PERANCANGAN HARGA POKOK PRODUKSI
DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA
PT. PAWANI
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
EDDY SUJONO
NIM. 060403030
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERANCANGAN HARGA POKOK PRODUKSI
DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA
PT. PAWANI
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
EDDY SUJONO
NIM. 060403030
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
( Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM. ) ( Tuti Sarma Sinaga, ST, MT. )
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.
Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk merancang sistem dan mencari
solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan kerja serta
menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan.
Laporan ini memaparkan Tugas Akhir penulis dengan judul
“Perancangan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing pada PT. Pawani”. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini karena pengetahuan, pengamatan, dan pengalaman
penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng. selaku Ketua Bidang Ilmu
Rekayasa Sistem Manufaktur.
3. Bapak Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Koordinator Tugas Akhir.
4. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya dalam membimbing penulis.
5. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dalam membimbing, mengawasi, dan menasehati
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
6. Bapak Hasan Tandi, selaku Kepala Pabrik PT. Pawani yang telah berbagi
ilmu dan membimbing penulis dalam pengamatan di lapangan.
7. Seluruh staff administrasi Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Industri USU
yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi.
8. Kedua orang tua penulis serta adik-adik yang senantiasa mengingatkan dan
memberikan motivasi bagi penulis.
9. Teman-teman Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Stambuk 2006 atas
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1
1.2. Rumusan Masalah... I-3
1.3. Tujuan Penelitian ... I-3
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4
1.5. Sistematika Penulisan ... I-5
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-6
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-7
2.4. Proses Produksi ... II-8
2.4.1. Bahan yang Digunakan ... II-9
2.4.2. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-10
2.4.3. Uraian Proses ... II-11
2.4.4. Mesin dan Peralatan ... II-13
2.4.5. Utilitas ... II-15
III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Biaya ... III-1
3.2. Penggolongan Biaya ... III-1
3.2.1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Objek Biaya ... III-2
3.2.2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya ... III-3
3.2.3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi ... III-4
3.2.4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Fungsi Manajemen ... III-5
3.3. Sistem Perhitungan Biaya ... III-6
3.3.1. Sistem Biaya Tradisional ... III-6
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.4. Perbedaan antara ABC dengan Traditional Costing ... III-10
3.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC ... III-11
3.5.1. Tahap Pertama... III-11
3.5.2. Tahap Kedua ... III-12
3.6. Klasifikasi Aktivitas Biaya ... III-12
3.7. Keunggulan Activity Based Costing ... III-14
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Jenis Penelitian ... IV-1
4.3. Objek Penelitian ... IV-1
4.4. Variabel Penelitian ... IV-2
4.5. Pengumpulan Data ... IV-3
4.6. Pengolahan Data ... IV-4
4.7. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan ... V-1
5.1.2. Data Aktivitas Produksi ... V-2
5.1.3. Data Biaya... V-3
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.1.3.2. Biaya Langsung ... V-7
5.1.3.3. Biaya Bahan Tambahan ... V-9
5.1.3.4. Biaya Listrik ... V-10
5.1.3.5. Biaya Air ... V-12
5.1.3.6. Biaya Bahan Bakar ... V-12
5.1.3.7. Biaya Maintenance ... V-13
5.1.3.8. Biaya Penyimpanan ... V-14
5.2. Pengolahan Data ... V-15
5.2.1. Prosedur Tahap Pertama ... V-15
5.2.1.1. Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan
Biaya ke Berbagai Aktivitas ... V-15
5.2.1.2. Klasifikasi Biaya ... V-17
5.2.1.3. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya) .... V-22
5.2.1.4. Menentukan Biaya per Unit Cost Center ... V-30
5.2.2. Prosedur Tahap Kedua ... V-32
5.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Mempertimbangkan
Persediaan ... V-38
5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.5. Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC
dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ... V-44
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Prosedur Tahap Pertama ... VI-1
6.2. Analisis Prosedur Tahap Kedua ... VI-2
6.3. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan
Mempertimbangkan Persediaan ... VI-3
6.4. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan
Metode Tradisional ... VI-4
6.5. Analisis Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan
ABC dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ... VI-5
6.6. Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing VI-6
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil ... II-6
2.2. Spesifikasi Genset Diesel ... II-16
5.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan ... V-1
5.2. Uraian Biaya Tenaga Kerja ... V-5
5.3. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Januari ... V-6
5.4. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Februari ... V-6
5.5. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Maret ... V-7
5.6. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Januari ... V-8
5.7. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Februari ... V-9
5.8. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Maret ... V-9
5.9. Rincian Biaya Tambahan... V-10
5.10. Biaya listrik untuk Bulan Januari ... V-11
5.11. Biaya listrik untuk Bulan Februari ... V-11
5.12. Biaya listrik untuk Bulan Maret ... V-12
5.13. Rincian Biaya Bahan Bakar ... V-13
5.14. Rincian Biaya Penyimpanan ... V-14
5.15. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada PT. Pawani ... V-18
5.16. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Januari 2011 pada PT.
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.17. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Februari 2011 pada PT.
Pawani dalam Rupiah ... V-20
5.18. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Maret 2011 pada PT.
Pawani dalam Rupiah ... V-21
5.19. Klasifikasi Biaya ... V-22
5.20. Volume Produksi Masing-masing Biji Kopi ... V-22
5.21. Pembagian Aktivitas Pengeringan untuk tiap Biji Kopi ... V-23
5.22. Pembagian Aktivitas Pengayakan untuk tiap Biji Kopi ... V-25
5.23. Pembagian Aktivitas Pengemasan untuk tiap Biji Kopi ... V-26
5.24. Pembagian Jam Kerja untuk tiap Biji Kopi ... V-27
5.25. Pembagian Jumlah Aktivitas untuk tiap Biji Kopi... V-28
5.26. Pemicu Biaya setiap Aktivitas ... V-28
5.27. Rekapitulasi Identifikasi Cost Driver ... V-29
5.28. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Januari 2011 ... V-30
5.29. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Februari 2011 ... V-31
5.30. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Maret 2011 ... V-31
5.31. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Golden Bulan Januari ... V-32
5.32. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Januari ... V-33
5.33. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Januari ... V-33
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.35. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Februari ... V-35
5.36. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Februari ... V-35
5.37. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Golden Bulan Maret ... V-36
5.38. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Maret ... V-37
5.39. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Maret ... V-37
5.40. Rekapitulasi Biaya Pokok Produksi ... V-38
5.41. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Mempertimbangkan
Persediaan ... V-40
5.42. Harga Pokok Produksi Rata-rata Metode ABC ... V-41
5.43. Perhitungan HPP dengan Metode Tradisional ... V-43
5.44. Harga Pokok Produksi Rata-rata Metode Tradisional... V-44
5.45. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Pawani ... II-3
2.2. Blok Diagram Proses Pengolahan Biji Kopi ... II-9
4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3
4.2. Diagram Alir Penelitian ... IV-6
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-1
2. Surat Penjajakan ... L-3
3. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-4
4. Surat Keputusan (SK) Tugas Sarjana... L-5
ABSTRAK
PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.
Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.
Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi
Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica Grade-1. Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select karena kelebihan perkiraan biaya produksi untuk kedua jenis produksi dapat diidentifikasi.
ABSTRAK
PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.
Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.
Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi
Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica Grade-1. Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select karena kelebihan perkiraan biaya produksi untuk kedua jenis produksi dapat diidentifikasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk
memperluas pasar serta para pesaing yang harus dihadapi. Dengan pemahaman
akan lingkungan persaingan yang dihadapi maka perusahaan akan mampu
mengoptimalkan operasi-operasi terutama dalam menghasilkan produk dan
mendapatkan pasar yang lebih besar dengan pertimbangan pada efisiensi biaya
produksi dalam menentukan harga pokok produksinya.
PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah
biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi
perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.
Pengetahuan mengenai biaya produksi diperlukan sebagai pendukung
untuk mengambil keputusan dalam menjual produk yang dihasilkan. PT. Pawani
menjual produknya berdasarkan harga pasaran biji kopi.
Masalah yang dihadapi perusahaan yaitu perbedaan antara laba yang
diprediksi atau diharapkan dengan laba aktual yang diperoleh. Laba aktual
tersebut selama tahun 2010 lebih rendah dari laba yang diharapkan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala pabrik diketahui selisih laba aktual dengan laba
Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani
menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead (Fixed
Cost) merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu
sistem ini tidak mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan
mengenai biaya produksinya.
Dari pengamatan pendahuluan perusahaan masih menggunakan
perhitungan harga pokok produksi metode tradisional karena itu perusahaan ingin
mengetahui cara menghitung harga pokok produksi dengan metode Activity Based
Costing yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
perbandingan dengam metode yang saat ini diterapkan perusahaan.
Metode Activity Based Costing menelusuri biaya melalui aktivitas yang
dilakukan sesuai dengan tujuan biaya itu (aktivitas produksi atau aktivitas
pelayanan), yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat dan dapat
ditelusuri. Dengan menggunakan metode ABC dapat mengklasifikasi aktivitas
yang memberi nilai tambah dan tidak memberi nilai tambah, dan memungkinkan
untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memberi nilai tambah.1
Dari permasalahan di atas akan dilakukan suatu penelitian mengenai
rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk
mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat
mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat
memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi. Rancangan
1
perbaikan ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pada departemen produksi
perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan pengevaluasian masalah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka permasalahan yang
dihadapi perusahaan adalah belum adanya metode perhitungan harga pokok
produksi yang tepat terutama untuk biaya overhead sehingga diperlukan metode
lain yang lebih mewakili untuk memberikan gambaran mengenai harga pokok
produksi saat ini.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari pelaksanaan penelitian di pabrik ini yaitu untuk
mendapatkan harga pokok produksi untuk biji kopi Arabica Grade-1, Fancy
Select dan Golden.
Tujuan khusus pelaksanaan penelitian di pabrik ini yaitu:
1. Membandingkan perhitungan harga pokok produksi metode Activity Based
Costing dengan metode tradisional
2. Untuk mengetahui terjadinya overcosting dan undercosting pada setiap
produk
3. Untuk mengetahui efisiensi biaya produksi dari perhitungan antara metode
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Proses produksi yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu proses
produksi untuk kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden
2. Biaya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku
langsung dan biaya overhead yang berhubungan dengan kegiatan di lantai
produksi.
3. Segala data aktivitas dan biaya-biaya diamati pada bulan Januari 2011,
Februari 2011, dan Maret 2011.
4. Metode analisis biaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
Activity Based Costing (ABC).
Asumsi-asumsi yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Tidak terjadi gangguan pada proses produksi selama penelitan berlangsung
2. Jenis produk yang dihasilkan adalah tetap.
3. Proporsi bahan yang dibeli sesuai dengan yang dihasilkan.
4. Biaya overhead pada bulan Januari tidak dipengaruhi persediaan akhir
bulan Desember.
5. Data waktu yang diperoleh adalah data waktu rata-rata.
6. Biaya penyimpanan adalah 2 persen dari harga biji kopi
7. Penggunaan persediaan adalah berdasarkan aturan First In First Out
(FIFO)
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen
serta proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam pemecahan masalah.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta
pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan
saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Pawani merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di
bidang pengolahan dan ekspor biji kopi. Pabrik biji kopi PT. Pawani didirikan di
Jalan Jemadi Nomor 24/94, Medan, Sumatera Utara sejak Oktober 1979 oleh
Bapak Hasan Tandi yang masih memimpin perusahaan hingga kini. Kantor PT.
Pawani berada di Jalan Kolonel Sugiono Nomor 14-F, Medan, Sumatera Utara.
NV. Pawani pertama kali berdiri tahun 1964 di Jalan Singkat dengan ruang
lingkup kegiatan pengolahan dan ekspor produk karet dan biji kopi. Kemudian
pada tahun 1967, pabrik dipindahkan ke Jalan Wahidin untuk mendukung
peningkatan kapasitas produksi. Pada saat itu, NV. Pawani masih mengolah dan
mengekspor karet. Namun karena sulitnya memperoleh bahan baku karet,
kegiatan pengolahan dan ekspor karet dihentikan dan kegiatan pabrik difokuskan
pada biji kopi sejak tahun 1979. Pada saat itu juga, pemerintah melarang
keberadaan industri di kawasan pemukiman Jalan Wahidin, sehingga pabrik harus
dipindahkan ke Jalan Jemadi. Pada tahun 2006, NV. Pawani diganti menjadi PT.
