; Averroes Press

Siagian, Faisal, 1995, Kepemimpinan dan Politik Kewarganegaraan Menuju Abad XXI, Jakarta; AIPI

Sjafrizal, 2008, Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Padang ; Praninta Offset Supranto, J, 2001, Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam, Jakarta; Erlangga

Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C, 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan, Jakarta : Penerbit Erlangga

Widjaja, HAV, 2002, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta ; RajaGrafindo Persada

Lampiran I

Data Variabel Penelitian

PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (Y), Pendapatan Asli Daerah (X1),

Anggaran Pembangunan (X2) Dummy/variable Boneka (X3) Kota Binjai , 1993-2007 No. Tahun Y ( Rp. juta) X1 ( Rp. Miliar) X2 (Rp.miliar) X3 1 1993 1.01 1.03 5.0 0 2 1994 1.62 1.15 4.6 0 3 1995 1.77 1.44 7.3 0 4 1996 1.86 2.13 7.1 0 5 1997 1.94 2.62 8.1 0 6 1998 2.79 2.66 6.8 0 7 1999 3.36 2.75 12.7 0 8 2000 3.89 2.9 14.7 1 9 2001 4.56 3.91 40.4 1 10 2002 6.84 5.7 71.6 1 11 2003 7.82 8.31 58.5 1 12 2004 9.04 11.51 54.9 1 13 2005 10.48 13.21 52.3 1 14 2006 11.83 13.32 81.6 1 15 2007 13.33 13.67 172.2 1

Dokumen terkait