• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pendapatan rumahtangga petani secara umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Analisis pendapatan rumahtangga petani secara umum

Pendapatan rumahtangga petani secara umum dipengaruhi oleh lima faktor. Petani secara umum dalam penelitian ini menggambarkan pendapatan petani yang ada di lokasi penelitian. Hasil analisis didapatkan model persamaan hubungan faktor-faktor terhadap pendapatan rumahatangga petani secara umum yaitu:

Y = –13.823 + 0.2347 X1 + 1.3722X2 + 0.4193X3 – 2.291X4 + 1.6877 X5 +

Nilai koefisien determinasi dari model di peroleh (R2) = 36.8% dan signifikan pada taraf nyata 5 persen seperti terlihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumahtangga petani secara umum Variabel Koefisien regresi Standar error T hitung Signifikan Konstanta (X1) Umur (X2) Pendidikan

(X3) Jumlah angg produktif (X4) Jarak lahan (X5) Luas lahan -13.823 0.2347 1.3722 0.4193 -2.291 1.6877 6.228 0.0926 0.4209 0.9497 0.111 0.8857 -2.22 2.53 3.26 0.44 -2.06 1.91 0.031 0.014 a 0.002 a 0.661 0.044a 0.062 b R2 = 36.8%

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; b nyata pada  = 10 persen; c nyata pada

 = 15 persen; d nyata pada  = 20 persen

Hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumahtangga petani secara umum yaitu umur (X1), pendidikan (X2), jarak lahan (X4), dan luas lahan (X5) masing-masing pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh terhadap

pendapatan rumahtangga petani secara umum yaitu jumlah anggota produktif (X3). Tafsiran dari faktor yang berpengaruh nyata secara statistik terhadap pendapatan rumahtangga petani cendana diuraikan di bawah ini.

Variabel umur menunjukkan tanda positif dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen yang berarti semakin bertambah umur responden maka responden akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Umur responden berpengaruh terhadap kemampuan fisik responden dalam berusaha mendapatkan pekerjaan selain usahatani. Rata-rata umur responden di lokasi penelitian 47 tahun yang menggambarkan bahwa dari faktor umur, responden masih memiliki potensi untuk bekerja di sektor lain.

Variabel pendidikan bertanda positif dan berpengaruh pada tarap nyata 5 persen. Artinya semakin tinggi pendidikan formal responden akan meningkatkan sikap reponden untuk berusaha memperbaiki kehidupan keluarga. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi responden untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan cendana. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan rumahtangga.

Lamanya responden menempuh pendidikan formal rata-rata 7 tahun atau setingkat SMP. Dengan tingkat pendidikan tersebut, menggambarkan masih adanya potensi responden untuk menerima pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan usahatani atau bekerja di sektor lain. Peningkatan ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait. Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berpikir lebih rasional, memilih alternatif dan cepat untuk menerima atau melaksanakan suatu inovasi (Soekartawi 2005).

Variabel jarak lahan bertanda negatif dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen. Artinya semakin jauh/panjang jarak rumah ke lahan untuk usahatani maka akan memperkecil pendapatan rumahtangga. Semakin jauh jarak tempuh ke lahan yang diusahakan akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk pemeliharaan sehingga produksi yang dihasilkan kurang optimal dan pendapatan juga berkurang. Jarak tempuh dari rumah ke lahan di lokasi penelitian rata-rata 0.6 km atau masih termasuk kategori yang mudah dijangkau responden pada umumnya. Dengan jarak lahan demikian responden termotivasi untuk

meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan pendapatan rumahtangga.

Variabel luas lahan mempunyai nilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Artinya semakin luas lahan responden akan memberikan ruang untuk menanam berbagai jenis tanaman atau meningkatkan jumlah tanaman yang di usahakan. Dengan demikian akan meningkatkan produksi tanaman yang dihasilkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari terutama hasil pangan untuk konsumsi. Apabila hasil produksi usahatani sudah mencukupi maka sebagian produksi akan dijual untuk menambah pendapatan rumahtangga.

Luas lahan responden di lokasi penelitian yaitu rata-rata 2.26 ha. Luas lahan ini merupakan potensi dasar yang dimiliki responden untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga dari usahatani yang dilakukan. Namun hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan dengan luasan yang dimiliki respoden belum dimanfaatkan secara optimal terbukti dengan hasil yang diproduksi masih rendah dan sebagian besar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis tanaman yang diproduksi yaitu jagung, umbi-umbian, kacang tanah, serta jenis tanaman perkebunan dan kehutanan.