Pawani dengan izin usaha nomor 109/02.13/TDG/XI/2006.
Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi yaitu biji kopi yang
biasanya dipasok dari Takengon dan Sidikalang. Hasil produksi diekspor ke luar
negeri melalui pelabuhan Belawan dengan negara tujuan ekspor seperti Taiwan,
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Bidang usaha PT. Pawani yaitu pengolahan dan ekspor biji kopi.
Pengolahan biji kopi secara garis besar meliputi penggilingan, pengeringan,
pengayakan, penyortiran, dan pengemasan.
Pengolahan dilakukan pada biji kopi yang berkulit ari atau biji kopi yang
masih bercangkang, tergantung pada pasokan yang ada. Biji kopi tersebut
kemudian dijemur dengan bantuan sinar matahari agar kadar airnya mencapai
sekitar 12% hingga 13%. Apabila masih bercangkang, biji kopi akan digiling agar
cangkang dan kulit arinya terlepas. Selanjutnya biji kopi yang sudah cukup kering
dan bersih akan diayak dengan menggunakan mesin ayak untuk memisahkan
antara biji kopi yang berukuran besar dan kecil. Setelah terpisah berdasarkan
ukuran, biji kopi akan disortir secara manual untuk dipisahkan antara biji kopi
yang baik dengan yang rusak. Proses terakhir yaitu pengemasan biji kopi yang
telah disortir dengan menggunakan karung goni.
Berdasarkan ukuran dan kualitas biji kopi yang diolah, produk yang
dihasilkan yaitu biji kopi golden, fancy select, dan arabica A/grade I. Biji kopi
golden merupakan biji kopi arabika yang diproses mulai dari biji kopi yang
bercangkang, sehingga kualitasnya terkendali dan lebih baik. Biji kopi fancy
select merupakan biji kopi arabika dengan ukuran biji yang cukup besar (dengan
panjang 8 mm atau lebih). Biji kopi arabica A/grade I merupakan biji kopi
2.3. Organisasi dan Manajemen
PT. Pawani masih memiliki struktur organisasi dan manajemen yang
sederhana dengan pabrik dan kantor yang lokasinya terpisah. Operasional pabrik
dipimpin oleh kepala pabrik, sedangkan operasional kantor diatur oleh direktur.
2.3.1. Struktur Organisasi
Secara keseluruhan, struktur organisasi di PT. Pawani membentuk
hubungan lini fungsional. Struktur organisasi PT. Pawani dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Direktur
Manajer Keuangan
Manajer Pemasaran
Kepala Pabrik
Staf Keuangan
Staf Pemasaran
Karyawan Pabrik
= Hubungan fungsional = Hubungan lini
Sekretaris
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pawani
Hubungan lini dapat dijumpai antara direktur dengan para manajer di
bawahnya, manajer dengan staf, dan kepala bagian dengan karyawan pabrik.
Hubungan fungsional dapat dijumpai pada hubungan antara manajer keuangan,
menangani salah satu bagian atau fungsi pokok perusahaan dan juga saling
berkoordinasi satu sama lain.
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Deskripsi jabatan untuk tiap personil di PT. Pawani secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Direktur
a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Memimpin, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan rencana perusahaan
yang telah ditetapkan.
c. Mengkoordinasikan para manajer dan kepala bagian.
d. Menciptakan dan memelihara suasana perusahaan agar selalu kondusif.
e. Bertanggung jawab penuh atas kondisi dan kinerja perusahaan.
2. Sekretaris
a. Melakukan urusan korespondensi perusahaan.
b. Menghadapi tamu perusahaan apabila Direktur sedang berhalangan.
c. Membantu komunikasi antara Direktur dengan para manajer..
d. Menyusun jadwal
3. Manajer Pemasaran
a. Melakukan kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan perusahaan.
b. Menerima pesanan produk dari konsumen yang berada di luar negeri.
d. Bertanggung jawab kepada Direktur.
4. Staf Pemasaran
a. Menangani segala administrasi yang berhubungan dengan kegiatan
pemasaran.
b. Menangani pesanan yang diterima dari korespondensi hingga pengiriman.
c. Bertanggung jawab kepada Manajer Pemasaran.
5. Manajer Keuangan
a. Mengatur dan mengawasi lalu lintas keuangan di perusahaan.
b. Bertanggung jawab atas pengeluaran dan penerimaan dana.
c. Mengawasi kegiatan pencatatan akuntansi dan perpajakan di perusahaan.
d. Menyusun laporan aktivitas perusahaan setiap tahunnya untuk Direktur.
e. Bertanggung jawab kepada Direktur.
6. Staf Keuangan
a. Menangani segala administrasi yang berhubungan dengan lalu lintas
keuangan perusahaan.
b. Melakukan pencatatan akuntansi dan perhitungan pajak perusahaan.
c. Bertanggung jawab kepada Manajer Keuangan.
7. Satpam
a. Menerima dan mencatat kedatangan tamu perusahaan.
b. Bertanggung jawab atas keamanan kantor.
8. Kepala Pabrik
a. Mengatur segala kegiatan di pabrik, mulai dari penerimaan bahan,
b. Mengatur pemakaian dan perawatan seluruh mesin dan peralatan yang ada
di pabrik.
c. Menangani seluruh urusan yang berhubungan dengan karyawan pabrik,
seperti penggajian, perekrutan, dan koordinasi.
d. Bertanggung jawab atas produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.
e. Bertanggung jawab kepada Direktur.
9. Karyawan Pabrik
a. Melaksanakan seluruh kegiatan produksi di pabrik sesuai dengan instruksi
dari kepala pabrik.
b. Bertanggung jawab atas kondisi peralatan dan kebersihan lingkungan kerja.
c. Bertanggung jawab kepada Kepala Pabrik.
