HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Analisis pendapatan rumahtangga petani cendana
Pendapatan rumahtangga petani cendana secara keseluruhan dipengaruhi oleh delapan faktor dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 86.1% dan signifikan pada taraf nyata 5 persen, seperti dapat dilihat pada Tabel 29. Hasil analisis didapatkan model persamaan hubungan faktor-faktor terhadap pendapatan total petani cendana sebagai berikut:
Y = -12.812 + 0.3772 X1+ 1.249 X2 + 0.147 X3 – 2.470 X4 + 0.9620 X5 + 0.387 X6 + 7.389 X7 – 6.155X8 +
Tabel 29 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumahtangga petani cendana Variabel Koefisien regresi Standar error T hitung Signifikan Konstanta (X1) Umur (X2) Pendidikan (X3) Luas lahan (X4) Jumlah angg produktif (X5) Pendapatan cendana (X6) Jarak lahan (X7) Benih cendana
(X8) Hama penyakit cendana
-12.812 0.3772 1.2490 0.147 -2.470 0.9620 0.387 7.389 -6.155 5.752 0.0896 0.3733 1.076 1.132 0.1384 1.531 4.002 3.289 -2.23 4.21 3.35 0.14 -2.18 6.95 0.25 1.85 -1.87 0.039 0.001a 0.004 a 0.893 0.043 a 0.000a 0.803 0.081 b 0.078 b R2 = 86.1%
Keterangan: a nyata pada = 5 persen; b nyata pada = 10 persen; c nyata pada
Berdasarkan tabel di atas diperoleh faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana yaitu umur (X1), pendidikan (X2), jumlah anggota keluarga produktif (X4), pendapatan cendana (X5), benih cendana (X7), dan hama penyakit cendana (X8), sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata yaitu luas lahan dan jarak lahan. Tafsiran dari faktor yang berpengaruh nyata secara statistik terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana akan diuraikan di bawah ini.
Variabel umur menunjukkan tanda positif dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen yang berarti bahwa semakin bertambah umur responden maka responden akan memanfaatkan kemampuan fisik dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Terkait dengan pengembangan cendana, umur responden berpengaruh dalam mengembangkan usaha cendana. Rata-rata umur responden yang mengembangkan cendana dalam penelitian ini 50 tahun sebanyak 46%. Hal ini mengindikasi usaha pengembangan cendana didominasi oleh reponden yang berumur lebih tua.
Hasil wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa responden yang berusia tua berusaha menjaga dan memelihara budaya Timor yang percaya bahwa cendana adalah tanaman warisan leluhur di Pulau Timor yang harus dijaga kelestariannya untuk anak cucu di masa akan datang. Tanaman cendana memiliki keeratan hubungan sejarah yang sangat kental dengan masyarakat di wilayah Propinsi NTT (Sirait 2005; Rohadi et al. 2010). Sedangkan responden yang berusia lebih muda (20-40 tahun) jumlahnya relatif sedikit atau sekitar 23% disebabkan kurangnya pengetahuan tentang sejarah cendana, dan pengetahuan tentang budidaya cendana.
Variabel pendidikan bertanda positif dan berpengaruh pada tarap nyata 5 persen. Artinya semakin tinggi pendidikan formal responden maka akan memberikan kesempatan kepada responden mendapatkan pekerjaan selain usaha cendana sehingga memberikan tambahan pendapatan rumahtangga. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi responden untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan cendana. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga.
Pangamatan di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata reponden yang mengembangkan cendana berpendidikan 8 tahun atau setingkat SMP. Dengan tingkat pendidikan tersebut, menggambarkan potensi responden untuk lebih mudah menerima pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan cendana baik melalui pelatihan dan penyuluhan tentang cendana meskipun cendana memiliki masa panen yang panjang yaitu 50 tahun. Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berpikir lebih rasional, memilih alternatif dan cepat untuk menerima atau melaksanakan suatu inovasi (Soekartawi 2005).