Pemanfaatan lahan untuk cendana secara umum tidak sebanding dengan luas lahan disebabkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hal ini didukung oleh Sirait (2005) bahwa luas lahan yang dimiliki masyarakat tidak dimanfaatkan untuk menanam cendana tetapi untuk menanam tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan lainnya. Hasil wawancara menyatakan petani masih menggangap cendana sebagai tanaman sampingan yang memiliki masa panen yang lama.

Kebiasaan responden dalam persiapan lahan masih menggunakan budaya tebas bakar ketika melakukan persiapan lahan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. Hal ini disebabkan karena rendahnya tenaga kerja dan biaya untuk usahatani dalam rumahtangga. Budaya tebas bakar yang dilakukan responden sangat mengancam pertumbuhan cendana yang berada di lahan. Upaya melindungi cendana dari pelepah daun pisang pada saat pembakaran lahan pada masa lalu sudah tidak dilakukan lagi sekarang. Hal ini berdampak kepada

penurunan populasi cendana di alam mengingat penyebaran cendana lebih banyak terdapat di lahan masyarakat dibandingkan dalam kawasan hutan.

Berdasarkan hasil analisis faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan rumahtangga petani secara umum di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa permasalahan di tingkat petani secara umum yaitu tingkat pengetahuan dan keterampilan petani, pertimbangan lokasi penanaman, ketersediaan lahan yang dimiliki masih diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pemanfaatan lahan belum optimal serta tanaman cendana masih sebagai jenis tanaman sampingan. 4. Analisis ekonomi rumahtangga petani cendana

Analisis ekonomi rumahtangga petani dilakukan untuk melihat faktor yang berpengaruh pada rumahtangga petani cendana terkait dengan alokasi tenaga kerja, pendapatan dan konsumsi untuk memproduksi cendana. Model yang dirumuskan adalah model linear persamaan simultan yang diduga dengan metode

two stage least squares method (2SLS) pada program SAS 9.1 melalui prosedur

SYLYN. Model yang dibangun terdiri dari lima persamaan struktural dan lima persamaan identitas. Hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga dengan menggunakan persamaan simultan menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2) bagi masing-masing model berkisar antara 0.19 hingga 0.99 dan nilai F dari masing-masing persamaan berkisar 1.85 sampai dengan 2750.87 dengan taraf 

= 1 persen dan  = 20 persen.

Konsekuensi dari penggunaan data kerat-lintang (cross-section) dalam pendugaan model pada umumnya adalah relatif rendahnya keragaman antar pengamatan yang berpengaruh pada rendahnya Koefisien determinasi (R2) sebagai indikator kebaikan suatu model. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan perilaku alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana yang memiliki nilai Koefisien determinasi yang rendah. Beberapa peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peubah endogen, namun terdapat juga beberapa peubah penjelas yang berpengaruh tidak nyata pada taraf uji yang ditetapkan. Beberapa nilai parameter yang terlalu rendah muncul karena kurang eratnya hubungan keterkaitan antara peubah penjelas dengan peubah endogen dalam persamaan model.

1). Alokasi Tenaga Kerja

a. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Cendana

Hasil pendugaan terhadap parameter persamaan alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana diperoleh bahwa tanda koefisien peubah ada yang tidak sesuai dengan yang diharapkan menurut kriteria ekonomi. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0.66, artinya bahwa keragaman alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana sebesar 66% dapat dijelaskan oleh tiga peubah penjelasnya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah lain di luar model.

Tabel 31 Hasil pendugaan parameter persamaan alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana

Peubah Parameter Dugaan t-hitung Taraf- nyata Elastisita s Intersept

AKL (Alokasi TK sewa) PROD (Produksi usaha cendana)

RUL (Pendapatan dari luar usaha cendana) 1.710461 2.263358 0.033062 -3.57E-8 1.60 2.97 1.34 -0.44 0.1216 0.0067a 0.1915 d 0.6611 0.270614 0.314808 -0.10608 R2 = 0.66 F hitung = 15.36

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; c nyata pada  = 15 persen; b nyata pada  = 10 persen; d nyata pada  = 20 persen

Tabel 31 menunjukkan bahwa peubah penduga alokasi tenaga kerja sewa pada usaha cendana bertanda positif tidak sesuai yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen terhadap alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana. Sedangkan peubah produksi usaha cendana bertanda positif sesuai yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 20 persen. Peubah pendapatan dari luar cendana bertanda negatif, sesuai yang diharapkan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana.