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
Jumlah tenaga kerja di pabrik atau karyawan PT. Pawani yaitu sebanyak
42 orang, yang terdiri dari 28 orang wanita dan 14 orang pria, sedangkan jumlah
tenaga kerja di kantor atau staf PT. Pawani yaitu sebanyak 7 orang. Perincian
tenaga kerja beserta jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil
Jabatan Pria Wanita Jumlah
Direktur 1 0 1
Sekretaris 0 1 1
Manajer Pemasaran 1 0 1
Tabel 2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil (Lanjutan) Jabatan Pria Wanita Jumlah
Manajer Keuangan 1 0 1
Staf Keuangan 0 1 1
Satpam 1 0 1
Kepala Pabrik 1 0 1
Karyawan Pabrik bagian penyortiran 0 28 28
Karyawan Pabrik bagian lain 14 0 14
Total 20 30 50
Sumber: PT. Pawani (2011)
Jam kerja efektif di pabrik PT. Pawani adalah 40 jam per minggu dengan
hari kerja dari Senin hingga Sabtu. Dalam satu hari kerja, waktu bekerja mulai
dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB dengan waktu istirahat sebesar 1 jam
mulai dari pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB. Untuk hari Sabtu, waktu kerja
berakhir pada pukul 14.00 WIB.
Jam kerja selain waktu reguler dihitung sebagai jam kerja lembur yang
diterapkan apabila terdapat peningkatan permintaan biji kopi. Besarnya upah
lembur disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Pabrik PT. Pawani memberlakukan sistem pencatatan absensi manual
yang dilakukan oleh kepala pabrik. Pabrik belum menerapkan penggunaan sistem
absensi elektronik untuk memudahkan pencatatan absensi.
Sistem pengupahan atau kompensasi untuk staf dan karyawan di PT.
bulan. PT. Pawani juga memberikan uang makan dan menanggung biaya asuransi
tenaga kerja untuk para pekerjanya.
Selain gaji, perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan
yang bekerja di luar waktu kerja normal. Cara perhitungan upah lembur yaitu
setiap pekerja mendapatkan Rp 6.000 untuk jam pertama, kemudian 2 x Rp 6.000
untuk jam kedua, dan seterusnya.
PT. Pawani juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada setiap
karyawan sebesar satu bulan gaji. Karyawan yang berhak menerima THR adalah
karyawan yang telah bekerja minimal satu tahun atau lebih. Karyawan juga
diberikan izin cuti sebanyak 12 hari dalam setahun. Khusus untuk karyawan
wanita diberikan tambahan cuti haid sebanyak dua hari setiap bulannya.
2.4. Proses Produksi
Proses produksi biji kopi di PT. Pawani secara garis besar terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu pengeringan, penggilingan, pengayakan, penyortiran, dan
pengemasan. Tahapan produksi tersebut agak berbeda tergantung pada jenis biji
kopi yang akan diolah. Apabila masih bercangkang, biji kopi harus melewati
proses penggilingan setelah selesai dikeringkan. Apabila biji kopi tidak
bercangkang dan hanya berkulit ari, tidak diperlukan proses penggilingan. Dari
biji kopi yang bercangkang tersebut akan dihasilkan jenis biji kopi golden,
sedangkan dari yang tidak bercangkang akan dihasilkan jenis fancy select dan
arabica A/grade I.
Pengeringan
Penggilingan
(khusus biji kopi bercangkang)
Pengayakan
Penyortiran
[image:31.595.230.393.111.355.2]Pengemasan
Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pengolahan Biji Kopi
2.4.1. Bahan yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi jenis arabika yang berasal
dari Takengon dan Sidikalang. Biji kopi yang diterima ada dua macam, yaitu biji
kopi yang masih bercangkang dan biji kopi yang berkulit ari. Biji kopi yang masih
bercangkang akan dibersihkan dari cangkang dan kulit ari, kemudian diolah
menjadi biji kopi berjenis golden yang memiliki kualitas lebih baik, sedangkan
biji kopi yang berkulit ari akan langsung diproses tanpa penggilingan dan
menghasilkan biji kopi jenis fancy select dan arabica A/grade I, tergantung pada
ukuran biji kopi.
Bahan tambahan yang digunakan untuk produk biji kopi ini yaitu bahan
kemasan. Bahan kemasan yang digunakan adalah karung goni, benang pengikat
mengemas bahan makanan yang dapat menampung 60 kg biji kopi setiap
karungnya. Setiap karung goni yang kosong beratnya lebih kurang 1 kg. Benang
pengikat yang digunakan adalah gulungan benang tali goni yang berwarna putih.
Sablon merek terdiri dari cap sablon dan cat sablon berwarna merah dan biru.
2.4.2. Standar Mutu Bahan/Produk
Penanganan mutu biji kopi di PT. Pawani dipercayakan kepada kepala
pabrik. Penentuan standar mutu bahan yang dibeli, cara penanganan dan proses
produksi biji kopi, dan mutu produk yang dihasilkan berdasarkan spesifikasi yang
ditetapkan oleh perusahaan.
Biji kopi yang dibeli dikemas dalam karung plastik dengan kapasitas 100
kg. Kadar air yang terkandung di dalam biji kopi tersebut tidak boleh lebih dari
15%. Apabila kadar air berada di atas angka tersebut, biji kopi yang dibeli lebih
mudah rusak karena ditumbuhi jamur sehingga tidak dapat digunakan. Pengujian
kadar air dilakukan dengan mengambil 100 g sampel dari tiap karung.
Biji kopi yang dihasilkan akan dikemas dalam karung goni berkapasitas 60
kg. Mutu biji kopi ditentukan oleh kadar airnya. Kadar air biji kopi yang baik
yaitu sekitar 12%. Kadar air terendah yang dapat diterima yaitu 10%. Apabila
kadar air di bawah 10%, biji kopi akan menjadi rapuh dan kering sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Apabila kadar air terlalu tinggi, biji kopi akan berpotensi
ditumbuhi jamur pada saat pengiriman dan rasa kopi yang dihasilkan dari biji kopi
tersebut akan lebih asam sehingga mutunya turun. Karena itu, proses pengeringan
Karung goni yang digunakan untuk pengemasan tidak boleh robek dan
harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Sablon merek juga harus
diperhatikan agar merek yang tercetak pada goni jelas dan terang.
2.4.3. Uraian Proses
Tahapan proses pengolahan biji kopi di PT. Pawani yaitu:
1. Proses pengeringan
Biji kopi yang masih bercangkang atau yang berkulit ari dikeluarkan dari
karung untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan di lapangan semen yang
diberi sekat membentuk bak. Biji kopi yang berkadar air sekitar 15% akan
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari hingga mencapai kadar air
sebesar 12%. Sinar matahari yang digunakan untuk pengeringan ini adalah
sinar matahari pada saat siang hari sekitar pukul 10 hingga pukul 2 dengan
cuaca cerah atau panas. Biji kopi disebar merata di lapangan semen hingga
mencapai ketinggian tertentu. Ketinggian yang biasa digunakan antara 3-6 cm.