Jumlah anggota keluarga produktif memberikan nilai negatif terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana dan berpengaruh secara nyata pada taraf 5 persen. Artinya ketersediaan anggota produktif dalam rumahtangga memberikan kontribusi yang rendah terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada lokasi penelitian anggota produktif dalam rumahtangga masih terhitung jumlah anak yang masih sekolah jenjang SMA atau baru menyelesaikan jenjang SMA atau setara. Sirait (2005) menyatakan tenaga kerja keluarga dalam pengelolaan cendana di Kabupaten TTS tergolong sangat sedikit (1 orang) sebesar 50.40% sehingga memberikan kontribusi yang rendah pada pendapatan rumahtangga.
Pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari produksi usaha cendana memberikan nilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen. Artinya semakin tinggi pendapatan cendana akan meningkatkan pendapatan rumahtangga. Analisis pendapatan rumahtangga petani cendana menunjukkan kontribusi cendana terhadap pendapatan rumahtangga sebesar 43.95% atau sebesar Rp7 645 469.000 pertahun. Cendana merupakan jenis tanaman bernilai ekonomi dengan harga yang relatif tinggi dan kebutuhan akan kayu cendana di pasaran masih tinggi. Ini merupakan peluang untuk memberikan tambahan penghasilan dari cendana bagi rumahtangga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga di masa akan datang dan secara tidak langsung berperan melestarikan tanaman cendana dari kepunahan di alam.
Kebutuhan benih cendana memberikan nilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Variabel benih cendana menunjukkan tingkat kemudahan
responden mendapatka benih atau bibit cendana. Artinya semakin mudah mendapatkan benih cendana maka biaya yang dikeluarkan semakin kecil sehingga pengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani sangat rendah. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa responden lebih banyak memperoleh anakan cendana secara alami melalui terubusan akar di lahan yang dimiliki atau mengumpulkan benih cendana dari tegakan yang ada di lahan sendiri atau lahan orang lain yang berada dalam satu desa. Namun sebagian responden ada yang mendapatkan benih cendana dari kecamatan lain dalam Kabupaten TTS.
Permasalahan yang dihadapi responden terkait benih atau bibit cendana yaitu pengetahuan bagaimana memilih benih yang baik, melakukan penyemaian dan penanaman cendana di lahan. Responden melakukan penanaman cendana dengan biji secara langsung tanpa melakukan seleksi benih dan perlakuan awal sehingga persentasi pertumbuhan cendana sangat kecil. Hal ini berakibat kepada kegagalan responden dalam penanaman cendana yang dilakukan dengan pengorbanan waktu dan tenaga yang dikeluarkan.
Penangganan hama penyakit cendana memberikan nilai negatif dan berpengaruh pada taraf nyata 10 persen. Variabel hama penyakit cendana menunjukkan upaya penanganan yang dilakukan responden terhadap tanaman cendana yang dimiliki. Artinya semakin besar upaya yang dilakukan responden terhadap penanganan hama penyakit cendana dalam pemeliharaan akan membutuhkan tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan sehingga akan mengurangi pendapatan rumahtangga. Upaya tersebut dilakukan tergantung jumlah cendana dan jenis serangan hama penyakit tanaman cendana.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan tingginya tingkat serangan hama penyakit tanaman cendana sehingga menjadi kendala bagi responden dalam pemeliharaan cendana bahkan kadang mengakibatkan kematian cendana. Banyaknya serangan hama kutu daun dan penyakit embun jelaga menjadi permasalahan utama dalam budidaya cendana yang dilakukan masyarakat (Rahardjo & Oematan 2008). Upaya yang dilakukan petani masih secara manual yaitu membuang daun atau memangkas ranting yang terserang, menggunakan abu gosok dan ada yang menggunakan oli untuk menghindari serangga atau ulat pada batang pohon cendana. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan responden dalam melakukan budidaya tanaman cendana baik melalui pelatihan maupun bimbingan penyuluhan.
Berdasarkan hasil analisis faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana dapat disimpulkan bahwa pendapatan cendana memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan rumahtangga. Permasalahan yang dihadapi petani cendana terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana yaitu aspek teknis pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan cendana, ketersediaan dan penanganan benih/bibit, penanaman cendana, dan penanganan hama penyakit cendana.