Perilaku rumahtangga mempunyai kecenderungan apabila alokasi tenaga kerja keluarga sewa meningkat, maka alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadinya saling menggantikan (subtitusi) antara tenaga kerja yang disewa dengan tenaga kerja keluarga seperti dalam penelitian Purwita (2009). Pada usaha cendana yang terjadi adalah rumahtangga petani tetap memerlukan tenaga kerja sewa untuk

membantu tenaga kerja keluarga. Hal ini tergantung jumlah cendana yang diusahakan dalam rumahtangga.

Besarnya pendapatan yang diperoleh dari luar usaha cendana akan mendorong perilaku rumahtangga dalam mengalokasikan waktunya lebih banyak untuk pekerjaan di luar usaha cendana sehingga alokasi waktu keluarga pada usaha cendana akan berkurang. Perilaku tersebut juga mengambarkan bahwa pendapatan rumahtangga terbentuk dari berbagai pendapatan sebagai hasil dari usaha yang dilakukan anggota rumahtangga.

Produksi usaha cendana yang tinggi dapat mendorong perilaku rumhatangga dalam mengalokasi waktu tenaga kerja keluarga pada usaha cendana lebih banyak. Hal ini menggambarkan bahwa rumahtangga sangat mengharapkan adanya peningkatan pendapatan rumahtangga dari produksi usaha cendana yang diusahakan walaupun usaha cendana mempunyai masa panen yang panjang.

Perhitungan nilai elastisitas menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga dalam mengalokasikan tenaga kerja keluarga pada usaha cendana bersifat tidak respon (non-elastis) terhadap pengaruh ketiga peubah penjelas yaitu alokasi tenaga kerja sewa pada usaha cendana, produksi usaha cendana dan pendapatan dari luar usaha alokasi yang ditunjukkan dengan nilai elastisitas kurang dari satu. Hal ini menggambarkan bahwa ketiga peubah yang dimasukkan ke dalam persamaan simultan belum menjadi faktor kendala bagi rumahtangga untuk mengalokasikan tenaga kerja keluarga pada usaha cendana.

b. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Di Luar Usaha Cendana

Alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana digunakan untuk usahatani, buruh, tukang kayu/batu, PNS, dan jasa ojek. Hasil pendugaan persamaan alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana menunjukkan bahwa terdapat tanda koefisien peubah bebas yang tidak diharapkan menurut kriteria ekonomi, sebagaimana disajikan pada Tabel 32.

Hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 32 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.19, berarti keragaman alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana sebesar 19% dapat dijelaskan oleh ketiga

peubah yaitu pendidikan suami (PDS), jumlah anggota keluarga produktif (JAP), dan total pengeluaran rumahtangga (TPRT).

Tabel 32 Hasil pendugaan parameter persamaan alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana

Peubah Parameter Dugaan t-hitung Taraf- nyata Elastisitas Intersept PDS (Pendidikan suami)

JAP (Jumlah anggota keluarga produktif) TPRT (Total pengeluaran RT) 309.1509 -6.39416 28.07407 -2.73E-8 4.10 -1.16 1.70 -0.00 0.0004 0.2592 0.1020c 0.9982 -0.15811 0.236154 -0.00039 R2 = 0.19 F hitung = 1.85

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; c nyata pada  = 15 persen; b nyata pada  = 10 persen; d nyata pada  = 20 persen

Koefisien parameter peubah pendidikan suami bertanda negatif tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan dan tidak berpengaruh nyata terhadap alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana. Artinya semakin tinggi pendidikan suami, maka akan mengakibatkan semakin terbuka peluang bekerja di luar usaha cendana. Sebagian besar pendidikan suami di lokasi penelitian setingkat SMP tetapi jenjang pendidikan ini merupakan belum dapat dijadikan modal dasar bagi responden dalam mempertimbangkan keputusan secara rasional untuk mencari nafkah yang penghasilannya lebih pasti. Penawaran kebutuhan tenaga kerja saat ini sudah menetapkan standar tingkat pendidikan minimal serata SMA bahkan sarjana sehingga tingkat pendidikan responden belum memberikan pengaruh terhadap alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana.