Kemudian biji kopi dibiarkan di bawah sinar matahari sambil diaduk atau
dibalik dengan menggunakan alat penggaruk setiap 15 menit atau setengah
jam. Setiap beberapa saat, kepala pabrik akan melakukan pengecekan secara
fisik atau dengan menggunakan alat pengukur kadar air untuk mengetahui
apakah biji kopi yang dijemur telah cukup kering. Setelah pengeringan selesai,
biji kopi akan dimasukkan kembali ke dalam karung plastik. Apabila cuaca
akan hujan, pengeringan harus dihentikan. Biji kopi yang basah akan
2. Proses penggilingan
Proses ini hanya digunakan untuk biji kopi yang masih bercangkang. Biji kopi
bercangkang yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam mesin giling untuk
dipisahkan antara biji kopi dengan cangkang dan kulit arinya. Apabila biji
kopi bercangkang belum cukup kering, cangkang dan kulit ari akan sulit
terpisah dari biji sehingga hasil penggilingan tidak akan maksimal. Setelah
digiling, biji kopi akan ditiup dengan alat blower yang terintegrasi pada mesin
giling untuk dibersihkan dari sisa cangkang, kulit ari, dan debu penggilingan.
Tenaga blower berasal dari kompresor. Dari biji kopi yang bercangkang ini
akan dihasilkan jenis biji kopi golden.
3. Proses pengayakan
Pengayakan bertujuan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukurannya.
Biji kopi yang lebih besar (berukuran 8 mm atau lebih) akan digunakan untuk
merek fancy select, sedangkan yang lebih kecil akan digunakan untuk merek
arabica A/grade I.
4. Proses penyortiran
Penyortiran dilakukan secara manual oleh pekerja. Penyortiran dilakukan pada
biji kopi yang telah selesai diayak untuk dipisahkan antara biji kopi yang
bagus atau utuh dengan biji kopi yang cacat atau rusak. Khusus untuk biji kopi
yang berkulit ari, penyortiran juga memisahkan biji berdasarkan ukuran. Biji
kopi yang berukuran lebih besar (berdiameter 8 mm atau lebih) akan
digunakan untuk merek arabica A/grade I. Biji kopi yang cacat atau rusak
akan dikumpulkan.
5. Proses pengemasan
Setelah penyortiran selesai, biji kopi akan dikemas di dalam karung goni.
Karung goni akan disablon dengan merek terlebih dahulu sesuai dengan jenis
biji kopi yang akan dikemas. Setelah biji kopi selesai diisikan dengan berat
bersih 60 kg, karung goni akan ditutup atau disegel benang tali dengan
menggunakan mesin jahit portabel.
2.4.4. Mesin dan Peralatan
Mesin-mesin yang digunakan PT. Pawani dalam mendukung kegiatan
produksinya yaitu:
1. Mesin giling
Jumlah mesin giling yang digunakan di pabrik yaitu 1 unit. Mesin ini
digunakan untuk menggiling biji kopi agar terpisah dari cangkang dan kulit
arinya. Pada mesin ini juga terdapat alat blower yang berfungsi untuk
membersihkan campuran biji kopi yang telah digiling dari sisa cangkang dan
kulit ari, serta kotoran debu penggilingan. Blower tersebut dioperasikan
dengan bantuan kompresor. Mesin ini merupakan rakitan tangan dan tidak
bermerek.
2. Mesin ayak
Jumlah mesin ayak yang digunakan di pabrik yaitu 2 unit. Mesin ini
kopi yang rusak atau retak juga akan terpisah dari campuran. Mesin ini dirakit
dengan tangan dan tidak bermerek.
3. Mesin jahit portabel
Jumlah mesin jahit portabel yang digunakan di pabrik yaitu 1 unit. Mesin ini
digunakan untuk menyegel atau menutup karung goni yang telah diisi dengan
biji kopi. Mesin jahit portabel yang digunakan yaitu Fischbein Portable Bag
Closer yang dapat beroperasi pada tegangan 110 V atau 220 V dengan
kecepatan 1800 jahitan per menit (setiap 10 cm terdapat 16 jahitan)..
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi yaitu:
1. Timbangan duduk mekanik
Jumlah timbangan yang digunakan di pabrik yaitu 2 buah. Fungsinya adalah
untuk menimbang karung biji kopi yang baru dibeli dan menakar biji kopi
yang akan dimasukkan ke dalam karung goni.
2. Batang penggaruk
Jumlah batang penggaruk yang digunakan di pabrik yaitu 2 buah. Alat ini
berfungsi untuk mengaduk atau membalik biji kopi pada saat pengeringan
agar prosesnya merata.
3. Meja sortir
Jumlah meja sortir yang digunakan di pabrik yaitu 40 buah. Meja ini juga
dilengkapi dengan bangku. Fungsinya adalah sebagai tempat kerja untuk
4. Sekop
Jumlah sekop yang digunakan di pabrik yaitu 4 buah. Fungsinya adalah untuk
menyekop biji kopi ke dalam karung goni pada saat pengemasan dan ke dalam
karung plastik setelah selesai dikeringkan.
5. Tampah
Jumlah tampah yang digunakan di pabrik yaitu 50 buah. Fungsinya adalah
untuk membantu pekerja di bagian penyortiran untuk membawa dan menyortir
biji kopi. Tampah ini terbuat dari bambu dengan permukaan berbentuk bulat
berdiameter 60 cm.
6. Alat tester kadar air
Jumlah alat tester kadar air yang digunakan di pabrik yaitu 1 buah. Fungsinya
adalah untuk mengukur kadar air sejumlah biji kopi yang telah dikeringkan.
Setiap pengukuran memerlukan 100 g sampel biji kopi. Merek alat ini yaitu
Cera Tester. Selain biji kopi, alat ini juga dapat mengukur kadar air biji coklat,
padi, dan kacang-kacangan.
2.4.5. Utilitas
Utilitas pabrik PT. Pawani yang digunakan untuk menunjang operasional
yaitu:
1. Listrik
Pabrik menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dengan daya 2,2 kVA (220 V, 10 A) seperti yang digunakan pada rumah
seperti penerangan, radio, CCTV, dan televisi. Untuk menjalankan
mesin-mesin produksi, pabrik menggunakan tiga buah generator set (genset) diesel.
