• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis dan Pembahasan 1.Statistik Deskriptif 1.Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tax avoidance sebagai variabel independen, efektivitas komite audit sebagai variabel moderating, sedangkan variabel dependen yaitu nilai perusahaan.

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif

Sumber: data sekunder yang diolah (2015)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Nilai_Perusahaan 75 .77 2.69 1.3583 .45696 TaxAvoidance 75 .55 .99 .7273 .08184 EKA_ 75 .90 1.00 .9571 .02766 Valid N (listwise) 75

53 Pada tabel statistik deskriptif diperoleh sebanyak 75 data observasi yang berasal dari perkalian periode penelitian (5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014) dengan jumlah sampel sebanyak 15 perusahaan. Tabel 4.5 menunjukkan statistik deskriptif untuk variable independen (TaxAvoidance dan EKA_) dan variabel dependen (Nilai_Perusahaan)

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel Nilai Perusahaan (Nilai_Perusahaan) dihasilkan nilai minimum 0,77 yaitu dari perusahaan PT. Nipress (NIPS), Tbk, nilai maksimum sebesar 2,69 yaitu dari perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan nilai rata-rata sebesar 1,3583 serta standar deviasi sebesar 0,45696, pada variabel tax avoidance (TaxAvoidance) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,55 yaitu dari perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (INTP), nilai maksimum sebesar 0.99 dengan rata-rata sebesar 0,7273 dan standar deviasi sebesar 0,08184 sedangkan pada variabel Efektivitas komite audit (EKA_) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,90 yaitu dari perusahaan PT. Astra Autoparts, Tbk (AUTO) dan PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN), nilai maksimum sebesar 1,00 yaitu dari perusahaan PT. Surya Toto Indonesia, Tbk (TOTO) dan PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN) dengan rata-rata sebesar 0.9571 serta standar deviasi sebesar 0.02766. Seluruh variabel memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan nilai standar deviasinya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dari data tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar

54 dari nilai standar deviasinya mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut kecil.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variable independen dan variable dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan one sample Kolmorogov-Smirnov test. Uji ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Apabila uji one sample Kolmorogov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka suatu persamaan regresi dikatakan terdistribusi dengan normal (Ilmiani dan Sutrisno, 2012).

Berikut hasil uji one sample Kolmorogov-Smirnov ditampilkan dalam Tabel 4.6.

55 Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas

One sample Kolmorogov-Smirnov Test

Nilai_Perusahaan TaxAvoidance TaxEka

N 75 75 75

Normal Parametersa,,b Mean 1.3583 .7273 .6133

Std. Deviation .45696 .08184 .09703

Most Extreme Differences Absolute .128 .149 .092

Positive .128 .149 .092

Negative -.099 -.062 -.050

Kolmogorov-Smirnov Z 1.109 1.288 .801

Asymp. Sig. (2-tailed) .171 .073 .543

Sumber: data yang diolah (2015)

Hasil dari uji One sample Kolmorogov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai uji One sample Kolmorogov-Smirnov dari variabel nilai perusahaan sebesar 0,171, untuk variabel tax avoidance menunjukkan nilai sebesar 0,073 sedangkan untuk variable efektivitas komite audit (TaxEka) menujukkan nilai sebesar 0,543. Seluruh variabel menghasilkan nilai signifikan lebih besar dari pada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal, karena nilai signifikan yang didapatkan lebih besar dari 0,05 sehingga menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen).

56 Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Jika nilai tolerance 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas.

Berikut ini adalah hasil dari uji multikolinearitas yang terjadi pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) TaxAvoidance .547 1.828 TaxEka .547 1.828 Sumber: data yang diolah (2015)

Dari hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance variable tax avoidance dan variabel moderating efektivitas komite audit (TaxEka) menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai tolerance lebih dari dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Imam Ghozali, 2013:125)

57 Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik sceterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2013:125-126).

Berikut hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dalam Gambar 4.2. Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: data yang diolah (2015)

Dari grafik scatterplots diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0

58 pada sumbu Y. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi hubungan antara tax avoidance dan nilai perusahaan.

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plot. Oleh karena itu diperlukan uji statistik lain yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghazali, 2011:127).

Salah satu uji yang dapat digunakan adalah uji Park. Jika hasil signifikasi uji Park dibawah atau sama dengan 0,05 maka model regresi mengalami heterokedastisitas. Hasil uji Park dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)

Sumber: data yang diolah (2015)

Berdasarkan uji Park, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi, karena koefisien parameter Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t B Std. Error Beta 1 (Constant) .005 .519 .009 TaxAvoidance -.955 1.110 -.271 -.860 TaxEka .585 .768 .240 .762

59 untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, atau nilai signifikan dari setiap variable berada diatas 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji adanya autokorelasi dapat digunakan Run Test dalam (Ghazali, 2011).

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: data yang diolah (2015)

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa Nilai Test (Test Value) adalah -0,03950 dengan probabilitas 0,640 signifikan pada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis nol gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

Unstandardized Residual Test Valuea -.03950

Cases < Test Value 37 Cases >= Test Value 37

Total Cases 74

Number of Runs 40

Z .468

Asymp. Sig.