Jumlah anggota keluarga produktif bertanda positif sesuai hipotesis yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 15 persen terhadap alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana Artinya semakin banyak anggota keluarga produktif, maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan di luar usaha cendana akan meningkat dengan mengalokasi waktu di luar usaha cendana. Hal ini dapat di mengerti karena dengan mengalokasi waktu bekerja di luar usaha cendana akan mendapatkan penghasilan yang lebih terhadap pendapatan rumahtangga.

Total pengeluaran rumahtangga memberikan pengaruh negatif terhadap alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana dan berpengaruh tidak nyata. Hal ini menunjukkan alokasi tenaga kerja di luar usaha cendana belum

dapat mencukupi kebutuhan pengeluaran rumahtangga. Kondisi ini juga dapat dijelaskan bahwa alokasi tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana merupakan suatu kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga belum berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

Hasil analisis elastisitas menunjukkan, bahwa keputusan rumahtangga mengalokasikan tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana tidak respon terhadap peubah pendidikan suami, jumlah anggota keluarga produktif, dan total pengeluaran rumahtangga. Hal ini menggambarkan bahwa ketiga peubah yang dimasukkan ke dalam persamaan simultan belum menjadi faktor kendala bagi rumahtangga untuk mengalokasikan tenaga kerja keluarga di luar usaha cendana.

2). Produksi Usaha Cendana

Produksi usaha cendana dipengaruhi oleh alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana (AKD), pendidikan suami (PDS), alokasi tenaga kerja sewa (AKL), dan biaya sarana produksi (SPR). Hasil pendugaan persamaan produksi usaha cendana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 33 Hasil pendugaan parameter persamaan produksi usaha cendana

Peubah Parameter Dugaan t-hitung Taraf- nyata Elastisit as Intersept

AKD (Alokasi TK keluarga pada usaha cendana)

PDS (Pendidikan suami) AKL (Alokasi TK sewa) SPR(Biaya sarana produksi)

-8.43312 -0.65185 0.032672 1.430169 0.000495 -8.13 -2.14 0.31 1.70 54.72 <.0001 0.0430 a 0.7580 0.1023 c <.0001 a -0.06846 0.008657 0.017958 13.1088e R2 = 0.99 F hitung = 2750.87

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; c nyata pada  = 15 persen; b nyata pada  = 10 persen; d nyata pada  = 20 persen

Hasil dugaan keempat variabel menunjukkan tanda sesuai yang diharapkan dan berpengaruh nyata. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0.99 berarti bahwa keragaman produksi usaha cendana sebesar 99% dapat dijelaskan oleh keempat peubah penjelas.

Peubah alokasi tenaga kerja keluarga bertanda negatif tidak sesuai yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen. Artinya semakin tinggi produksi maka alokasi tenaga keluarga semakin menurun. Kondisi ini

menunjukkan bahwa alokasi tenaga kerja keluarga pada usaha cendana masih rendah. Suami sebagai kepala keluarga lebih banyak meluangkan waktu untuk usaha cendana dibandingkan anggota keluarga lainnya yaitu istri, anak perempuan, dan anak laki-laki. Peningkatan produksi cendana memerlukan peningkatan alokasi tenaga kerja keluarga. Suprapto (2001) dalam penelitiannya menyatakan peningkatan produksi usahatani sangat bergantung pada tenaga kerja keluarga.

Peubah pendidikan suami bertanda positif sesuai yang diharapkan dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha cendana. Artinya semakin tinggi pendidikan suami, cenderung berusaha meningkatkan tingkat pengetahuan yang dimiliki untuk meningkatkan produksi usaha cendana. Pendidikan suami rata-rata setara SMP, memiliki pekerjaan pokok dan sampingan selain usaha cendana menyebabkan berkurangnya waktu suami untuk meningkatkan produksi cendana seperti mempelajari berbagai literatur atau pelatihan, terkait usaha cendana seperti materi budidaya cendana (pembuatan bibit, pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit). Pendidikan suami yang tinggi cenderung memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai negeri atau sejenisnya sehingga usaha tani tidak terawat dan produksi menurun (Suprapto 2001).