Alasan pabrik menggunakan genset adalah karena listrik dari genset lebih
stabil daripada listrik PLN. Spesifikasi genset diesel yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Spesifikasi Genset Diesel
No Merek Seri
Daya (kW/kVA)
Tegangan (V)
Arus (A)
Frekuensi (Hz)
1 Yanmar
YTG5S/S16F-180/A
5 110/220 45,45 50
2 Baifa BF-C125-60 125 380 328,95 60
3 Baifa BF-D142 142 380 373,69 60
2. Air bersih
Pabrik mendapat suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Air digunakan untuk kebutuhan sanitasi karyawan dan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Biaya
Biaya adalah harga yang digunakan atau dikorbankan dalam rangka
memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan. Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan
untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi
dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan
administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan
informasi biaya bagi manjemen baik biaya produksi maupun biaya non produksi.
3.2 Penggolongan Biaya2
1. Objek biaya
Menurut Firdaus (2009) penggolongan biaya diperlukan untuk
menyampaikan dan menyajikan data biaya agar berguna bagi manajemen dalam
mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimana menghimpun dan
mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan penggolongan
biaya atas dasar:
2. Perilaku biaya
3. Periode akuntansi
2
4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional
3.2.1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Objek Biaya
Ditinjau dari objek biaya maka biaya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung yaitu biaya terjadinya atau manfaatnya dapat
diidentifikasikan secara langsung pada objek atau pusat biaya tertentu.
Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung.
2 Biaya Tidak Langsung (Overhead cost)
Pengertian biaya produksi tidak langsung (factory overhead cost) atau
singkatnya biaya overhead produksi menurut Matz dan Usry (2002) dapat
didefenisikan sebagai biaya dari bahan atau material tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, dan semua biaya produksi yang tidak dapat dibebankan
langsung kepada produk. Jadi dengan kata lain biaya overhead produksi ini
meliputi seluruh biaya produksi kecuali biaya material langsung dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead produksi merupakan biaya yang tidak
dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang
menggunakannya atau yang mengkonsumsinya. Hal ini berbeda dengan biaya
produksi langsung yang dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk
yang mengkonsumsinya. Biaya overhead yang timbul umumnya dikonsumsi
Secara garis besar, biaya overhead produksi digolongkan sebagai berikut:
a. Biaya Bahan Pembantu (Indirect Material), merupakan biaya bahan yang
diperlukan dalam proses pembuatan produksi, tetapi bukan biaya bahan
baku (bahan langsung). Bahan pembantu ini akhirnya juga menjadi bagian
produk, tetapi memiliki nilai yang kecil.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor), merupakan biaya
tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung kepada
produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji supervisor, quality control,
tenaga kerja administrasi dan pekerja yang bertugas dalam kerja
pemeliharaan yang secara tidak langsung berkaitan dengan produksi.
c. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan (Repair and Maintenance), yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk aktivitas reparasi dan pemeliharaan
mesin/peralatan, serta pemakaian suku cadang. Terkadang biaya suku
cadang dipisahkan dari biaya reparasi dan pemeliharaan.
d. Biaya Penyusutan dan Depresiasi, misalnya biaya penyusutan mesin,
peralatan dan kendaraan.
e. Biaya Utilitas, misalnya biaya penggunaan air, gas dan listrik. Sejalan
dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya overhead
3.2.2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan
atau volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu :
1. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung
dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi
ataupun volume penjualan. Di samping itu, biaya variabel mempunyai
karakteristik umum yang lain dimana biaya per unitnya tidak berubah.
2. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat
kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu Biaya tetap per unit
akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka
panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel.
3. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung
unsur tetap dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian,
biaya ini harus dipisah menjadi elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel.
Unsur tetap ini biasanya merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan
3.2.3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi
Dalam penggolongan biaya sehubungan dengan periode akuntansi,
biaya-biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya-biaya-biaya tersebut dibebankan
terhadap pendapatan. Penggolongan ini berguna bagi manajemen dalam
membandingkan beban-beban dengan pendapatan secara layak dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Sehubungan dengan periode akuntansi ada dua
kategori kelompok biaya yaitu :
1. Biaya produk
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya produksi yaitu
bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini
pada saat terjadinya dicata dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila
terjadi penjualan atas persedian atau produk, maka biaya dari persediaan akan
menjadi harga atau beban pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan
pendapatan yang telah teralisir dari penjualan tersebut.
2. Biaya periode
Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi
berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini
bisa bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapa periode
akuntansi dan ada juga yang memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi
yang berjalan. Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya
3.2.4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Fungsi Manajemen
Penggolongan biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan
untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian biaya
atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan
pada jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Yang termasuk
dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik
2. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi administrasi dan umum, yang terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara
keseluruhan.
3. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk jadi sampai
dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi fungsi
penjualan, penggudangan produk jadi, dan pengiriman.
3.3. Sistem Perhitungan Biaya 3.3.1. Sistem Biaya Tradisional
Dahulu sistem biaya yang digunakan sangatlah sederhana dan biasanya
biaya-biaya yang terlibat di dalamnya hanyalah biaya langsung, yakni meliputi
biaya tenaga kerja langsung dan biaya material langsung. Namun seiring dengan
maintenance (perawatan), utilitas, dan biaya-biaya lainnya yang tergolong sebagai
biaya overhead. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya-biaya tidak
langsung tadi kepada basis alokasi yang tidak representatif.
Sistem ini mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit
sebagai pembebanan biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi.
Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang (cross subsidy) antar produk, satu
produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan produk lainnya mengalami
kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada
proporsi biaya overhead terhadap biaya produksi total. Semakin besar
proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya
Dalam sistem biaya secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya
yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan
biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya
yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya
perawatan, dan lain sebagainya. Sistem biaya tradisional akan membebankan
biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatif. Pada sistem
biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak langsung ke unit
produksi, tetapi ditempuh dengan cara sebagai berikut :
1. Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada.
2. Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke setiap unit produksi. Unsur- unsur
biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu
unsur-unsur biaya lainnya dialokasikan secara langsung sesuai dengan perhitungan
langsungnya masing-masing.