60 3. Hasil Uji Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis dengan analisis regresi moderate (Moderated Regression Analysis-MRA)

Interaksi antara Tax Avoidance dan efektivitas komite audit sebagai variabel moderating terhadap Nilai Perusahaan.

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi (R2) untuk variabel X1, X2 dan Y.

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) variabel X1, X2 dan Y (Moderate)

Sumber: Data sekunder yang diolah (2015)

Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,217. Hal ini berarti bahwa sebesar 21,7% variabel dependen atau nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh tax avoidance dan interaksi antara tax avoidance dan efektivitas komite audit. Sedangkan sisanya yaitu 78,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

2) Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t)

Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada Tabel 4.11 dibawah ini: Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .488a .238 .217 .40429

61 Tabel 4.11

Hasil Uji Regresi Parsial t variabel X1, X2 dan Y (moderate)

Sumber: data sekunder yang diolah (2015)

Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji statistik t pada tingkat signifikansi 5 persen (5%). Model regresi yang diperoleh dari pengujian persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut:

Tobin’s Qit = 1,184 – 2,380 TaxAvoidance + 3,107 TaxEka + ε Keterangan:

Torbin’s Qit : Nilai Perusahaan i pada tahun t

TAit : Tax avoidance perusahaan i pada tahun t

EKAit : Efektivitas Komite Audit perusahaan i pada tahun t ε : error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam

penelitian

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa variabel tax avoidance memiliki tingkat signifikansi 0,003 dengan nilai signifikansi 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel tax avoidance berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan karena tingkat signifikansi variabel tax avoidance berada Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.184 .421 2.814 .006 TaxAvoidance -2.380 .776 -.426 -3.066 .003 TaxEka 3.107 .655 .660 4.744 .000

62 dibawah nilai signifikan 0,05. Ini menandakan bahwa hipotesis 1 diterima atau hipotesis nul tertolak. Nilai koefisien sebesar -2,380 menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin rendah nilai perusahaan.

Variabel TaxEka merupakan interaksi antara tax avoidance dan efektivitas komite audit memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan tingkat signifikan untuk variabel moderating efektivitas komite audit lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interaksi antara tax avoidance dengan efektivitas komite audit berpengaruh secara individual terhadap nilai perusahaan.

b. Hasil Uji Regresi Berganda 1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi antara tax avoidance dan efektivitas komite audit terhadap nilai perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini.

Tabel 4.12

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel X1, X2 dan Y

Sumber: data sekunder yang diolah (2015)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .478a .229 .207 .40681

63 Tabel 4.12 diatas menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,207. Hal ini menandakan bahwa variabel Tax Avoidance dan Efektivitas Komite Audit hanya dapat menjelaskan 20,7% variasi variabel Nilai Perusahaan, sedangkan 79,3% lainnya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model penelitian. Seperti faktor transparansi yang pernah diteliti oleh Ilmiani dan Sutrisno (2013), atau faktor lainnya yang belum diteliti.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.13 menyajikan hasil uji simultan (uji statistik F) untuk variabel X1, X2 dan Y.

Tabel 4.13

Hasil Uji Statistik F Variabel X1, X2 dan Y

Sumber: Data sekunder yang diolah (2015)

Tabel diatas menunjukkan nilai F hitung sebesar 10,685 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena probabilitas signifikansinya jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel tax avoidance dan efektivitas komite audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.537 2 1.768 10.685 .000a Residual 11.915 72 .165 Total 15.452 74

a. Predictors: (Constant), EKA_, TaxAvoidance b. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan

64 C.Interpretasi Hasil

1. Tax avoidance berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel tax avoidance memiliki tingkat signifikansi 0,003 dengan nilai signifikansi 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel tax avoidance berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan karena tingkat signifikansi variabel tax avoidance berada dibawah nilai signifikan 0,05. Ini menandakan bahwa hipotesis 1 diterima atau hipotesis nul tertolak. Nilai koefisien sebesar -2,380 menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin rendah nilai perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pasar bereaksi negatif terhadap aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan, hal ini dikarenakan ditakutkan dengan dalih melakukan penghindaran pajak yang memang masih diperbolehkan dalam hukum, manajemen akan terdorong untuk melakukan manajemen laba, dimana dengan dilakukannya manajemen laba akan memberikan informasi yang menyesatkan kepada investor karna laporan keuangan perusahaan tidak disajikan dengan sebenar-benarnya, sehingga tidak dapat memberikan gambaran sebenarnya dari keadaan perusahaan, hal ini yang menyebabkan pasar cenderung bereaksi negatif atas aktivitas penghindaran pajak.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilmiani dan Sutrisno (2013) yang mendapatkan hasil bahwa variabel tax avoidance berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan, yang berarti

65 bahwa semakin tinggi tax avoidance maka semakin rendah nilai perusahaan. Hal ini juga selaras dengan penelitian dari Wilson (2009), Wang (2010) dan Martani et al (2009).

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmalapa (2009) yang menemukan pengaruh namun tidak signifikan antara penghindaran pajak dengan nilai perusahaan (Torbin’s Q) dalam konteks pada perusahaan di Amerika.