Peubah alokasi tenaga kerja yang disewa bertanda positif sesuai yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 15 persen. Artinya semakin tinggi alokasi tenaga kerja sewa maka produksi usaha cendana semakin meningkat. Kondisi pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa usaha cendana yang dilakukan masih menggunakan tenaga kerja sewa sesuai banyaknya tanaman cendana yang dimiliki atau kurangnya tenaga kerja produktif dalam rumahtangga sehingga membutuhkan tenaga kerja sewa pada masa awal pertumbuhan cendana. Artinya produksi usaha cendana masih dipengaruhi oleh perilaku tenaga kerja sewa selain tenaga kerja keluarga sebagai pengelolanya. Secara rasional hal ini berdampak pada peningkatan biaya produksi cendana sehingga perlu diperhatikan.

Persamaan produksi usaha cendana diperoleh bahwa produksi usaha cendana akan meningkat jika jumlah sarana produksi yang digunakan semakin

tinggi. Ini ditunjukkan dengan peubah dugaan jumlah sarana produksi yang bertanda positif sesuai yang diharapkan dan berpengaruh sangat nyata pada taraf 5 persen. Jumlah sarana produksi yang digunakan untuk produksi usaha cendana di lokasi penelitian yaitu berupa penyediaan bibit dan peralatan produksi seperti cangkul, parang, linggis bahkan ada yang menggunakan dinamo dan mesin pompa.

Hasil pendugaan respon pada persamaan produksi menunjukkan bahwa keputusan produksi usaha cendana sangat respon terhadap biaya sarana produksi yang digunakan. Hal ini menggambarkan bahwa sarana produksi yang digunakan menjadi hal yang penting diperhatikan dan menjadi salah satu kendala dalam peningkatan produksi usaha cendana. Sedangkan produksi usaha cendana tidak respon terhadap peubah alokasi tenaga kerja keluarga, pendidikan suami, dan alokasi tenaga kerja sewa.

3). Total Pendapatan Rumahtangga

Analisis pendugaan total pendapatan rumahtangga (TR) menunjukkan hasil bahwa sebagian tanda dugaan parameter adalah tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan menurut kriteria ekonomi dan berpengaruh nyata. Nilai Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0.76 berarti bahwa keragaman total pengeluaran rumahtangga sebesar 76% dapat dijelaskan oleh peubah penjelas yaitu produksi usaha cendana (PROD), jumlah anggota keluarga produktif (JAP), konsumsi total (KT), investasi sumberdaya manusia (INV), dan total alokasi tenaga kerja keluarga (TAK), sebagaimana disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Hasil pendugaaan parameter persamaan total pendapatan rumahtangga Peubah Parameter Dugaan t-hitung Taraf- nyata Elastisitas Intersept

PROD (Produksi usaha cendana)

JAP (jumlah anggota keluarga produktif)

KT (Konsumsi total) INV (Investasi sumberdaya manusia)

TAK (Total alokasi TK keluarga) 3984974 279017.4 -2989029 3.982298 -8.64039 -10139.4 0.52 7.47 -1.86 2.89 -1.01 -4.46 0.6060 <.0001 a 0.0767 b 0.0069 a 0.3242 0.6516 0.541204 0.52259 1.122862 e -0.09876 0.21281 R2 = 0.76 F hitung = 14.13

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; c nyata pada  = 15 persen; b nyata pada  = 10 persen; d nyata pada  = 20 persen

Berdasarkan Tabel 34, peubah yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan total rumahtangga adalah produksi usaha cendana, jumlah anggota keluarga produktif dan konsumsi total. Peubah produksi usaha cendana dan konsumsi total memiliki tanda parameter positif sesuai hipotesis yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen, sedangkan peubah jumlah anggota keluarga produktif memiliki parameter negatif tidak sesuai hipotesis yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen.

Peningkatan produksi usaha cendana akan meningkatkan pendapatan rumahtangga. Hal ini berdampak pada terpenuhinya pengeluaran untuk konsumsi total dalam rumahtangga atau semakin meningkatnya pendapatan total rumahtangga responden maka akan semakin besar pengeluaran konsumsi total rumahtangga. Pernyataan ini logis, karena semakin besar pendapatan rumahtangga maka responden semakin memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Jumlah anggota keluarga produktif memberikan nilai negatif terhadap pendapatan total dan berpengaruh nyata. Artinya bahwa ketersediaan anggota produktif dalam rumahtangga memberikan kontribusi yang masih rendah terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa anggota produktif dalam rumahtangga di lokasi penelitian masih terhitung jumlah anak yang masih sekolah, SMA atau baru menyelesaikan jenjang SMA atau setara.