Basis pembebanan atau faktor pembanding yang digunakan diantaranya :
a. Jumlah unit produksi
b. Jam tenaga kerja langsung
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Biaya material langsung
3.3.2. Activity Based Costing
Menurut Firdaus (2009) Activity Based Costing adalah suatu metode yang
menghitung biaya dan kinerja dari suatu proses yang berhubungan dengan
aktivitas dan objek-objek biaya. Pembebanan biaya berdasarkan penggunaan
sumber-sumber daya dan pembebanan biaya kepada objek-objek seperti: produk,
pelanggan, berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pengakuan hubungan
timbal balik antara cost driver dan aktivitas.3
Hongren (2007) menyatakan bahwa Activity Based Costing adalah suatu
sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran
bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam
3
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Hal: 320-321
3
perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung
dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut. 4
Menurut Cooper dan Kaplan (1998) Activity Based Costing ini berfokus
pada proses penentuan product costing (biaya produk), yaitu dengan cara
menentukan aktivitas-aktivitas yang diserap produk tersebut selama proses
produksi. Activity Based Costing menghasilkan informasi yang dapat membatasi
distorsi dan subsidi silang yang disebabkan oleh pengalokasian sistem akuntansi
biaya tradisional. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi
aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai. Dengan demikian dapat digunakan
sebagai dasar untuk perbaikan profitabilitas perusahaan secara continue, sehingga
keunggulan perusahaan dapat diraih. 5
5
Cooper Robin, dan Kaplan. 1998. The Design of Cost Management Systems. Hal : 157
5
Widjaja, Amin. 1992. Activity Based Costing: Suatu Pengantar. Hal: 132-133
Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas, karena pada
dasarnya pengelolaan manajemen merupakan perencanaan dan pengendalian
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam perusahaan semua aktivitas
ditujukan untuk menghasilkan produk dengan biaya memadai. Dengan demikian,
fokus utama manajemen adalah pada pengelolaan aktivitas, yaitu merencanakan
dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk
Penerapan sistem ABC dirancang sehingga setiap biaya yang tidak dapat
dialokasikan secara langsung kepada objek biaya, dibebankan kepada objek biaya
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tersebut. Yang dimaksud aktivitas
adalah kejadian, tugas, atau sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan
tertentu. Yang dimaksud dengan objek biaya (cost object) adalah sesuatu yang
menyebabkan biaya tersebut akan diukur, contoh objek biaya adalah berdasarkan
produk, berdasarkan pelanggan, berdasarkan departemen, dan lain-lain.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ABC menghitung biaya produk
dan membebankan biaya produk sesuai dengan objek biayanya, berdasarkan
aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab
itu, penerapan ABC akan mendukung proses pengambilan keputusan-keputusan
strategis dalam perusahaan, seperti: keputusan tentang harga, dan proses efisiensi
yang dilakukan perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan
untuk melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan yang dilakukan
pada sebuah perusahaan.
3.4. Perbedaan antara ABC dengan Traditional Costing6
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya
(cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Widjaja (2001) adalah sebagai
setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya
overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.
Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka
pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk
penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat
diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen
persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan
memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk
analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost
pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu
ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk
menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.
3.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC7
Menurut Hansen dan Mowen (2000) pembebanan biaya overhead pada
Activity Based Costing juga menggunakan dua tahap seperti pada sistem biaya
tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada
tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap
kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.
7
3.5.1. Tahap Pertama
Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC pada tahap ini
dimulai dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang
sejenis atau homogen yang terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas
2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah
ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu:
Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining
activity costing, facility sustaining activity costing.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif perunit cost pool.
4. Menentukan biaya per unit Cost Pool
Adalah biaya perunit cost pool yang dihitung untuk suatu aktivitas. Menurut
Hansen dan Mowen (1999) biaya per unit cost pool dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Biaya per Unit Cost Pool =
Driver Cost
pool) (cost Aktivitas Biaya
3.5.2. Tahap Kedua
Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas
kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya
overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus:
3.6. Klasifikasi Aktivitas Biaya8
Klasifikasi aktivitas biaya merupakan pengelompokan biaya dalam
berbagai kelompok biaya (cost pool). Pengelompokan ini didasarkan atas tingkat
kesulitan untuk menentukan hubungan sebab akibat serta untuk dasar
pengalokasian (cost allocation based).
Menurut Firdaus (2009) ada 4 kategori dalam pengelompokan biaya pada
ABC, adalah sebagai berikut:
1. Biaya untuk setiap unit (unit level) adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang
dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini berdasarkan hubungan sebab
akibat dengan setiap unit yang dihasilkan. Contoh: biaya perbaikan mesin,
biaya listrik, dan biaya penyusutan mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber daya
yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan sekelompok unit
(batch) produk atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini
adalah biaya hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang
dihasilkan. Contoh : biaya setup mesin.
3. Biaya untuk setiap produk tertentu (product level) adalah sumber daya yang
digunakan untuk mendukung produksi suatu produk. Biaya ini tidak
dipengaruhi oleh produksi atau penjualan satu atau beberapa unit batch.
Contoh: biaya desain produk, biaya pengembangan prototype, dan rekayasa
produksi.
8
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility level) adalah sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung
dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi
secara keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan
sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan
untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses
produksi barang atau jasa. Contoh: biaya keamanan, biaya kebersihan, dan
asuransi biaya pabrik.
3.7. Keunggulan Activity Based Costing9
Beberapa keunggulan dari penerapan metode Activity Based Costing
dalam penentuan biaya produk menurut Firdaus (2009) antara lain :
1. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun
industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik
yang lebih besar
2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin
banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.
3. Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga
manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan
lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada
akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.
9
4. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam
biaya tidak langsung
5. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di pabrik PT. Pawani yang berlokasi di Jalan Jemadi
No. 24, Medan, Sumatera Utara dan di kantor PT. Pawani yang berlokasi di Jalan
Kolonel Sugiono No. 14-F, Medan, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama
periode Desember 2010 hingga April 2011.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian komparatif.