2. Efektivitas komite audit akan mempengaruhi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan.

Variabel efektivitas komite audit diukur menggunakan tiga proksi pengukuran yaitu kompetensi, ukuran dan aktivitas. Dari hasil regresi yang ditunjukkan oleh Tabel 4.11, variabel moderating yaitu efektivitas komite audit menunjukkan koefisien sebesar 3,107 pada signifikansi 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel moderating terbukti berpengaruh signifikan mampu memoderasi hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dengan kata lain, variabel efektivitas komite audit terbukti berpengaruh signifikan mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance dengan nilai perusahaan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin efektifnya komite audit di perusahaan-perusahaan manufaktur yang melakukan aktivitas tax avoidance, maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan dimata investor.

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih (2012) mengenai pengaruh dewan komisaris dan komite audit

66 terhadap penghindaran pajak, didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dewan komisaris dan penghindaran pajak, berbeda dengan variabel komite audit yang ternyata memiliki pengaruh terhadap aktivitas penghindaran pajak. Hal ini mungkin disebabkan karena ukuran dewan komisaris tidak dapat mempengaruhi keputusan manajemen dalam menentukan tindakan penghindaran pajak karena anggota dewan komisaris hanya sebagai formalitas untuk memenuhi peraturan yang dibuat oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Simanjuntak dan Sari, 2014). Berbeda dengan komite audit yang tugasnya memang mengawasi jalannya perusahaan dan memiliki peran dalam mempengaruhi keputusan manajemen. Adanya pengawasan ini akan memastikan pencapaian kinerja perusahaan dan mampu meningkatkan nilai perusahaan (Chan dan Li, 2008).

Dengan adanya komite audit yang mengawasi kinerja dari manajemen, ditambah dengan kriteria bahwa komite audit harus bersikap independen, hal ini dilansir dapat menjadi variabel kontrol antara manajemen dan para pemegang saham. Asimetri informasi yang terkadang terjadi diantara manajemen dan para pemegang saham, diduga dapat diminimalisir, dan dengan adanya komite audit didalam suatu perusahaan, hal ini membuat manajemen tidak dapat melakukan manajemen laba sesukanya, sehingga perusahaan cenderung memberikan laporan sebenar-benarnya, sehingga para investor akan lebih percaya dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini dengan sendirinya akan

67 meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan di mata investor.

Jadi dapat disimpulkan bahwa efektifnya komite audit didalam suatu perusahaan, dapat meningkatkan nilai perusahaan meskipun perusahaan tersebut terbukti melakukan penghindaran pajak, hal ini dikarenakan adanya peran dari komite audit yang akan membatasi perilaku manajemen dalam melakukan perilaku penghindaran pajak, aktivitas penghindaran pajak dilakukan hanya sebagai sebagai perilaku efisiensi pajak bukan sebagai tindakan non compliance. Seperti yang diungkapkan oleh Harlon dan Slemord (2009) dalam Ilmiani dan Sutrisno (2013) bahwa tindakan tax aggressiveness dipandang sebagai upaya untuk melakukan tax planning dan efisiensi pajak, maka pengaruhnya positif terhadap nilai perusahaan, namun jika dipandang sebagai tindakan non compliance, hal tersebut akan meningkatkan risiko sehingga mengurangi nilai perusahaan.

3. Tax Avoidance dan efektivitas komite audit berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan

Hasil uji statistik F pada Tabel 4.13 menunjukkan nilai F hitung sebesar 10,685 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas signifikansinya jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel tax avoidance dan efektivitas komite audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hal ini menandakan bahwa jika perusahaan melakukan tindakan tax avoidance dan memiliki komite audit yang tidak efektif, maka hal tersebut

68 sangat mengancam bagi nilai perusahaan dimata investor atau pihak eksternal lainnya. Nilai perusahaan akan terus menurun dimata investor apabila perusahaan terus melakukan tindakan tax avoidance tanpa benar-benar memperhatikan Good Corporate Governance yang dimiliki oleh perusahaan, seperti yang dikatakan oleh Desai dan Dharmapala (2009) dalam Lestari (2014), tax planning melalui tax avoidance dengan nilai perusahaan (firm value) dipengaruhi oleh penerapan corporate governance. Jika kualitas corporate governance yang masih buruk dapat mendorong manajer untuk bertindak lebih agresif dalam pengelolaan pajak untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan memaksimalkan pengembalian kepada pemegang saham. Sedangkan perencanaan pajak akan bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan memiliki corporate governance yang baik. Efektivitas komite audit merupakan salah satu proksi dari pengukuran Good Corporate Governance. Komite audit sendiri dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan monitoring terhadap proses pelaporan keuangan, selain itu komite audit juga berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pengendalian internal.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilmiani dan Sutrisno (2013) yang mendapatkan hasil bahwa variabel tax avoidance berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa semakin tinggi tax avoidance maka semakin rendah nilai perusahaan. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Li, yang mengatakan bahwa dengan adanya pengawasan dari komite audit akan

69 memastikan pencapaian kinerja perusahaan dan mampu meningkatkan nilai perusahaan (Chan dan Li, 2008).

70 BAB V

Dokumen terkait