• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Analisis Tingkat Keluhan Musculoskeletal

Pembobotan dilakukan untuk mengetahui persentase pada masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling merasakan sakit, dengan demikian akan dirancang fasilitas kerja baru yang dapat meminimalkan rasa sakit tersebut.

Berdasarkan hasil rekapitulasi bobot pada kuisioner SNQ keluhan rasa sakit yang paling banyak/modus keluhan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Persentase Keluhan Rasa Sakit

No. Keluhan Rasa Sakit Persentase

Keluhan

1 Pinggang 6,68%

2 Punggung 4,94%

3 Betis kiri 5,23%

4 Betis kanan 5,23%

5 Sakit kaku di leher bagian atas 4,36% 6 Sakit kaku di leher bagian bawah 4,36%

7 Sakit pada paha kanan 4,36%

8 Sakit pada paha kiri 4,36%

Sumber : Hasil Analisis

Keluhan rasa sakit ini disebabkan karena fasilitas kerja yang digunakan oleh operator masih sederhana dan tidak sesuai dengan dimensi tubuh operator, ini juga disebabkan oleh tata letak komponen pada tempat kerja yang belum teratur. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan perancangan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri operator, dan juga dengan melakukan pengaturan

tata letak komponen sehingga tata letak lebih teratur dan benda kerja berada jangkauan operator dengan postur kerja yang ergonomis.

6.2. Analisis Postur Kerja Aktual

Dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode RULA pada seluruh elemen gerakan yang ada dapat dilihat bahwa pada proses perakitan ini banyak kegiatan yang dilakukan dengan postur kerja yang tidak ergonomis. Penilaian level tindakan RULA untuk masing-masing elemen gerakan dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Analisis Penilaian Level Tindakan RULA

No Elemen Kerja Kategori

Tindakan Level Tindakan

1 Mengambil pooring 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

2 Mengambil upper 5-6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat

3 Melengketkan pooring pada upper

5-6

Sedang Tindakan dalam waktu dekat

4 Mengambil acuan 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

5 Memasukkan acuan dengan upper

1-2

Minimum Aman

6 Mengambil tang 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

7 Menarik upper ke acuan 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

8 Meletakkan tang 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

9 Mengambil pisau 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

10 Meratakan hasil rakitan 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan 11 Meletakkan pisau 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

12 Mengambil rakitan 1-2 Minimum Aman

13 Meletakkan rakitan 3-4 Kecil Diperlukan dalam beberapa waktu kedepan

Analisis penyebab dari postur kerja yang tidak ergonomis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Analisis Penyebab Postur Kerja Yang Tidak Ergonomis No. Elemen Gerakan Penyebab Postur Tidak Ergonomis

1 Mengambil pooring

Disebabkan oleh posisi dari komponen yaitu pooring berada di lantai dan di sebelah kiri operator, sehingga dalam mengambil komponen tersebut operator harus membungkuk dan memutar tubuhnya.

2 Mengambil upper

Disebabkan oleh posisi dari komponen yaitu upper berada di lantai dan di sebelah kiri operator, sehingga dalam mengambil komponen tersebut operator harus membungkuk dan memutar tubuhnya.

3 Melengketkan pooring pada upper

Disebabkan oleh fasilitas kursi kerja yang ada tidak sesuai dengan dimensi tubuh operator, sehingga pada saat melakukan pekerjaannya punggung operator harus membungkuk dan kaki operator harus di tekuk.

4 Mengambil acuan

Disebabkan oleh posisi acuan berada dia atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk mengambil acuan tersebut.

5 Mengambil tang

Disebabkan oleh posisi tang berada dia atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk mengambil tang tersebut.

6 Menarik upper ke acuan

Disebabkan oleh benda kerja berada pada paha operator sehingga operator harus membungkukkan leher dan batang tubuh untuk melakukan pekerjaan tersebut dan tangan kiri operator juga harus menahan benda kerja tersebut.

Tabel 6.3. Analisis Penyebab Postur Kerja Yang Tidak Ergonomis (Lanjutan)

No. Elemen Gerakan Penyebab Postur Tidak Ergonomis

7 Meletakkan tang

Disebabkan oleh tempat tang berada dia atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk meletakkan tang tersebut.

8 Mengambil pisau

Disebabkan oleh posisi pisau berada dia atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk mengambil pisau tersebut.

9 Meratakan hasil rakitan

Disebabkan karena benda kerja berada pada paha operator sehingga operator harus membungkukkan leher dan batang tubuh untuk melakukan pekerjaan tersebut dan tangan kiri operator juga harus menahan benda kerja tersebut dengan posisi yang tidak ergonomis.

10 Meletakkan pisau

Disebabkan oleh posisi tempat pisau berada dia atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk meletakkan pisau tersebut.

11 Meletakkan rakitan

Disebabkan oleh tempat meletakkan rakitan berada di atas rak yang berada 70 cm di depan operator sehingga operator harus membungkuk untuk meletakkan rakitan tersebut.

Sumber : Hasil Analisis

Dari hasil analisis postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat beberapa postur kerja yang tidak ergonomis, sehingga diperlukan perancangan terhadap fasilitas kerja untuk memperbaiki postur kerja yang tidak ergonomis tersebut.

6.3. Analisis Data Anthropometri

Setelah dilakukan identifikasi terhadap keluhan musculoskeletal dan postur kerja diperoleh hasil bahwa operator memiliki risiko keluhan musculoskeletal yang diakibatkan oleh postur kerja yang tidak nyaman bagi operator. Maka perlu dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator agar diperoleh dimensi fasilitas kerja rancangan yang sesuai dengan dimensi tubuh operator. Adapun dimensi yang diperlukan untuk rancangan kursi kerja yaitu tinggi popliteal, pantat popliteal, lebar pinggul, tingi bahu duduk, dan lebar bahu. Sedangkan untuk rancangan penjepit benda kerja yaitu tinggi siku duduk, lebar telapak tangan, dan diameter genggaman tangan. Hasil penentuan dimensi anthropometri untuk perancangan fasilitas kerja adalah sebagai berikut :

A. Kursi kerja

Dimensi yang akan digunakan untuk perancangan kursi kerja berdasarkan hasil penentuan dimensi anthropometri dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Dimensi Fasilitas Kursi Kerja Yang Akan Dirancang

No. Dimensi Fasilitas Kerja Dimensi Anthropometri Ukuran Data (cm)

1 Tinggi alas kursi Tinggi Popliteal 42

2 Lebar alas kursi kerja Lebar Pinggul Duduk 35 3 Panjang alas kursi kerja Pantat Popliteal 46

4 Tinggi sandaran kursi Tinggi Bahu Duduk 65

5 Panjang sandaran kursi Lebar Bahu 40

Sumber : Hasil Analisis

Kemudian pada perancangan ini lebar sandaran kursi sebesar 30 cm, ukuran ini mengacu pada Panero J dan Zelnik M (2003) sebesar 20.3-30.5. panero berpendapat baha lebar sandaran punggung harus dapat mengakomodasi daerah

Dokumen terkait