Penelitian ini membandingkan biaya pokok produksi yang dihitung dengan
metode ABC dan metode tradisional yang selama ini digunakan perusahaan
dengan meninjau waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan analisis
kuantitatif.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati yaitu aktivitas-aktivitas produksi yang
berpengaruh pada biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung
4.4. Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Variabel tak bebas (Dependent Variable)
Variabel tak bebas adalah variabel yang perubahannya tergantung pada
variabel lain. Variabel tak bebas dari penelitian ini adalah :
a. Cost driver : yaitu suatu faktor yang digunakan untuk mengukur
bagaimana biaya terjadi atau cara untuk membebankan biaya pada
aktivitas.
b. Cost center : yaitu biaya untuk melakukan satu unit aktivitas
c. Harga pokok produksi : yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan
satu unit produk.
2. Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada
variabel lain dan dapat diatur nilainya. Variabel bebas dari penelitian ini
adalah :
a. Biaya langsung (Variable Cost) : yaitu biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung yang langsung berhubungan dengan volume
produksi.
b. Biaya overhead (Fixed Cost) : yaitu biaya yang dibutuhkan sebagai biaya
tambahan untuk menunjang proses produksi.
c. Aktivitas : yaitu suatu kelompok kegiatan yang dilakukan dalam sebuah
Cost Driver
Cost Center
Harga Pokok Produksi Biaya Langsung
Biaya Overhead
Aktivitas
Harga Produk Aktual Harga Produk
Usulan
[image:56.595.111.501.110.375.2]Peningkatan atau Penurunan Laba
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.5. Pengumpulan Data
Data primer yang akan dikumpulkan yaitu pengamatan terhadap
aktivitas-aktivitas produksi seperti :
1. Langkah-langkah proses produksi
Langkah-langkah yang dikumpulkan yaitu aktivitas atau proses yang
diperlukan untuk menghasilkan setiap jenis produk.
2. Frekuensi aktivitas
Setiap aktivitas yang dilakukan pada proses produksi akan dihitung siklus atau
3. Utilitas pendukung proses produksi.
Mesin dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di lantai
produksi diamati jenis dan jumlah yang digunakan.
Data sekunder yang akan dikumpulkan yaitu :
1. Biaya langsung (Variable Cost)
Biaya langsung yang dikumpulkan seperti biaya bahan dan biaya tenaga kerja
langsung
2. Biaya overhead (Fixed Cost)
Biaya overhead yang dikumpulkan seperti biaya tenaga kerja tidak langsung,
bahan tambahan, listrik, air, bahan bakar, maintenance dan penyimpanan.
3. Data penjualan, persediaan, dan produksi
Ketiga data tersebut dikumpulkan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari 2011,
Februari 2011, dan Maret 2011.
4.6. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengamatan kemudian diolah melalui dua
tahap, yaitu:
1. Tahap pertama
a. Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan Biaya ke Berbagai
Aktivitas.
b. Klasifikasi Biaya
c. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya).
2. Tahap kedua
Melakukan penelusuran dan pembebanan biaya dari aktivitas ke produk.
4.7. Analisis Pemecahan Masalah
Analisa data yang dilakukan meliputi:
1. Analisa terhadap hasil perhitungan total biaya yang diperoleh dengan
menggunakan metode ABC.
2. Analisa perbandingan hasil perhitungan pendekatan metode ABC dengan
Mulai
Studi Lapangan
Identifikasi Permasalahan
Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan Data
Analisa & Evaluasi
Kesimpulan & Saran
Selesai
Studi Pustaka
[image:59.595.206.422.167.604.2]Data Primer Data Sekunder
Mulai
Penggolongan Biaya ke dalam Aktivitas
Klasifikasi Biaya
- Unit level activity - Batch level activity - Product level activity - Facility level activity
Identifikasi Cost Driver untuk setiap aktivitas
Penentuan Biaya per unit Cost Driver
Pembebanan biaya dari aktivitas ke produk
Data Biaya Data Aktivitas
Selesai
Klasifikasi Fixed Cost dan Variable Cost
Perhitungan Variable
Cost berdasarkan
Volume Produksi
Perhitungan Fixed Cost dengan membagi rata ke setiap jenis produk
HPP dengan metode
Activity Based Costing
HPP dengan Metode Tradisional
Apakah HPP dengan Metode ABC lebih besar daripada
metode Tradisional?
Terjadi Overcosting Terjadi Undercosting
[image:60.595.147.479.105.719.2]Tidak Ya
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini dengan
menggunakan metode Activity Based Costing yaitu:
1. Data volume produksi, penjualan dan persediaan.
2. Data aktivitas yang dilakukan di lantai produksi
3. Data biaya yang muncul karena aktivitas produksi
5.1.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan.
Data mengenai volume produksi, penjualan dan persediaan untuk 3 jenis
[image:61.595.87.541.509.746.2]produk untuk bulan Januari, Februari dan Maret dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan
Bulan Produk Persediaan Awal (Kg)
Produksi (Kg)
Penjualan (Kg)
Persediaan Akhir (Kg)
Januari
Golden 300 3625 3300 625
Fancy Select 240 5330 4740 830
Grade-1 300 6173 6300 173
Februari
Golden 625 3487 3300 459
Fancy Select 830 4982 4800 1012
Grade-1 173 6117 5400 890
Maret
Golden 459 3540 3600 399
Fancy Select 1012 4980 5100 892
Grade-1 890 7020 7200 710
5.1.2. Data Aktivitas Produksi
Data aktivitas produksi adalah data yang berhubungan dengan seluruh
aktivitas pengolahan biji kopi di lantai produksi. Data yang berhubungan dengan
aktivitas di lantai produksi, yaitu:
1. Input (biji kopi dan buah kopi)
2. Proses
a. Pengeringan
Aktivitas pengeringan adalah penjemuran biji kopi dan buah kopi yang
baru dibeli dari petani kopi agar diperoleh biji kopi dengan kadar air yang
sesuai dengan spesifikasi (10%-12%). Setiap siklus pengeringan
menggunakan waktu sekitar 2 jam.
b. Penggilingan (khusus biji kopi bercangkang)
Aktivitas penggilingan adalah pengolahan buah kopi menggunakan mesin
giling agar dapat dipisahkan antara kulit arinya dengan biji kopi. Setiap
siklus penggilingan menggunakan waktu sekitar 1 jam.
c. Pengayakan
Aktivitas pengayakan adalah pemisahan antara biji kopi dengan pengot