Perhitungan nilai elastisitas menunjukkan bahwa total pendapatan rumahtangga sangat respon terhadap pengaruh peubah konsumsi total yang ditunjukkan dengan nilai elastisitas sebesar 1.12. Hal ini memberikan gambaran bahwa pendapatan rumahtangga petani cendana yang diperoleh baik dari usaha cendana dan luar usaha cendana lebih diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam keluarga baik konsumsi pangan dan non pangan. Sedangkan total pendapatan rumahtangga tidak respon terhadap keempat variabel lainnya yaitu produksi usaha cendana, jumlah anggota

keluarga produktif, konsumsi total, investasi sumberdaya manusia, dan total alokasi tenaga kerja keluarga.

4). Konsumsi Total

Hasil pendugaan persamaan konsumsi total (KT) menunjukkan hasil bahwa sebagian tanda dugaan parameter tidak sesuai dengan hipotesis yang diharapkan menurut kriteria ekonomi dan berpengaruh nyata. Nilai Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai 0.66 berarti bahwa keragaman total pengeluaran rumahtangga sebesar 66% dapat dijelaskan oleh peubah penjelas yaitu total pendapatan rumahtangga (TR), jumlah anggota keluarga (JAK), pendidikan istri (PDDKI), dan investasi sumberdaya manusia (INV), sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 35 Hasil pendugaaan parameter persamaan konsumsi total

Peubah Parameter Dugaan t-hitung Taraf- nyata Elastisitas Intersept TR (Total pendapatan rumahtangga)

JAK (Jumlah angg keluarga) PDDI (Pendidikan istri) INV ( Investasi SDM ) 1199794 0.038041 597660.6 -118516 2.833453 1.51 1.94 4.25 -2.05 2.47 0.1455 0.0644 b 0.0003 a 0.0521 b 0.0213 a 0.134915 0.618966 -0.1415 0.11486 R2 = 0.66 F hitung = 11.12

Keterangan: a nyata pada  = 5 persen; c nyata pada  = 15 persen; b nyata pada  = 10 persen; d nyata pada  = 20 persen

Hasil pendugaan konsumsi total menunjukkan bahwa semua peubah dalam persamaan berpengaruh nyata terhadap konsumsi total yaitu total pendapatan rumahtangga (TR), jumlah anggota keluarga (JAK), pendidikan istri (PDDI), dan investasi sumberdaya manusia (INV).

Pendapatan total rumahtangga memiliki tanda parameter positif sesuai hipotesis yang diharapkan dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Ini berarti semakin meningkat pendapatan total rumahtangga responden maka akan semakin besar pengeluaran konsumsi total rumahtangga. Hal ini logis, karena semakin besar pendapatan rumahtangga maka responden semakin memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang konsumsi semakin meningkat (Purwita 2009). Hal ini juga mencerminkan tingkat kesejahteraan rumahtangga petani.

Jumlah anggota keluarga nyata mempengaruhi konsumsi total pada taraf 5 persen. Hal ini sesuai penelitian Suprapto (2001) dan Purwita (2009), bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi konsumsi rumahtangga. Jumlah anggota keluarga responden dalam penelitian ini rata-rata 4 orang. Besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi rumahtangga, yang berarti apabila jumlah anggota keluarga bertambah, maka pengeluaran konsumsi rumahtangga juga meningkat.

Peubah pendidikan istri bertanda negatif dan berpengaruh nyata pada taraf 10 persen. Artinya bahwa semakin tinggi pendidikan istri, mempunyai kecenderungan mengurangi konsumsi. Semakin tinggi pendidikan istri, maka istri mempunyai kemampuan mengalokasikan pendapatan rumahtangga untuk peningkatan sumberdaya anggota keluarga yaitu pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan.

Peubah pengeluaran investasi sumberdaya manusia memiliki koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen. Ini berarti pengeluaran investasi sumberdaya manusia akan meningkatkan konsumsi rumahtangga. Namun pada lokasi penelitian, pengeluaran untuk investasi sumberdaya manusia masih sangat rendah sehingga belum mengurangi pengeluaran rumahtangga untuk kebutuhan konsumsi total. Masyarakat mendapatkan

Dokumen terkait