• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Analisis Prosedur Tahap Pertama

Pengolahan data untuk prosedur tahap pertama adalah :

5. Mengidentifikasi aktivitas dan menggolongkan biaya ke berbagai aktivitas. 6. Klasifikasi biaya

7. Mengidentifikasi Cost Driver.

8. Menentukan tarif perunit Cost Center.

Langkah pertama yaitu mengidentifikasi aktivitas dan menggolongkan biaya ke berbagai aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut yaitu pengeringan, penggilingan, pengayakan, penyortiran, pengemasan, pengawasan dan pemeliharaan fasilitas. Kemudian biaya-biaya yang ada akan dialokasikan ke dalam tiap aktivitas yang berhubungan.

Langkah kedua yaitu klasifikasi biaya. Untuk biaya langsung dan aktivitas penyortiran termasuk dalam Unit level activity, untuk aktivitas pengeringan, penggilingan, pengayakan dan pengemasan termasuk dalam Batch level activity dan untuk aktivitas pengawasan dan pemeliharaan fasilitas termasuk dalam Facility level activity. Untuk product level activity tidak ada aktivitas yang berkaitan, karena perusahaan tidak melakukan penelitian dan pengembangan untuk setiap jenis kopi.

Langkah ketiga yaitu mengidentifikasi cost driver. Untuk cost driver volume produksi digunakan pada aktivitas penyortiran, dan biaya langsung. Untuk aktivitas pengeringan, penggilingan, dan pengayakan cost driver-nya adalah

frekuensi aktivitas tersebut. Cost driver aktivitas pengemasan adalah jumlah karung biji kopi yang dikemas. Cost driver aktivitas pengawasan adalah jam kerja karyawan. Cost driver aktivitas pemeliharaan fasilitas adalah jumlah aktivitas.

Langkah keempat yaitu menentukan biaya per unit Cost Center. Perhitungan ini dilakukan dengan membagi biaya tiap aktivitas dengan cost driver masing-masing aktivitas. Biaya per unit cost center menunjukkan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan satu unit aktivitas

6.2. Analisis Prosedur Tahap Kedua

Pada tahap kedua akan dihitung biaya overhead produk untuk masing- masing aktivitas dengan cara mengalikan biaya per unit cost center dengan cost driver yang dipilih. Kemudian BOP tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya tiap produk biji kopi. Total biaya tersebut kemudian dibagikan dengan volume produksi tiap produk biji kopi untuk mendapatkan harga pokok produksi tiap jenis biji kopi.

Untuk bulan Januari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 29.837/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.259/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.340/ kg.

Untuk bulan Februari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 30.110/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.328/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.445/ kg.

Untuk bulan Maret harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 30.619/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.906/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.950/ kg.

6.3. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Mempertimbangkan Persediaan

Dengan menggunakan data persediaan awal dari bulan Januari, bulan Februari dan bulan Maret maka dapat dihitung harga pokok produksi dengan mempertimbangkan persediaan. Perhitungan ini menggunakan perkalian data persediaan awal dengan harga pokok produksi bulan sebelumnya dan kemudian dijumlahkan dengan perkalian antara produk yang langsung terjual dengan harga pokok produksi bulan tersebut. Dari penjumlahan tersebut kemudian dibagi dengan jumlah penjualan dari bulan tersebut.

Untuk bulan Januari harga pokok produksi awal dengan harga pokok produksi yang telah mempertimbangkan persediaan adalah sama karena asumsi persediaan akhir untuk bulan Desember tidak mempengaruhi biaya overhead untuk bulan Januari.

Untuk bulan Februari harga pokok produksi yang telah mempertimbangkan persediaan adalah Rp. 30.058/ kg untuk biji kopi Golden, Rp. 28.316/ kg untuk biji kopi Fancy Select, dan Rp. 28.442/ kg untuk biji kopi Arabica Grade-1.

Untuk bulan Maret harga pokok produksi yang telah mempertimbangkan persediaan adalah Rp. 30.554/ kg untuk biji kopi Golden, Rp. 28.791/ kg untuk biji kopi Fancy Select, dan Rp. 28.888/ kg untuk biji kopi Arabica Grade-1.

Harga pokok produksi rata-rata dapat dihitung dengan menjumlahkan harga pokok produksi masing-masing jenis biji kopi tiap bulan kemudian dibagi dengan jumlah bulan yang digunakan. Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi rata-rata adalah Rp. 30.150/ kg, sedangkan untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.456/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 adalah Rp. 28.557/ kg.

6.4. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Tradisional

Dengan menggunakan data total biaya langsung dan juga total biaya overhead untuk bulan Januari, Februari dan Maret dapat dihitung harga pokok produksi untuk masing-masing jenis produk. Biaya overhead pada metode ini adalah merata untuk ketiga jenis produk. Biaya overhead kemudian dijumlahkan dengan biaya langsung masing-masing dan kemudian dibagi dengan volume produksi untuk mendapatkan harga pokok produksi metode tradisional.

Untuk bulan Januari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 30.745/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.382/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.696/ kg.

Untuk bulan Februari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 31.052/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.665/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.631/ kg.

Untuk bulan Maret harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 31.859/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 29.536/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.876/ kg.

Harga pokok produksi rata-rata metode tradisional dapat dihitung dengan menjumlahkan harga pokok produksi masing-masing jenis biji kopi tiap bulan kemudian dibagi dengan jumlah bulan yang digunakan. Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi rata-rata metode tradisional adalah Rp. 31.219/ kg, sedangkan untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.861/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 adalah Rp. 27.734/ kg.

6.5. Analisis Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 30.150/ kg sedangkan harga pokok produksi dengan metode tradisional adalah sebesar Rp. 31.219/ kg. Ini menunjukkan adanya overcost sebesar Rp. 1.069/ kg

. Untuk biji kopi Fancy Select harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 28.456/ kg sedangkan harga pokok produksi dengan metode tradisional adalah sebesar Rp. 28.861/ kg. Ini menunjukkan adanya overcost sebesar Rp. 405/ kg

Untuk biji kopi Arabica Grade-1 harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 28.557/ kg sedangkan harga pokok produksi dengan metode tradisional adalah sebesar Rp. 27.734/ kg. Ini menunjukkan adanya undercost sebesar Rp. 823/ kg

Overcost akan menyebabkan perusahaan menganggap biaya produksi lebih tinggi dari yang seharusnya yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menjual biji kopi sehingga perusahaan dapat mengalami kehilangan penjualan dan harga biji kopi menjadi tidak bersaing.

Undercost akan menyebabkan perusahaan menganggap biaya produksi lebih rendah dari yang seharusnya sehingga perusahaan tidak dapat mencapai margin yang diharapkan dan mengalami kerugian (loss).

6.6. Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing

Berdasarkan perbandingan harga pokok produksi yang diperoleh antara metode Activity Based Costing dan metode tradisional dapat diidentifikasi jenis produk yang mengalami overcosting. Dengan mengetahui produk yang mengalami overcosting maka kelebihan alokasi biaya dapat diidentifikasi, sehingga terjadi efisiensi biaya untuk produk yang mengalami overcosting.

Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select. Efisiensi biaya untuk produk biji kopi Golden adalah sebesar 3,55 % dan untuk biji kopi Fancy Select adalah sebesar 1,42 %.

BAB VII

Dokumen terkait